Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri semakin maju di segala bidang termasuk industri
tambang batubara. Disamping perkembangan industri yang pesat dan dapat
meningkatkan taraf hidup ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap masyarakat dan pekerja. Salah satunya adalah debu batubara yang
terinhalasi selama bekerja, sehingga mengakibatkan penyakit paru akibat kerja pada
pekerja tambang batubara.
Debu batubara mengandung bahan kimiawi yang dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit paru-paru. Penyakit tersebut muncul bila masyarakat yang
berada di lokasi tambang batubara, atau di kawasan lalu-lintas pengangkut batubara,
menghirup debu batubara secara terus-menerus, dan yang paling beresiko adalah
pekerja yang terpapar oleh debu batubara itu sendiri. Data World Health
Organization (WHO) tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian
oleh penyakit akibat kerja di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah
pneumoconiosis. Salah satu jenis pneumokoniosis adalah CWP (Coal Workers
Pneumokoniosis). CWP adalah pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi
partikel karbon dari batu bara (coal), graphite atau carbon black (karbon hitam).
Kelainan ini terjadi pada pekerja tambang batu bara, penambang graphite dan
pekerja pabrik graphite sintetik dan pabrik karbon hitam.
Saluran napas merupakan lokasi tersering terjadinya kelainan akibat paparan
kerja. Penggunaan bahan-bahan toksik secara luas di lingkungan kerja memberi
ancaman terhadap saluran napas dan parenkim paru. Debu batubara dapat
menyebabkan penambang terkena penyakit paru-paru hitam. Paru-paru hitam
merupakan penyakit pernafasan yang terjadi karena menghirup debu batubara dalam
jangka panjang. Akibat terus menerus menghirup udara tercemar debu batubara
pekat itu, paru paru pekerja penambangan akan terkontaminasi partikel batubara
hingga kondisinya menghitam (Tugaswati, 2006). Selain penyakit paru-paru hitam,
penambangan batubara juga menyebabkan berbagai penyakit lain, seperti TBC,
asma, dan kanker paru-paru. Oleh karena itu, masyarakat sekitar penambangan
diharapkan dapat mewaspadai gejala-gejala yang muncul akibat maraknya
penambangan dan pengangkutan batubara tersebut (Forqan, 2007).
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan seringkali tidak
dapat disembuhkan, menyebabkan kecacatan bahkan dapat menyebabkan kematian,
sehingga prinsip utama dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja adalah
melakukan upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan (Sulistomo, 2002).
Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja pada industri
penambangan batubara, perlu adanya penerapan ilmu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) sejak dini dengan mengetahui sumber, dampak, serta upaya pencegahan
penyakit CWP (Coal Workers Pneumokoniosis). Melalui penerapan ilmu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian
penyakit CWP sehingga pekerja penambang batubara dapat bekerja dengan nyaman,
kesehatannya terjaga serta tidak mengganggu masyarakat disekitarnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Coral Workers Pneumokoniosis (CWP)
2. Untuk mengetahui sumber, pengaruh, dan mekanisme debu batubara masuk ke
dalam tubuh manusia
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit Coal Workers Pneumokoniosis

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian Coral Worker Pneumoconiosis
2. Dapat mengetahui sumber, pengaruh, dan mekanisme debu batubara masuk ke
dalam tubuh manusia
3. Dapat mengetahui upaya pencegahan penyakit Coral Worker Pneumoconiosis
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Erwin dan K. Winariani. 2010. Pneumokoniosis Coal Worker Pada Penderita Tb
Paru Disertai Efusi Pleura. Majalah Kedokteran Respirasi 1 (1).

Rinawati, Putri. 2015. Coal Worker’s Pneumoconiosis. Jurnal Majority 4 (1) : 50.

Simanjuntak, N S R., A. Suwondo dan I. Wahyuni. 2013. Hubungan Antara Kadar


Debu Batubara Total Dan Terhirup Serta Karakteristik Individu Dengan
GangguanFungsi Paru Pada Pekerja Di Lokasi Coal Yard Pltu X Jepara. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2 (2).

Anda mungkin juga menyukai