Anda di halaman 1dari 8

|49

Indonesian Journal of Science and Education


Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017, pp: 49~56
p-ISSN: 2598-5213, e-ISSN: 2598-5205
e-mail: ijose@untidar.ac.id, website: jurnal.untidar.ac.id/index.php/ijose

INOVASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

Karsilah1a), Yunita Dwi Febriastuti2b), Siswanto3c)


1
SMP N 2 Geyer, Jalan Raya Purwodadi-Solo KM. 4, Grobogan
2
SMK N 2 Purwodadi, Purwodadi, Grobogan
3
Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Tidar, Magelang
e-mail: a)karsilahsmpn2@gmail.com, b)yfebriastuti@gmail.com, c)siswanto@untidar.ac.id

Received:25 September 2017 Revised:11 Oktober 2017 Accepted:19 Oktober 2017

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa melalui
penerapan inovasi model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inovasi model pembelajaran dilakukan
dengan mengkombinasikan kegiatan argumentasi dalam tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan empat
tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian yaitu instrumen tes pilihan berganda untuk mengukur kemampuan kognitif. Selain itu,
juga digunakan lembar observasi untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa pada
siklus I dan II baik secara klasikan maupun rata-rata kelas. Secara klasikal, pada siklus I, sebesar 82%
siswa lulus di atas kriteria ketuntasan minimal sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86%.
Dilihat dari rata-rata kelas, pada siklus I tercapai rata-rata kelas sebesar 84 dan pada siklus II sebesar
85. Secara umum, seluruh tahapan kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa terutama
pada siklus II.

Kata Kunci: inkuiri terbimbing, kegiatan argumentasi, kemampuan kognitif.

ABSTRACT
This study is conducted to improve students' cognitive abilities by applying the innovation in guided
inquiry learning model. The learning model innovation is done by combining the argumenting activity
in guided inquiry learning model stage.This research is conducted using classroom action research
design with four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection stage. The
instrument used in this research is multiple choice test which is used to measure the cognitive ablities.
Besides, observation sheet is also used to observe the learning activities.The result shows that there is
an increase instudents’ cognitive abilities in cycles I and II, both classical and average score of
class.Classically, in the cycle I, 82% of students passbeyond the minimum scoring criteria, while in
cycle II it increases to 86%. Based on the average class, in cycle I the average class of 84 is reached
and in cycle IIis 85. Generally, all stages of learning activities are accomplished by teacher and
students, especially in cycle II.

