Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

DESAIN & IMPLEMENTASI KURIKULUM

1. Jelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013!


Jawab:
Rasional pengembangan Kurikulum 2013 meliputi konsep dasar, faktor-faktor pengembangan, karakteristik dan
tujuan kurikulum 2013.
a. Konsep Dasar
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik
secara holistik (seimbang). Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap ditagih dalam rapor dan merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan
meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan
dan peradaban. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta agar menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak
efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap peserta didik yang dikembangkan meliputi
menerima, menjalankan, menghargai, mengahayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial,
alam sekitar serta dunia dan peradabannya.
b. Faktor-Faktor Pengembangan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1) Tantangan internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional
Pendidikan, meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
2) Tantangan eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemjuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya dan
perkambangan pendidikan ditingkat internasional.
3) Penyempurnaan Pola Pikir
Penyempurnaan pola pikir dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Pola pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik.
 Pola pembelelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaksi guru
- peserta didik – masyarakat – lingkungan alam, sumber/media lainnya).
 Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba informasi
dari siapa saja dan dari mana saja).
 Pola pembelajaran pasif menjadi aktif mencari.
 Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok.
 Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.
 Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
jamak (multidiscipline).
4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Penguatan tata kelola dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif.
 Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai
pimpinan kependidikan.
 Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5) Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
c. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik secara seimbang.
2) Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat sebagai sumber belajar secara seimbang.
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah
dan masyarakat.
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
pembelajaran.
6) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
d. Tujuan Kurikulum
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

2. Jelaskan 4 perubahan yang terjadi dalam kurikulum 2013 dibandingkan dengan KTSP!
Jawab:
Perubahan kurikulum yang menjadi ciri Kurikulum 2013 adalah menyangkut empat standar pendidikan yaitu
Standar kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Keempat standar ini
dirumuskan dalam tujuh elemen sebagai berikut:
a. Kompetensi Kelulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
b. Kedudukan Mata Pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan
dari kompetensi.
c. Pendekatan (ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
SD : Tematik integratif dalam semua mata pelajaran.
SMP : Mata pelajaran
SMA : Mata pelajaran wajib dan pilihan
SMK : Mata pelajaran wajib, pilihan dan vokasi.

d. Struktur Kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI)


1) Sekolah Dasar (SD)
 Holistik berbasis sains (alam, sosial dan budaya)
 Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6
 Jumlah jam bertambah 4 JP/ minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
 TIK menjadi media semua mata pelajaran.
 Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler.
 Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10.
 Jumlah jam bertambah 6JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
3) Sekolah Menengah Atas (SMA)
 Perubahan sistem : ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan.
 Terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa.
 Jumlah jam bertambah 2 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
4) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
 Penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini.
 Penyeragaman mata pelajaran dasar umum.
 Produktif disesuaikan dengan tren perkembangan industri.
 Pengelompokkan mata pelajaran produktif sehingga tidak terlalu rinci pembagiannya.
e. Proses Pembelajaran Penilaian
1) Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
2) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
3) Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
4) Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
f. Penilaian
1) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju
penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil).
2) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang
diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
3) Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.
4) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utana Penilaian.
g. Ekstrakurikuler
1) SD : Pramuka (wajib), UKS, PMR, Bahasa Inggris.
2) SMP/SMA/SMK:
 Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll
 Perlunya ekstrakurikuler partisipatif.

3. Jelaskan hakikat dari Scientific Approach!


Jawab:
Hakikat pendekatan scientific approach:
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh
karena itu, pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat
dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik d
alam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan
pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif ( deductive reasoning). Penalaran deduktif
melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif
memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya,
penalaran induktif menempatkan bukti - bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan
umum.
Dapat diketahui bahwa metode ilmiah merujuk pada teknik - teknik investigasi atas suatu atau beberapa
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian ( method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang
dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip - prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah
umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi
atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari
tenaga pendidik sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari tenaga pendidik sebesar lebih dari 90 persen setelah
dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50 - 70 persen.
Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas - kelas bisa dipadankan sebagai sebuah
proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari
pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan
sebentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap ( ranah afektif ),keterampilan (ranah psikomotorik),
dan pengetahuan (ranah kognitif) peserta didik. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat menjawab
rasa ingin tahunya melalui proses yang sistematis sebagaimana langkah - langkah ilmiah. Dalam rangk aian proses
pembelajaran secara ilmiah inilah peserta didik akan menemukan makna pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik untuk mengoptimalkan kognisi, afeksi dan psikomotor. Para Saintist juga berproses sebagaimana
operasionalisasi pendekatan ini, yaitu dengan mengoptimalkan penalaran induktif dan deduktif untuk mencari tahu
tentang suatu hal. Jika praktik ini diterapkan di sekolah, maka akan membentuk pembiasaan ilmiah yang
berkelanjutan. Berikut ini bagan tentang pola berfikir secara ilmiah.

4. Jelaskan apakah dokumen yang harus disiapkan guru dalam perencanaan pembelelajaran!
Jawab:
Dokumen yang harus dipersiapkan guru dalam perencanaan pembelajaran adalah
a) Program menyusun alokasi waktu dan kalender akademis
Program ini untuk Mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran dalam satu tahun ajaran.
b) Program Tahunan
Program tahunan adalah program umum tematik terpadu untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru.
Program Tahunan tersebut sebagai rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan mata pelajaran setelah
diketahui kepastian jumlah jam pelajaran efektif dalam satu tahun. Program tahunan perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-
program berikutnya, yakni Program Semester, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c) Program Semester
Program Semester (Promes) Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program
tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan. Program semester berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
d) Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
e) Program Harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

5. Jelaskan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016!
Jawab:
Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Terdapat beberapa persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, antara lain:
a. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembeljaran
Alokasi waktu tiap jam tatap muka pembelajaran diuraikan di bawah ini,
 SD/MI: 35 menit
 SMP/MTs: 40 menit
 SMA/MA: 45 menit
 SMK/MAK: 45 menit
b. Rombongan Belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan
belajar dinyatakan dalam tabel berikut:
Jumlah Maksimum
Satuan
No Jumlah Rombongan Belajar Peserta Didik per
Pendidikan
Rombongan Belajar
1 SD/MI 6-24 28
2 SMP/MTs 3-33 32
3 SMA/MA 3-36 36
4 SMK 3-72 36
5 SDLB 6 5
6 SMPLB 3 8
7 SMALB 3 8

c. Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
d. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
Guru wajib menjadi teladan yang baik dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama, perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Ketika pembelajaran, guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan sumber daya lain
sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran, volume dan intonasi suara harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik, menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik,
menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik, memberikan
penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat,
menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran tiap awal semester; dan memulai dan mengakhiri
proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam
kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik
dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun kelompok melakukan
refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama
menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok;
dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

6. Jelaskan prinsip penilaian menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016!


Jawab:
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Prinsip penilaian menurut Permendikbud No.23 Tahun 2016 adalah:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas
penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh
pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

Referensi

Hidayat, Soleh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Musfiqon, Hm dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Sientifik. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Permendikbud No.22 Tahun 2016.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016.

Widyastono, Herry. 2015. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUUM

1. Model Administratif
Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal adalah model administratif,
karena model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau garis komando “dari atas ke bawah”. Maksudnya,
inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara struktural
dilaksanakan di tingkat bawah. Dalam model ini, pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (streering
committee) yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru inti. Panitia
pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip, landasan filosofis dan tujuan umum
pendidikan. Biasanya model ini banyak dipakai di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini sebagai berikut :
1. Dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari
pejabat yang ada dibawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa
juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan konsep
dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
2. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun
oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim
ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan
menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau petunjuk evaluasi, serta
menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3. Apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan
kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu
di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji
coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
4. Para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan
kurikulum yang telah tersusun itu.

Kelebihan:
- Proses pengambilan keputusan terletak para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak bawah yaitu guru-
guru.
- Mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralistik (pusat/pemerintah) dan negara yang
kemampuan professional pengajarnya masih rendah.
Kekurangan:
- Karena kurikulum ini dikonsep, diinisiasi, dan diarahkan dari atas ke bawah melalui saluran hirarki garis-
staf, maka pengembangan kurikulum dengan cara ini dinilai atau dikritik tidak menerapkan prinsip
demokrasi.
- Dampak perubahan kurikulum hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan
people change.
- Hasilnya diterapkan secara seragam pada kebutuhan dan kekhusuan daerah yang menuntut adanya variasi
sesuai situasi dan kondisinya masing-masing.

2. Model Akar Rumpt (Grass-Roots Model)


Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model ini berada di tangan guru-guru sebagai pelaksana
kurikulum di sekolah baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari beberapa sekolah sekaligus. Model ini
didasarkan pada dua pandangan pokok yaitu: pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhasil apabila
guru-guru sebagai pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dalam pengembangan kurikulum.
Kedua, pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan personel yang profesional (guru) saja, tetapi juga
siswa, orang tua, dan anggota masyarakat.
Kelebihan:
- Model ini digagas dan dikembangkan oleh pelaku kurikulum langsung, sehingga berbagai persoalan yang
sesungguhnya dihadapi oleh sekolah, guru, murid, orang tua, dan masyarakat lainnya dapat dipahami betul
dan dapat dipecahan atau diperbaiki lebih akurat.
Kekurangan:
- Menyatukan berbagai pendapat yang muncul dalam pengembangan kurikulum yang melibatkan banyak
orang memerlukan upaya keras untuk menghasilkan sebuah keputusan yang baik dan cepat.
- Pengembangan model hanya dapat dilakukan oleh guru-guru di sekolah/madrasah memiliki kemampuan dan
sikap profesional tinggi serta paham konsep dan teori Pendidikan.

