I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era global, Pendidikan berperan strategis dalam menentukan posisi
sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang handal dan
kompetitif untuk dapat menjawab tantangan abad 21. Sejalan dengan hal tersebut,
Pendidikan Nasional memiliki visi “Terwujudnya Ssstem Pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. 1 Dalam
konteks Abad 21, perkembangan teknologi sudah dapat diintegrasikan pada setiap
aspek kehidupan termasuk aspek Pendidikan. Namun, peserta didik masih kurang
didorong untuk memanfaatkan ICT dalam proses pembelajaran.
Siswa kesulitan dalam menguasai pelajaran Fisika. Hal ini didasarkan
penelitian….penyebab rendahnya prestasi dan hasil belajar fisika diantaranya
dikarenakan
Peserta didik perlu meningkatkan
Pengembangan kurikulum 2013 sebagai upaya penyesuaian terhadap
tantangan Pendidikan di abad-21
Fisika merupakan satu diantara cabang ilmu pengetahuan alam yang
mendasari perkembangan teknologi maju dan juga sebagai peretas jalan untuk
dapat memahami konsep alam semesta yang kompleks. Pada kenyataan di
lapangan, sisi menarik mempelajari fisika belum begitu tergali. Secara umum
pengajaran fisika di sekolah dengan metode pembelajaran konvensional cendrung
menonjolkan pendekatan linguistik dan logika-matematis saja.
Muatan teori yang terlalu banyak dan perhatian peserta didik yang terbatas
menjadi kombinasi permasalahan yang butuh solusi.
Pentingnya pembelajaran Blended Learning
Media pembelajaran di era modern saat ini, tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan teknologi pendidikan, sehingga pemanfaatan teknologi dianggap
sebagai aplikasi inovatif yang menunjang proses pembelajaran sehingga akar dari
1
Dr. Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta, 2009, hlm. 60
2
revolusi teknologi pendidikan adalah bagaimana siswa dan guru masa kini
melakukan pembelajaran dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan
mereka dengan dan tanpa ruang kelas, dan lebih bersifat individual.2
.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pembelajaran Blended Learning Model Coopetative
Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Pada Konsep Gerak Lurus”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut,terdapat beberapa masalah yang
diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil belajar peserta didik masih rendah, karena secara umum proses
pembelajaran konvensional saat ini belum diorientasikan untuk
mengoptimalkan
2. Kenyataan dilapangan, pengembangan kecerdasan majemuk pada
implementasi kurikulum 2013 masih belum sepenuhnya dipahami utuh oleh
para guru di sekolah
3. siswa kurang tertarik belajar fisika karena guru hanya menekankan pada
kecerdasan logis-matematis saja
4. Persepsi guru belum menekankan pentingnya kemampuan softskill dan soft
technology dalam memanfaatkan perkembangan teknologi pendidikan
5. Dibutuhkan media untuk dapat memvisualisasikan dan menunjang materi
fisika yang akan membantu meningkatkan potensi kecerdasan majemuk siswa
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diungkapkan
tersebut, terlihat luasnya cakupan masalah yang ada dalam penelitian ini.
Sehingga penelitian “Pengaruh Pembelajaran Blended Learning Model
2
Dewi Salma prawiradilaga, dkk, mozaik teknologi pendidikan E-learning, (Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri, 2013). Cet. Ke 1, hal.149
3
Cooperative Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Pada Konsep Gerak Lurus” ini
dibatasi pada:
1. Subjek penelitian nya adalah siswa SMA kelas X
2. Hasil belajar yang diukur yaitu pada ranah kognitif siswa, menggunakan tes
objektif yang meliputi jenjang C1-C4
3. Materi yang disampaikan yaitu dalam cakupan Gerak Lurus
4. Menggunakan Kelas Virtual dengan Aplikasi Google Class Room
5. Menggunakan Metode Blended Learning Tipe IV
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu “apakah terdapat pengaruh pembelajaran Blended Learning
Model Cooperative terhadap hasil belajar siswa SMA?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Pembelajaran
Blended Learning Model Cooperative pada konsep Gerak Lurus terhadap hasil
belajar siswa SMA.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitain ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan dan
pengalaman, sehingga penerapan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
ini dapat di aplikasikan lebih baik lagi dalam proses pembelajaran dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi pendidikan.
