Anda di halaman 1dari 23

TRAINING PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) INDUSTRI

MEBEL PT. KOLYMPIC

A. Latar Belakang:
Penggunaan bahan kimia dan bahan berbahaya dan beracun (B3) banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam aktifitas industri, salah satunya yaitu industri
mebel. Industri mebel atau furnitur adalah industri yang menghasilkan produk berupa kursi,
meja, lemari, dan perlengkapan rumah tangga lainnya . Dalam proses produksinya industri
mebel banyak menggunakan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) mulai dari tahap awal
pembuatan hingga tahap finishing.
Di samping memberikan keuntungan bagi proses produksi, penggunaan B3 di industri
juga dapat menimbulkan risiko terhadap lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup
lainnya seperti risiko kebakaran, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan kerja. Di Indonesia,
tercatat sebanyak 130 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terjadi
dikarenakan oleh adanya penghisapan atau penyerapan bahan atau zat berbahaya ke dalam
tubuh pekerja (Depnakertrans. 2008).
Oleh karena itu setiap perusahaan yang menggunakan B3 dalam proses produksinya
dituntut untuk melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan
yang disyaratkan oleh Peraturan Pemerintah dan juga mengetahui teknis implementasinya,
seperti: pemahaman karakteristik dan identifikasi B3, dampak lingkungannya, lembar data
keselamatan bahan (MSDS), pelabelan & simbol, penyimpanan, pengangkutan, penanganan
keadaan darurat dan memastikan pengelolaannya di perusahaan.
Untuk mengetahui cara pengelolaan B3 dengan baik dan benar maka penting
dilakukan pelatihan atau training tentang pengelolaan B3 khusunya bagi pekerja di industri
mebel agar risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja karena bahan B3 dapat
dikurangi. Dengan demikian perusahaan secara tidak langsung telah melindungi aset sumber
daya manusia dalam perusahaan dan dapat memperbesar saving cost.

B. Tujuan Training B3
1. Untuk mengetahui karakteristik B3 yang diatur menurut peraturan perundangan yang
berlaku

1
2. Untuk menambah pengetahuantentang teknis pengelolaan bahan B3 secara aman dan
benar serta dapat menerapkannya di tempat kerja
3. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan B3 yang baik dan benar di
tempat kerja

C. Manfaat Training B3
1. Peserta dapat mengetahui karakteristik B3 yang diatur menurut peraturan perundangan
yang berlaku
2. Dapat menambah pengetahuan peserta tentang teknis pengelolaan bahan B3 secara aman
dan benar serta dapat menerapkannya di tempat kerja
3. Dapat meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya pengelolaan B3 yang baik dan
benar di tempat kerja

D. Materi Training B3
Materi yang akan dibahas dalam pelatihan ini adalah:
1. Definisi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Pengelolaan B3 dan Tujuan
Pengendalian B3
2. Peraturan Terkait Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2001
4. Tujuan pengelolaan B3, bentuk umum kecelakaan akibat bahan kimia dan B3
5. Pengenalan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) atau Material Safety Data Sheet
(MSDS)
6. Pengenalan Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut Permen LH
NomoWr 3 tahun 2008 )
7. Identifikasi B3 yang terdapat di Industri Mebel:
1. Identifikasi Bahan B3
2. Identifikasi Bahaya B3
3. Prinsip Penanganan dan Penyimpanan B3
4. Pengendalian Paparan dan Perlindungan Personal (APD yang digunakan)
5. Pengelolaan Keadaan Darurat Bahan Kimia dan B3 Pengelolaan limbah B3

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Training B3


Hari, tanggal : rabu, 4 april 2018
Waktu : 07.30 – selesai
2
Tempat : aula gedung utama industri mebel kolympic
F. Peserta Training B3 :
Peserta training b3 ini adalah seluruh karyawan/staff bagian produksi PT. Kolympic
G. Metode Training B3
1. Penyampaian materi,(persentasi)
2. Contoh penerapan studi kasus, praktek/simulasi
3. Diskusi (tanya jawab)

3
MATERI TRAINING B3

A. Definisi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Tujuan Pengendalian B3


 Definisi:
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun)
 Tujuan Pengendalian B3
Pengelolaan B3 di tempat kerja harus dilakukan secara baik dan benar, bertujuan
untuk mencegah dan mengurangi risiko bahaya terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
tidak mencemari lingkungan serta membahayakan makhluk hidup lainya.

