Anda di halaman 1dari 10

Topik: Appendicitis Akut

Tanggal (kasus) : 23 Mei 2016 Persenter :


Tangal presentasi : Pendamping :
Tempat presentasi : RSUD X
Obyektif presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyega □ Tinjauan pustaka
ran
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
Pasien laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah kanan sejak dua hari
sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah
diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-
menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah (1x, isi makanan dan lendir
keputihan) dan perut terasa kembung. Pasien mengalami demam sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari.
Pasien tidak BAB selama 2 hari, tidak flatus, BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur
dan jarang mengkonsumsi makanan berserat.
□ Tujuan: memberikan menegakkan diagnosis apendisitis dan melakukan terapi yang tepat
Bahan □ Tinjauan □ Riset □ Kasus □ Audit
bahasan: pustaka
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan □ E-mail □ Pos
membahas: diskusi

Data pasien : Nama: Tn. O No registrasi: 145891


Nama klinik : Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Akut Abdomen ec Appendicitis Akut. Keadaan umum lemah, demam, mual muntah.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan/Penyakit :
Riwayat apendisitis sebelumnya tidak diketahui, riwayat dyspepsia ada
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan:
Sopir angkot
6. Lain-lain:
Daftar Pustaka:
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004
2. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice. Edisi
16. USA: W.B Saunders companies.2002
3. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill companies.2005
4. R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1995
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis appendicitis
2. Terapi yang tepat

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Pasien laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah kanan sejak dua
hari sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian
berpindah diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri
dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah
(1x, isi makanan dan lendir keputihan) dan perut terasa kembung. Pasien mengalami
demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus-menerus
sepanjang hari. Pasien tidak BAB selama 2 hari, flatus, BAK normal. Pola makan
pasien tidak teratur dan jarang mengkonsumsi makanan berserat.
2. Objektif:
Tanda-tanda Vital
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit, isi dan tegangan kuat, reguler
Suhu : 37,8 °C
Pernapasan : 22 x/menit, reguler
Keadaan umum : Tampak lemah

Status Generalis
Kepala : Normochepal
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil bulat
isokor, diameter 3 mm/3mm.
Telinga : Auricula simetris, discharge -/-, serumen +/+
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -
Mulut : Bibir sianosis -, karies dentis -, atrofi papil lidah -, uvula di tengah, tonsil
T1/T1
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : 5+2 cmH2O
Dada :
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-/-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-),sikatriks (-),
Palpasi : Krepitasi (-), massa (-), fremitus taktil lapang paru kiri=kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Rh -/-, Wh-/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5, 2 jari medial linea midklavikularis kiri,
tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kiri atas di ICS II LPSS, kanan atas di ICS II LPSD, kanan
bawah di ICS IV LPSD, dan kiri bawah di ICS V 2 jari medial LMCS,
dan batas jantung kanan bawah di ICS IV LPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus + normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama kuadran kanan
bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign
(+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan bawah.
Ekstremitas
Superior : edema -/-, akral hangat, tidak ada gangguan gerak, anemis -/-
Inferior : edema -/-, akral hangat, tidak ada gangguan gerak, anemis -/-
3. ”Assessment”(penalaran klinis):
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Akut
Abdomen e.c. susp. Apendisitis akut.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien merupakan seorang pria, usia 30
tahun mengeluh nyeri perut bawah kanan sejak 2 hari (SMRS). Pada awalnya nyeri
dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan
diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Disertai gejala anoreksia, vomitus, obstipasi dan
meteorismus.
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi
nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah
umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks
dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan
mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal Secara klasik, nyeri di daerah
epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan
bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi
rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta
nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus,
namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali.
Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan
beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks
pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu
tinggi, yaitu suhu antara 37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi
perforasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen
terutama kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator
sign (+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan bawah.
Pada auskultasi didapatkan bising usus (+) menurun.
Hal ini sesuai pada tanda klinis apendisitis akut. Biasanya penderita berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi,
penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney.
Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum, Rebound tenderness (nyeri lepas tekan )
adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah
saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang
perlahan dan dalam di titik Mc Burney.
Defans musculer (+) karena rangsangan M.Rektus abdominis. Defance muscular adalah
nyeri tekan kuadran kanan bawah abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietal.
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita melakukan
penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas
yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang
terjadi pada apendiks.
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium
Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi
kalau sudah terjadi peritonitis maka bunyi peristaltik usus atau tidak terdengar sama sekali.
Rectal Toucher/Colok dubur, nyeri tekan pada jam 9-12.
Patogenesis