2. Bagi siswa, dapat membantu menguatkan potensi kecerdasan siswa untuk
dapat meningkatkan hasil belajar fisika, dan juga menunjang kemampuan
softskill dan soft tecnology ketika menggunakan media pembelajaran android
khusunya pada materi fluida
3. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu referensi tentang pembelajaran berbasis
Multiple Intellegences yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif
4
A. Kajian Teori
1. Teori kecerdasan Multiple Intellegences
3
Multipple Intelligences Theory for Gifted Education: Criticisms and Implications, Jounal
for Education of the Young Scientist and Giftedness, 2013, vo. 1, issue 2, hal.1-12
4
Thomas Amstrong, Kecerdasan Multiple di dalam Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2013),
hal.6-7
5
5
Gardner, H., The disciplined mind: what all student should understand, (New York:
Simon & Schuster, 1999), hal.60
6
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran ( Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.3.
7
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka
Cipta.2013), h. 2.
8
Azhar, Op. Cit. , h 123.
7
9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 22.
10
Ibid. , h.66.
8
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. 11 Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai
hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat
yang kompleks, yaitu:12
1) Penerimaan (reciving), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dan lain-lain. Penerimaan dibedakan menjadi kesadaran, keinginan
untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari
luar.
2) Jawaban (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus tadi. Penilaian dibedakan menjadi kesediaan menerima nilai,
latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan
terhadap nilai tersebut.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Kemampuan organisasi dibedakan menjadi konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Hal ini mencakup keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan erat dengan keterampilan secara fisik dan
motorik. Aspek pada ranah psikomotik terdiri atas:
11
Ibid. , h. 67.
12
Sudjana, Op. Cit. , h.29-30.
9
3. Smartphone Android
Menurut Prihadi dalam Prasetyo Listiaji mengatakan,13 “Smartphone
merupakan perangkat yang memiliki kemampuan sebagai sarana komunikasi
(mengirim pesan dan menelepon) serta kemampuan lain yaitu PDA (Personal
assistent) yang memungkinkan pengguna melakukan kerja seperti pada komputer
pribadi (PC). Smartphone yang digunakan pada penelitian ini, yakni smartphone
dengan platform android.
pada tahun 2000, jauh sebelum produk ponsel cerdas beredar di pasaran,
google mengakuisisi perusahan bernama Android. Sejak awal tahun 2009 hingga
saat ini, Google telah merilis sejumlah versi produk ponsel cerdas Android dalam
13
Prasetyo Listiaji, “Pengembangan Aplikasi Mobile Learning sebagai Penunjang Pembelajaran
Fisika pada Materi Hukum Gravitasi Newton” skripsi pada sarjana Universitas Negeri Semarang,
2015, h.11, tidak dipublikasikan.
10
priode waktu yang singkat. Berikut adalah tabel rincian versi-versi OS Android
yang telah dirilis oleh Google dan tipe produk-produknya:14
14
Prof. Jazi Eko Istiyanto, Ph.D, Pemprograman Smart Phone menggunakan SDK Android dan
Hacking Android, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.4
15
Trianto, Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif,(Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), hal.222
16
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif,(Yogyakarta: Dipa
Press,2011), hal.204
11
LKS merupakan satu diantara sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh
guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.17 LKS merupakan materi
ajar yanng sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.18
Beberapa definisi yang telah diungkap diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
LKS adalah satu diantara bahan ajar cetak berupa buku yang di dalamnya berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan siswa dan merupakan satu diantara bahan ajar yang dapat
dikembangkan oleh guru sebagai fasilator dalam pembelajaran.
b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa (LKS)
Adanya perbedaan maksud dan pengemasan materi pada masing-masing LKS
tersebut, mengakibatkan LKS memiliki berbagai macam bentuk diantaranya:19
1) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep
LKS ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan,
mengamati dan menganalisis. Oleh karena itu guru harus merumuskan langkah-
langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian siswa diminta untuk mengamati
fenomena hasil kegiatannya. Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan analisis yang membantu siswa untuk mengaitkan fenomena yang siswa
amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam diri siswa.
2) LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai
konsep yang telah ditemukan
Langkahnya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk berlatih
memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggungjawab. Siswa dilatih
mengeluarkan pendapat secara tanggungjawab, maka hal ini akan memberikan
sebuah jalan bagi terimplementasikannya nilai-nilai demokratis dalam diri siswa.
3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar
17
Endang Widjajanti, Makalah Pelatihan Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia, (UNY:
2008), hal.1
18
Ida Malati Sadjati, dkk, materi Pokok Pengembangan Bahan; 1-12; 8831 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2003), hal. 3.22
19
Andi Prastowo, Op. Cit., hal.208
12
LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada dalam buku,
sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan
memahami materi pembelajaran yang terdapat dalam buku. LKS ini juga sesuai
dengan keperluan remediasi.
4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan
LKS berbentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu.
Materi pembelajaran yang dikemas dalam LKS ini lebih mengarah pada
pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku
pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk
pengayaan.
5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Alih- alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita
dapat menggambarkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan
demikian dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi
(content) dari LKS.
Tidak hanya itu, terdapat jenis LKS yang dirancang untuk membimbing siwa
dalam suatu program kerja pelajaran dengan sedikit bantuan guru untuk mencapai
sasaran yang dituju dalam pembelajaran yang disebut LKS terstruktur. LKS
terstruktur dilengkapi dengan petunjuk dan pengarahan tetapi tidak menggantikan
peran guru. Artinya, secara keseluruhan guru masih memegang peranan dalam
pelaksanaan dan perencanaan mengajar yang sudah disiapkan sebelumnya yaitu
menyangkut kegiatan utama seperti memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan
serta dorongan.
Dalam penelitia ini, LKS berbasis Multiple Intellegence adalah tipe LKS
terstruktur karena LKS ini diharapkan dapat memanfaatkan siswa sebagai sumber
belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran,
tetapi peran guru tidak digantikan melainkan guru sebagai pengawas dan
motivator, dimana hal ini sesuai dengan LKS terstruktur.
13
20
Km. Agus Adi Wiguna, dkk, Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Berbantu LKS Terstruktur. (Bandung: Universitas Pendidikan Ganesa)
21
Andi Prastowo, Op. Cit., h.206
14
22
Ibid.,hal.205
15
menjadi lebih menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendidik ataupun calon
pendidik harus mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang
inovatif. Berikut adalah langkah-langkah penyusunan LKS.
1) Melakukan analisis kurikulum
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan ahan ajar LKS. Pada langkah analisisnya dilakukan dengan melihat
materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selain itu
juga harus mengamati kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS ini berfungsi unutk mengetahui jumlah LKS yang harus
ditulis dan melihat urutan LKS-nya. Urutan ini sangat dibutuhkan dalam
menentukan prioritas penulisan
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi-kompetensi dasar, materi-
materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum
4) Penulisan LKS
Untuk menulis LKS ini dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
a) Menurumuskan kompetensi dasar
b) Menentukan alat penilaian
c) Menyusun materi
d) Memperhatikan struktur LKS
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam penyusunan LKS, yakni:
1) Dari segi penyajian materi
a) Judul harus sesuai dengan materi yang ada dalam LKS
b) Materi sesuai dengan perkembangan siswa
c) Materi disajikan secara sistematis dan logis
d) Materi dapat disajikan dengan sederhana dan jelas
e) Menunjang keterlibatan dan kemampuan siswa untuk ikut aktif dalam
pembelajaran
2) Dari segi tampilan, yaitu:
a) Penyajian sederhana, jelas, dan mudah difahami
16
Jadi dapat disimpulkan bahwa LKS yang baik adlah LKS yang
memperhatikan tampilan dan cara penyajian materi atau informasi yang lebih
menarik dan mudah difahami oleh siswa sehingga mampu menciptakan proses
belajar yang semakin lancar, meningkatkan motivasi siswa dan menunjang siswa
belajar dimanapun selain di kelas.
23
Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013,
(jakarta: Erlangga, 2013), hal. 256
24
Supiyanto, Fisika untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Phibeta Aneka Gama, 2007), hal. 174
25
Bob Foster, Fisika Terpadu SMA/MA Jilid 2B, (Bandung:Erlangga, 2012), hal.98
17
1. Satu Permukaan
Misalkan, kawat kecil yang panjangnya L terapung di permukaan suatu zat
cair, maka besar tegangan permukaan yang dialami oleh kawat tersebut adalah:
𝐹
𝛾= … … … … … … … … … … … . .2.1
𝐿
Dengan:
𝑁
𝛾 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 ( 𝑚 )
𝐹 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 (𝑁)
𝐿 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑎𝑤𝑎𝑡 (𝑚)
2. Dua Permukaan
Sebuah kawat berbentuk U dicelupkan ke dalam air sabun kemudia diangkat,
akan terbentuk suatu lapisan sabun. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar.
Karena sabun yang memiliki dua permukaan, maka besar tegangan permukaannya
adalah:
𝐹
𝛾= … … … … … … … … … … … … … 2.2
2𝐿
c. Kapilaritas
1) Meniskus
Kelengkungan permukaan zat cair didalam tabung dinamakan gejala
meniskus. Untuk permukaan air dalam tabung disebut meniskus cekung dengan
sudut kontak antara dinding kaca dengan garis lurus kelengkungan (𝜃 < 900 )
sudut lancip. Dan kelengkungan permukaan air raksa dalam tabung disebut
meniskus cembung dengan sudut kontak yang terjadi pada permukaan air raksa
dengan dinding kaca adalah sudut tumpul(900 < 𝜃 < 1800 ).26
2) Definisi Kapilaritas
Gejala naik turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler disebut gejala
kapilaritas. Naik turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler dipengaruhi oleh
gaya tegangan permukaan dan berat zat cair itu sendiri.27
Dalam keadaan seimbang:
26
Ibid hal.99-100
27
Douglas C.Giancoli, Fisika Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2001). Hal. 326
18
28
Supiyanto, Op.Cit., hal.190
29
Supiyanto, Ibid, hal175-176
19
𝑘𝑔
𝜌 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ( 3 )
𝑚
𝐴 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 (𝑚2 )
ℎ = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝑚)
𝑚
𝑔 = 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 ( 2 )
𝑠
Berdasarkan persamaan 2.4, besar tekanan hidrostatik di dasar silinder sama
dengan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝜌𝐴ℎ𝑔
𝑃ℎ = = = 𝜌ℎ𝑔 … … … … … … . .2.5
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐴
Dengan:
𝑁
𝑃ℎ = 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 ( = 𝑃𝑎)
𝑚2
𝑚
𝑔 = 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 ( 2 )
𝑠
ℎ = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 (𝑚)
fluida yang berada di dalam suatu bejana berhubungan. Fenomena ini
dinyatakan dalam hukum pokok hidrostatika, yang berbunyi: semua titik yang
terletak pada suatu bidang datar di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan
yang sama.
Tekanan di suatu titik di dalam fluida yang sebenarnya, disebut tekanan
absolut, dapat dihitung dengan rumus:
𝑃 = 𝑃0 + 𝑃ℎ = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ … … … … … … … … 2.6
Dengan 𝑃0 tekanan udara luar (1 atm)
e. Hukum Pascal
Blaise Pascal, seorang ilmuan Prancis (1623-1662), secara teori menyatakan
bahwa: “Tekanan yang diadakan dari luar kepada zat cair yang ada di dalam
runag tertutup akan diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah dengan sama
rata.” 30
Bejana tertutup yang dilengkapi dua buah piston yang luas penampangnya
berbeda, yaitu 𝐴1 𝑑𝑎𝑛 𝐴2 (𝐴1 < 𝐴2 ). Didalam bejana terdapat zat cair.