B. Peraturan Terkait Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


 Undang-undang No. 32 Tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008
Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187 Tahun 1999
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

C. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan PP Nomor 74 Tahun


2001
 Mudah meledak (explosive)  Mudah menyala (flammable)
 Pengoksidasi (oxidizing)  Amat sangat beracun
 Sangat mudah sekali menyala (extremely toxic)
(extremely flammable)  Sangat beracun ( highly toxic)
 Sangat mudah menyala (highly  Beracun (toxic)
flammable)  Berbahaya (harmful)
4
 Iritasi (irritant)  Teratogenik (teratogenic)
 Korosif (corrosive)  Mutagenic (mutagenic)
 Berbahaya bagi lingkungan  Bahaya lain berupa gas
(dangerous to environment) bertekanan (pressure gas).
 Karsinogenik (carcinogenic)

D. Pengenalan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) atau Material Safety Data
Sheet (MSDS)
Setiap kemasan B3 wajibdiberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan MSDS. (PP
No. 74/2001 Pasal 15)
Material Safety Datasheet (MSDS) adalah lembar data khusus yang menjelaskan
tentang suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara
penanganan, penyimpanan, pemindahan, pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri,
tindakan gawat daruratdan pengelolaan limbah buangan bahan tersebut.
Format MSDS berdasarkan Kepmenaker No.KEP.187/MEN/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja:
1. Identitas Bahan dan Perusahaan 8. Pengendalian Pemajanan dan Alat
Nama bahan Pelindung Diri
2. Komposisi Bahan 9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
3. Identifikasi Bahaya 10. Reaktifitas dan Stabilitas
4. Tindakan Pertolongan Pertama Pada 11. Informasi Toksikologi
Kecelakaan (P3K 12. Informasi Ekologi
5. Tindakan Penanggulangan 13. Pembuangan Limbah
Kebakaran 14. Pengangkutan
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan 15. Peraturan Perundang-undangan
Kebocoran 16. Informasi lain yang diperlukan
7. Penyimpanan dan Penanganan
Bahan

E. Pengenalan Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut Permen
LH Nomor 3 tahun 2008 )

5
Setiap kemasan B3 wajibdiberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan MSDS. (PP
No. 74/2001 Pasal 15)
1. Simbol : gambar yang menunjukkan karakteristik B3.

Simbol B3 berdasarkan klasifikasinya:

2. Label : Uraian singkat yang menunjukkan jenis dan karakteristik B3, informasi
produsen, identitas B3, jumlah B3. Label harus mudah terbaca, jelas terlihat,
tidak mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari kemasannya
 Prbentuk persegi panjang.
 Ukuran disesuaikan dengan ukuran kemasan, dengan perbandingan panjang dan
lebar adalah 3:1.
 Warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam

6
Gambar Label:

Pemasangan label B3:


Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan harus
terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadah yang akan
dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.

7
F. Identifikasi B3 yang terdapat di Industri Mebel:
1. MELAMIN
Simbol:

Iritan

a. Identifikasi Bahan
Melamin adalah suatu zat organik dengan struktur kimia C3H6N6 atau
dengan nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine. Berat molekulnya adalah
126, bentuk kristal putih padat dan agak sulit terlarut dalam air. Ia merupakan
metabolit dari siromazina, sejenis pestisida. Melamin biasa didapat sebagai
kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan
pupuk.
b. Identifikasi Bahaya
Berikut ini adalah bahaya melamin bagi kesehatan tubuh antara lain:
1) Mengakibatkan gangguan metabolisme, terutama terhadap bayi dan anak-
anak.Organ tubuh yang paling cepat terganggu adalah fungsi ginjal yang
bekerja untuk membuang racun-racun dalam tubuh.
2) Serangan akut pada saluran pencernaan, di antaranya muntah dan mencret
3) Kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain kerusakan, mulai dari fungsi
otak,hati, ginjal, mata dan telinga, dan bisa menyebabkan kematian.
4) Melamin juga merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak yang
mengonsumsi.
5) Melamin dapat menyebabkamenimbulkan bau yang pekat dan pedih di
mata.
6) Masalah pernapasan pada hewan percobaan.
7) Konsumsi melamin juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Siapa pun
yang terpapar zat kimia itu akan mudah terserang flu dan infeksi karena
virus dan bakteri.

8
8) Jika melamin kontak dengan kulit dengan kasus jangka waktu yang lama
maka dapat menyebabkan bintik-bintik merah pada kulit dan bisa
menyebabkan iritasi karena sifat melamin adalah iritan.

c. Pengendalian Paparan Dan Perlindungan Personal


Untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan akibat terpapar
melamin, oleh sebab itu perlu dilakukan adanya pengendalian. Sehingga
bahaya terpapar bahan melamin dapat dicegah.
1) Kontrol Teknik:
Gunakan selungkup proses, ventilasi pembuangan lokal, atau kontrol
teknis lainnya untuk menjaga kadar udara di bawah yang direkomendasikan
batas pemaparan. Jika operasi pengguna menghasilkan debu, asap atau
kabut, gunakan ventilasi untuk menjaga paparan kontaminan udara di
bawah batas pemaparan.
2) Alat Perlindung Diri:
a) APD untuk tangan dapat menggunakan sarung tangan / hand gloves
yang memadai (terbuat dari PVC atau Neoprena)
b) APD untuk mata dapat menggunakan kacamata percikan.
c) APD untuk kaki dapat menggunakan Sepatu pelindung tahan terhadap
agen kimia korosif (karet, PVC). Sepatu bot tahan agresi kimia dan
mekanis, dengan sifat anti-statis yang memungkinkan penggunaan di
lingkungan eksplosif (kulit dengan sol karet).
d) Pakaian pelindung dapat menggunakan Jas Laboratoriu atau debu tahan
overall (overall bebek breastplate, mantel)
e) Perlindungan Pribadi dalam Kasus Tumpahan Besar: Kacamata
percikan. Setelan lengkap. Respirator debu. Sepatu bot. Sarung tangan.
Alat pernapasan yang berisi diri harus digunakan untuk menghindari
menghirup produk. Pakaian pelindung yang disarankan mungkin tidak
cukup; berkonsultasi dengan spesialis sebelum menangani produk
berbahan melamin.
d. Penanganan Dan Penyimpanan
1) Tindakan pencegahan:

9
Jangan makan, minum atau merokok di area kerja. Tanda "TIDAK
MEROKOK" harus ditempatkan di area kerja. Cuci tangan secara
menyeluruh setiap selesai digunakan. Lepaskan pakaian dan peralatan
perlindungan yang terkontaminasi sebelum memasuki area makan siang.
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber nyala api. Wadah kosong
menimbulkan risiko kebakaran, menguap residu di bawah lemari asam.
Tempelkan semua peralatan yang mengandung material. Jangan menelan.
Hindari pembentukan debu dan hindari penyebaran oleh angin. Jangan
menghirup debu. Pakailah yang cocok pakaian pelindung. Dalam keadaan
ventilasi tidak memadai, gunakan peralatan pernapasan yang sesuai. Jika
dicerna, dapatkan bantuan medis segera dan tunjukkan wadah atau label.
Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari yang tidak kompatibel
seperti zat pengoksidasi, asam.
2) Penyimpanan :
Produk harus disimpan di area tertutup, kering, bersih, dan
berventilasi jauh dari panas dan sumber api. Area penyimpanan akan
dilindungi. Jangan simpan bersama dengan zat yang tidak kompatibel.
Kontak yang lama dengan uap air di atmosfer dapat menyebabkan
pengeraman produk yang dikemas. Ruang penyimpanan sebaiknya menjadi
satu tingkat dan dibangun dari bata, beton, bukan dari bahan yang mudah
terbakar (seperti kayu); lantai harus rata, kering dan halus, tanpa rongga.
Fasilitas penyimpanan harus memberikan perlindungan yang baik terhadap
cuaca buruk dan menghindari kelembaban penyerapan. Fasilitas
penyimpanan harus dibersihkan sebelum, selama, dan setelah pengiriman
produk.
e. Tanggap Darurat/Pertolongan Pertama
1) Petunjuk pertolongan pertama diberikan tergantung pada rute paparan yang
relevan.
 Kontak mata:
Periksa dan keluarkan lensa kontak apa pun. Dalam kasus kontak,
segera siram mata dengan banyak air setidaknya selama 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis.
 Kontak kulit:

10
Dalam kasus kontak, segera siram kulit dengan banyak air. Tutupi kulit
yang teriritasi dengan emolien. Hapus yang terkontaminasi pakaian dan
sepatu. Air dingin dapat digunakan. Cuci pakaian sebelum digunakan
kembali. Bersihkan sepatu dengan bersih sebelum digunakan kembali.
Dapatkan medis perhatian.
 Kontak Kulit Serius:
Cuci dengan sabun disinfektan dan tutup kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti-bakteri. Segera cari medis perhatian.
 Inhalasi:
Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernafas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan
medis perhatian.
 Tertelan:
JANGAN menyebabkan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun
melalui mulut ke alam bawah sadar orang. Longgarkan pakaian ketat
seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan
pertolongan medis jika gejala muncul.
f. Penanganan Limbah Melamin
Daur ulang produk sesuai dengan peraturan setempat yang digunakan.
Limbah kemasan yang terkontaminasi melamin yang tidak dapat digunakan
kembali harus diarahkan ke perusahaan yang berwenang untuk membuang
limbah kemasan.

2. WOOD FILLER
Simbol:

Iritan Mudah Menyala


a. Identifikasi Bahan Wood Filler

11
Wood Filler diformulasikan dengan bahan dasar water based acrylic
emulsion yang aman dan ramah lingkungan. Wood Filler mengandung Volatile
Organic Compound (VOC).
 Tampilan : Transparan
 Daya Larut : Larut dalam Air
 Kandungan Padat : 50 ± 2 %
 Gravitasi Khusus : 1.46 ± 0.05 gr/cc
 Kelekatan : 300 ± 2 poise
b. Identifikasi Bahaya Wood Filler
 Dampak pada Kesehatan
Iritasi pada mata, sistem pernapasan, dan kulit. Dapat menimbulkan
sensitisasi pada kulit.
 Dampak pada Lingkungan
Pada keterangan yang sudah tersedia, produk ini tidak akan
menyebabkan efek merugikan apapun pada lingkungan jika petunjuk
penggunaan diterapkan dengan benar.
 Bahaya Kebakaran
Cairan mudah terbakar.

c. APD yang digunakan


 Perlindungan Pernapasan
Kenakan perlindungan pernapasan yang sesuai jika terpapar
melebihi batas. Alat bantu pernapasan udara atau masker pernapasan
dengan filter yang dianjurkan.
 Perlindungan Tangan
Gunakan sarung tangan kedap zat.
 Perlindungan Mata
Gunakan kacamata keselamatan yang khusus didesain untuk melindungi
dari percikan cairan.
 Perlindungan Kulit
Gunakan pakaian keselamatan yang dianjurkan.
d. Penanganan dan Penyimpanan

12
 Penanganan
Penanganan produk harus dilakukan dalam area yang memiliki
perputaran udara yang baik. Jaga agar wadah tetap tertutup rapat. Jauhkan
dari sumber panas, percikan api, dan kobaran api. Dilarang merokok,
makan, dan minum di sekitar area pengaplikasian produk. Untuk
perlindungan pribadi, lihat petunjuk pada poin selanjutnya. Jangan gunakan
tekanan untuk mengosongkan wadah: wadah bukanlah wadah bertekanan.
 Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup yang jauh dari sumber panas dan
memiliki perputaran udara yang baik.
e. Pertolongan Pertama
 Pernapasan
Pindahkan korban yang terpapar ke ruang terbuka untuk mendapat
udara segar dan istirahatkan korban tersebut. Jika cara bernapas tidak
teratur atau berhenti, berikan napas buatan. Segera berikan penanganan
medis.
 Kontak Mata
Lepas lensa kontak. Cuci mata dengan air bersih yang mengalir
selama 15 menit sambil menahan kelopak mata tetap terbuka. Jika iritasi
masih berlanjut, maka segera berikan pertolongan medis.
 Kontak Kulit
Lepas pakaian yang terkontaminasi. Cucilah kulit dengan sabun dan
air. Jangan menggunakan larutan pengencer. Jika iritasi masih berlanjut,
segera berikan pertolongan medis.
 Jika Tertelan
Beri dua gelas air untuk pengenceran, berikan penanganan medis.
f. Penanganan Limbah
Sampah dan wadah kosong harus dibuang sesuai dengan peraturan
lokal yang berlaku. Jangan dialirkan pada saluran kebersihan atau selokan.

13
3. METANOL
Simbol:

Mudah menyala Beracun

a. Identifikasi Bahan
Metanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Metanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal,
dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O.
 Penampilan: Cair, Tidak berwarna, Cairan mudah menguap
 Bau: Karakteristik bau yang menyenangkan
 pH: Netral
 Titik didih: 78,2⁰C - 78,5⁰C
 Titik nyala: 12⁰C - 16⁰C
 Kemudahan terbakar: 3, 3 - 19% v / v
 Sifat eksplosif: Uap dapat membentuk campuran eksplosif dengan udara.
 Kondisi yang harus dihindari: Panas berlebih, nyala api, sumber api atau
listrik statis. Agen pengoksidasi. Campuran uap / udara bersifat eksplosif.
 Produk penguraian yang berbahaya: Pembakaran yang tidak sempurna dapat
menghasilkan karbon monoksida dan karbon dioksida.
b. Identifikasi Bahaya
1) Bahaya kimia
Metanol merupakan cairan yang mudah terbakar yang uapnya dapat
membentuk campuran yang mudah terbakar dan eksplosif dengan udara pada
suhu ruangan normal. Campuran yang mengandung metanol 30% dapat
menghasilkan campuran uap dan udara yang mudah terbakar pada 29⁰C, dan

14
campukan yang hanya mengandung 5% alkohol dapat menghasilkan
campuran yang mudah terbakar pada 62⁰C.
Metanol bereaksi dengan sangat kuat dengan berbagai bahan
pengoksidasi dan lainnya. Seperti, Disulphuryl Difluoride, Perak Nitrat,
Bromine Pentafluoride, Potassium perkhlorat, Nitrosyl perklorat, Chromyl
Chloride, Chloryl perkhlorida, Uranyl perkhlorit, Chromium Trioxide,
Fluorin Nitrat, Tetrachlorosilane, Asam Permanganat, Asam Nitrat.
2) Bahaya Biologi
Metanol cepat teroksidasi di dalam tubuh menjadi asetaldehida,
kemudian menjadi asetat, dan akhirnya menjadi karbon dioksida dan air;
alkohol yang tidak teroksidasi diekskresikan dalam urin dan berakhir di
udara.
3) Bahaya tehadap kesehatan
 Akut :
a) Bahaya tertelan :Dosis besar menyebabkan keracunan alkohol
sementara konsumsi berulang dapat menyebabkan alkoholisme. Minum
metanol dicurigai menghambat metabolisme atau ekskresi. misalnya 1,
1, 1-Trichloroethane, Trichlorethylene dan Dimethylformamide,
Benzene dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat yang berbahaya.
Efek dapat berupa eksitasi, euforia, sakit kepala, pusing, kantuk,
penglihatan kabur, kelelahan, tremor, kejang, kehilangan kesadaran,
koma, henti napas, dan kematian. Intoksikasi akut yang parah dapat
menyebabkan hipoglikemia, hipotermia dan kekakuan ekstensor.
Kontak yang lama atau sering dapat menyebabkan liver.
b) Bahaya terjadi kontak dengan kulit: Kontak berulang atau
berkepanjangan dapat menyebabkan kemerahan, nyeri, gatal,
peradangan, dan kemungkinan infeksi sekunder. Kontak kulit berulang
dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit pada sebagian individu.
c) Bahaya terhirup : Memabukkan jika terus dihirup untuk jangka waktu
yang lama. Batas Paparan Kerja (periode 8 jam) adlah 1000 ppm
(1900mg / m3).

15
d) Bahaya kontak dengan mata : Kontak langsung dapat menyebabkan
iritasi, kemerahan, nyeri, peradangan kornea dan kemungkinan
kerusakan kornea.
 Kronis :
a) Efek karsinogenik : Konsumsi alkohol jangka panjang menunjukkan
peningkatan terjadinya kanker payudara dan kanker kolorektal (pada
usus besar). Tumor ganas pada rongga mulut, Pharynx, Larynx,
Esophagus dan Liver juga berhubungan dengan konsumsi minuman
beralkohol. Beberapa penelitian menunjukkan paparan alkohol sintetis,
dengan Diethyl Sulphate mungkin menjadi agen penyebab dari kanker
laring.
b) Efek mutagenik :Metanol bersifat mutagenik pada manusia melalui
metabolit pertamanya, Asetaldehida. Asetaldehida menginduksi
penyimpangan kromosom, pertukaran adik-kromatid dan hubungan
silang antara untaian DNA.
c) Efek teratogenik : Alkohol dapat menginduksi aborsi spontan, dapat
mengganggu kesuburan, dapat menyebabkan bahaya pada bayi yang
belum lahir dan dapat menyebabkan bahaya pada bayi yang diberi ASI.
Bahaya reproduksi telah ditentukan setelah konsumsi berlebihan
metanol berlebih
d) Menimbulkan kerusakan organ seperti paparan berlebihan dapat
menyebabkan kelainan sistem syaraf pusat
c. APD yang digunakan (Pengendalian Paparan Dan Perlindungan Personal)
1) Engineering control dengan memberikan ventilasi pembuangan atau kontrol
teknis lainnya untuk menjaga konsentrasi uap di udara di bawah nilai ambang
batas. Dan memastikan bahwa ada tempat pencuci mata dan pancuran di
lokasi stasiun kerja.
2) APD untuk pernafasan dapat menggunakan respirator. Untuk konsentrasi
tinggi dan untuk atmosfir yang kekurangan oksigen, gunakan respirator yang
sesuai. Perlindungan pernafasan penuh harus sudah tersedia jika terjadi
tumpahan.
3) APD untuk tangan dapat menggunakan sarung tangan karet.

16
4) APD untuk mata dapat menggunakan safety goggles untuk mencegah mata
kontak langsung dengan bahan ini. menyediakan stasiun pencuci mata yang
mudah diakses pada area kerja. Lensa kontak tidak boleh dipakai saat bekerja
dengan bahan kimia ini.
5) APD untuk kulit seperti sarung tangan pelindung kimia yang sesuai sangat
dibutuhkan serta perlindungan tambahan seperti pelindung wajah, apron.
6) APD pada saat terjadi tumpahan yang besar adalah Splash goggles, setelan
lengkap, respirator uap, sepatu bot, sarung tangan, alat pernapasan bantuan
digunakan untuk menghindari penghirupan produk dan dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan spesialis sebelum menangani tumpahan ethanol
d. Penanganan Dan Penyimpanan
1) Penanganan
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber nyala api. Jangan menelan.
Jangan menghirup gas / asap / uap / semprotan. Kenakan pakaian pelindung
yang sesuai. Dalam keadaan ventilasi tidak memadai, gunakan peralatan
pernapasan yang sesuai. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari
bahan yang tidak kompatibel seperti oksidator, asam, alkali, kelembaban.
2) Penyimpanan
Simpan pada area yang terpisah dan disetujui. Simpan wadah di
tempat yang sejuk dan berventilasi baik. Biarkan wadah tertutup rapat sampai
siap digunakan. Hindari semua sumber penyalaan (percikan atau api). Jangan
simpan di atas suhu 23 ° C (73,4 ° F).
e. Tanggap Darurat/Pertolongan Pertama
1) Kontak mata: Periksa dan jika memakai lensa kontak harap segera dilepas.
Segera siram mata dengan air yang mengalir setidaknya selama 15 menit,
menjaga kelopak mata tetap terbuka. Dapat menggunakan air dingin.
Dapatkan perawatan medis.
2) Kontak kulit: Segera siram kulit dengan banyak air. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan emolien. Copot pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
Dapat menggunakan air dingin. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Bersihkan sepatu dengan bersih sebelum digunakan kembali. Dapatkan
perawatan medis.

17
3) Kontak Kulit Serius: Cuci dengan sabun disinfektan dan tutup kulit yang
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Cari bantuan medis.
4) Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernafas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan
pertolongan medis jika gejala muncul.
5) Inhalasi serius: Evakuasi korban ke area yang aman sesegera mungkin.
Longgarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas,
lakukan resusitasi mulut ke mulut. Cari bantuan medis.
6) Tertelan: Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang
yang tidak sadar. Longgarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang
atau ikat pinggang. Dapatkan pertolongan medis jika gejala muncul.
f. Penanganan Limbah
1) Memekatkan limbah dengan evaporator. Kemudian mengabutkan limbah
pekat ke dalam tanur pembakaran bersuhu 800°C sehingga bahan organik
dalam limbah terbakar habis. Abu hasil pembakaran mengandung kalium
sehingga diolah menjadi pupuk.
2) Menggunakan limbah metanol sebagai bahan baku pupuk. Limbah metanol
yang sering juga disebut dengan vinase atau distilet memiliki karakteristik
yang khas. Limbah ini bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk organik
cair (POC). POC memiliki harga jual yang cukup tinggi sehingga bisa
memberikan nilai tambah bagi industri metanol. Vinase diolah sedemikian
rupa sehingga menjadi produk POC yang bisa menyuburkan tanaman.

4. LEM KAYU
Simbol:

Berbahaya bagi lingkungan Iritan Mudah menyala

18
a. Identifikasi Bahan
 Nama Produk : MAX! Lem PVAc
 Deskripsi Produk : Perekat / Lem
 Tipe produk : Pasta
 Jenis Penggunaan : Untuk perekat sambungan kayu dengan kayu ataupun
kayu dengan kertas
b. Identifikasi Bahaya :
1) Cairan dan uapnya mudah terbakar :
Cairan dan uapnya dikategorikan mudah terbakar. Jika mengalami
panas atau terbakar, maka wadah bisa pecah dan meledak.
2) Beracun untuk kehidupan akuatik dengan efek jangka panjang:
Kontaminasi bahan ini dengan air akan mengganggu kehidupan
akuatik, maka pastikan bekas penanganan terhadap kebakaran tidak
mencemari saluran atau badan air.
3) Potensi efek kesehatan yang akut :
 Jika terkena mata bisa mengakibatkan iritasi pada mata
 Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi kulit ringan
4) Gejala terpapar berlebih :
 Jika terkena mata akan menyebabkan pedih atau iritasi pada mata,
mata berair, mata kemerahan
 Jika terkena kulit menyebabkan iritasi dan kemerahan pada kulit

c. Tindakan Pertolongan Pertama/ gawat darurat:


1) Terhirup:
Segera pindahkan orang yang terpapar ke tempat yang berudara
segar dan memiliki sirkulasi udara yang cukup banyak. Biarkan orang yang
terpapar tersebut tetap dalam keadaan hangat dan beristirahat. Jika tidak
bernapas, atau jika napas tidak teratur, ataupun jika terjadi serangan
pernapasan, maka segera berikan pernapasan buatan atau mengalirkan
oksigen dan harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih.
2) Terkena kulit:
Lepaskan terlebih dahulu pakaian serta sepatu yang juga terpapar.
Cuci kulit dengan menggunakan sabun dan bilas dengan menggunakan air

19
sampai bersih. Jangan membilas dengan menggunakan pelarut ataupun
bahan pengencer yang digunakan di dalam produk.
3) Terkena mata:
Lakukan pengecekan untuk memastikan apakah orang yang terpapar
menggunakan lensa mata atau tidak. Lepaskan jika ada. Segera basuh mata
dengan menggunakan air yang mengalir minimal selama 15 menit dengan
kondisi kelopak mata tetap dalam keadaan terbuka.
4) Tertelan:
Segera berikan air putih untuk diminum. Jaga agar kondisi tubuh
orang yang terpapar tersebut tetap hangat dan bisa beristirahat. Jangan
memaksakan korban untuk muntah. Segera bawa orang tersebut ke tenaga
medis dengan membawa serta / menunjukkan label, kemasan ataupun
lembar data ini.
5) Tindakan Terhadap Kebakaran :
 Media pemadam yang sesuai :
Gunakan bahan kimia kering ( CO2 kering ) atau campuran busa
 Media pemadam yang tidak sesuai
Jangan gunakan air atau air bertekanan tinggi
 Penanganan yang khusus bila kebakaran
Jauhkan semua orang dari lokasi terjadinya kebarakan dan
sebisa mungkin segera isolasi lokasi tersebut. Penanganan kebakaran
serta pemindahan wadah produk yang terbakar harus dilakukan oleh
personel yang sudah terlatih. Dinginkan wadah yang terbakar dengan
menggunakan air .
6) Tindakan Penanganan Tumpahan atau Kebocoran Yang Tidak Disengaja :
 Untuk bukan petugas tanggap darurat tumpahan / kebocoran :
Jangan melakukan tindakan yang bisa membahayakan diri
sendiri tanpa adanya pelatihan yang tepat sebelumnya. Segera memberi
bantuan untuk mengevakuasi personel yang tidak termasuk sebagai
petugas tanggap darurat tumpahan / kebocoran. Jangan menimbulkan
api atau merokok disekitar area tumpahan / kebocoran. Hindari
menghirup uap tumpahan, pakai alat bantu pernapasan yang sesuai (
respirator ) bila ventilasiudara kurang / tidak memadai.
20
 Untuk petugas tanggap darurat tumpahan /Kebocoran:
Bila dibutuhkan perlengkapan perindungan tubuh khusus,
 Pencegahan pencemaran:
Pastikan bahwa tumpahan tidak menyebar ke saluran serta
badan air. Tumpahan yang terjadi dalam jumlah yang besar dapat
membahayakan lingkungan.

 Metode dan alat / bahan yang digunakan untuk penampungan dan


pemersihan tumpahan / kebocoran:
Tumpahan dalam jumlah kecil:
Segera hentikan tumpahan / kebocoran yang terjadi serta
pindahkan wadah dari area tumpahan, dan pastikan dilakukan oleh
personel yang terlatih serta tidak menimbulkan resiko tambahan.
Jika tumpahan adalah termasuk kategori bahan yang bisa larut
dengan air, maka encerkan tumpahan dengan air lalu lap hingga bersih
dan kering. Jika tidak termasuk dalam bahan yang bisa larut dengan air,
maka serap tumpahan menggunakan bahan penyerap kering ( misalnya
pasir kering ) lalu masukkan ke dalam penampung yang sesuai standar (
tidak bocor dan tempatnya muat untuk menampung ). Buang bekas
tumpahan melalui perusahaan pengumpul limbah yang memiliki
ijinresmi dari pemerintah.
Tumpahan dalam jumlah besar:
Segera hentikan tumpahan / kebocoran yang terjadi serta
pindahkan wadah dari area tumpahan, dan pastikan dilakukan oleh
personel yang terlatih serta tidak menimbulkan resiko tambahan.
Alirkan tumpahan ke area penampungan atau batasi pinggiran terluar
area tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap yang tidak
mudah terbakar ( misalnya pasir, tanah atau vermikulit ), lalu
kumpulkan dan masukkan ke dalam penampung yang sesuai standar (
tidak bocor dan tempatnya muat untuk menampung ). Buang bekas
tumpahanmelalui perusahaan pengumpul limbah yang memiliki ijin
resmi pemerintah.

21
d. Pengendalian Pemaparan dan Alat Perlindungan Diri:
- Alat Pelindung Khusus
Personel yang melakukan pemadaman harus menggunakan
perlengkapan perlindungan yang tepat dan juga wajib menggunakan alat
bantu pernapasan ( Self Contained Breathing Apparatus / SCBA ) yang
dilengkapi dengan pelindung wajah.

- Kendali Teknis:
Sediakan dan gunakan ventilasi yang memadai dengan
menggunakan sistem pembuangan lokal. Jika hal ini tidak cukup
memadai untuk menjaga konsentrasi partikel serta uap pelarut berada di
bawah batas terendah, maka alat perlindungan diri harus digunakan,
khususnya alat perlindungan pernapasan.
- Alat Perlindungan Diri:
Perlindungan Kulit dan tubuh:
Gunakan pakaian yang bisa melindungi seluruh tubuh dan juga
gunakan sepatu yang tahan terhadap bahan kimia

Pernapasan:
Gunakan alat bantu pernapasan ( respirator ) yang bersertifikat dan
layak digunakan. Pemilihan respirator harus berdasarkan standar yang
sudah ditetapkan dan terlebih jika hasil penilaian tingkat bahaya
mewajibkan pemakaian respirator ini. Pemilihan respirator harus didasarkan
pada tingkat paparan yang bisa dihasilkan, tingkat bahaya produk serta
batas kerja aman alat bantu pernafasan ( respirator ) yang dipilih.
Perlindungan terhadap Tangan:
Gunakan sarung tangan yang layak dan tahan terhadap bahan kimia.
Disarankan untuk menggunakan sarung tangan yang bisa melindungi
selama > 8 jam, yaitu sarung tangan yang terbuat dari bahan karet : nitril,
butil ataupun viton. Tidak disarankan untuk menggunakan sarung tangan
dengan perlindungan < 1 jam, misalnya yang terbuat dari bahan dasar PVA.
Mata & Muka: Gunakan alat pelindung mata ( kacamata safety ).

e. Penanganan Dan Penyimpanan

22
 Penanganan
Langkah – langkah untuk penanganan produk secara aman
:Gunakan alat pelindungan diri yang tepat ( lihat di bagian 8 ). Jangan
menghirup uap, jangan sampai tertelan, hindari kontak langsung dengan
mata, kulit dan pakaian. Pastikan cat digunakan dalam keadaan sirkulasi
udara yang cukup ( ventilasi yang baik ). Gunakan alat bantu pernafasan
bila keadaan ventilasi atau sirkulasi udara tidak cukup memadai. Jangan
biarkan terjadi tumpahan / kebocoran. Jangan makan dan atau minum
disekitar area sedang terjadinya proses pengecatan menggunakan produk
ini. Bersihkan tangan dan cuci muka sebelum makan dan atau minum
apabila telah selesai menggunakan produk ini.
 Penyimpanan:
Pastikan produk tertutup rapat selama penyimpanan. Simpan dan
gunakan jauh dari sumber panas, percikan api atau juga nyala api.
Hindarkan dari proses pendinginan, karena produk bisa menjadi kental.
Simpan di area yang memiliki sistem sirkulasi udara yang cukup baik.
Penyimpanan juga harus mengikuti peraturan yang berlaku, baik itu
peraturan lokal maupun peraturannasional.

23

Anda mungkin juga menyukai