Rp 45.750.000 (misalnya kurs tengah Bank Indonesia Rp 9.150,00/US$) dan dilaporkan pada
c) Pajak yang dibayar dan dipotong atas dividen di Negara A tersebut sebesar US$3.500,00 dan
US$ 500,00 diperhitungkan sebagai kredit pajak luar negeri untuk tahun pajak 2014 sesuai
dengan ketentuan pasal 24 ayat 6 Undang-Undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 36
Tahun 2008.
2 PT DK, PT DS, dan PT DT merupakan wajib pajak dalam negeri Indonesia yang pada tahun 2010
memiliki penyertaan modal secara bersama-sama pada Badan Usaha BE Ltd. Di Negara B yang tidak
menjual sahamnya di bursa efek masing-masing sebesar 25% ( Dua Puluh Lima Persen), 20% ( dua
puluh persen dan 15% ( lima belas persen) dari jumlah saham yang disetor. Apabila tahun pajak BE
Ltd. Di Negara B adalah 1 januari s.d 31 desember dan tidak memiliki untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan atau tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian
surat pemberitahuan pajak penghasilan, maka atas penyertaan saham tersebut adalah sebagai
berikut :
bersama-sama melebihi 50%, mka penetapan saat diperolehnya dividen atas laba setelah
pajak BE di Negara B tahun 2010 , adalah pada bulan ketujuh setelah tahun pajak berakhir
Besarnya dividen yang wajib dihitung oleh PT DK, PT DS dan PT DT adalah sebesar jumlah
dividen yang menjadi hak masing-masing perusahaan terhadap laba setelah pajak yang
c. Kredit Pajak Luar Negeri atas Dividen mengikuti contoh pada butir 1 diatas.
Special purpose company adalah sebuah perusahaan yang dibuat untuk tujuan tertentu. Dalam
konteks perpajakan tujuan dari pendirian special purpose company adalah untuk melakukan
penghindaran pajak. Salah satu bentuk penghindaran pajak yang memanfaatkan keberadaan special
purpose company adalah untuk menghindari pengenaan pajak atas keuntungan penjualan saham.
Untuk memberikan gambaran dapat disimak ilustrasi berikut ini. A Co. adalah perusahaan
Indonesia. Jika A Co. langsung membeli saham PT B maka konsekuensinya jika suatu saat menjual saham
tersebut A Co. akan dikenai pph pasal 26 atas pengalihan saham sebesar 55 dari nilai pengalihan saham.
Untuk menghindario pengenaan pajak tersebut A Co. membuat pereusahaan antara/ special purpose
company, yaitu C Co. yang didirikan di Negara y. Negara Y merupakan sebuah tax heaven country yang
tidak mengenakan pajak atas keuntungan penjualan saham. Investaisi saham di PT B dilakukan melalui C
Co. ketika suatu saat A Co. akan menjual saham PT B yang dijual bukan saham PT B, namun saham C Co.
sebagai perusahaan antara /special purpose company. Penjualan saham C Co. substansinya adalah
penjualan saham PT B karena PT B dimiliki C Co. mengingat kedudukan C Co. berada di tax heaven
country, maka atas keuntungan penjualan saham tersebut tidak dikenai pajak.
Untuk mencega praktir penghindaran pajak seperti ini, ketentuan pasal 18 ayat (3c) Undang –Undang
PPH mengatur bahwa penjualan atau pengalihan saham perusaahan antara (conduit company atau
special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak ( tax heaven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan adanya ketentuan ini, maka atas pengalihan
saham C Co. dapat dipajaki di Indonesia sesuai ketentuan pasal 26 dengan tariff 20 % X 25% dari harga
jual saham atau dengan tariff efektif 5% harga jual saham, mengingat substansi sebenarnya adalah
Terhadap penjual yang berstatus sebagai wajib pajak luar negeri yang merupakan penduduk dari
Negara yang telah mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) denagn Indonesia,
pemotongan PPh pasal 26 hanya dilakukan apabila hak pemajakan berdasarkan P3B berada dalam pihak
Indonesia . penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham kepada wajib pajak dalam negeri ,
dipotong pajak oleh pembeli waib pajak dalam negeri dan kepada wajib pajak luar negeri tersebut
diberikan bukti pemotoongan PPh pasal 26. Namun, apabila saham dibeli oleh wajib pajak luar negeri,
a. Pihak yang ditunjuk sebagai pemunggut pajak adalah badan yang didirikan atau berkedudukan
di Indonesia yang sahamnya di perjual belikan oleh pemgang saham wajib pajak luar negeri di
b. Badan tersebut harus mencatat akta pemindahan ha katas saham yang di jual .
Ketentuan lain mengenai special purpose company juga diatur di pasal 18 ayat (2 b) dalam
ketentuan ini di atur bahwa wajib pajak yang melakukan pemberian saham atau aktiva perusahaan
melalui pihak lain atau badan yang di bentuk untuk maksud demikian ( special purpose company) dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pemblian tersebut sepanjang wajib pajak yang
bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat
ketidak wajaran penetapan harga. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak oleh
wajib pajak yang melakukan pembelian saham atau penyertaan pada suatu perusahaan wajib pajak
dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut (special
purpose company) .
Contoh :
sebesar Rp. 10 miliar. Dengan demikan , PT A mempunyai aset kredit berupa piutang terhadap
b. PT B mendirikan special purpose company, yaitu C Ltd. Di tax heaven contry PT B memilki 99%
saham PT C Ltd
c. C Ltd. Membeli aset kredit (piutang) tersebut dari PT A dengan harga Rp. 4 miliar
Dalam kasus ini substansinya penjualn aset kredit ( piutang) dari PT A ke C Ltd. Adalah pembelian
oleh PT B , sebab kepemilikan saham C Lt. skema ini , PT B dianggap mendapat keuntunngan sebesar Rp.
Dalam konteks penerpan ketentuan pasal 18 ayat (2b) undang – undang PPh, yang di maksud saham
a. Saham atau aktiva yang sebelumnya dimilki dan/ atau dijaminkan oleh wajib pajak dalam negeri
yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan
sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang
piutang.
Pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham aktiva perusahaan
(special purpose company) sebenarnya merupakan pihak atau badan yang tidak mempunyai subtansi
usaha dan dibentuk oleh wajib pajak dalam negeri yang bertujuan antara lain untuk membeli saham