30
Supiyanto, Op. Chit., hal. 178
20
𝐹1
𝑃=
𝐴1
Dari bunyi hukum pascal dapat kita rumuskan 𝑃1 = 𝑃2 , maka diperoleh
persamaan
𝐹1 𝐹2
= … … … … … … … … … … … … .2.7
𝐴1 𝐴2
Dimana:
𝐹1 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑁)
𝐹2 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑜𝑛 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑁)
𝐴1 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑚2 )
𝐴2 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑚2 )
Hukum pascal banyak dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan manusia.
Contoh dongkrak hidrolik, pompa hidrolik, mesin pengangkat mobil, alat
pengepres hidrolik, dan rem hidrolik pada motor atau mobil.31
f. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes yang menyatakan bahwa, gaya apung yang bekerja pada
sebuah benda yang dibenamkan sama dengan berat fluida yang dipindahkan.32
Berdasarkan hukum Archimedes terdapat syarat sebuah benda untuk terapung,
melayang, dan tenggelam di dalam suatu fluida.
1) Terapung
Benda dikatakan terapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair. Jika
volume yang tercelup sebesar 𝑉𝑓 , maka gaya ke atas oleh zat cair yang disebabkan
oleh volume benda yang tercelub sama dengan berat benda.
𝑤𝑏 < 𝐹𝐴
𝑚𝑏 . 𝑔 < 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓
𝜌𝑏 𝑔𝑉𝑏 < 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓
Karena 𝑉𝑏 < 𝑉𝑓 maka 𝜌𝑏 < 𝜌𝑓. Jadi benda akan terapung jika massa jenis
benda lebih kecil daripada massa jenis fluida. Apabila volume benda tercelup
dalam zat cair 𝑉𝑓 dan volume total 𝑉𝑏 berikut:
31
Bob Foster, Op.Cit., hal.83-85
32
Ibid., hal.88-90
21
𝜌𝑏 𝑉𝑏
= … … … … … … … … … … … .2.8
𝜌𝑓 𝑉𝑓
Dimana:
𝜌𝑏 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 ( 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑘𝑔
𝜌𝑓 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 ( 3 )
𝑚
𝑉𝑏 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (𝑚3 )
𝑉𝑓 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 (𝑚3 )
2) Melayang
Benda dikatakan melayang jika seluruh benda tercelup kedalam zat cair, tetapi
tidak menyentuh dasar zat cair. Sebuah benda akan melayang dalam zat cair
apabila gaya ke ats yang bekerja pada benda sama dengan berat benda.
𝑤𝑏 = 𝐹𝐴
𝑚𝑏 . 𝑔 = 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓
𝜌𝑏 𝑔𝑉𝑏 = 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓 … … … … … … … .2.9
Karena 𝑉𝑏 = 𝑉𝑓 maka 𝜌𝑏 = 𝜌𝑓 . Jadi benda akan melayang jika massa jenis
benda sama dengan massa jenis fluida.
3) Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam, jika benda berada di dasar zat cair. Sebuah benda
akan tenggelam ke dalam suatu zat cair apabila gaya ke atas yang bekerja pada
benda lebih kecil daripda berat benda.
𝑤𝑏 > 𝐹𝐴
𝑚𝑏 𝑔 > 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓
𝜌𝑏 𝑔𝑉𝑏 > 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑓 … … … … … … … . .2.10
Karena 𝑉𝑏 > 𝑉𝑓 maka 𝜌𝑏 > 𝜌𝑓 . Jadi, benda tenggelam jika massa jenis benda
lebih besar daripada massa jenis fluida.
