Anda di halaman 1dari 38

PPSDA IKAMI SULSEL

PEMBUKAAN
Bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai sistem nilai dan
aturan yang akan menjiwai pola pikir dan pola sikap setiap warga negara. Nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan social yang dipahami
secara integral dan menyeluruh merupakan tata nilai yang disepakati oleh Bangsa
Indonesia. Pun dalam menyusun aturan-aturan kehidupan, UUD 1945 senantiasa
menjiwai.

Sulawesi Selatan yang merupakan unsur penyusun kebhinnekaan Bangsa Indonesia,


adalah salah satu sumber kekayaan nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila kemudian
tercermin dalam identitas budaya Sulawesi Selatan yang bersendikan falsafah siri’ na
pacce. Maka manusia Sulawesi Selatan yang menerapkan siri’ na pacce secara
konsisten dan komprehensif dalam kehidupannya, pada hakikatnya telah juga
mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

IKAMI SUL-SEL sebagai organisasi yang menaungi mahasiswa/pelajar asal dan atau
keturunan Sulawesi Selatan yang belajar di luar Sulawesi Selatan diharapkan dapat
menjadi rumah untuk mengembangkan setiap potensi anggotanya yang beraneka
ragam. Sebagai rumah, IKAMI SUL-SEL diharapkan dapat memberi bekal yang
sebaik-baiknya dan secukupnya agar para anggotanya dapat lebih mengembangkan
diri, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi ini.

Agar dapat mewujudkan cita-cita diatas, maka seharusnya pengembangan anggota


diarahkan pada pengembangan potensi-potensi/sumber daya anggota yang meliputi
potensi dasar kemanusiaannya, potensi akademik, dan potensi budaya. Arah
pengembangan potensi pun disesuaikan dengan semua potensi diatas, sehingga
anggota dapat secara utuh menyadari tanggung jawabnya sebagai manusia yang
berpendidikan sekaligus tanpa melupakan akar kebudayaannya. Oleh sebab itu, dalam
melakukan proses pengembangan anggota, IKAMI SUL-SEL harus senantiasa
memperhatikan tiga hal penting. Pertama, pendekatan awal agar anggota benar-benar
merasa menjadi bagian dari IKAMI SUL-SEL sehingga mau berproses dan
beraktivitas untuk mengembangkan diri dan organisasi. Kedua, proses pengembangan
sangat ditentukan oleh kualitas organisasi dan pengurus selaku penganggung jawab
PSDA, pengelolaan pelatihan, sarana dan fasilitas latihan, serta materi yang diberikan
kepada anggota. Ketiga, iklim organisasi yang dibangun harus kondusif bagi
pengembangan kualitas anggota dan mencerminkan budaya Sulawesi Selatan, yakni
iklim yang menghargai potensi individu anggota tanpa meninggalkan kebersamaan
serta menerapkan budaya siri’ na pacce yang menjadi roh organisasi.

Untuk memberikan panduan agar proses pengembangan sumber daya anggota dapat
berjalan lancar dan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, maka dipandang perlu
untuk menyusun Pedoman Pengembangan Sumber Daya Anggota (PPSDA) yang
merupakan pedoman IKAMI SUL-SEL dalam mengembangkan setiap anggotanya
untuk menjadi pribadi-pribadi panrita yang memegang teguh siri’ dan mempunyai
pacce bagi masyarakat sekitarnya.
BAB I. POLA UMUM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ANGGOTA IKAMI
SUL-SEL

1 Landasan Pengembangan SDA

Landasan Pengembangan Sumber Daya Anggota merupakan pijakan pokok yang


dijadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam proses pengembangan
SDA IKAMI SUL-SEL . Dalam hal ini, sedikitnya ada 3 (tiga) landasan yang
dapat dipakai, yaitu sebagai berikut:

1.1 Landasan Filosofis

Organisasi adalah wadah yang dibentuk oleh sekumpulan individu untuk


mencapai tujuan bersama yang mempunyai aturan-aturan yang disepakati
bersama. Dengan demikian, sebuah organisasi dapat dikatakan lengkap apabila
mempunyai anggota, tujuan, dan aturan.

IKAMI SUL-SEL adalah sebuah organisasi yang tidak akan bisa lepas dari
konsekuensi logisnya sebagai sebuah organisasi yang dibentuk dari kumpulan
individu-individu. Individu-individu inilah yang kemudian akan membawa arah
organisasi. Tapi kondisi organisasi pula lah yang dapat menentukan tingkat
perkembangan individu dalam organisasi tersebut. Maka, dapat disimpulkan
bahwa hanya organisasi yang baik yang dapat membuat individu-individu yang
ada di dalamnya berkembang, dan hanya dengan indivu-individu yang
berkualitas didalamnya maka sebuah organisasi dapat berjalan dan beraktivitas
dengan baik; menjalankan aturan dan mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Agar dapat mencapai mencapai dua hal ini, yakni organisasi yang baik dan
anggota yang berkualitas, maka IKAMI SUL-SEL perlu menetapkan pedoman
bersama. Pedoman ini akan menetapkan pola dasar pengembangan anggota.

Sesuai dengan penyusun dasar organisasi seperti telah disebutkan di atas, maka
kualitas anggota dipandang perlu untuk ditingkatkan agar dapat membawa
organisasi menjadi lebih baik. Kemampuan managerial dan leadership
kemudian menjadi hal pokok yang perlu dikembangkan dalam diri setiap
anggota. Dengan dua kemampuan ini, anggota akan dapat mengatur organisasi
dengan baik sekaligus memimpin anggota-anggota yang lain sesuai dengan
tugas dan fungsinya dalam organisasi.

IKAMI SUL-SEL juga tidak melupakan latar belakang anggotanya yang


bersifat akademis, sehingga pola pengembangannya kemudian menempatkan
kemampuan dan keberhasilan akademis anggot sebagai prioritas yang sangat
penting.

Dan karena IKAMI SUL-SEL adalah juga organisasi yang berbasis kebudayaan,
maka nilai-nilai budaya sudah seharusnya ditanamkan dalam diri setiap
anggota. Nilai-nilai dan kearifan lokal budaya Sulawesi Selatan harus
senantiasa menjiwai pola pikir dan pola sikap setiap anggota IKAMI SUL-SEL.
Pemahaman dan penerapan nilai-nilai budaya secara menyeluruh dan tanpa bias
kemudian menjadi hal yang sangat penting dalam hal ini.
Tentu saja, keseluruhan pengembangan potensi individu diatas harus didasarkan
pada sifat dasar kemanusiaan agar potensi kemanusiaan anggota tetap terjaga
sehingga tetap menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak menjadi manusia yang teralienasi dari
kemanusiaannya sendiri.

Agar organisasi juga turut berkembang mengikuti perkembangan kualitas


anggota, dan demikian pula kondisi organisasi dapat menjamin pengembangan
kualitas anggota, maka pola pengembangan seharusnya disusun sedemikian
rupa sehingga pengembangan individu dan pengembangan organisasi berjalan
secara integral dan berkesinambungan.

1.2 Landasan Konstitusi

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IKAMI sebagai konstitusi resmi


organisasi telah menetapkan Pancasila sebagai azas organisas, sebagaimana
tercantum dalam pasal 4 Anggaran Dasar. Hal ini berarti seluruh aktifitas
organisasional seharusnya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila; ketuhanan,
kemanusiaan, kesatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Bingkai ini pula yang
akan menjadi landasan bagi IKAMI mengembangkan potensi/sumber daya
anggota-anggotanya.

Dengan azas ini, IKAMI SUL-SEL kemudian menetapkan tujuannya (pasal 5


AD) yaitu meningkatkan mutu keilmuan mahasiswa/pelajar Indonesia dan
mengabdi pada masyarakat, dengan tetap melestarikan nilai-nilai budaya
Sulawesi Selatan serta membangun semangat kekeluargaan. Dengan tujuan-
tujuan ini, IKAMI SUL-SEL telah menegaskan posisinya sebagai organisasi
yang dibangun dengan semangat kekeluargaan, atas dasar nilai-nilai budaya
Sulawesi Selatan yang merupakan cerminan dari Pancasila, dengan tujuan
meningkatkan mutu keilmuan dan sekaligus mengabdi pada masyarakat.

Kemudian berturut-turut dalam pasal 6, 8 dan 9 Anggaran Dasar, IKAMI SUL-


SEL menegaskan sifatnya sebagai organisasi yang independen yang berperan
sebagai organisasi kekeluargaan dan berfungsi sebagai wadah
mahasiswa/pelajar Indonesia yang berasal dan atau keturunan Sulawesi Selatan
yang menuntut ilmu di luar Sulawesi Selatan. Hal ini berarti IKAMI SUL-SEL
harus senantiasa menjaga posisinya agar tetap tidak berpihak pada kepentingan
siapapun dan apapun selain kepada kebenaran, serta tetap menjaga suasana
kekeluargaan di dalam “rumah” organisasi ini.

Pasal 7 AD IKAMI SUL-SEL secara eksplisit memuat usaha-usaha organisasi


yang meliputi usaha pembinaan kepribadian anggota yang bermoral dan
berakhlak mulia, usaha pengembangan potensi dan kreatifitas anggota, dengan
turut berperan aktif dalam dunia pendidikan dan berpatisipasi secara konstruktif
serta kreatif dalam pembangunan Indonesia, usaha peningkatkan keharmonisan
dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, serta usaha-usaha lain
yang sesuai dengan azas organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal-pasal diatas memberikan landasan yang kuat bagi organisasi IKAMI


SUL-SEL dalam melakukan pengembangan sumber daya anggotanya.
Khususnya pada pasal 7 Anggaran Dasar secara eksplisit disebutkan usaha
pembinaan kepribadian anggota serta pengembangan potensi dan kreatifitas
anggota, sehingga sudah menjadi keharusan bagi IKAMI SUL-SEL
mewujudkan usaha-usaha tersebut dalam karya nyata kegiatan organisasional
yang dilakukan secara sistematis, terukur dan berkesinambungan.

Dengan berlandaskan konstitusi IKAMI SUL-SEL seperti yang telah dijabarkan


diatas, maka dipandang perlu untuk menyusun sebuah Pedoman Pengembangan
Sumber Daya Anggota. Adapun pedoman ini harus sesuai dengan azas
organisasi dan juga membawa organisasi ini lebih dekat pada tujuannya.
Pedoman ini juga harus dijamin bebas dari kepentingan apapun dan siapapun,
memperkuat rasa kekeluargaan dalam organisasi dengan tanpa melupakan
fungsi dasar IKAMI SUL-SEL sebagai “rumah”; mewadahi mahasiswa/pelajar
Indonesia yang berasal dan atau keturunan Sulawesi Selatan yang menuntut
ilmu di luar Sulawesi Selatan. Pedoman ini adalah perwujudan dari usaha-usaha
organisasi IKAMI SUL-SEL sebagaimana telah diamanahkan dalam Anggaran
Dasar IKAMI SUL-SEL.

1.3 Landasan Sosiologis-Kultural

Ada beberapa hal yang secara sosiologis-kultural melandasi pola pengembangan


sumber daya anggota IKAMI SUL-SEL. Diantaranya adalah letak organisasi
yang hanya berada diluar wilayah geografis Sulawesi Selatan, dan juga
degradasi nilai budaya yang akhir-akhir ini semakin mewarnai kehidupan kita.

Lokasi organisasi yang hanya berada di luar Sulawesi Selatan telah secara tidak
langsung menempatkan jarak bagi anggota untuk lepas dari wilayah geografis
Sulawesi Selatan. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi
psikologis anggota yaitu anggota benar-benar merasa merantau dikarenakan
hubungan organisasi dengan teman-teman yang berada di Sulawesi Selatan pun
tidak bisa terjadi dalam naungan organisasi yang sama, dan karenanya
organisasi ini benar-benar hanya milik para perantau.

Kesamaan kondisi sebagai sesama perantau inilah yang kemudian menjadi salah
satu pengikat antar-anggota walaupun berbeda cabang. Di sisi lain, juga menjadi
rintangan bagi anggota untuk mendapatkan perbandingan langsung dengan
kondisi yang ada di Sulawesi Selatan. Dalam hal perkembangan budaya
misalnya, anggota hanya bisa mendapatkan data “tidak resmi” karena
sumbernya tidak bisa dari dalam organisasi sendiri. Jadinya, setiap anggota
mempunyai persepsi yang bisa jadi berbeda tentang Sulawesi Selatan.

Di lain pihak, kondisi geografis yang berada di luar Sulawesi Selatan


mengharuskan adanya interaksi langsung dengan kondisi sosiologis-kultural
setempat. Tiga hal yang kemudian bisa menjadi pilihan adalah melebur dengan
budaya setempat; tidak peduli dengan budaya setempat; ataupun gabungan dari
keduanya. Tentu kita sepakat bahwa pilihan ketiga adalah pilihan yang paling
tepat. Pilihan ini mempunyai konsekuensi logis yaitu anggota IKAMI SUL-SEL
harus memperdalam pengetahuan dan pengalamannya tentang budaya Sulawesi
Selatan pada umumnya.
Faktor lain yang juga menjadi tantangan adalah adanya serangan budaya dari
luar sebagai akibat langsung proses globalisasi yang sedang terjadi. Diantara
dua faktor sosiologis-kultural inilah, anggota IKAMI SUL-SEL harus pandai
mencari dan memainkan perannya sehingga tidak kehilangan jati dirinya
sebagai manusia Sulawesi Selatan.

Sementara itu, tidak semua anggota IKAMI SUL-SEL berangkat merantau


dengan bekal pengetahuan dan pengalaman sosiologis-kultural Sulawesi Selatan
yang cukup. Hatta itu di Sulawesi Selatan sendiri, sangat jarang kita temukan
pribadi-pribadi yang secara komprehensif mengetahui dan mengamalkan
budaya Sulawesi Selatan. Degradasi pemahaman tentang nilai-nilai kearifan
lokal budaya kita ini, turut memberi andil yang cukup besar dalam kuatnya
serangan budaya asing.

Kondisi diatas harus mendapatkan jawaban dari IKAMI SUL-SEL yang telah
menegaskan diri menaungi para mahasiswa/pelajar asal dan atau keturunan
Sulawesi Selatan. Belajar dari para pendahulu kita yang tetap mampu mewarnai
seluruh kebudayaan dengan budaya asli Sulawesi Selatan di manapun mereka
berada, kita harus percaya bahwa budaya Sulawesi Selatan akan dapat diterima
oleh kondisi sosiologis-kultural apapun.

Maka menjadi penting bagi IKAMI SUL-SEL untuk membekali anggotanya


dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman budaya Sulawesi Selatan
agar setiap anggotanya tidak kehilangan identitasnya sebagai manusia Sulawesi
Selatan sekaligus mampu menjadi agen-agen kebudayaan sehingga masyarakat
dimanapun anggota berada mengetahui dan memahami budaya Sulawesi
Selatan secara komprehensif.

2 Pola Dasar Pengembangan Sumber Daya Anggota

Keterangan:
= Klasifikasi kondisi anggota

= Pelatihan Formal

= Kegiatan Nonformal PSDA


Gambar 1. Diagram alir Pola Pengembangan Sumber Daya Aanggota

2.1 Pengertian-pengertian Dasar

2.1.1 Sumber Daya Anggota

Sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IKAMI


SUL-SEL, ada empat jenis anggota dalam organisasi ini. Anggota biasa IKAMI SUL-
SEL adalah mahasiswa asal dan atau keturunan Sulawesi Selatan yang menuntut ilmu
di luar Sulawesi Selatan. Sedangkan anggota luar biasa adalah yang bukan keturunan
dan atau asal Sulawesi Selatan tetapi mencatatkan dirinya sebagai anggota. Adapun
anggota muda adalah yang masih berstatus pelajar.

Dalam hal ini, yang menjadi sasaran utama dari PSDA ini adalah anggota biasa dan
anggota luar biasa.

Ada tiga potensi/sumber daya anggota yang diidentifikasi untuk dikembangkan oleh
IKAMI SUL-SEL yaitu potensi dasar kemanusiaan, potensi akademik, dan potensi
budaya dari masing-masing anggota. Identifikasi ini berdasarkan pola awal yang
menjadikan IKAMI SUL-SEL sebagai rumah bagi setiap anggotanya;
mengembangkan potensi dan pengetahuan dasar anggota sehingga setiap anggota
dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin di luar IKAMI SUL-SEL.

Dalam mengembangkan potensi/sumber daya anggotanya, IKAMI SUL-SEL terlebih


dahulu mengikat semua anggota dalam kebersamaan yang dibingkai budaya Sulawesi
Selatan sehingga setiap anggota dapat merasakan potensi budaya yang dimilikinya.
Dalam tahap setelahnya, barulah anggota diperkenalkan pada potensi dasar
kemanusiaannya dan pengembangan potensi budaya secara lebih terarah melalui
pelatihan dan kegiatan organisasional. Adapun potensi akademik dikembangkan
melalui kegiatan organisasional sesuai latar belakang akademik masing-masing
anggotanya.