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu diagnosis adalah USG, pada kondisi
perforasi gambarannya dapat berupa lesi tubuler dengan air-fluid level di regio iliaca dextra.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderat (10.000-20.000/ µL).
Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi perforasi. Pada pemeriksaan
urinalisa dapat ditemukan hematuria dan piuria pada 25 % pasien. Beberapa diagnosis
banding appendicitis akut yang perlu dipikirkan, antara lain: Kelainan bidang
gastroinestinal seperti divertikulitis menunjukkan gejala yang hampir sama dengan
apendisitis tetapi lokasi nyeri lebih ke medial. Karena kedua kelainan ini membutuhkan
tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal penting.
Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri tajam pada perut bagian bawah,
demam dan tenesmus.Obstruksi usus biasanya nyeri timbul perlahan-lahan di daerah
epigastrium. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
terdengar metalic sound pada auskultasi.Kelainan bidang urologi seperti batu ureter atau
batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau
urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut.
4. ”Plan”:
Diagnosis: Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan maka pasien
didiagnosis dengan Apendisitis Akut.
Penatalaksanaan Awal di IGD:
 IVFD RL 20 tetes per menit
 Inj. Ranitidine 1 x 50 mg IV
 Metronidazole 3 x 500 mg IV
 Cek darah rutin, Cek urin rutin
 Konsul dokter spesialis bedah
Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi
cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau laparoskopi. Sebelum dilakukan
tindakan pembedahan, pasien dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan antibiotik
sistemik spektrum luas untuk mengurangi insidens infeksi pada luka post operasi.
Komplikasi apendisitis yang dapat terjadi adalah Perforasi. Keterlambatan
penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan
mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat
meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans
muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus
paralitik.
Pada pasien ini kemungkinan sudah terjadi perforasi dan peritonitis lokal. Hal ini
ditandai dengan adanya nyeri perut yang sangat hebat di seluruh lapang abdomen serta
peningkatan suhu tubuh terus-menerus. Pada tanda klinis didapatkan defans muscular lokal
di kuadran kanan bawah serta bising usus menurun.
Komplikasi yang lain yaitu peritonitis generalisata dan terbentuknya massa
periapendikular. Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan
yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke
dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin
syok. Gejala: demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri
tekan, dan bunyi usus menghilang.
Pendidikan:
Kita menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan adanya indikasi operasi dan konsultasi dengan spesialis bedah untuk
penanganan lebih lanjut.

X, Juni 2016
DOKTER, DOKTER PENDAMPING,
Lampiran
Follow up

Perjalanan Penyakit
Tanggal Planning
Subyek Obyektif Assesment
23/05/2016 S : Nyeri perut kanan bawah (+)  IVFD RL 20
O : Ku/Kes : lemah /CM tpm
VS : TD 110/70 mmHg S 37,8 0C  Metronidazole 3
N 92 x/menit RR 22 x/menit x 500 mg IV
Kepala  Ranitidine 2 x
Mata : CA -/-, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI 50 mg IV
3mm/3mm  Konsul dr.
Thorax : P : SD vesikuler +/+, ronkhi -/-, Spesialis Bedah
wheezing -/-  Rencana Operasi
C : S1>S2, reguler, murmur (-), besok
gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang
abdomen terutama kuadran kanan
bawah (Mc.Burney sign), Nyeri
lepas (+) Psoas sign (+). Obturator
sign (+), Rovsing sign (+), defans
muskular (+) di kuadran kanan
bawah.
Extremitas : anemis -/-, edema -/-

Laboratorium (18 Januari 2013)


Hb 13
Hematokrit 25,3%
Leukosit 14000
Trombosit 240.000
A : Akut Abdomen ec. Appendicitis Akut
24/05/2016 S : Nyeri luka operasi (+), Kentut (+), BAB belum  IVFD RL 20
O : Ku/Kes : lemah /CM tpm
VS : TD 100/60 mmHg S 36,4 0C  Metronidazole 3
N 84 x/menit RR 20x/menit x 500 mg IV
Kepala  Ranitidine 2 x
Mata : CA -/-, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI 50 mg IV
3mm/3mm  Ketorolac 2 x 30
Thorax : P : SD vesikuler +/+, ronkhi -/-, mg
wheezing -/-
C : S1>S2, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU (+) Normal, Luka
operasi terawat, Tertutup oleh
perban, Pus (-)
Extremitas : anemis -/-, edema -/-
A : POD 1 Appendectomy
25/05/2016 S : Nyeri luka operasi (+), Kentut (+), BAB (+) BLPL
O : Ku/Kes : Baik/CM
VS : TD 110/70 mmHg S 36,5 0C
N 80 x/menit RR 20x/menit
Kepala
Mata : CA -/-, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI
3mm/3mm
Thorax : P : SD vesikuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
C : S1>S2, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU (+) Normal, Luka
operasi terawat, Tertutup oleh
perban, Pus (-)
Extremitas : anemis -/-, edema -/-
A : POD 2 Appendectomy

Anda mungkin juga menyukai