4) Aplikasi Hukum Archimedes
Aplikasi hukum archimedes dapad kita jumpai dalam berbagai peralatan dari
yang sederhana sampai yang canggih, dapat dilihat pada gambar berikut ini.33
33
Supiyanto, Op.Cit.,hal.184-185
22
g. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan didalam fluida. Semakin besar viskositas fluida maka semakin
sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga semakin sulit suatu benda bergerak
dalam fluida dengan koefisien viskositasnya 𝜂, maka benda tersebut akan
mengalami gaya gesekan fluida yang dikenal sebagai hukum Stokes sebesar:34
𝐹𝑠 = 6𝜋𝑟𝜂𝑣 … … … … … . .2.11
Dengan:
𝐹𝑠 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 𝑠𝑡𝑜𝑘𝑒𝑠 (𝑁)
𝜂 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎(𝑃𝑎 𝑠)
𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 (𝑚)
𝑚
𝑣 = 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑗𝑢𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑙𝑎 ( )
𝑠
34
Supiyanto, Ibid. Hal.191-192
23
35
Dr. John T.Mkpanang, Multiple Intelligence Development Approach (MIDA) and
Students Interest and Achievement in Physics, Published by European Centre for Research Training
and Development UK, 2016, h. 42
36
Yuli Fransiska, dkk., Pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis Kecerdasan Majemuk
untuk Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Pada Materi Elastisitas, Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Fisika UNSRI, vol. 3, no. 1, 2016, h.1
37
I Made Astra, dkk., Development of an Android Application in the form of a simulation
Lab as Learning Media for Senior High School Student, Eurasia Journal of Mathematic Science &
Technology Education, vol. 5, no. 11, 2015, h.1086
24
Use in FATIH Project: Force and Motion Unit” “Mobile Application scenarios
prepared in the line with these objectives made it possible for student to use their
khowledge and skills in education and to establish relations with new
situations”38 hasil penelitian menyatakan bahwa skenario pembelajaran
menggunakan aplikasi mobile memungkinkan bagi siswa untuk menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam proses pembelajaran dan juga untuk
beradaptasi dengan situasi pembelajaran yang baru.
C. Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis
38
Mahmut Kantar and Mevlut Dogan, Development of Mobile Learning for 9th Grade
Physics Course To Use in FATIH Project: Force and Motion Unit, Participatory Educational
Research (PER), 2015, h.108
25
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.77.
26
Eksprimen Y1 XE Y2
Kontrol Y1 XK Y2
Keterangan :
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang akan dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini
diantaranya:
40
Emzir, M. Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.102.
41
Ibid,h. 76.
27
a) Merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai topik utama dalam penelitian
b) Melakukan studi pustaka serta observasi dan wawancara ke sekolah untuk
mendapatkan data pendukung dari fokus permasalahan penelitian
c) Membuat lembar kerja siswa (LKS) Android berbasis Multiple Intelligences.
Kemudian menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP,
instrument tes Multiple Intelligences, instrumens tes hasil belajar, lembar
observasi aktivitas siswa, dan angket respon siswa. Selanjutnya menyusun
rubrik penilaian kelayakan LKS untuk ahli media, ahli materi dan ahli
pembelajaran.
2. Tahap Pengambilan Data
a) Memberikan test awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum pelaksanaan pembelajaran.
b) Memberikan test Multipple Intelligences untuk mengetahui kecerdasan
dominan yang dimiliki siswa dari 8 teori kecerdasan Gardner. Kemudian
menganalisis hasil tes tersebut sebagai acuan pembuatan LKS.
c) Mengelompokkan subyek penelitian menjadi dua kelas, yaitu kelas
eksperiment dan kelas kontrol berdasarkan hasil pretest. Kelas yang
mendapatkan nilai rata-rata pretest lebih tinggi dijadikan sebagai kelas
kontrol. Sedangkan kelas yang mendapatkan nilai rata-rata pretest lebih
rendah dijadikan kelas eksperiment.
d) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperiment dan kelas kontrol.
Pembelajaran di kelas eksperiment menggunakan LKS android berbasis
Multiple Intelligences, sedangkah di kelas konntrol menggunakan metode
konvensional.
e) Memberikan test akhir (posttest) pada kelas eksperiment dan kelas kontrol
setelah pembelajaran selesai. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
pengaruh LKS android berbasis Multiple Intelligences terhadap hasil belajar
siswa setelah diberikan perlakuan yang berbeda.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir, diantaranya:
28
a) Menganalisis data hasil posttest dan membandingkan dengan data hasil pretest
dari kelas eksperiment dan kelas kontrol
b) Menyimpulkan hasil penelitian
c) Memberikan kritik dan saran terhadap kekurangan dalam pelaksanaan
penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (X) = LKS Android dengan pendekatan Multiple Intelligences
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (Y) = hasil belajar siswa
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data tes dan nontes. Data test
dikumpulkan dari beberapa test yang diberikan kepada siswa kelas kontrol dan
kelas eksperiment.
42
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.118.
43
Ibid, h. 135.
44
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 207.
29
Test terdiri dari tes Multiple Intellegences, pretest, dan posttest. Tes Multiple
Intelligences diberikan kepada siswa untuk mengetahui kecerdasan majemuk yang
dominan dari 8 kecerdasan yang dimilikinya. Pretest diberikan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum diberi perlakuan (treatment). Posttest diberikan
untuk menguji pengetahuan siswa setelah mendapat perlakuan (treatment).
Sedangkan data nontes dikumpulkan dari angket dan lembar observasi kelas.
Angket diberikan kepada guru dan siswa kelas eksperiment untuk mengetahui
respon terhadap LKS android yang digunakan. Lembar observasi kelas digunakan
untuk mengetahui penilaian terhadap aktivitas yang terjadi di kelas eksperiment
maupun kelas kontrol.
G. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat untuk mengumpulkan data.45Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan nontes.
1. Instrument Tes
Instrument tes dalam penelitian ini berupa tes Multiple Intellegences, dan tes
hasil belajar sebagai instrument pretest dan posttest.
a) Tes Multiple Intelengences
b) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian berupa soal-soal pilihan
ganda sebanyak 25 butir soal dengan 5 pilihan jawaban. Tes ini dibuat berpatokan
pada indikator yang ingin dicapai. Tes mencangkup ranah kognitif pada aspek
mengingat (C1), memahami (C2) , menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Test
ini diberikan dua kali, yaitu saat pretest dan posttest.
2. Instrument nontes
Instrument nontes berupa lembar observasi dan angket. Lembar observasi
digunakan untuk menilai aktivitas saat pembelajaran berlangsung. Angket
digunakan untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap LKS Android
berbasis Multiple Intellegences.
45
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian., (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999),
h. 73.
30
H. Kalibrasi Instrumen
1. Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument.46 Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur. Rumus yang digunakan untuk menguji
validitas tes objektif adalah rumus korelasi product moment dengan angka kasar.47
Rumus ini digunakan karena skor tiap item sama, yaitu item benar diberi skor satu
dan item salah diberi skor nol.
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(𝑋)(𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
2
√{𝑁 ∑ 𝑋 2− (∑ 𝑋) }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
Dengan:
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X = skor tiap butir soal
∑Y = skor total
N = jumlah siswa
Setelah diperoleh nilai 𝑟𝑥𝑦 selanjutnya dilakukan uji validitas dengan
membandingkan harga 𝑟𝑥𝑦 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dapat diperoleh dengan terlebih
dahulu menetapkan derajat kebebasan menggunakan rumus (df = n – 2) dengan
taraf signifikansi 5% (α = 0,05).
Kriteria pengujian nya :
Jika 𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut valid
Jika 𝑟𝑥𝑦 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor ajeg, relative tidak
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), h.144.
47
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h.87.