Keywords: guided inquiry, argumentating activity, cognitive abilities

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|50

PENDAHULUAN terbimbing. Inovasi yang dilakukan yaitu


mengkombinasikan tahapan model inkuiri
Setiap pembelajaran harus dirancang terbimbing dengan kegiatan argumentasi.
agar dapat membekalkan kemampuan Model pembelajaran inkuiri terbimbing
kognitif kepada siswa (Howard, 2015). dipilih karena mampu membangun
Menurut Anderson (2001), kemampuan kemampuan kognitif siswa (Douglas, 2012;
kognitif merupakan kegiatan mental yang Vlassi, 2013). Melalui model pembelajaran
berkaitan dengan kemampuan seseorang inkuiri terbimbing, siswa dilatih untuk
dalam berpikir. Kemampuan kognitif belajar bagaimana berpikir dan bertindak
menjadi sangat penting bagi siswa, karena seperti seorang ilmuan melalui kegiatan-
memberikan informasi tentang bagaimana kegiatan inkuiri (Wenning, 2011; Harlen,
siswa mampu menguasai konsep yang 2014; Bekiroglu, 2014).
sedang dipelajari. Selain itu, pada Inovasi model pembelajaran inkuiri
kurikulum yang diterapkan di Indonesia, terbimbing dengan kegiatan argumentasi,
kemampuan kognitif juga menjadi aspek diharapkan dapat menjadi penyokong agar
penting yang menjadi sasaran dalam tujuan lebih efisien dalam meningkatkan
pembelajaran. kemampuan kognitif siswa. Beberapa hasil
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
kemampuan kognitif siswa masih belum argumentasi sains yang dilatihkan dalam
maksimal. Kemampuan kognitif siswa pada kegiatan pembelajaran dapat lebih
pembelajaran sains untuk level memahami meningkatkan kemampuan penguasaan
(C2), mengaplikasikan (C3), dan konsep (Mc. Neil, 2006; Sampson, 2010;
menganalisis (C4) masih rendah dicapai Muslim, 2012; Siswanto, 2014; Yusiran,
oleh siswa pada beberapa sekolah 2016). Kegiatan argumentasi dilakukan
menengah (Siswanto, 2014). Secara umum, dengan melibatkan kemampuan kognitif
siswa masih mengalami kesulitan untuk maupun afektif, yang dapat membantu
menguasai konsep sains (Ugulu, 2016). siswa tidak hanya pada aspek sosio-kultural
Berdasarkan hasil observasi awal dari sains tetapi juga konsep dan proses
peneliti, rendahnya kemampuan kognitif dasar sains. Menurut Duschl (2008) dan
juga peneliti temukan pada siswa di dalam Erduran (2008), kegiatan argumentasi
kelas peneliti. Peneliti melakukan studi memfasilitasi siswa untuk melatihkan
pendahuluan di sekolah dengan melihat kemampuan kemampuan kognitif dan
capaian nilai siswa terhadap batas nilai afektif yang dapat digunakan untuk
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas membantu memahamkan konsep dan proses
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dasar sains. Kegiatan berargumentasi yang
siswa yaitu sebesar 73 dari rentang nilai dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
antara 0 sampai 100. Berdasarkan hasil mengacu pada Toulmin Argumentation
studi pendahuluan peneliti, hanya sebesar Pattern (Toulmin, 2003), yang meliputi
35 % siswa yang mampu mencapai hasil kegiatan mengajukan klaim (claim), bukti
belajar untuk aspek kemampuan kognitif di (Data), pembenaran (Warrant), dan
atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). dukungan (Backing).
Sedangkan, 65% siswa lainnya berada di Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan tujuan untuk meningkatkan
dengan rincian: 40% berada pada kisaran kemampuan kognitif siswa SMP pada
nilai 50 – 72 dan 60% berada pada kisaran pembelajaran sains yang proses
nilai 20 – 49. Berdasarkan hal tersebut, pembelajarannya menerapkan model
peneliti sering melakukan remidial disetiap pembelajaran inkuiri terbimbing
pokok bahasan yang diajarkan. menggunakan setting kegiatan argumentasi.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi temuan
masalah tersebut, peneliti melakukan
inovasi model pembelajaran inkuiri

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|51

METODE PENELITIAN penelitian. Analisa data kemampuan


kognitif siswa dilakukan dengan cara: (1)
Penelitian ini menggunakan desain menghitung ketuntasan individu di setiap
penelitian tindakan kelas dengan 4 tahapan siklus penelitian dengan cara memberi skor
yang saling terkait dan bersinambungan: (1) dan nilai pada hasil tes setiap siswa sesuai
tahap perencanaan (planing), (2) tahap dengan kriteria penilaian yang dibuat.
pelaksanaan (acting), (3) tahap pengamatan Setiap siswa dalam proses belajar mengajar
(observing), dan (4) tahap refleksi dinyatakan tuntas secara individu apabila
(reflecting) (Usman, 2008). Pada penelitian siswa mampu memperoleh nilai di atas nilai
tindakan ini dirumuskan indikator Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
keberhasilan penelitian, yaitu: (1) tercapai sebesar 73 dari rentang 0 – 100; (2)
ketuntasan belajar klasikal minimal 85%, menghitung ketuntasan klasikal yang
yang artinya sebanyak 85% siswa di dalam dicapai di setiap siklus penelitian, dengan
kelas mendapatkan nilai tes kemampuan menghitung rata-rata kelas; (3) menghitung
kognitif sama dengan atau di atas nilai nilai rata-rata kelas disetiap siklus.
KKM; (2) tercapai nilai rata-rata kelas Selain instrumen tes, juga digunakan
minimal sebesar nilai KKM. Jika kedua lembar observasi untuk mengamati aktivitas
indikator keberhasilan tersebut tercapai, guru dan siswa guna melihat gambaran
maka siklus penelitian akan dihentikan. keterlaksanaan tindakan yang dilakukan.
Gambar desain penelitian dapat dilihat pada Observasi dilakukan oleh empat observer.
Gambar 1. Pada penelitian ini, dilaksanakan Analisis data keterlaksanaan pembelajaran
2 siklus peneletian karena indikator dilakukan dengan cara: (1) menghitung
keberhasilan sudah tercapai. jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang diisi
Instrumen yang digunakan dalam oleh observer; (2) menghitung persentase
penelitian ini yaitu instrumen tes pilihan keterlaksanaan pembelajaran disetiap tahapan
berganda untuk mengukur kemampuan pembelajaran; (3) menganalisa kolom
kognitif siswa. Tes diberikan setelah keterangan yang diisi oleh observer.
pemberian tindakan disetiap siklus