2.1.2 Pengembangan SDA

Pengembangan Sumber Daya Anggota dalam organisasi IKAMI SUL-SEL disusun


sedemikian rupa sehingga pengembangan setiap anggota dan pengembangan
organisasi berjalan secara integral dan berkesinambungan, seperti yang terlihat pada
diagram alir Pola Pengembangan Sumber Daya Anggota diatas. Hal ini dimaksudkan
agar organisasi IKAMI SUL-SEL dapat berkembang searah dengan peningkatan
kualitas anggotanya.

2.2 Anggota IKAMI SUL-SEL

Untuk memudahkan proses identifikasi dan pengembangan potensi anggota,


maka diperlukan adanya klasifikasi anggota berdasarkan potensi, tingkat
pengetahuan dan pengalaman, periode keanggotaan dan tingkat perkembangan
psikologis. Perlu ditekankan bahwa pengistilahan yang dipakai dalam
klasifikasi yang dilakukan mewakili parameter-parameter yang akan dijelaskan
kemudian berkaitan pengistilahan tersebut. Anggota mungkin saja memiliki
tempat di dua atau lebih klasifikasi berbeda, tapi hal itu dapat disesuaikan
dengan memberi perlakuan-perlakuan yang akan menempatkannya pada
klasifikasi yang sesuai.

Perlu diketahui pula bahwa target pada setiap klasifikasi adalah merupakan
kondisi awal pada tingkatan klasifikasi berikutnya. Sehingga menjadi tanggung
jawab setiap kita agar target di setiap klasifikasi dapat tercapai sehingga tidak
menyulitkan anggota untuk menempuh pola pengembangan di tingkatan
klasifikasi selanjutnya.

2.2.1 Anggota Baru

Klasifikasi anggota baru pada PSDA ini mewakili parameter-parameter kondisi awal
sebagai berikut:

 Pola fikir masih belum holistik.

 Pengetahuan tentang IKAMI SUL-SEL masih belum ada/sangat sedikit.

 Belum bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan.

 Perkembangan psikologis berada pada fase transisi antara remaja menuju


dewasa.

 Belum banyak memiliki keterampilan berorganisasi.

 Memiliki semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Dengan melihat parameter-parameter di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


anggota baru adalah juga mahasiswa baru, dan rentang waktu
perkembangannya adalah selama masa 1 (satu) tahun pertama.

Adapun target pengembangan anggota selama tahun pertama ini adalah


sebagai berikut:

 Anggota baru tidak merasa sendiri di lingkungan baru.

 Anggota baru memiliki motivasi dan semangat kuliah.

 Anggota baru dapat beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan (akademik,


pergaulan dan kota domisili).

 Mapping minat dan bakat anggota baru.

 Anggota baru merasa bangga dengan IKAMI SULSEL.

 Anggota baru merasa terikat dengan komunitas IKAMI SULSEL (antar


sesama anggota baru maupun dengan senior IKAMI SULSEL).

 Anggota baru tidak merasa sendiri di lingkungannya yang baru.


 Anggota baru memiliki pengetahuan yang cukup tentang IKAMI SUL-SEL.

2.2.2 Anggota

Seperti yang telah dikemukakan di atas, klasifikasi Anggota pada PSDA ini adalah
mempunyai parameter yang sama dengan target pada klasifikasi Anggota Baru.
Dengan parameter seperti itu, maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang berada
pada klasifikasi ini sudah berada pada tahun kedua dan atau ketiga perkuliahan.

Adapun target pengembangan pada tingkatan klasifikasi ini adalah sebagai berikut:

 Anggota bersedia menjadi pengurus cabang IKAMI SUL-SEL.

 Anggota bersedia beraktifitas di IKAMI SUL-SEL.

 Anggota menjadi lebih tahu tentang IKAMI SUL-SEL.

 Anggota memiliki skill organisasional dan manajerial.

 Prestasi akademik anggota meningkat.

 Anggota memiliki kemampuan intelektual.

2.2.3 Pengurus

Parameter penentu untuk masuk-tidaknya anggota pada klasifikasi Pengurus pada


PSDA ini adalah sama dengan target pada klasifikasi Anggota diatas. Anggota dengan
kualifikasi seperti ini diharapkan sudah berada pada tahun ketiga dan atau keempat
perkuliahannya.

Adapun target yang ingin dicapai pada tingkatan klasifikasi Pengurus adalah sebagai
berikut:

 Anggota punya kemampuan memimpin.

 Anggota dapat menjadi pemimpin di IKAMI SULSEL.

 Kemampuan managerial dan organisasi anggota sudah mumpuni.

 Prestasi akademik angota meningkat.

 Anggota mempunyai kemampuan intelektual mumpuni.

2.2.4 Pasca-Pengurus

Sebagaimana sebelumnya, parameter untuk klasifikasi Pasca-Pengurus dalam PSDA


ini adalah sama dengan target pada klasifikasi Pengurus diatas. Anggota dengan
parameter seperti ini adalah yang sudah pernah menjadi pengurus cabang, berada pada
masa perkuliahan tahun keempat atau lebih. Dengan demikian, anggota yang sedang
menempuh jenjang perkuliahan S2 juga masuk pada kualifikasi ini.

Target yang ingin dicapai pada klasifikasi ini sangat sederhana, yaitu anggota harus
segera menyellesaikan jenjang kuliah yang sedang ditempuhnya, D3 ataupun S1.

2.2.5 Kesinambungan Anggota

Dari uraian diatas, terlihat jelas bahwa kesinambungan jumlah anggota memegang
peranan penting dalam pengembangan sumber daya anggota maupun pengembangan
organisasi. Maka dari itu, diperlukan peran aktif dari cabang-cabang untuk mendata
dan mengidentifikasi anggotanya. Di sini, cabang berperan sebagai ujung tombak
dalam pola pengembangan sehingga kualitas cabang akan menentukan kualitas
organisasi ke depan. Diharapkan pula, cabang-cabang aktif mempromosikan institusi
pendidikan tinggi yang berada di daerah/kota cabangnya masing-masing.

2.3 Pengembangan Anggota

Pengembangan anggota merupakan sekumpulan aktifitas yang direncanakan


dan dilakukan secara sistematis, terukur dan berkesinambungan dalam upaya
mengembangkan sumber daya anggota dan organisasi.

2.3.1 Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan

Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan IKAMI SUL-SEL merupakan salah satu


bentuk upaya pengembangan sumber daya anggota yang dilakukan secara sadar,
sistematis, terencana dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang
baku. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan nilai-nilai dan kemampuan tertentu
kepada pesertanya sesuai dengan tujuan dan target pada masing-masing jenjang
pelatihan. Pelatihan ini menuntut kualifikasi tertentu untuk menjadi peserta serta
menitikberatkan pada pembentukan watak dan karakter melalui transfer nilai,
wawasan dan keterampilan serta motivasi kepada peserta agar dapat meningkatkan
dan mengaktualisasikan kemampuannya.

Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan terdiri atas 2 jenjang, yaitu:

a. Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Dasar (LKKD)

Pelatihan ini diberikan kepada anggota dengan klasifikasi Anggota, dalam


rangka mempersiapkan mereka menjadi pengurus IKAMI SUL-SEL di
cabang masing-masing.

b. Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Lanjut (LKKL)

Pelatihan ini diberikan kepada anggota dengan klasifikasi Pengurus, dalam


rangka mempersiapkan mereka menjadi pengurus inti IKAMI SUL-SEL di
cabang masing-masing, menjadi pengurus IKAMI SULSEL di level lebih
tinggi maupun di organisasi lain di luar IKAMI SUL-SEL.
Mengenai metode dan kurikulum Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan
akan dibahas pada bab tersendiri.

2.3.2 Pelatihan Informal

Pelatihan-pelatihan informal di IKAMI SUL-SEL bertujuan untuk memberikan


wawasan dan keterampilan tambahan kepada anggota agar potensi-potensinyanya
dapat berkembang semaksimal mungkin. Adapun bentuk dari pelatihan informal ini
dapat berupa up grading maupun pelatihan-pelatihan tambahan lainnya yang
dipandang perlu dalam meningkatkan kualitas anggota.

Up grading yang sebaiknya diberikan kepada anggota dalam rangka meningkatkan


kualitas anggota dan mengembangkan organisasi adalah sebagai berikut:

1. Up Grading Kepengurusan

2. Up Grading Kesekretariatan

3. Up Grading Kebendaharaan

4. Up Grading Kebudayaan

5. Up Grading Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi.

Pelatihan-pelatihan informal yang lain dapat disesuaikan dengan kondisi dan


kebutuhan cabang masing-masing.

2.3.3 Kegiatan Nonformal PSDA

Dalam rangka peningkatan kualitas anggota dan pengembangan organisasi secara


integral dan berkesinambungan, maka diperlukan rekayasa kegiatan-kegiatan
organisasi. Kegiatan-kegiatan organisasional ini diarahkan untuk pengembangan
sumber daya anggota secara informal.