31
𝑛 𝑆 2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = ( )( )
𝑛−1 𝑆2
Dengan :
𝑟11 = reliabilitas tes scara keseluruhan
𝑝 = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
𝑞 = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
3. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran.50 Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot
soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur
tingkat kesukaran. Semakin besar bilangan indeks nya, menunjukkan semakin
mudah soal tersebut.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut:51
𝐵
P=
𝐽𝑆
Dengan :
P = Indeks Kesukaran
B = banyaknya siswa
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
48
Suharsimi Arikunto, Op, Cit. , h.100.
49
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h.116.
50
Ibid, h. 223.
51
Ibid, .
32
Tabel 3.2
Indeks Kesukaran
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.52
Rumus yang digunakan untuk megukur daya pembeda ini adalah sebagia berikut:
𝐵𝐴 𝐵𝐵
P= -
𝐽𝐴 𝐽𝐵
Dengan :
D = Daya pembeda soal
𝐵𝐴 = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelas atas
𝐵𝐵 = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelas bawah
𝐽𝐴 = Jumlah seluruh kelas atas
𝐽𝐵 = Jumlah seluruh kelas bawah
Tabel 3.3
Klasifikasi daya pembeda
52
Ibid, h. 226.
33
Jumlah ∑F - - ∑ F . X1 ∑ F. 𝑋12
∑𝑓 𝑋
𝑋̅ = 𝑛 1
𝑛 ∑ 𝑓𝑋12 − (∑ 𝑓𝑋1 )2
S=√
𝑛 (𝑛−1)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan
atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Hipotesis
35
Dengan
2 𝑛 ∑ 𝑋12 − (∑ 𝑋1 )2
𝑆 =
𝑛 ( 𝑛−1 )
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunaka untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Android dengan pendekatan Multiple Intelligences terhadap
hasil belajar siswa. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan “t” test.
Berikut ini langkah-langkah uji hipotesis:
a. Untuk sampel yang homogen
𝑋̅1 − 𝑋̅2 ∑ 𝑋1 ∑ 𝑋2
t= ̅1 =
dengan 𝑋 ̅2 =
dan 𝑋
1
𝑆𝑔𝑎𝑏 √ +
1 𝑛1 𝑛2
𝑛1 𝑛2
𝑛(∑ 𝑋 2 )− (∑ 𝑋)2
dan St = √
𝑛 ( 𝑛−1 )
dengan :
t = nilai t hitung
𝑋̅1 𝑑𝑎𝑛 𝑋̅2 = nilai rata-rata hitung pada kelomok 1 dan 2
𝑆12 dan 𝑆22 = varians data kelompok 1 dan 2
Sgab = simpangan baku kedua kelompok
36
2
𝑆2
1 𝑆2
2
(𝑛 + 𝑛 )
1 2
b). menghitung df dengan rumus 𝑑𝑓 = 2 2
𝑆2
1 𝑆2
(𝑛 ) (𝑛2 )
1 2
𝑛1 −1
+ 𝑛 −1
2
𝑋̅𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ − 𝑋̅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑔𝑎𝑖𝑛 < 𝑔 > =
𝑋̅𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑋̅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
L. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistic adalah sebagai berikut:
H0 = μ1 ≤ μ2
H1 = μ1 > μ2
Dengan :
μ1 = rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen
μ1 = rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas control
38
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabani, trianto Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: kencana, 2003.
Dewi Salma prawiradilaga, Diana Ariani, Hilman handoko. Mozaik Teknologi Pendidikan.
jakarta: fajar Interpratama Mandiri, 2013.
Foster, Bob. Fisika Terpadu SMA Jilid 2B. Bandung: Erlangga, 2012.
H, Gardner. The Disiplined Mind: What All Student Should Understand. New York: Simon
& Schuster, 1999.
Istiyanto, Jazi Eko. Pemprograman Smart phone Menggunakan SDK Android dan Hacking
Android. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Jannah, Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Jaya, Alamsyah Said dan Andi Budiman. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences.
Jakarta: Pranamedia Group, 2015.
39
Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta:
Erlangga, 2013.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Dipa Press,
2011.
sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Supiyanto. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka Gama, 2007.