Bab I
Bab I
1.1 Pendahuluan
Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah
lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Perbandingan antara bakteri aerob dengan anaerob
adalah 10:1 sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam
mulut yang terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucous membrane, dorsum
lidah, saliva, dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara
perkontinuitatum hematogen dan limfogen, seperti periodontitis apikalis yang berasal dari
gigi yang nekrosis. infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan yaitu lewat
penghantaran yang endogenus dan melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang
vital dan steril. Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen dapat dibagi menjadi :
periimplantitis
Salah satu infeksi odotogenik yang sering terjadi adalah Phlegmon. Phlegmon
penyebaran infeksi secara difus progresif dengan cepat yang menyebabkan timbulnya
infeksi dan tumpukan nanah pada daerah rahang bawah kanan dan kiri (submandibula)
dan dagu (submental) serta bawah lidah (sublingual), yang dapat berlanjut menyebabkan
gangguan jalan nafas dengan gejala berupa perasaan tercekik dan sulit untuk bernafas
secara cepat (mirip dengan pada saat terjadinya serangan jantung yang biasa dikenal
1
Ludwig`s angina dikemukakan pertama kali oleh Von Ludwig pada 1836 sebagai
selulitis dan infeksi jaringan lunak disekeliling kelenjar mandibula. Kata angina pada
Ludwig`s angina dihubungkan dengan sensasi tercekik akibat obstruksi saluran nafas
secara mendadak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Phlegmon adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Streptokokus yang
menginfeksi lapisan dalam dasar mulut yang ditandai dengan pembengkakan yang dapat
menutup saluran nafas. Phlegmon berawal dari infeksi pada gigi (odontogenik), 90%
kasus diakibatkan oleh odontogenik, dan 95% kasus melibatkan submandibula bilateral
dan gangguan jalan nafas merupakan komplikasi yang berbahaya dan seringkali
merenggut nyawa. Angka kematian sebelum dikenalnya antibiotik mencapai angka 50%
dari seluruh kasus yang dilaporkan, sejalan dengan perkembangan antibiotika, perawatan
bedah yang baik, serta tindakan yang cepat dan tepat, maka saat ini angka kematian
3
2. dagu ( submental)
4
2.2 .Anatomi
Grodinsky dan Holyoke pada tahun 1930 menggunakan istilah ruang submandibula
untuk menggambarkan semua ruang pada ruang perimandibula, dimana terbagi atas ruang
ruang submaksila untuk menggambarkan apa yang disebut saat ini sebagai ruang
submandibula.
dengan lapisan superficial fascia profunda, meluas dari os hyoid hingga mandibula, bagian
lateral berbatasan dengan corpus mandibula dan superior berbatasan dengan mukosa dasar
mulut.
5
Ruang Sublingual
Ruang ini disebelah lateral dan anterior dibatasi oleh korpus os mandibula. Batas
posterior terbentuk oleh lidah, m. palatoglossus dan m. styloglossus serta os. Hyoid. Batas
atas adalah lidah sendiri, dasarnya terbentuk oleh m. mylohyoid yang kaku dan keras. Suatu
daerah yang mempunyai kelemahan, bila ada infeksi pada daerah tersebut dapat mencapai
ruang submaksilla, yaitu pada tempat masuk m.styloglossus dan m.hyoglossus, dekat sudut
yang terisi bagian kelenjar submaksilla dengan duktusnya, n. glosofaring dan n.hipoglossus
serta a dan v. lingualis. Pada infeksi ruang sublingual, edem terdapat pada daerah lemah
Ruang submental
Ruang submental merupakan ruang yang berada didaerah midline dibatasi dibagian
lateral oleh m.digasticus venter anterior. Batas superior adalah lapisan anterior fascia
cervicalis profunda antara os hyoid dan batas inferior mandibula. Ruang submental berisi
jaringan penyambung arolar, nodus limpe submental dan vena jugularis anterio pada bagian
Infeksi pada ruang submental berawal dari gigi mandibula anterio tetapi terjadi
lebih sering berasal dari penyebaran infeksi pada ruang submaksila pada sisi lain. Infeksi
pada kulit atau fraktur mandibula anterior dapat juga menyebabkan infeksi pada ruang ini.
2.3. Epidemiologi
Penderita terbanyak dari phlegmon yang kini telah didata berkisar antara umur 20-
60 tahun. Pernah dilaporkan terjadi sejak 12 hari-84 tahun, dominan terjadi pada laki-laki
dengan perbandingan (3:1 sampai 4:1). 95% kasus melibatkan submandibula bilateral dan
gangguan jalan nafas yang dapat berakibat fatal. Angka morbilitas dulu 50% sebelum di
6
temukanya antibiotic dan sekarang setelah di temukanya antibiotic serta penanganan yang
lebih baik di ICU dengan alat yang lebih memadai angka morbilitas 8 %.
2.4. Etiologi
abses peritonsilar
Epiglotitis
2.5. Patofisiologi
Patofisiologi dari Phlegmoan ialah berawal dari nekrosis pulpa karena karies
dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk
Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke
tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus
darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi
Selain infeksi gigi abses juga dapat disebabkan pericoronitis, yaitu suatu infeksi
7
2.6. Gambaran Klinis
Gejala dari Ludwig`s angina yaitu: sakit dan bengkak pada leher, leher menjadi
merah, demam, lemah, lesu, mudah capek, bingung dan perubahan mental, dan kesulitan
bernapas (gejala ini menunjukkan adanya suatu keadaan darurat) yaitu obstruksi jalan nafas.
Pasien Ludwig`s angina akan mengeluh bengkak yang jelas dan lunak pada anterior leher,
jika dipalpasi tidak terdapat fluktuasi. Komplikasi paling serius dari Ludwig`s angina adalah
adanya penekanan jalan nafas akibat pembengkakan yang berlangsung hebat. Diperlukan
tindakan bedah segera ddengan trakeostomi sebagai jalan nafas buatan. Kemudian jika
saluran nafas telah ditangani dapat diberikan antibiotik dan dilakukan incisi pada pus untuk
mengurangi tekanan. Perlu dilakukan perawatan gigi pada gigi penyebab infeksi (sumber
1. karsinoma lingua
2. sublingual hematoma
4. Limfadenitis
5. Peritonsilar abses.
8
Tindakan tracheostomy dilakukan jika pasien mengalami sesak napas yang berat. Untuk
clavulanate, metronidazole.
Pengobatan gigi mungkin diperlukan untuk infeksi gigi yang menyebabkan angina
Ludwig's.
indikasi operasi
Selulitis/phlegmon (atau abses) pada dasar mulut dengan ancaman obstruksi jalan nafas,
mediastinitis.
Teknik Operasi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan
permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent). Memeriksa dan
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi. Antibiotika terapeutik, Cefazolin atau
Tahapan operasi, desinfeksi menggunakan betadine 10% atau hibitane alkohol 70%
1:1000 atau alkohol 70%, pada lapangan operasi. Lapangan operasi dipersempit dengan
menggunakan duk steril (penderita diberi oksigenasi dengan masker atau nasal pronge),
dan lakukan komunikasi yang baik supaya penderita tidak gelisah dan lebih kooperatif.
Insisi dekompresi dengan anestesi lokal atau kalau terpaksa (penderita tidak kooperatif)
9
dengan narkose. Irisan 1 jari dibawah mandibula sepanjang 6 cm. Arteri dan vena
diretraksi kearah kaudal sehingga nampak muskulus milihioid. Otot ini kemudian
dipotong. Dengan klem bengkok jaringan sublingual dibuka secara tumpul sehingga
nanah yang terkumpul disitu dapat mengalir keluar melalui luka insisi. Lakukan kultur
dan sensitifitas untuk kuman penyebabnya. Dipasang drain hanschoen yang difiksasi
Komplikasi operasi
Mediastinitis
Trismus
Fistel
Sepsis
Perawatan Pascabedah
Latihan buka mulut supaya tidak trismus, atau supaya muskulus mylohioid dan
Rawat luka dengan kompres larutan garam faali (bukan betadine), sehingga luka
terjaga kebersihannya.
10
Gambar : incise pada phlegmon
11
2.9. Komplikai
Obstruksi jalan napas jika jalan nafas tidak segera di bebaskan dengan cara traceostomi,
Infeksi carotid sheath, Trombophlebitis supuratif pada vena jugularis interna , Mediastenesis,
12
BABA III
PENUTUP
yang menginfeksi lapisan dalam dasar mulut yang ditandai dengan pembengkakan
gigi. Oleh karena itu perawatan gigi sedini mungkin saat mengalami kelainan
harus segera dilakukan agar tidak terjadi penyakit yang lebih lanjut.
Merawat gigi dengan baik dan benar, menyikat gigi dengan rajin dan
benar serta pergi control ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali sangat dianjurkan
agar dapat mendeteksi sedini mungkin kelainan yang terdapat pada gigi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Machfoedz, I. 2006. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-Anak dan Ibu hamil.
Yogyakarta: Fitramaya
http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/pengertian-dan-konsep-karies-gigi.html
http://koranindonesiasehat.wordpress.com
http://www.infogigi.com/info-gigi
http://adproindonesia.multiply.com/journal/item/141
http://tongproblem.blogspot.com/
14