Gambar 1. Desain Penelitian

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|52

HASIL DAN PEMBAHASAN langkah-langkah pembelajarannya dapat di


Model pembelajaran inkuiri terbimbing lihat pada Tabel 1.
menggunakan setting kegiatan argumentasi Kegiatan pembelajaran pada Tabel 1,
merupakan inovasi pembelajaran yang dilakukan disetiap siklus dengan evaluasi
memadukan antara tahapan-tahapan pada oleh observer. Observer melakukan evaluasi
model pembelajaran inkuiri dengan berdasarkan lembar ovservasi.
kegiatan berargumentasi. Secara garis besar,

Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Guided Inquiry Menggunakan Setting Argumentasi


Langkah Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap I: ✓ Membagikan Lembar kerja Siswa ✓ Mengidentifikasi masalah yang disajikan
Mengidentifikasi masalah sebagai pedoman untuk melakukan
eksperimen inkuiri terbimbing dengan
setting argumentasi,
✓ Memberikan permasalahan kepada
setiap kelompok dengan
permasalahan yang sama
Tahap II ✓ Membimbing siswa untuk ✓ Mengkaji literatur untuk menjawab
merumuskan hipotesis merumuskan hipotesis dan membuat rumusan masalah
menggunakan kegiatan argumen sementara ✓ Membuat hipotesis mengenai
argumentasi permasalahan tersebut
✓ Membuat argumen sementara untuk
mendukung hipotesis
Tahap III ✓ Membimbing siswa dalam melakukan ✓ Melakukan eksperimen untuk menjawab
Mengumpulkan data eksperimen permasalahan dan membuktikan kebenaran
(melakukan eksperimen dari hipotesis yang sudah dibuat
dengan model eksperimen ✓ Mengisi data-data hasil eksperimen yang
inkuiri terbimbing yang sudah dilakukan pada Lembar Kerja Siswa
dipadukan dengan setting (LKS)
argumentasi)
Tahap IV ✓ Membimbing siswa melakukan ✓ Melakukan analisa data hasil eksperimen
melakukan analisis data analisis data yang berpedoman pada ✓ Menjawab beberapa pertanyaan yang ada
dengan panduan lembar LKS berbasis inkuiri terbimbing yang pada Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
kerja siswa (LKS) berbasis di setting argumentasi mendapatkan penguasaan konsep
inkuiri terbimbing yang di
setting argumentasi,
Tahap V ✓ Membimbing siswa melakukan ✓ Melakukan evaluasi terhadap argumen dan
Menarik kesimpulan evaluasi terhadap hipotesis dan hipotesis yang sudah dibuat
argumentasinya ✓ Membuat dan menuliskan kembali
✓ Memandu dan membimbing siswa hipotesis dan argumentasi berdasarkan
untuk menarik kesimpulan hasil evaluasi
✓ Menarik kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi, tahapan siswa di Siklus I dan II dapat dilihat pada
kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh Tabel 2.
guru secara keseluruhan dan sistematis. Pada Siklus I, kegiatan-kegiatan pada
Akan tetapi, hasil pengamatan terhadap tahap 2 dan 3 secara keseluruhan tidak
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh terlaksana 100%, sedangkan pada tahap 5
siswa menunjukkan bahwa ada beberapa tidak terlaksana 100% untuk kegiatan
kegiatan pembelajaran yang tidak evaluasi argumen dan hipotesis.
terlaksana 100% oleh siswa pada Siklus 1, Berdasarkan hasil observasi, tidak
sedangkan pada Siklus II terlaksana 100%. terlaksananya kegiatan pembelajaran
Pada siklus II, tahapan pembelajaran dikarenakan beberapa siswa tidak terlibat
tercapai 100% karena kegiatan evaluasi dalam kegiatan diskusi di dalam kelompok.
yang dilakukan bersama antara guru dan Beberapa siswa di dalam kelompok hanya
observer setelah kegiatan pembelajaran terfokus pada kegiatan menulis. Padahal,
pada Siklus I. Persentase keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh tahapan pembelajaran ini memfasilitasi
setiap siswa di dalam kelompok untuk aktif

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|53

dan terlibat dalam kegiatan diskusi dan memantaunya secara langsung. Selain itu,
melakukan eksperimen. guru memberikan penilaian secara
Tercapainya keterlaksanaan langsung, baik individu maupun kelompok,
pemebelajaran di siklus II sebesar 100 dan memasang hasil penilaian tersebut di
persen, dikarenakan kegiatan evaluasi depan kelas. Kemudian, memberikan
peneliti di Siklus I. Berdasarkan evaluasi di penghargaan kepada individu dan kelompok
Siklus I, pada Siklus II guru melakukan terbaik. Untuk memudahkan melakukan
bimbingan intensif diseluruh kelompok penilaian, setiap siswa memakai nomor
dengan cara mengelilingi kelompok dan dada.

