Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katerisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter


ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin
(Brockop, 2006). Katerisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang
plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih yang berfungsi untuk
mengalirkan urin pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau
klien yang mengalami obstrksi (Potter & Perry, 2005). Kateter diindikasikan
untuk beberapa alasan biasanya digunakan untuk pasien yang akan menjalani
operasi dalam waktu lama, untuk menilai jumlah urin yang keluar, pasien yang
memiliki gangguan pada sistem berkemih disebabkan karena gangguan saraf
maupun sumbatan saluran kemih dan pasien-pasien rawat inap yang tidak dapat
bergerak (Geng, 2012). Pemasangannya pun dilakukan atas program dokter
karena penggunaan kateter tergantung dari kebutuhan dan indikasi. Selain itu
digunakan untuk memantau pengeluaran urin pada pasien yang mengalami
gangguan hemodinamik (Brunner & Suddart, 2002).

Menurut data dari WHO (2006), 200 juta penduduk dunia mengalami
inkontinensia urin. Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta katerisasi urin
dilakukann setiap tahun, yaitu berkisar 10% pada pasien akut dan 7,5% sampai
dengan 10% pada pasien yang memerlukan fasilitas perawatan jangka panjang,
angka ini diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 25%. Banyak alasan
yang membuat peningkatan tindakan katerisasi urin, mencakup kompleksitas
perawatan dan tingkat keperahan penyakit (Greene, Marx & Oriola,
2008).kateterisasi urin berdampak trauma pada uretra (Madeo & Roodhouse,
2009) dan menimbulkan ketdaknyamanan serta nyeri yang sigifikan pada pasien
(Siderias, 2007).

Tindakan katerisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan


rasa nyeri sehingga jika dikerjakan secara keliru akan menimbulkan kerusakan
urethra (Purnomo 2003, h. 230). Nyeri merupakan keluhan utama yang sering
dialami oleh pasien dengan katerisasi urin karena tindakan memasukkan selang
kateter dalam kandung kemih mempunyai resiko terjadinya infeksi atau trauma
pada urethra. Resiko trauma berupa iritasi pada dinding urethra lebih sering
terjadi pada pria karena keadaan urethranya yang lebih panjang dan berliku-liku
dari pada wanita serta membran mukosa yang melapisi dinding urethra sangat
mudah rusak oleh pergesekan akibat dimasukkannya selang kateter (Kozier,
2009).

Pada pasien pria, terdapat dua alternatif penggunaan jelly pelumas. Yang
pertama dengan mengolesi jelly pada selang kateter di sepanjang selang yang
akan dimasukkan ke dalam urethra setelah diukur, dan yang kedua dengan
memasukkan jelly pada meatus urethra dengan menggunakan spuit. Dari kedua
alternatif tersebut, tampaknya alternatif pertama masih menjadi primadona
dalam prosedur pemasangan kateter di rumah sakit daerah pekalongan, terbukti
dari hasil studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada tiga rumah sakit di
kabupaten pekalongan, ketiganya masih menggunakan metode pengolesan jelly
pada selang kateter dirumah sakit

Anda mungkin juga menyukai