Kegiatan-kegiatan ini lebih merupakan kegiatan PSDA tapi mungkin dilaksanakan


oleh bidang lain. Bentuk kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing
cabang, dengan tetap memperhatikan target dari masing-masing tingkatan klasifikasi.
Klasifikasi anggota menjadi dasar bagi IKAMI SUL-SEL untuk memberikan
perlakuan organisasional kepada anggota, sebagaimana dicontohkan sebagai berikut:

2.3.3.1 Anggota Baru

Kegiatan informal PSDA yang diberikan kepada anggota dengan klasifikasi


Anggota Baru didasarkan pada parameter yang telah dipaparkan diatas dan
bertujuan untuk mencapai target sebagaimana telah dicanangkan. Adapun
contoh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada anggota dengan
klasifikasi Anggota Baru adalah sebagai berikut:

1. Penyambutan, merupakan serangkaian kegiatan organisasi untuk


memperkenalkan organisasi IKAMI SUL-SEL kepada Anggota Baru, dan
juga sebagai langkah awal adaptasi Anggota Baru terhadap lingkungan
agar mereka tidak merasa sendirian. Beberapa rangkaian kegiatan yang
bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pemasangan publikasi penyambutan anggota baru. Publikasi dapat


berupa baliho, iklan di media lokal, spanduk, pamflet dan lain lain.

 Mengadakan acara Welcome Party dan sekaligus sebagai ajang


perkenalan antara Anggota Baru dengan organisasi IKAMI SUL-
SEL dan seluruh anggotanya.

 Pendataan Anggota Baru kemudian dilakukan dengan cara pengisian


Form Data Anggota dan pemetaan minat dan bakat setiap Anggota
Baru.

2. Pendampingan, merupakan wadah bagi anggota lama untuk memberikan


arahan dan berbagi pengalaman kepada Anggota Baru agar dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, juga untuk meningkatkan
semangat Anggota Baru dalam menjalani kehidupan perkualiahan, serta
membentuk ikatan antara Anggota Baru dan para anggota yang telah
terlebih dahulu berada di IKAMI SULSEL. Beberapa jenis
pendampingan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pendampingan pengkaderan/OSPEK, bila ada.

 Pendampingan kuliah dengan cara membantu masalah akademik


Anggota Baru.

 Pendampingan psikologis, agar memudahkan proses adaptasi Anggota


Baru. Proses pendampingan ini dapat dilakukan dengan mengajak
Anggota Baru ngobrol dan jalan-jalan untuk mengenal lingkungan
barunya.

Cara yang cukup efektif dalam menjalankan pendampingan ini adalah


dengan membagi Anggota Baru dalam kelompok-kelompok yang
masing-masing di-tanggungjawab-i oleh seorang dari kualifikasi
Anggota. Dengan cara ini, mapping minat dan bakat mereka akan bisa
berjalan lebih efektif.

3. Pemilihan Karaeng Angkatan. Karaeng memegang fungsi sebagai


koordinator angkatan. Acara ini dikondisikan bernuansa kekeluargaan
tetapi tetap kompetitif. Pemilihan ini selain akan meningkatkan
kebersamaan diantara mereka, juga untuk menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dan rasa tanggungjawab kepada sesama.

4. Pengadaan kegiatan yang dipilih dan dikoordinir oleh Anggota Baru


IKAMI SULSEL sendiri. Bentuk kegiatan dapat berupa acara inagurasi
yang detailnya menyesuaikan dengan keadaan masing-masing cabang.
Dengan acara ini, pengurus dapat mengevaluasi semua hal yang telah
diberikan selama kurun waktu sebelumnya, untuk kemudian menentukan
perlakuan yang tepat untuk diberikan agar potensi para Anggota Baru
dapat lebih dikembangkan.

2.3.3.2 Anggota

Perlakuan-perlakuan :

1. Event-event IKAMI SULSEL

Sebagai sebuah organisasi, IKAMI SULSEL sudah seharusnya


mengadakan event-event sebagai bagian dari kerja organisasinya. Selain
sebagai kegiatan oganisasi, pengadaan event juga bertujuan untuk
mempererat ikatan antar anggota dan juga meningkatkan kualitas
anggota. Dalam setiap event, setiap anggota diberi kesempatan untuk
mengkoordinasi event-event IKAMI SULSEL dengan job-desc yang
jelas. Dengan demikian, maka anggota diharapkan dapat meningkatkan
potensinya di bidang managerial dan leadership skill. Event-event ini
juga harus dirancang agar tetap berkesinambungan dengan wacana-
wacana kemanusiaan, kebudayaan dan akademik agar tetap dalam
koridor tiga potensi yang ingin dikembangkan. Adapun event-event lain
yang hanya sedikit bersinggungan dengan tiga potensi ini, diadakan
hanya sebagai tambahan wacana saja bagi anggota.

2. Menjadi pengurus IKAMI SULSEL

Untuk dapat mengembangkan potensi anggota lebih lanjut, maka


diperlukan kejelasan tanggungjawab dan bidang kerja dalam waktu yang
cukup lama sehingga anggota mengetahui kemampuan mereka yang
sebenarnya. Untuk itu, diperlukan pembagian posisi dan kedudukan
sesuai minat, bakat dan kemampuan masing-masing anggota. Dalam
usaha mencapai hal itu, setiap anggota seharusnya dapat ditampung
dalam struktur kepengurusan IKAMI SULSEL. Dengan jelasnya bidang
kerja dan tanggungjawab dalam organisasi, maka anggota dapat
mengetahui kemampuan dirinya dalam hal organisasi dan manajerial
serta dapat mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka untuk
IKAMI SULSEL.

3. IKAMI SULSEL menyediakan forum-forum diskusi

Selain kemampuan managerial dan leadership, anggota-anggota IKAMI


SULSEL tentunya juga membutuhkan sarana untuk pengembangan
kemampuan intelektual. Hal ini penting agar anggota tidak hanya tumbuh
menjadi bahan bakar industri semata, tapi juga dapat mengembangkan
kemanusiaannya sehingga dapat membentuk masyarakat yang lebih baik
nantinya. Kemampuan intelektual anggota dikembangkan melalui diskusi
intens yang diarahkan untuk mencari kebenaran. Jika dilakukan secara
benar, maka diskusi-diskusi ini akan mengembangkan potensi
kemanusiaan, potensi budaya sekaligus potensi akademik anggota.
Adapun jenis forum diskusi yang dapat diberikan dapat dibedakan
sebagai berikut:

 Tema bebas dengan pembicara dari kalangan sendiri.

Tema bebas yang dimaksud diatas, dirancang sedemikian rupa


sehingga dapat mengembangkan potensi kemanusiaan dan potensi
kebudayaan anggota. Setiap diskusi hendaknya selalu diarahkan pada
pencarían kebenaran hakiki dan sekaligus mengangkat sudut
pandang budaya, khususnya kebudayaan Sulawesi Selatan.
Pemilihan pembicara pun sebaiknya dipilih dari anggota maupun
alumni IKAMI SULSEL sendiri yang tentunya berkompeten dalam
persoalan yang menjadi topik diskusi. Pemilihan pembicara yang
seperti ini diharapkan dapat merangsang keinginan anggota untuk
terus menerus mengembangkan diri.

 Tema akademik

Untuk tema akademik, diharapkan untuk disesuaikan dengan


keadaan masing-masing cabang dan kampus dimana kebanyakan
anggota cabang itu kuliah. Namun juga diperlukan pembahasan
akademik interdisipliner untuk memperkaya wacana dan sudut
pandang anggota dalam melihat permasalahan akademiknya.

2.3.3.3 Pengurus

Seperti telah dikemukakan diatas, anggota yang dapat digolongkan dalam


klasifikasi Pengurus adalah mereka yang telah dan sedang menjadi pengisi
posisi structural di IKAMI SULSEL, dan telah mempunyai kemampuan
managerial dan organisasional serta kemampuan leadership. Salah satu
keunikan dari kelompok ini adalah mereka menyadari proses yang sedang
mereka jalani karena mereka lah yang merancang dan memutuskan pola
yang cocok untuk mereka. Dari segi organisasional dan managerial,
diharapkan mereka telah menyadari dan menjalankan tanggungjawab
masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah kemampuan leadership,
intelektual dan akademik.

Untuk itu, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok-kelompok studi dimana anggota dengan kategori


Pengurus berkewajiban menjadi mentor/pembimbing. Kelompok-
kelompok studi ini berupa kelompok studi akademik sesuai dengan
spesialisasi pendidikan maupun kemampuan masing-masing anggota
dengan kategori ini. Adanya kelompok studi ini, selain dapat membantu
para anggota baru, juga memaksa para Pengurus untuk tidak melupakan
apa yang telah pernah mereka pelajari.

2. Sedapat mungkin, anggota dengan klasifikasi Pengurus dapat memegang


posisi kunci di struktural organisasi IKAMI SULSEL. Selain untuk
membagi ilmu dengan anggota yang lebih mudah, juga untuk mengikat
mereka lebih dalam di organisasi.

3. Para anggota yang termasuk Pengurus harus punya kelompok diskusi


untuk kalangan mereka sendiri. Seringkali anggota yang telah lebih
berilmu menemui kejenuhan dalam mengabdi karena merasa tidak dapat
berkembang lagi. Dengan pembentukan kelompok diskusi terbatas ini,
mereka jadi punya tempat untuk lebih mengembangkan diri bersama
orang-orang yang sepadan.

4. Setiap pengurus inti wajib menjadi pembicara pada diskusi bebas maupun
akademik. Dalam setiap diskusi, anggota dengan kategori ini harus siap
menjadi pembawa materi sesuai dengan kemampuan mereka.

2.3.3.4 Pasca-Pengurus

Untuk anggota dengan klasifikasi Pasca-Pengurus, diharapkan untuk tidak


terlibat terlalu dalam lagi dengan urusan-urusan organisasional. Organisasi
ini wajib membantu mereka yang berada pada tingkatan ini untuk
menyelesaikan tingkat akademis mereka. Namun bukan berarti mereka
benar-benar lepas dari organisasi. Mereka juga dapat dimintai bantuan
melalui konsultasi-konsultasi pengurus.

Hal ini akan sangat berarti di masa depan organisasi. Dengan membantu
anggota untuk menyelesaikan persoalan akademik, maka organisasi telah
member ikatan terakhir yang kuat pada setiap anggota. Diharapkan, mereka
akan menjadi jaringan alumni yang dapat membantu organisasi di masa
depan.

2.4 Arah Pengembangan

Arah pengembangan sumber daya anggota IKAMI SULSEL adalah pedoman


pedoman yang dijadikan petunjuk yang menggambarkan tujuan dari
keseluruhan proses Pengembangan Sumber Daya Anggota IKAMI SULSEL.
Dalam hal ini, basis pengembangan anggota di IKAMI SUL-SEL adalah
pengembangan potensi dasar kemanusiaan, potensi akademik dan potensi
budaya yang dimiliki masing-masing anggota. Kesemuanya itu kemudian
diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi sebagaimana tercantum dalam
Anggaran Dasar IKAMI SULSEL.

2.4.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan Pengembangan Sumber Daya Anggota adalah usaha yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan
sistematis sebagai alat untuk mengembangkan potensi-potensi dasar anggota dalam
rangka membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menuju tatanan dunia
yang lebih baik melalui pengembangan potensi kemanusiaan, potensi kebudayaan dan
potansi akademik anggota sehingga dapat mencapai tujuan sesuai yang ditetapkan
dalam Pola Pengembangan Sumber Daya Anggota (PPSDA) IKAMI SULSEL.
2.4.2 Model Ideal

Keseluruhan proses pengembangan diatas bermuara pada terciptanya Model Ideal


anggota IKAMI SULSEL yang mempunyai kualitas sebagai berikut:

 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Memiliki rasa Nasionalisme daerah dan Negara.

 Mengimplementasikan siri’ na pacce.

 Berperan dalam penguatan seni dan budaya daerah.

 Memiliki fisik dan mental yang kuat.

 Memiliki keterampilan berorganisasi yang baik.

 Berhasil dalam bidang akademik yang dipilihnya.

BAB II. POLA DASAR PELATIHAN

1 Arah Pelatihan

Arah pelatihan merupakan gambaran dari tujuan yang ingin dicapai dalam
rangkaian pelatihan yang akan dilakukan oleh organisasi. Arah pelatihan ini
sangat erat tujuannya dengan tujuan Pengembangan Sumber Daya Anggota
IKAMI SULSEL dan juga tujuan IKAMI SULSEL secara umum.

Pelatihan-pelatihan IKAMI SULSEL diarahkan untuk mengembangkan potensi-


potensi dasar anggota IKAMI SULSEL dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.

1.1 Jenis-jenis Pelatihan

1.1.1 Pelatihan Formal

Pelatihan formal merupakan pelatihan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dimana
jenjang pertama meupakan persyaratan untuk mengikuti jenjang selanjutnya.
Pelatihan formal IKAMI SULSEL terdiri dari Latihan Kebudayaan dan
Kepemimpinan Dasar (LKKD) dan Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Lanjut
(LKKL).

1.1.2 Pelatihan Informal

Pelatihan informal IKAMI SULSEL adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan serta kemampuan anggota dalam
hal kepemimpinan dan keorganisasian. Pelatihan ini terdiri atas Pelatihan Pemandu
LKK, Achievement Motovation Training (AMT), Up-Grading Kepengurusan, Up-
Grading Kesekretariatan, Up-Grading Kebudayaan, dan lain sebagainya. Jenis
pelatihan ini akan dibahas pada bab tersendiri.

1.2 Target Pelatihan Formal

1.2.1 Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Dasar (LKKD)

 Memiliki kesadaran sejarah tentang Sulawesi Selatan maupun IKAMI


SULSEL.

 Memiliki kemampuan dasar untuk meningkatkan intelektualitas dalam


mencari kebenaran.

 Memahami konsep Siri’ na Pacce.

 Memiliki kemampuan dasar berorganisasi dan kepemimpinan.

1.2.2 Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Lanjut (LKKL)

 Dapat merefleksikan sejarah Sulawesi Selatan dan IKAMI SULSEL ke masa


depan.

 Dapat merefleksikan kebudayaan Sulawesi Selatan dalam hubungannya


dengan budaya-budaya lain di Indonesia maupun dunia.

 Dapat memanfaatkan kemampuan kepemimpinan dan organisasional untuk


merekayasa organisasi.

 Dapat merumuskan pola rekayasa masyarakat untuk mencapai masyarakat


yang lebih baik.

2 Manajemen Pelatihan

2.1 Metode Penerapan Kurikulum

Dalam penjelasan lebih lanjut akan kita temukan kurikulum pelatihan yang
memuat materi-materi yang nantinya akan menjadi materi wajib pada pelatihan-
pelatihan formal yang diselenggarakan oleh IKAMI SULSEL. Kurikulum ini
merupakan penggambaran tentang metode dari pelatihan karena akan
menentukan metode yang diaplikasikan dalam penyelenggaraan pelatihan
nantinya.

Dalam hal ini, dalam penerapan kurikulum pelatihan nantinya perlu


diperhatikan beberapa aspek:

1. Penyusunan jadwal materi pelatihan.


Jadwal materi pelatihan merupakan hal yang sangat penting karena
menggambarkan isi dan bentuk pelatihan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menyusun jadwal pelatihan adalah sebagai berikut:

 Urutan materi-materi yang disampaikan harus diperhatikan. Dalam urutan


yang disusun, tiap-tiap materi harus harus memiliki korelasi dengan
materi sebelum dan sesudahnya dan tidak berdiri sendiri (azas
integratif). Dengan demikian materi-materi yang disajikan dalam
pelatihan selalu mengenal prioritas dan pemberian materi berjalan
sistematis dan terarah. Cara seperti ini akan menolong peserta untuk
memahami materi-materi dalam pelatihan secara menyeluruh dan
terpadu.

 Materi-materi yang disusun dalam jadawal pelatihan harus disesuaikan


dengan jenis dan jenjang pelatihan.

2. Cara atau bentuk penyampaian materi pelatihan.

Cara dan bentuk penyampaian materi pelatihan sangat berkaitan dengan


jenjang pelatihan dan isi materi serta akan menentukan seberapa besar
peserta mengerti materi dan mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam
setiap materi. Penyampaian materi dengan ceramah, diskusi, brainstorming
maupun penugasan sangat bergantung pada jenis materi yang diberikan dan
tingkat pengetahuan peserta pelatihan. Cara yang nantinya dipilih
diharapkan akan dapat membawa peserta pada pemahaman mendalam akan
materi yang disampaikan dan menjamin pencapaian tujuan penyampaian
materi yang bersangkutan.

3. Adanya penyegaran kembali dalam gagasan-gagasan kreatif dari para


instruktur.

Sedapat mungkin, dalam forum pelatihan nantinya para instruktur dan


Master of Training hanya bertindak sebagai pioneer dalam memunculkan
gagasan-gagasan kreatif, dan selebihnya forum lah yang mengembangkan
dan menyegarkan kembali gagasan-gagasan tersebut. Hal ini untuk
menghindari penyampaian materi secara indoktrinatif dan absolutistic
sehingga dapat mengembangkan kemampuan peserta sebesar-besarnya.

4. Usaha dalam menumbuhkan antusiasme dari semua komponen yang terlibat


dalam pelatihan.

Keberhasilan sebuah pelatihan sangat ditentukan oleh berfungsinya setiap


komponen pelatihan; mulai dari peserta, Organizing Committee (OC),
Steering Committee (SC) dan juga Master of Training (MT). Untuk itu,
diperlukan kreatifitas dari semua fihak agar menjaga kondusifitas pelatihan
serta antusiasme dari setiap personal yang terlibat.

5. Terciptanya kondisi yang setara antara semua individu yang terlibat dalam
pelatihan.
Dalam pelatihan, semua orang harus diposisikan sebagai subjek pelatihan
dan bukan objek pelatihan, termasuk peserta. Hal ini diperlukan agar semua
fihak jadi merasa bertanggungjawab pada kesuksesan pelatihan. Dengan
perlakuan yang setara, maka sekat-sekat psikologis dapat dikurangi sehingga
akan meekatkan hubungan setiap personal yang terlibat.

6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antarjenjang pelatihan.

Diantara jenjang pelatihan ada perbedaan materi, metode penyampaian dan


pembobotan hal-hal yang disampaikan. Untuk itu perlu diperhatikan
harmonisasi dan keseimbangan antar-jenjang agar menjamin
kesinambungan pola penjenjangan pelatihan.

2.2 Kurikulum Pelatihan

2.2.1 Materi Latihan Kebudayaan dan Kepimimpinan Dasar

1. Sejarah Sulawesi Selatan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat mengerti sejarah perjalanan Sulawesi Selatan beserta


dinamika yang terjadi dari masa ke masa.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan secara singkat perjalanan kerajaan-


kerajaan besar di Sulawesi Selatan.

2. Peserta dapat menjelaskan kronologi masuknya Sulawesi Selatan ke


dalam NKRI.

3. Peserta mengerti perkembangan masyarakat Sulawesi Selatan sejak


proklamasi kemerdekaan hingga sekarang.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Pengantar Ilmu Sejarah.

1.1. Pengertian ilmu sejarah.

1.2. Manfaat dan kegunaan mempelajari sejarah.

2. Sulawesi Selatan dalam masa kerajaan.

2.1. Perjalanan empat kerajaan besar.

2.2. Masa penjajahan Belanda.

3. Sulawesi Selatan dalam masa transisi kemerdekaan RI.


3.1. Masa Republik Indonesia Serikat.

3.2. Penyatuan Sulawesi Selatan dalam NKRI.

4. Sulawesi Selatan di masa orde lama dan orde baru.

4.1. Pemberontakan-pemberontakan di Sulawesi Selatan.

4.2. Sulawesi dalam pemerintahan Orde Baru.

5. Sulawesi Selatan di masa sekarang.

5.1. Potensi ekonomi dan sosial politik Sulawesi Selatan.

5.2. Perkembangan kebudayaan Sulawesi Selatan.

 Metode

Ceramah, Tanya jawab, Diskusi.

 Evaluasi

Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk


resume.

 Referensi

1. Christian Pelras; Manusia Bugis

2. Leonard Andaya; Arung Palakka

3. .

4. .

5. .

2. Ke-IKAMI-an

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta memahami perjalanan IKAMI SULSEL dari masa ke masa.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya IKAMI


SULSEL.

2. Peserta dapat menjelaskan perkembangan IKAMI SULSEL.


3. Peserta dapat menjelaskan hal-hal penting dalam konstitusi IKAMI
SULSEL.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Latar belakang berdirinya IKAMI SULSEL

1.1. Kondisi sosial politik pada masa menjelang terbentuknya


IKAMI SULSEL.

1.2. Visi dan Misi para pendiri IKAMI SULSEL.

2. IKAMI SULSEL dari masa ke masa

2.1. Beberapa peristiwa penting yang menandai perjalanan IKAMI


SULSEL.

2.2. Perkembangan IKAMI SULSEL dilihat dari perkembangan


wacana dan tujuan organisasi.

3. Konstitusi IKAMI SULSEL

3.1. Masalah keanggotaan

3.2. Masalah struktur kekuasaan

3.3. Masalah struktur kepemimpinan

3.4. Aturan-aturan lain dalam organisasi

 Metode

Ceramah, studi kasus, diskusi, seminar, Tanya jawab

 Evaluasi

Melaksanakan test objektif/subjektif dan penugasan

 Referensi

1. Hasil-hasil Mubes IKAMI SULSEL

2. Sumber-sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Pengantar filsafat ilmu

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan


memanfaatkannya untuk berfikir kritis.
 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan proses


mendapatkan ilmu pengetahuan.

2. Peserta dapat menyebutkan kesalahan-kesalahan berfikir.

3. Peserta dapat menerapkan metode berfikir kritis.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Pengantar filsafat ilmu.

1.1. Hakikat ilmu pengetahuan.

1.2. Metode pencarian ilmu pengetahuan.

2. Kesalahan-kesalahan berfikir.

2.1. Jenis-jenis kesalahan berfikir.

2.2. Menghindari kesalahan-kesalahan berfikir.

3. Berfikir kritis.

3.1. Urgensi berfikir kritis.

3.2. Metode berfikir kritis.

 Metode

Ceramah, diskusi, simulasi.

 Evaluasi

Melaksanakan test objektif/subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Jalaluddin rakhmat; Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi,


Rosda Karya, 1999.

2. .

3. .

4. .

5. .
4. Ideologi-ideologi dunia

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami ideologi-ideologi dunia serta dasar pemikiran


yang mendasari terbentuknya ideologi tersebut

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menyebutkan aliran pemikiran yang mendasari


ideologi.

2. Peserta dapat menjelaskan poin-poin penting dalam setiap ideologi.

3. Peserta dapat memahami hubungan antara ideologi dan budaya.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Aliran-aliran pemikiran

1.1. Materialisme

1.2. Rasionalisme

1.3. Metafisika

2. Ideologi-ideologi dunia

2.1. Sosialisme

2.2. Kapitalisme

2.3. Nasionalisme

3. Ideology dan budaya

3.1. Perbandingan antara ideologi dan budaya.

3.2. Peran ideologi dan budaya dalam perubahan sosial.

 Metode

Ceramah, diskusi, brainstorming.

 Evaluasi

Test objektif/subjektif dan penugasan.

 Referensi
1. .

2. .

3. .

4. .

5. .

5. Dasar-dasar kebudayaan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami substansi dan esensi Siri’ na Pacce dalam


kehidupan.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat memahami fitrah manusia sebagai ciptaan Tuhan

2. Peserta dapat memahami Patang Sulapa/Eppa’ Sulape’ dalam


hubungannya dengan Fitrah manusia dan sebagai unsur penyusun
Siri’.

3. Peserta dapat memahami hubungan antara Siri’ dan Pacce.

4. Peserta dapat memahami falsafah-falsafah lain yang merupakan


turunan dari Siri’ na Pacce.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Landasan Pemikiran

1.1. Keharusan mempercayai penciptaan manusia

1.2. Fitrah sebagai bagian dari penciptaan manusia

2. Patang Sulapa/Eppa’ sulape’

2.1. Kalambussang/Lempu’ (kejujuran)

2.2. Kabaraniang/Warani (keberanian)

2.3. Kacaraddekang/Macca (cerdas)

2.4. Kakalumanynyangngang/Sogi’ (kekayaan)

3. Siri’ na Pacce
3.1. Patang Sulapa’/Eppa Sulape’ sebagai unsur penyusun Siri’

3.2. Pacce sebagai Siri’ sosial

4. Falsafah-falsafah lain.

4.1. Taro ada, taro gau..

4.2. Dsb…

 Metode

Ceramah, brainstorming, diskusi.

 Evaluasi

Test ojektif/subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Dasar-dasar Kebudayaan IKAMI SULSEL

2. Murtadha Muthahhari; Fitrah

3. H.A. Aminuddin Salle; Rekaman Elit awal Kepemimpinan Karaeng


Galesong.

4. .

5. .

6. Kepemimpinan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat mengetahui pengertian, tujuan dan fungsi kepemimpinan.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat mengetahui definisi kepemimpinan.

2. Peserta dapat mengetahui tujuan dan fungsi kepemimpinan.

3. Peserta dapat memahami tipe-tipe kepemimpinan

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Kepemimpinan.

1.1. Definisi kepemimpinan


1.2. Mengembangkan kepemimpinan.

2. Tujuan dan fungsi kepemimpinan.

2.1. Tujuan kepemimpinan

2.2. Fungsi-fungsi kepemimpinan dalam organisasi.

3. Tipe-tipe kepemimpinan.

3.1. Tipe-tipe kepemimpinan

3.2. Aspek komunikasi sosial dalam kepemimpinan.

 Metode

Ceramah, diskusi, brainstorming.

 Evaluasi

Test objektif/subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Mifta Thoha; Kepemimpinan dan Manajemen, Rajawali Press, 1995

2. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini; Teori Organisasi: Suatu
pendekatan Makro, Pusat Studi antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial
Universitas Indonesia, 1987.

3. Winardi; Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990.

4. .

5. .

7. Manajemen organisasi

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami pengertian organisasi dan manajemen


organisasi.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat mengetahui pengertian organisasi

2. Peserta dapat mengetahui dasar-dasar, fungsi dan tujuan manajemen.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Organisasi.

1.1. Teori-teori organisasi.

1.2. Bentuk-bentuk organisasi.

1.3. Struktur organisasi.

2. Manajemen organisasi.

2.1. Dasar-dasar manajemen.

2.2. Model-model manajemen.

2.3. Beberapa fungsi manajemen.

2.4. Model-model analisis yang biasa dipakai dalam manajemen.

3. Organisasi dan manajemen konflik

3.1. Konflik sebagai bagian dari organisasi.

3.2. Manajemen konflik dasar.

 Metode

Ceramah, diskusi, simulasi dan penugasan.

 Evaluasi

Test objektif/subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. .

2. .

3. .

4. .

5. .

8. Teknik Persidangan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat menjalankan sidang sesuai aturan yang berlaku.


 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat mengetahui kelengkapan sidang.

2. Peserta mengetahui aturan-aturan dalam persidangan.

3. Peserta dapat melakukan persidangan menurut aturan yang berlaku.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Kelengkapan-kelengkapan sidang.

1.1. Peserta siding dan pimpinan sidang.

1.2. Kelengkapan-kelengkapan teknis dalam sidang.

2. Aturan-aturan persidangan.

2.1. Jenis-jenis interupsi.

2.2. Aturan penggunaan palu sidang.

2.3. Aturan-aturan lain.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persidangan.

3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persidangan.

3.2. Mencapai kemenangan dalam persidangan.

 Metode

Ceramah, diskusi, simulasi dan penugasan.

 Evaluasi

Test objektif/subjektif dan penugasan.

2.2.2 Materi Latihan Kebudayaan dan Kepemimpinan Lanjut

1. Pendalaman Sejarah Sulawesi Selatan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat merefleksikan sejarah Sulawesi Selatan untuk merekayasa


masyarakat di masa depan.

 Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat mengerti kondisi sosial-politik-budaya dalam setiap
fase perkembangan Sulawesi Selatan.

2. Peserta dapat memahami pergolakan-pergolakan yang pernah terjadi


di Sulawesi Selatan.

3. Peserta dapat merancang perekayasaan masyarakat Sulawesi Selatan


di masa depan.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Fase-fase perkembangan masyarakat Sulawesi Selatan.

1.1. Fase kerajaan.

1.2. Fase transisi kemerdekaan.

1.3. Fase Orde Lama dan Orde Baru.

1.4. Fase Orde Reormasi hingga sekarang.

2. Masa-masa pergolakan dalam perkembangan masyarakat Sulawesi


Selatan.

2.1. Dinamika hubungan antar kerajaan sebelum kemerdekaan.

2.2. Pemberontakan Kahar Muzakkar.

2.3. Pemberontakan Andi Azis.

2.4. Pemberontakan PRRI-Permesta.

3. Analisa tipologi masyarakat Sulawesi Selatan.

3.1. Analisa tipologi masyarakat Sulawesi Selatan.

3.2. Rancangan rekayasa perkembangan masyarakat Sulawesi


Selatan.

 Metode

Ceramah, diskusi, dinamika kelompok dan penugasan.

 Evaluasi

Test subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Christian Pelras; Manusia Bugis


2. .

3. .

4. .

5. .

2. Pendalaman Dasar-dasar kebudayaan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami dan mengaplikasikan Siri’ na Pacce secara


luas dalam konteks berbangsa, bernegara dan perubahan sosial.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat memahami esensi Siri’ na Pacce dan pengaplikasiannya


dalam kehidupan sosial.

2. Peserta dapat memahami dan mengaplikasikan falsafah-falsafah


turunan Siri’ na Pacce dalam kehidupan sosial.

3. Peserta dapat memahami esensi yang mempertemukan Siri’ na Pacce


dengan berbagai budaya dan mengaplikasikannya untuk perubahan
sosial.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Penciptaan dan peran-fungsi manusia yang mengiringi penciptaan.

1.1. Peran dan fungsi manusia dalam kehidupan sosial.

1.2. Hak dan tanggungjawab manusia dalam masyarakat.

2. Siri’ na Pacce dan kehidupan sosial.

2.1. Siri’ na Pacce sebagai parameter hubungan sosial.

2.2. Falsafah-falsafah lain yang berkaitan dengan aturan sosial.

3. Siri’ na Pacce dan ragam kebudayaan dunia.

3.1. Esensi budaya dalam Siri’ na Pacce.

3.2. Perbandingan antara Siri’ na Pacce dan esensi kebudayaan lain.

4. Siri’ na Pacce dan Perubahan Sosial.

4.1. Budaya sebagai salah satu penggerak perubahan sosial.


4.2. Siri’ na Pacce dan model perubahan sosial.

 Metode

Ceramah, diskusi, dinamika kelompok dan penugasan.

 Evaluasi

Test subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Dasar-dasar Kebudayaan IKAMI SULSEL

2. ……..

3. .

4. .

5. .

3. Kepemimpinan

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami dan mengembangkan model-model


kepemimpinan dalam organisasi dan masyarakat.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat memahami model-model kepemimpinan dan


penerapannya dalam organisasi

2. Peserta dapat memahami peran dan tanggungjawab pemimpin.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Model-model kepemimpinan.

1.1. Model-model kepemimpinan.

1.2. Syarat-syarat kepemimpinan

1.3. Gaya kepemimpinan dalam organisasi dan masyarakat.

2. Peran dan tanggungjawab pemimpin.

2.1. Peran pemimpin dalam tugas-tugas manajemen.


2.2. Tanggungjawab pemimpin dalam organisasi dan
kemasyarakatan.

2.3. Beberapa hambatan kultural dan struktural.

 Metode

Ceramah, brainstorming, diskusi dan penugasan.

 Evaluasi

Test subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. .

2. .

3. .

4. .

5. xxxxxx

4. Manajemen Organisasi

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen organisasi,


menganalisa dan mengembangkan organisasi serta menggunakan
konflik untuk meningkatkan produktifitas organisasi.

 Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat memahami langkah-langkah pelaksanaan manajemen


organisasi.

2. Peserta dapat menganalisa kondisi organisasi untuk kemudian


meyusun rencana pengembangan organisasi.

3. Peserta dapat menggunakan metode manajemen konflik.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. POACE dalam manajemen organisasi

1.1. Planning (perencanaan)

1.2. Organizing (pengaturan)


1.3. Actuating (pelaksanaan)

1.4. Controlling (pengendalian)

1.5. Evaluating (evaluasi)

2. Analisa Kondisi Organisasi – Rencana Pengembangan Organisasi

2.1. Analisa Kondisi Organisasi dengan metodologi SWOT.

2.2. Rencana Pengembangan Organisasi dengan menggunakan hasil


dari Analisa Kondisi Organisasi.

3. Manajemen Konflik.

3.1. Tahapan-tahapan konflik.

3.2. Bentuk-bentuk penyelesaian konflik.

3.3. Rekayasa konflik dalam organisasi.

 Metode

Ceramah, diskusi, dinamika kelompok dan penugasan.

 Evaluasi

Test subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. .

2. .

3. .

4. .

5. .

5. Rekayasa Sosial

 Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan


sosial dan metode pencapaiannya.

 Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial.

2. Peserta dapat memahami konsep rekayasa sosial.

3. Peserta dapat merencanakan rekayasa sosial.

 Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Perubahan sosial.

1.1. Definisi perubahan sosial.

1.2. Faktor-faktor penggerak perubahan sosial.

1.3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan perubahan sosial.

2. Rekayasa sosial.

2.1. Proses-proses rekayasa sosial.

2.2. Metode rekayasa sosial dan proses perekayasaan.

2.3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan sebuah


perekayasaan social.

 Metode

Ceramah, diskusi, dinamika kelompok dan penugasan.

 Evaluasi

Test subjektif dan penugasan.

 Referensi

1. Jalaluddin Rakhmat; Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi.

2. .

3. .

4. .

5. .
2.3 Metode Pelatihan

Dengan memahami gambaran kurikulum dan aspek-aspek yang perlu


diperhatikan diatas, maka metode yang tepat adalah penggabungan antara
metode-metode berikut:

 Metode Ceramah, yaitu metode pemahaman materi melalui dialog/Tanya


jawab antara peserta dengan pemateri.

 Metode Diskusi, yaitu metode pemahaman materi secara diskusif (pertukaran


pemikiran yang bebas) dan komunikatif.

 Metode Kepemanduan, yaitu pemahaman materi dengan brainstorming


peserta sehingga kesimpulan yang didapat berasal dari peserta sendiri.

 Metode Penugasan, yaitu pemahaman materi dengan mempergunakan


keterampilan peserta dengan sasaran:

 Mempergunakan kemampuan-kemampuan tertentu

 Penulisan-penulisan

 Kerja lapangan

 Studi kasus

 Simulasi dan lain sebagainya.

Penggunaan sebuah metode harus selalu memperhatikan relevansi metode


dengan materi yang disampaikan maupun kondisi peserta. Materi-materi dimana
peserta telah mempunyai pengetahuan dasar tentangnya dapat disampaikan
dengan metode kepemanduan maupun diskusi, tapi materi dimana peserta betul-
betul buta harus diselingi dengan ceramah dari pemateri.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa setiap komponen pelatihan adalah subjek,
termasuk peserta. Karena itu, setiap peserta tidak layak untuk diperlakukan
sebagai objek yang hanya sekedar menerima materi dan mengikuti pelatihan
tanpa dilibatkan dalam setiap kebijakan yang dibuat sepanjang pelatihan
berlangsung. Peserta selayaknya difahamkan dari awal bahwa pelatihan yang
diikuti adalah milik mereka dan menjadi tanggungjawab mereka. Untuk itu,
sangat penting untuk melibatkan mereka dari sejak awal pengelolaan pelatihan;
dalam penentuan aturan maupun dalam pengambilan keputusan atas masalah-
masalah yang terjadi selama pelatihan berlangsung. Kebijaksanaan dari Master
of Training tentu sangat diperlukan dalam hal ini, agar dapat mengarahkan
peserta tanpa mengambil hak peserta untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Pelibatan peserta dimaksudkan agar kondisi psikologis mereka tetap terjaga
sehingga dapat mengembangkan pemikiran mereka sebebas mungkin dan
mengembangkan potensi sebesar-besarnya.
Dalam hal penyampaian materi, hendaknya juga menyesuaikan dengan jenjang
pelatihan dan target yang ingin dicapai dari setiap materi. Pada jenjang LKKD,
target yang ingin dicapai lebih bersifat kognitif-afektif sehingga penyampaian
materi lebih banyak pada penyadaran dan pengembangan kemampuan analisis
peserta. Metode yang tepat untuk itu tentunya adalah diskusi dan brainstorming
yang diselingi ceramah, serta penugasan yang bersifat analisis. Lain halnya
dengan jenjang LKKL yang lebih bersifat kognitif-psikomotorik. Penyampaian
materi pada jenjang ini selayaknya bersifat analisis praksis dan
mengembangkan kemampuan analisis problematik dan alternatif dari peserta.
Untuk itu, metode penyampaian seharusnya dengan ceramah singkat diikuti
dialog yang mengarah pada analisis praksis serta penugasan yang nantinya
menuntut peserta untuk menemukan akar permasalahan dan mencari alternatif
penyelesaian yang applicable.

2.4 Evaluasi Pelatihan

a. Tujuan:

 mengukur tingkat keberhasilan pelatihan.

 sebagai bahan untuk perbaikan penyelengaraan pelatihan berikutnya.

b. Sasaran

 Kognitif

 Afektif

 Psikomotorik

c. Alat evaluasi

 Test objektif

 Test subjektif

 Test sikap

 Test keterampilan

d. Prosedur evaluasi

 Pre-Test

 Mid-Test

 Post-Test

 Penugasan
2.5 Pembobotan

a. LKKD : Kognitif :40%

Afektif :40%

Psikomotorik :20%

b. LKKL : Kognitif :40%

Afektif :20%

Psikomotorik :40%

3 Kualifikasi Instruktur

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kualitas outcome dari pelatihan-


pelatihan yang dilakukan oleh organisasi sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
diantaranya pengelolaan pelatihan. Salah satu bagian yang sangat berpengaruh
adalah kualitas instruktur selaku pengelola pelatihan. Karena itu sangat penting
untuk memperhatikan kualitas dari setiap instruktur; menetapkan kualifkasi yang
tepat untuk keperluan dimaksud dan mengusahakan agar setiap instruktur dapat
memenuhi kualifikasi yang diinginkan.

Salah satu kualifikasi yang sangat penting adalah penguasaan materi oleh
instruktur. Untuk itu sangat diharapkan agar instruktur dipilih dari personal-
personal yang telah mengikuti jenjang pelatihan dimana materi dimaksud
diberikan. Dan kalaupun hal ini tidak dapat dipenuhi dengan alasan-alasan yang
dapat diterima, maka sebaiknya pengurus sebagai penanggung jawab pelatihan
dapat menyediakan fasilitas agar para instruktur bisa memperoleh pengetahuan
dimaksud.

Kualifikasi selanjutnya adalah penguasaan teknik-teknik dasar yang diperlukan


dalam mengelola pelatihan. Teknik-teknik dasar itu meliputi teknik penguasaan
forum, teknik penyampaian materi, teknik pengaturan suasana pelatihan, teknik
pemberian penilaian dan lain sebagainya. Karena itu, menjadi sebuah keharusan
bagi intruktur untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan
ini sebelum menjadi instruktur pelatihan formal di IKAMI SULSEL. Sangat baik
bila pengurus telah dapat menyediakan pelatihan instruktur yang khusus
disiapkan bagi pengelolaan pelatihan formal IKAMI SULSEL. Namun bilapun
hal ini tidak tersedia, maka para instruktur yang dipilih harus telah mengikuti
pelatihan sejenis di organisasi maupun institusi lain. Pelatihan-pelatihan yang
seperti dimaksud adalah seperti Training For Trainer (TFT), Senior Course
(Pelatihan Instruktur), Pelatihan Pemandu (PP) LKMM, atau pelatihan-pelatihan
dengan nama berbeda namun membeikan keterampilan pengelolaan pelatihan dan
pemberian materi.
BAB III. PELATIHAN INFORMAL IKAMI SUL-SEL

Pelatihan informal IKAMI SULSEL adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan serta kemampuan anggota dalam
hal kepemimpinan dan keorganisasian. Pelatihan ini terdiri atas Pelatihan Pemandu
LKK, Achievement Motovation Training (AMT), Up-Grading Kepengurusan, Up-
Grading Kesekretariatan, Up-Grading Kebudayaan, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, pelatihan dibedakan dalam dua jenis; Up-Grading yang berhubungan
dengan teknis penanganan organisasi, dan pelatihan Informal lain yang berhubungan
dengan kemampuan tambahan yang diperlukan anggota.

1 Up Grading

Up-Grading adalah jenis pelatihan informal IKAMI SULSEL yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan teknis organisasi. Hal ini diperlukan agar ada
keseragaman pelaksanaan tugas-tugas organisasional antara unit-unit organisasi
sehingga mengurangi kesalahpahaman yang disebabkan oleh perbedaan-
perbedaan teknis.

Beberapa jenis Up-Grading yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1.1 Up Grading Kepengurusan

Kurikulum menunggu penyusunan Pedoman Kerja Kepengurusan oleh PB


IKAMI SULSEL.

1.2 Up Grading Kesekretariatan

Kurikulum menunggu penyusunan Pedoman Kerja Kesekretariatan oleh PB


IKAMI SULSEL.

1.3 Up Grading Kebendaharaan

Kurikulum menunggu penyusunan Pedoman Kerja Kebendaharaan oleh PB


IKAMI SULSEL.

1.4 Up Grading Dasar-dasar Kebudayaan

Pendalaman dari hal-hal yang tidak dipahami dari LKKD maupun LKKL

1.5 Up Grading Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi

Pendalaman dari materi LKKD maupun LKKL, serta mempertajam metode-


metode analisa melalui latihan-latihan studi kasus.
2 Pelatihan Informal Lain

Adapun untuk pelatihan informal lain, diberikan untuk melengkapi materi-materi


yang telah diberikan pada LKKD dan LKKL maupun pada Up-Grading. Materi
dan bentuk pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan karakter masing-
masing cabang di IKAMI SULSEL.

Beberapa pelatihan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan Instruktur.

2. Pelatihan Jurnalistik.

3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah.

4. Pelatihan Motivasi.

5. Pelatihan Enterpreneur.

6. Dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai