Anda di halaman 1dari 3

1.

HOME
2. KESEHATAN

Bahaya Polusi Cahaya


Pengunjung berjalan diantara patung neon bersinar ketika pertunjukan cahaya
diproyeksikan ke Sydney Opera House. Antara foto/Reuters/Jason reed
90 Shares
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
23 Juni, 2016dibaca normal 3 menit

 Polusi cahaya membuat jam biologis ini kebingungan dan menggeser jam tidur alamiah manusia
 Tak berhenti pada kesehatan, polusi cahaya juga mengancam keselamatan.
 89 persen sumber polusi cahaya adalah lampu jalan.

Lebih dari 80 persen penduduk bumi hidup di bawah langit yang terkena polusi cahaya. Jika
tak segera diantisipasi, ini akan mengganggu siklus alami dari penghuni bumi, termasuk
manusia itu sendiri.
tirto.id - Karena cahaya buatan manusia, penyu-penyu kesulitan menemukan tempat bertelur.
Sebab polusi cahaya dari gedung-gedung tinggi megah nan cerlang, burung-burung yang
bermigrasi mengikuti cahaya bintang kebingungan dan mati sebab menghantam gedung
raksasa.

Mungkin banyak manusia yang berpikir, “Mereka hanya penyu, mereka hanya burung.
Sementara bagi kami, manusia, cahaya adalah kemewahan, kemegahan, sebuah simbol
peradaban maju.” Jika pikiran demikian ada di benak Anda, sila dikaji ulang terlebih dahulu.
Sebab jenis polusi yang tampak tak berbahaya ini tak cuma memberi dampak negatif pada
burung dan penyu, tetapi juga pada Anda, pada saya, manusia.

Tahun 2013 lalu, sekumpulan anak muda di Amerika berkemah ke hutan. Ketika malam
datang, satu-satunya sumber cahaya yang mereka miliki berasal dari api unggun atau senter
yang dinyalakan hanya ketika dibutuhkan. Selebihnya, mereka mengandalkan cahaya
langsung dari bulan dan ribuan bintang.

Setakat satu pekan, para pemuda kembali ke kota dan dibawa ke Laboratorium Tidur dan
Chronobiology untuk dilihat pola tidurnya. Terjadi perubahan signifikan pada jam tidur
mereka. Mereka tidur lebih awal dan bangun lebih pagi dari sebelum tinggal di hutan.

Penelitian ini dilakukan Ken Wright, seorang profesor fisiologi integratif di University of
Colorado, Amerika Serikat. Wright dan timnya ingin membuktikan bahwa polusi cahaya
memberi dampak cukup besar pada ritme sirkadian manusia.

Jam sirkadian ini letaknya di otak manusia. Ia semacam jam biologis yang memberitahu otak
kapan harus tidur dan bangun, kapan harus makan, dan kapan kita harus waspada. Polusi
cahaya membuat jam biologis ini kebingungan dan menggeser jam tidur alamiah manusia
yang pada hakikatnya diatur oleh siklus siang malam. Oleh sebab adanya cahaya buatan, kita
bisa beraktivitas pada malam hari layaknya siang.
Dalam menanggapi ritme sirkadian, tubuh manusia menghasilkan hormon melatonin. Ini
adalah jenis hormon yang memiliki sifat antioksidan, menginduksi tidur, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol, dan membantu fungsi tiroid, pankreas,
ovarium, testis serta kelenjar adrenal. Paparan cahaya pada malam hari menekan produksi
melatonin. Akibatnya, kesehatan manusia terganggu.

Tak berhenti pada kesehatan, polusi cahaya juga mengancam keselamatan. Kegelapan kerap
membuat manusia takut dan merasa tidak aman. Sebaliknya, terang dianggap memberi rasa
aman. Ini tentu keliru. Memang benar manusia butuh pencahayaan artifisial untuk membantu
penglihatan pada malam hari, tetapi terang tidak berarti aman.