Tabel 2. Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran


Langkah Siklus Siklus
Aktivitas Siswa
Pembelajaran I (%) II (%)
Tahap I Mengidentifikasi masalah yang disajikan 100 100
Tahap II Mengkaji literatur untuk menjawab rumusan masalah 75 100
Membuat hipotesis mengenai permasalahan tersebut 75 100
Membuat argumen sementara untuk mendukung hipotesis 75 100
Tahap III Melakukan eksperimen untuk menjawab permasalahan dan membuktikan 75 100
kebenaran dari hipotesis yang sudah dibuat
Mengisi data-data hasil eksperimen yang sudah dilakukan pada Lembar Kerja 75 100
Siswa (LKS)
Tahap IV Melakukan analisa data hasil eksperimen 100 100
Menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) 100 100
untuk mendapatkan penguasaan konsep
Tahap V Melakukan evaluasi terhadap argumen dan hipotesis yang sudah dibuat 75 100
Membuat dan menuliskan kembali hipotesis dan argumentasi berdasarkan hasil 100 100
evaluasi
Menarik kesimpulan 100 100

Secara umum, hasil penelitian pada siklus I. Pemberian penghargaan di


menunjukkan bahwa model pembelajaran dalam pembelajaran, baik kepada individu
guided inquiry yang dikombinasikan maupun kelompok berdampak pada
dengan kegiatan argumentasi mampu terlaksananya kegiatan pembelajaran
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. dengan baik oleh siswa. Siswa menjadi
Data capaian kemampuan kognitif dihitung termotivasi untuk melaksanakan kegiatan
secara klasikal dan juga rata-rata kelas, pembelajaran dengan lebih maksimal.
seperti pada Gambar 2 dan 3. Hasil
perhitungan dibandingkan dengan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu
sebesar 73.
Berdasarkan pada Gambar 2, persentase
capaian siswa yang berada di atas KKM
sebesar 82% untuk Siklus I dan 86% pada
siklus II. Hal ini berarti pada siklus I, belum
tercapai indikator keberhasilan penelitian
poin (1), dan telah tercapai pada siklus 2.
Indikator keberhasilan penelitian untuk poin
(1) mensyaratkan 85% siswa mencapai
ketuntasan belajar klasikal minimal.
Tercapainya indikator keberhasilan
penelitian di Siklus (2) tidak terlepas dari Gambar 2. Persentase Jumlah Siswa di Atas
kegiatan evaluasi pembelajaran yang KKM
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|54
Hasil penelitian untuk indikator SIMPULAN
keberhasilan penelitian pada poin (2) dapat
dilihat Gambar 3. Berdasarkan Gambar Berdasarkan hasil penelitian, dapat
tersebut, indikator keberhasilan telah disimpulkan bahwa penerapan model
tercapai baik pada Siklus I, maupun Siklus pembelajaran inkuiri terbimbing yang
II. Indikator keberhasilan untuk poin (2) diinovasikan dengan kegiatan argumentasi
mensyaratkan telah tercapai nilai rata-rata mampu meningkatkan kemampuan
kelas minimal tercapai nilai KKM. Pada kognitif siswa.
Siklus I tercapai nilai rata-rata kelas
sebesar 84 dan pada Siklus II sebesar 85. UCAPAN TERIMAKASIH
Nilai KKM yang disyaratkan sebesar 73.
Hal ini berarti bahwa kegiatan Peneliti mengucapkan terimakasih
pembelajaran yang diterapkan efektif kepada SEAMEO Qitep in Science yang
dalam membuat kemampuan kognitif telah memberikan dana, sehingga kegiatan
siswa menjadi lebih maksimal. penelitian ini dapat terlaksana. Selain itu,
peneliti juga mengucapkan terimakasih
kepada kepala SMP N 2 geyer dan SMK N
2 Purwodadi yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan kegiatan
penelitian selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Acar, O. & Patton. (2012). Argumentation


and formal reasoning skillsin an
argumentation-based guided inkuiri
Gambar 3. Nilai Rata-Rata Kelas course. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 46: 4756 – 4760.
Kegiatan argumentasi yang dipadukan
dalam model pembelajaran inkuiri Akarsu, B., Bayram, K., Slisko, J., & Cruz,
terbimbing berperan untuk lebih A.C. (2013). Understanding
menyokong peningkatan kemampuan Elementary Students’ Argumentation
kognitif siswa. Ketika siswa menjadi lebih Skills through Discrepant Event
terampil berargumentasi, maka “Marbles in the Jar”. International
kemampuan kognitif siswa juga akan Journal of Scientific Research in
makin meningkat. Menurut Siswanto Education, 6 (3), 221-232.
(2014), makin tinggi keterampilan siswa
dalam mengkonstruk argumentasi Anderson & Krathwohl Anderson, L.W.,
ilmiahnya, maka kemampuan siswa untuk & Krathwohl D.R. (2001). A
mengkonstruk pengetahuanya juga akan Taxonomy for Learning, Teaching,
makin tinggi. Argumentasi dibutuhkan and Assessing: A Revision of Bloom’s
siswa untuk memperkuat pemahamannya Taxonomy of Educational Objectives.
(Erduran, 2008). Kegiatan pembelajaran New York: Longman.
yang di dalamnya melatihkan siswa untuk
melakukan kegiatan argumentasi, dapat Bekiroglu, F. & Arslan, A. (2014).
meningkatkan kemampuan kognitif Examination of the Effects of Model-
(Squire, 2007; Acar, 2012; Akarsu, 2013; Based Inquiry on Students’ Outcomes:
Siswanto, 2014; Yusiran, 2016). Scientific Process Skills and

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|55
Conceptual Knowledge. Procedia - Classroom. The American Biology
Social and Behavioral Sciences, 1187 Teacher, 72 (7): 427-431.
– 1191.
Douglas, P. & Chiu, C. (2012). Process- Siswanto, -., Kaniawati, I., & Suhandi, A.
oriented Guided Inquiry Learning in (2014). Penerapan Model
Engineering. Procedia - Social and Pembelajaran Pembangkit Argumen
Behavioral Sciences, 56: 253 -257. Menggunakan Metode Saintifik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Duschl, R. (2008). Science Education in Dan Keterampilan Berargumentasi
Three-Part Harmony: Balancing Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Conceptual, Epis-temic, and Social Indonesia, 10(2), 104-116.
Learning Goals. Review of Reasearch doi:http://dx.doi.org/10.15294/jpfi.v10
in Education, 32, 268-291. i2.3347 .

Erduran, S., & Maria, P. (2008). Squire, K., & Mingfong. (2007)
Argumentation in Science Education. Developing Scientific Argumentation
London: Spinger Science. Skills with a Place-based Augmented
Reality Game on Handheld
Harlen, W. (2014). Helping children’s Computers. Journal of Science
development of inkuiri skills. Inkuiri Education and Technology, 16 (1).
in primary science education (IPSE),
1: 5-19. Toulmin, S. (2003). The Uses of
Argument. New York: Cambridge
Howard, R. (2015). Classifying types of University Press.
concept and conceptual structure:
Some taxonomies. European Journal Ugulu. (2016). Determination of Retention
of Cognitive Psychology, 4 (2): 81- of Students Knowledge and the Effect
111. of Conceptual Understanding.
Biotechnology & Biotechnological
Mc. Neil, K. L., Lizotte, D. J., & Karjcik, Equipment, 23:sup1, 14-18.
J. (2006). Supporting Student’s
Construction of Sci-entific Usman. (2008). Mari Belajar Meneliti.
Explanations by Fading Scaffolds in Yogyakarta: Genta Press.
Instructional Materials. The Journal of
The Learning Science, 15 (2), 153- Vlassi, M. & Karaliota, A. (2013). The
191. comparison between guided inquiry
and traditional teaching method. A
Muslim, Suhandi, A. (2012). case study for the teaching of the
Pengembangan Perangkat structure of matter to 8th grade Greek
Pembelajaran Fisika Sekolah untuk students. Procedia - Social and
Meningkatkan Kemampuan kognitif Behavioral Sciences, 93: 494 – 497.
dan Keterampilan Berargumentasi.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Wenning, C., J. (2011). Experimental
8:174-183. inkuiri in introductory physics courses.
Journal of Physics Teacher Education,
Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two 6 (2): 2-8.
Instructional Models That Teacher Can
Use to Promote & Support Scientific Yusiran, Y., & Siswanto, S. (2016).
Argumentation In the Biology Implementasi Metode Saintifik

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|56
Menggunakan Setting Argumentasi Penelitian & Pengembangan
pada Mata Kuliah Mekanika untuk Pendidikan Fisika, 2(1), 15 - 22.
Meningkatkan Kemampuan Kognitif doi:10.21009/1.02103.
Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai