Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hymen Imperforata merupakan suatu keadaan di mana hymen tidak

membentuk hiatus hymenalis. Prevalensi dari hymen imperforata ini adalah 0,1%

- 0,01%, walaupun kasusnya jarang tapi hymen imperforata adalah kejadian

paling sering dalam kasus obstruksi vagina (Hillard et al., 2015)

Masalah dari hymen imperforata ini adalah kasusnya sering terlupakan atau

tidak terdeteksi sampai saat terjadinya menarke. Padahal hymen imperforata jika

terlalu lama terdeteksi setelah menarke maka dapat meningkatkan risiko untuk

menjadi pelvic inflammatory disease yang dapat menyebabkan infertilitas, nyeri

pelvis dan kehamilan ektopik (Hillard et al., 2015)

Pada saat ini, hymen imperforata hanya dapat diketahui dengan cara

pemeriksaan ginekologi yang masih merupakan hal yang cukup tabu terutama

untuk masyarakat pedesaan di Indonesia. Hal ini menyebabkan risiko tidak

terdeteksinya meningkat. Alasan hanya dapat dilakukan pemeriksaan ginekologi

untuk memeriksa hymen imperforata adalah karena usia menarke variasinya

sangat luas. Rentang usia menarke terjadi pada usia remaja yaitu 9-15 tahun

(Donenberg, 2004). Oleh karena variasinya sangat luas, kelainan waktu menarke

hanya bisa dideteksi jika memang telah jauh melewati angka normalnya sehingga

hymen imperforata hanya terdeteksi jika sudah lama diderita setelah menarke.

1
2

Padahal kesempatan untuk memperkirakan apakah waktu menarke sudah

terbuka, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

yang menghambat atau mempercepat usia menarke. Dossus et al. (2012)

menunjukkan bahwa menarke dipengaruhi faktor pendapatan orangtua, aktivitas

fisik, riwayat kelahiran dan riwayat menyusui. Penelitian tersebut seharusnya

dapat membantu untuk memperkirakan apakah menarke terjadi di awal nilai

normal, di akhir nilai normal atau di luar nilai normal.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi menarke.

Aktivitas fisik dapat mempengaruhi komposisi lemak dan kadar hormon yang

selanjutnya mempengaruhi usia menarke (Baker et al., 2007). Aktivitas fisik

dipengaruhi banyak faktor seperti pendapatan orangtua, edukasi orangtua, dan

berat badan lahir. Hal ini mempengaruhi faktor kebiasaan yang lebih berpengaruh

terhadap aktivitas fisik daripada faktor biologis seperti penyakit kronis yang

diderita sejak lahir (Hallal et al., 2006).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor sosio-geografis

mempengaruhi aktivitas fisik pada remaja. Menurut Machado-Rodrigues et al.

(2010), remaja kota atau kota secara umum lebih daripada remaja desa atau desa

tapi, remaja perempuan desa lebih aktif daripada remaja perempuan kota. Menurut

Louicoides et al. (2004), aktivitas fisik pada remaja desa dan kota dipengaruhi

oleh musim. Pada musim dingin remaja kota lebih aktif dari remaja desa

sedangkan, pada musim panas remaja desa lebih aktif daripada remaja kota.

Menurut Davis et al. (2010), tidak terdapat perbedaan signifikan antara pola

aktivitas fisik remaja desa dan kota di Amerika Serikat.


3

Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Moore et al. (2010) yang mengatakan

bahwa baik remaja desa maupun kota tidak memenuhi tingkat rekomendasi

aktivitas fisik di Amerika Serikat. Penelitian ini masih sangat dibutuhkan karena

penelitian-penelitian tersebut mempunyai hasil yang berbeda

Menarke juga dapat dipengaruhi oleh faktor herediter seperti ras dan suku

bangsa (Ahrens et al., 2014). Provinsi DI Yogyakarta, mempunyai penduduk

dengan suku yang beragam seperti Jawa, Sunda, Batak, Tionghoa, Minangkabau,

Bali, Madura dan lain-lain (Kemendagri, 2015). Keragaman ini membuat hasil

dari penelitian ini tidak hanya dapat menjadi referensi di Yogyakarta saja tapi

dapat juga dijadikan referensi di daerah lain dengan keragaman yang seperti

Yogyakarta.

Rentang usia menarke menurut Donenberg (2004) adalah 9-15 tahun

sedangkan menurut Sanfilippo dan Jamieson (2008) adalah 10,7-16,1 tahun

sehingga penelitian ini menggunakan subjek remaja perempuan berusia 13-15

tahun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan usia menarke pada

remaja usia 13-15 tahun di DI Yogyakarta?

2. Apakah terdapat perbedaan pola aktivitas fisik dan usia menarke remaja usia

13-15 tahun pada daerah desa dan kota di DI Yogyakarta?


4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap

usia menarke serta mengetahui perbedaan pola aktivitas fisik dan usia menarke

antara daerah desa dan kota pada remaja usia 13-15 tahun di DI Yogyakarta

D. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian

yang akan dilakukan, di antaranya adalah:

1. Baker et al. (2007) dengan judul Advanced Pubertal Status at Age 11 and

Lower Physical Activity in Adolescent Girls

Penelitian di atas berbeda dengan penelitian ini karena pada penelitian

tersebut menggunakan akselerometer untuk mengukur aktivitas fisik, sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Adolescent Physical Activity and

Recall Questionnaire (APARQ). Selain itu, penelitian di atas juga dilakukan di

Amerika Serikat yang secara genetis tentu berbeda dengan penelitian ini yang

dilakukan di Yogyakarta sehingga mungkin akan menghasilkan hasil yang

berbeda. Pada penelitian tersebut juga tidak membandingkan aktivitas fisik dan

usia menarke pada remaja kota dan desa sedangkan dalam penelitian ini

membandingkan perbedaan aktivitas fisik dan usia menarke pada remaja desa dan

kota.
5

2. Boynton-Jarrett & Harville (2012), dengan judul Prospective Study of

Childhood Social Hardships and Age at Menarche.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah dari variabel

independen yang digunakan. Pada penelitian tersebut variabel bebas yang

digunakan adalah kesulitan sosial sedangkan pada penelitian ini variabel bebas

yang digunakan adalah aktivitas fisik. Desain dari penelitian di atas adalah Cohort

sedangkan pada penelitian ini adalah Cross-sectional.

3. Dossus et al., (2012), dengan judul Determinants of age at menarche and

time to menstrual cycle regularity in the French E3N cohort.

Perbedaan dengan penelitian di atas adalah variabel bebas dan variabel

terikatnya. Pada penelitian di atas mempunyai dua variabel terikat yaitu usia

menarke dan siklus menstruasi, sedangkan dalam penelitian ini hanya mempunyai

satu variabel terikat yaitu usia menarke sehingga pembahasan pada penelitian ini

dapat lebih terkonsentrasi pada usia menarke. Pada penelitian tersebut tidak

mengukur aktivitas fisik dan tidak membandingkan pola aktivitas fisik dan usia

menarke antara desa dan kota sementara pada penelitian ini mengukur aktivitas

fisik serta membandingkan pola aktivitas fisik dan usia menarke pada remaja desa

dan kota.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut,

- Bagi peneliti, dapat mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan usia

menarke dengan lebih jelas terutama pada orang di lingkungan kerja peneliti.
6

- Bagi subjek penelitian,dapat mengetahui fakta terkait usia menarke dengan

aktivitas fisik yang subjek lakukan.

- Bagi keilmuan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi untuk

dilakukan penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai