2. Jelaskan 4 perubahan yang terjadi dalam kurikulum 2013 dibandingkan dengan KTSP!
Jawab:
Perubahan kurikulum yang menjadi ciri Kurikulum 2013 adalah menyangkut empat standar pendidikan yaitu
Standar kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Keempat standar ini
dirumuskan dalam tujuh elemen sebagai berikut:
a. Kompetensi Kelulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
b. Kedudukan Mata Pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan
dari kompetensi.
c. Pendekatan (ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
SD : Tematik integratif dalam semua mata pelajaran.
SMP : Mata pelajaran
SMA : Mata pelajaran wajib dan pilihan
SMK : Mata pelajaran wajib, pilihan dan vokasi.
4. Jelaskan apakah dokumen yang harus disiapkan guru dalam perencanaan pembelelajaran!
Jawab:
Dokumen yang harus dipersiapkan guru dalam perencanaan pembelajaran adalah
a) Program menyusun alokasi waktu dan kalender akademis
Program ini untuk Mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran dalam satu tahun ajaran.
b) Program Tahunan
Program tahunan adalah program umum tematik terpadu untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru.
Program Tahunan tersebut sebagai rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan mata pelajaran setelah
diketahui kepastian jumlah jam pelajaran efektif dalam satu tahun. Program tahunan perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-
program berikutnya, yakni Program Semester, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c) Program Semester
Program Semester (Promes) Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program
tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan. Program semester berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
d) Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
e) Program Harian atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.
5. Jelaskan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016!
Jawab:
Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Terdapat beberapa persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, antara lain:
a. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembeljaran
Alokasi waktu tiap jam tatap muka pembelajaran diuraikan di bawah ini,
SD/MI: 35 menit
SMP/MTs: 40 menit
SMA/MA: 45 menit
SMK/MAK: 45 menit
b. Rombongan Belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan
belajar dinyatakan dalam tabel berikut:
Jumlah Maksimum
Satuan
No Jumlah Rombongan Belajar Peserta Didik per
Pendidikan
Rombongan Belajar
1 SD/MI 6-24 28
2 SMP/MTs 3-33 32
3 SMA/MA 3-36 36
4 SMK 3-72 36
5 SDLB 6 5
6 SMPLB 3 8
7 SMALB 3 8
Referensi
Hidayat, Soleh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Musfiqon, Hm dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Sientifik. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Permendikbud No.22 Tahun 2016.
Widyastono, Herry. 2015. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
1. Model Administratif
Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal adalah model administratif,
karena model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau garis komando “dari atas ke bawah”. Maksudnya,
inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara struktural
dilaksanakan di tingkat bawah. Dalam model ini, pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (streering
committee) yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru inti. Panitia
pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip, landasan filosofis dan tujuan umum
pendidikan. Biasanya model ini banyak dipakai di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini sebagai berikut :
1. Dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari
pejabat yang ada dibawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa
juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan konsep
dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
2. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun
oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim
ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan
menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau petunjuk evaluasi, serta
menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3. Apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan
kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu
di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji
coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
4. Para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan
kurikulum yang telah tersusun itu.
Kelebihan:
- Proses pengambilan keputusan terletak para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak bawah yaitu guru-
guru.
- Mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralistik (pusat/pemerintah) dan negara yang
kemampuan professional pengajarnya masih rendah.
Kekurangan:
- Karena kurikulum ini dikonsep, diinisiasi, dan diarahkan dari atas ke bawah melalui saluran hirarki garis-
staf, maka pengembangan kurikulum dengan cara ini dinilai atau dikritik tidak menerapkan prinsip
demokrasi.
- Dampak perubahan kurikulum hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan
people change.
- Hasilnya diterapkan secara seragam pada kebutuhan dan kekhusuan daerah yang menuntut adanya variasi
sesuai situasi dan kondisinya masing-masing.
3. Model Demonstratif
Model ini dikembangakan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam
pelaksananaanya, model ini menuntut sejumlah guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya
dalam memperbarui kurikulum. Menurut Smith, Stanley, Shorees model demontrasi terdiri atas dua bentuk
yaitu:
a. Sekelompok guru diorganisasikan dalam suatu sekolah secara terpisah tugasnya mengembangkan proyek
percobaan kurikulum. Tujuannya menghasilkan segmen baru dalam kurikulum dengan harapan hasilnya
dapat diadopsi oleh kurikulum sekolah.
b. Guru-guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada membuat eksperimen dalam area tertentu.
Bekerja dalam bentuk organisasi tak terstruktur atau bekerja secara sendiri-sendiri. Tujuannya menghasilkan
alternatif praktik kurikulum.
Kelebihan:
- Karena kurikulum yang dihasilkan telah melalui uji coba dalam praktek nyata maka dapat memberikan
alternatif yang dapat bekerja.
- Perubahan kurikulum pada bagian tertentu cenderung lebih mudah disepakati dan diterima dari pada
perubahan secara keseluruhan.
- Menempatkan guru sebagai pengambil inisitif dan narasumber sehingga administrator dapat mengarahkan
minat dan kebutuhan guru.
Kelemahan:
- Dapat menghasilkan antagonisme baru.
- Guru yang tidak terlibat cenderung bersifat apatis dan tidak percaya.
Mata pelajaran kelompok A dan B merupakan kelompok mata pelajaran umum yangbersifat wajib
mata pelajaran kelompok C merupakan kelompok mata pelajaran peminatan kejuruan.
Mata pelajaran umum kelompok A terdiri dari enam mata pelajaran. Keenam mata pelajaran itu meliputi;
(1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti; (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (3) Bahasa Indonesia; (4)
Matematika; (5) Sejarah Indonesia dan (6) Bahasa Inggris
Mata pelajaran umum kelompok B terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu Seni Budaya, Prakarya dan Kewirausahaan serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga & Kesehatan
3. Paket Kejuruan
muatan kejuruan spesifik dalam lingkup paket kejuruan
Muatan mata pelajaran untuk Dasar Program Kejuruan dan Paket Kejuruan
dikembangkan secara kolaboratif antara unsur-unsur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan asosiasi profesi terkait
bidang Kejuruan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
(Keputusan Dirjen Mandikdasmen
No. 251/C/kep/mn/2008)
KURIKULUM 2013
(Keputusan Dirjen Dikmen No.
7013/D/KP/2013)