3. Model Demonstratif
Model ini dikembangakan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam
pelaksananaanya, model ini menuntut sejumlah guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya
dalam memperbarui kurikulum. Menurut Smith, Stanley, Shorees model demontrasi terdiri atas dua bentuk
yaitu:
a. Sekelompok guru diorganisasikan dalam suatu sekolah secara terpisah tugasnya mengembangkan proyek
percobaan kurikulum. Tujuannya menghasilkan segmen baru dalam kurikulum dengan harapan hasilnya
dapat diadopsi oleh kurikulum sekolah.
b. Guru-guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada membuat eksperimen dalam area tertentu.
Bekerja dalam bentuk organisasi tak terstruktur atau bekerja secara sendiri-sendiri. Tujuannya menghasilkan
alternatif praktik kurikulum.
Kelebihan:
- Karena kurikulum yang dihasilkan telah melalui uji coba dalam praktek nyata maka dapat memberikan
alternatif yang dapat bekerja.
- Perubahan kurikulum pada bagian tertentu cenderung lebih mudah disepakati dan diterima dari pada
perubahan secara keseluruhan.
- Menempatkan guru sebagai pengambil inisitif dan narasumber sehingga administrator dapat mengarahkan
minat dan kebutuhan guru.
Kelemahan:
- Dapat menghasilkan antagonisme baru.
- Guru yang tidak terlibat cenderung bersifat apatis dan tidak percaya.

C. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


Model pengembangan kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah model administratif. Pada model
administratif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara struktural
dilaksanakan di tingkat bawah. Dalam model ini, pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (streering
committee) yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru inti. Panitia pengarah ini
bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip, landasan filosofis dan tujuan umum pendidikan. Di Indonesia
sendiri seluruh administratif kurikulum pendidikan dibuat oleh tim pejabat pendidikan negara kemudian apabila
kurikulum sudah selesai disusun oleh tim, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah
didaerah-daerah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun itu.
Salah satu kurikulum yang diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, standar
kompetensi lulusan, standar kompetensi, serta kompetensi dasar ditentukan oleh pemerintah pusat tetapi dalam
penentuan indikator hasil belajar, proses pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, serta evaluasi
dilaksanakan oleh guru. Kemudian hasil dari pembelajaran tersebut akan dikembalikan lagi ke pemerintah pusat dan
penilain akhir akan dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Ujian Nasional.

Model kurikulum SMK


Struktur umum kurikulum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok mata
pelajaran yang meliputi kelompok A, B, dan C.



Mata pelajaran kelompok A dan B merupakan kelompok mata pelajaran umum yangbersifat wajib
mata pelajaran kelompok C merupakan kelompok mata pelajaran peminatan kejuruan.
Mata pelajaran umum kelompok A terdiri dari enam mata pelajaran. Keenam mata pelajaran itu meliputi;

(1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti; (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (3) Bahasa Indonesia; (4)
Matematika; (5) Sejarah Indonesia dan (6) Bahasa Inggris

Mata pelajaran umum kelompok B terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu Seni Budaya, Prakarya dan Kewirausahaan serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga & Kesehatan

Mata pelajaran peminatan kelompok C dikelompokkan secara bertingkat, berturut-turut adalah;

1. Dasar Bidang Kejuruan



merupakan muatan substansif pengikat yang berfungsi sebagai fokus utama dari dasar kejuruan

2. Dasar Program Kejuruan



merupakan muatan substansif pengikat yang berfungsi sebagai fokus utama dari program kejuruan

3. Paket Kejuruan

muatan kejuruan spesifik dalam lingkup paket kejuruan

Muatan mata pelajaran untuk Dasar Program Kejuruan dan Paket Kejuruan
dikembangkan secara kolaboratif antara unsur-unsur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan asosiasi profesi terkait
bidang Kejuruan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
(Keputusan Dirjen Mandikdasmen
No. 251/C/kep/mn/2008)

1. TEKNOLOGI DAN REKAYASA


2. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
3. KESEHATAN
4. SENI, KERAJINAN DAN PARIWISATA
5. AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI
6. BISNIS DAN MANAJEMEN

KURIKULUM 2013
(Keputusan Dirjen Dikmen No.
7013/D/KP/2013)

1. TEKNOLOGI DAN REKAYASA


2. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
3. KESEHATAN
4. AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI
5. PERIKANAN DAN KELAUTAN
6. BISNIS DAN MANAJEMEN
7. PARIWISATA
8. SENI RUPA DAN KRIYA
9. SENI PERTUNJUKKAN

Anda mungkin juga menyukai