Anda di halaman 1dari 13

2.

Kopling dalam keadaan tidak terhubung (pedal kopling ditekan)

Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang dikerjakannya


pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan plat penekan tertarik
ke arah luar sehingga plat gesek berada dalam keadaan bebas di antara plat penekan dan
flywheel. Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan putaran.

2.5 Rumus Perhitungan Bagian Kopling Plat Tunggal

1. Daya Rencana

Penentuan daya rencana diperoleh dari rumus :


Pd = fc P …. ……………………… (1) (elemen mesin, sularso)
dimana : Pd= daya rencana (kW)
fc= faktor koreksi
P= daya yang ditransmisikan (kW)

Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai
dengan table 2.1.
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
(Elemen Mesin , Sularso)

Daya yang Akan Ditransmisikan Faktor Koreksi (fc)

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2

Daya normal 1,0 - 1,5

2. Poros

Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros akan
dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan
dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung:
P
T = 9,74 × 105 nd ……..………………..... (2) (elemen mesin,sularso)
1

di mana: T = momen puntir (kgmm)


Pd= daya rencana (kW)
n₁ = putaran (rpm).
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis dingin
(disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan
dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis baja S-C beserta
sifat-sifatnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2Batang baja karbon annealing (Standar JIS) (Elemen Mesin, sularso)
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter Teg
Lambang Tarik HRC
Panas (mm) HB anga
(kg/mm2) (HRB)
n
20 atau kurang 58 - 79 (84) - 23 -
Dilunakkan gese
21 – 80 53 - 69 (73) - 17 144 – 216
S35C-D r
Tanpa 20 atau kurang 63 - 82 (87) - 25 -
izin
dilunakkan 21 – 80 58 - 72 (84) - 19 160 – 225
dari
20 atau kurang 65 - 86 (89) - 27 -
Dilunakkan baha
21 – 80 60 - 76 (85) - 22 166 – 238
n ini
S45C-D Tanpa 20 atau kurang 71 - 91 12 - 30 -
dipe
dilunakkan 21 – 80 66 - 81 (90) - 24 183 – 253
role
20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
Dilunakkan h
21 – 80 67 - 83 10 - 26 188 – 260
dari
S55C-D Tanpa 20 atau kurang 80 - 101 19 - 34 -
rum
dilunakkan 21 – 80 75 - 91 16 - 30 213 – 285
us:
σB
τa = (Sf …………………… (3) ( elemen mesin, sularso)
1 ×Sf2 )

Dimana:𝜏𝑎 = tegangan geser izin (kg/mm2)


𝜎𝐵 = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 =faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, bahan S-C adalah 6,0.
Sf2= faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, antara 1,3 – 3,0.
Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus:Untuk harga Kt diambil
sebesar 1,3 maka tegangan geser izin bahan jenis AISI – SAE 1035 adalah :
63
𝜏𝑠 =
(4 𝑥 1,3)
𝜏𝑠 = 12,1 kg/mm²

Perencanaan diameter poros kopling

Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus


1⁄
5,1 3
ds = [ τ Mt] …………………………(elemen mesin, sularso, ha8)
s

Dimana : ds = diameter poros (mm)

s = tegangan geser izin (kg/mm2)

Mt = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm).

maka diamater poros kopling yang direncanakan adalah :


1⁄
5,1 3
ds = [12,1 × 8043,1]

ds = 15 mm

Syarat Perencanaan :

s ≤ |s |
5,1 𝑀𝑡 𝜎𝑡
3
≤ | |
𝑑𝑠 𝑁 𝑥 𝐾𝑡
5,1 (698,1) 63
3
≤ | |
15 4 𝑥 1,3
1,05 ≤ 12,1

Jadi , tegangan geser yang terjadi harus sama atau lebih kecil dari tegangan izin yang
ditentukan maka Poros Aman.
3. Pasak

Tabel 2.3Jenis-jenis pasak dan ukuran-ukurannya (Elemen Mesin, sularso)

Ukuran Ukuran Ukuran standar h Ukuran standar t₂ Referensi


Ukuran
nominal standar Pasak r₁dan Diameter poros
Pasak C l* Standar Pasak Pasak Pasak
pasak b, b₁, prismatic r₂ yang dapat dipakai
tirus t₁ prismatis luncur tirus
bxh dan b₂ Pasak luncur d**
2x2 2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0 0,5 Lebih dari 6-8
0,08-
3x3 3 3 0,25 6-36 1,8 1,4 0,9 ʺ 8-10
0,16
4x4 4 4 8-45 2,5 1,8 1,2 ʺ 10-12
5x5 5 5 10-56 3,0 2,3 1,7 ʺ 12-17
6x6 6 6 0,25- 14-70 3,5 2,8 2,2 0,16- ʺ 17-22
(7 x 7) 7 7 7,2 0,40 16-80 4,0 3,0 3,5 3,0 0,25 ʺ 20-25
8x8 8 7 18-90 4,0 3,3 2,4 ʺ 22-30
10 x 8 10 8 22-110 5,0 3,3 2,4 ʺ 30-38
12 x 8 12 8 28-140 5,0 3,3 2,4 ʺ 38-44
0,40- 0,25-
14 x 9 14 9 36-160 5,5 3,8 2,9 ʺ 44-50
0,60 0,40
(15 x 10) 15 10 10,2 40-180 5,0 5,0 5,5 5,0 ʺ 50-55
16 x 10 16 10 45-180 6,0 4,3 3,4 ʺ 50-58
18 x 11 18 11 50-200 7,0 4,4 3,4 ʺ 58-65
20 x 12 20 12 56-220 7,5 4,9 3,9 ʺ 65-75
22 x 14 22 14 63-250 9,0 5,4 4,4 ʺ 75-85
16 16,2 8,0 8,5 80-90
0,60- 0,40-
(24 x 16) 24 70-280 8,0 8,0 ʺ 85-95
0,80 0,60
25 x 14 25 14 70-280 9,0 5,4 4,4 ʺ 95-
28 x 16 28 16 80-320 10,0 6,4 5,4 ʺ 110
32 x 18 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 ʺ 110-
130

4. Spline

Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat gesek melalui
plat penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan akan ikut
berputar dengan perantaraan naaf dan spline.
Fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan putaran dari
poros ke kompone-komponen lain yang terhubung dengannya, ataupun sebaliknya.
Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan pasak
merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk
pemasangannya. Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu
(berdasarkan standar SAE).

1. Standardalam perancangan spline


Untuk pemakaian spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas, dan mesin
produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan pada standar dari SAE (Society of
Automotive Engineering). Simbol-simbol yang dipakai dalam standar ini adalah:

Gambar 2.1 Spline


Keterangan Gambar :
D = diameter luar spline
h = tinggi spline
w= lebar splin
L = panjang spline
d = diamater dalam spline

Besarnya gaya yang bekerja pada spline diperoleh dari:


Mp = F. r⃑……..…………………. (6) (Elemen Mesin, Zainun Achmad)
dimana: Mp = momen puntir yang bekerja pada poros (kg mm)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
r⃑= jari-jari rata-rata spline (mm)

Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE
pada tabel:
Tabel 2.4Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)
Number of Permanent Fit To Slide When not To Slide When All Fits
Splines D Under
H LoadD Under
H Loadd w
4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241D
6 H
0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250D
10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156D
16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098D

(Machine Design , Cremer)


Pemeriksaan kekuatan untuk spline dilakukan terhadap dua jenis kemungkinan
kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbuk t dan kegagalan oleh tegangan geser
g.
Pemeriksaan Terhadap Kegagalan Oleh Tegangan Tumbuk
Tegangan tekan pada spline dapat diperoleh dari
F
σc= ................................... (7) (Elemen Mesin I, Zainun Achmad)
Nt.h.w
di mana: σc= tegangan tekan (kg/mm2)
F= gaya yang bekerja pada spline (kg)
Nt= jumlah bintang
h = tinggi spline (mm)
w = lebar spline (mm)
Pemeriksaan terhadap kegagalan oleh tegangan geser
Tegangan geser pada spline dapat diperoleh dari :
F
τs = …………….... (8) (Elemen Mesin I, Zainun Achmad)
Nt.w.L
dimana: s= tegangan geser (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
Nt = jumlah bintang
w= lebar spline (mm)
L = panjang spline (mm)
5. Plat Gesek

Pelat gesek berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari flyweel(Roda
Penerus) ke poros yang digerakkan. Transmisi daya dan putaran dari flyweel dengan
pelat gesek yang ditekan oleh pelat penekan.
Berikut ini sket pelat gesek yang direncanakan beserta simbol-simbol yang digunakan

d D

Gambar 2.3 Plat Gesek

Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek

Koefisien gesekan µ antara berbagai permukaan diberikan pada Tabel dibawah.


Harga-harga koefisien gesekan dalam tabel tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya karena
telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang diizinkan yang
dianggap baik.
Tabel 2.5Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang diizinkan

µs pa
Bahan Permukaan Kontak
Kering Dilumasi (kg/mm2)
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
(Perencanaan Tehnik Mesin , Joseph)

Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh permukaan, makin
jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika tekanan rata-rata pada bidang
gesek adalah p, maka besar gaya yang menimbulkan tekanan dan momen gesekan yang
bekerjapada seluruh permukaan gesek berturut-turut dirumuskan sebagai:
π
F = 4 (D2 − d2 )p………………… (9)
(D+d)
Mg = μ. F. .......................... (10)
4

dimana: F = gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek (kg)


Mg = gesek yang bekerja pada plat gesek (kg•mm)
D = diameter luar plat gesek (mm)
d = diameter dalam plat gesek (mm)
p = tekanan rata-rata pada bidang gesek, yaitu sebesar 0,0385
kg/mm2
µs = koefisien gesekan plat gesek dengan flywheel/plat penekan
0,5.

Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu diketahui
besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat diperoleh dari :

Mg  D .n  t  z
Pg  …………. (11) (Machine Design)
5
9,74  10  3600
\

di mana: Pg = daya hilang akibat gesekan (kW)


Mg = momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kg.mm)
n = kecepatan sudut, dari data brosur diketahui sebesar 6000 rpm
t = waktu penyambungan kopling
z = jumlah kerja tiap jam
Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari :

Lp  Pg
a
…………………….
Ag  W k (12) (Machine Design)
di mana : a = tebal plat gesek (cm)
Lp = lama pemakaian plat gesek
Pg = daya hilang akibat gesekan (hp)
Ag = luas bidang gesek dari plat gesek, yaitu
Wk =kerja yang menyebabkan kerusakan.

6. Paku Keling

Paku keeling dibedakan sesuai dengan bentuknya, terdiri dari bebrapa macam
bentuk, antara lain seperti yang dijtunjukkan pada tabel berikut ini :

Bila suatu gaya bekerja pada sambungan keling dengan menggunakan beberapa
paku kelng, maka :
.....................................
Fo (13) (Elemen Mesin, Zainun Achmad)
F
i
Sehingga akibat gaya Fo tersebut, maka paku keling dan plat akan mengalami
tegangan yang bisa mengalami kerusakan.
Kegagalan akibat geser pada kepala paku keling

 s …………….
 0,58 t (14)(Elemen Mesin, Zainun Achmad)
4Fo
 s .
d 2
Untuk menjaga agar perencanaan tersebut aman atau memenuhi persyaratan maka:
D = 1,75 d ………………………. (15) (Elemen Mesin, Zainun Achmad)
H = 0,65 d ……………………...... (16)

7. Pegas

Pegas banyak dipakai untuk berbagai kontruksi mesin, yang harus memberikan
gaya dan menyimpan energi agar bisa mengurangi getaran. Pegas merupakan elemen
statis, dimana pegas tersebut dapat terdeformasi pada waktu pembebanan dengan
menyimpan energi, bila beban dilepaskan pegas akan seperti sebelum dibebani.
Pegas dapatberfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan seperti pada pegas
kendaraan, sebagai penyimpan energi pada jam, untuk pengukur pada timbangan,
sebagai pemegang atau penjepit, sebagai pembagi rata tekanan dll.

Gambar 2.5 pegas ulir dengan ujung rata

Defleksi yang terjadi (  )


L.P.R 2 (17) (elemen mesin, sularso)

G.J
Dimana: L = panjang kawat pegas
R = jari-jari gulungan pega
P = beban operasional
Jika jumlah gulungan aktif adalah Na, maka :
L = 2  R Na ...................... (18)(elemen mesin, sularso)
64..r 3 Na. p
= (19)
G.d 4
64..r 3 Na.p (20)

G.d 4
Konstanta pegas (k)
P =k  F=Cx

p
k = …………… (21)(elemen mesin, sularso)

P.G.d 4
=
64.Na. p.R 3

G.d 4
=
64.Na..R 3

Untuk square dan ground


Na = Nt – 2
Untuk square
Na =Nt–1,5
Dimana: Na : jumlah lilitan aktif
Nt : jumlah lilitan total

Gambar 2.6 lendutan kerja dari pejal pegas ulir

Defleksi solid (  )
 s=hf–hs .............................. (22)
Dimana : hf ; tinggi bebas (sebelum dibebani)
Hs ; tinggi solid (lilitan antara gulungan berhimpit)
Closhallowance (fc)
Untuk mengatasi beban lebih (over load) ukurannya berkisar ± 20 %
s w
Rc= .......................... (23)(elemen mesin, sularso)
w
Tegangan geser total yang terjadi (  )
16. p.r  0,3075 
= 1  R D  .......... (24)(elemen mesin, sularso)
 .d 2
Untuk pegas helical terdapat factor koreksi kelengkungan yang besarnya :
4c  1 2r
c=
4c  4 d
Dimana : d = diameter kawat pegas
R = jari-jari lingkaran koil
Sehingga tegangan geser total (  )
8. pe  4c  1 0,615 
=  4c  4  c  ............ (25)(elemen mesin, sularso)
d 2
Jumlah lilitan aktif Na
Gd 3
Na= ............................. (26)(elemen mesin, sularso)
64.k .r 3
Untuk square and ground and
Nt = Na + 1,5 ............. (27)(elemen mesin, sularso)
Tinggi solid (hs)
Hs = Nt . d .................... (28)(elemen mesin, sularso)
Untuk harga rc = 20 % , maka :
p
 s= 1,2 ………...... (29)(elemen mesin, sularso)
k
Tinggi beban (hf)
Hf=hs+  s ..................... (30)(elemen mesin, sularso)
Jarak antara lilitan koil (p)
s
P=d+ ....................... (31)(elemen mesin, sularso)
Na

Anda mungkin juga menyukai