Cahaya berlebihan atau pencahayaan yang tidak tepat membuat cahaya berpendar ke segala
arah dan menciptakan kontras cukup tajam antara terang dan gelap. Akibatnya, sulit bagi
mata manusia untuk melihat ke arah area di luar area yang diterangi. Ini tentu menjadi celah
bagi pelaku kejahatan untuk bersembunyi.

Menurut laporan American Medical Association pada 2012, cahaya terlalu terang pun dapat
mengakibatkan indra penglihatan tidak mampu beradaptasi untuk melihat ke arah jalan saat
sedang berkendara.

share infografik

Sayonara Bima Sakti

Gugusan bintang dalam Galaksi Bima Sakti tampak indah dari bumi. Ia membentuk
bayangan hitam yang dikelilingi kilau bintang. Bima Sakti menginspirasi cukup banyak karya
seni dan sastra di masa lalu. Dalam cerita rakyat Jepang dan Cina, ia digambarkan sebagai
sebuah sungai yang memisahkan dua kekasih. Dalam legenda Yunani, Bima Sakti diibaratkan
air susu ibu yang tumpah dari Dewi Hera.

Kini, alih-alih memberi ilham pada karya seni, melihatnya langsung saja umat manusia cukup
kesulitan. Baru-baru ini, sejumlah peneliti dari Light Pollution Science and Technology
Institute merilis riset yang menyatakan lebih dari 80 persen penduduk bumi hidup dalam
pencemaran cahaya. Kondisi ini membuat umat manusia kesulitan melihat Bima Sakti.

Mereka yang tinggal di India dan Jerman, masih memiliki kesempatan untuk melihat Bima
Sakti dari rumah mereka. Sedangkan bagi warga Singapura, Korea Selatan, atau Arab Saudi,
melihat Bima Sakti hanyalah mimpi belaka.

Riset itu juga mengurutkan negara-negara dengan polusi cahaya tertinggi. Singapura berada
di posisi teratas, disusul Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Korea Selatan. Sementara negara-
negara di Afrika mencatatkan polusi cahaya yang sangat kecil. Sepuluh negara dengan polusi
cahaya paling kecil berada di Benua Afrika.
share infografik

Tahun 2010, Asosiasi Astronomi Inggris pernah menggelar survei untuk mencari tahu sumber
utama polusi cahaya. Sekitar 1.400 orang ambil bagian dalam survei itu. Lalu ditemukan
bahwa 89 persen sumber polusi cahaya adalah lampu jalan.

Sebenarnya, ada banyak cara untuk mengeliminasi cahaya berlebih yang mengakibatkan
polusi cahaya. Hal paling penting tentu dengan menggunakan cahaya hanya saat dibutuhkan.
Di kota-kota besar, banyak sekali papan reklame atau lampu hias yang berlebihan dari segi
jumlah dan tingkat kecerlangan. Untuk meminimalkan polusi cahaya, harus dilakukan
gerakan reduksi watt. Reduksi watt bukan hanya baik untuk mengurangi polusi cahaya, tetapi
juga baik untuk mengehemat energi.

Selain mereduksi watt, usahakan lampu-lampu yang digunakan tidak memantulkan cahaya ke
langit. Arahkan cahaya ke tanah atau ke tempat yang memang butuh penerangan. Caranya
adalah dengan memakai tudung lampu. Terakhir, untuk efisiensi, papan reklame di perkotaan
bisa dimatikan setelah lewat tengah malam. Sebab aktivitas manusia juga kian minim dan
efektivitas fungsi iklan tak begitu maksimal.

Pemerintah Indonesia, belum terlalu serius menangani polusi cahaya ini. Padahal pemerintah
perkotaan bisa saja mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur penggunaan tudung
lampu, terutama bagi lampu jalan.

Lima belas tahun lalu, Tasya dan Sheila on7 merilis lagu anak-anak berjudul Jangan Takut
Gelap. “Jangan takut akan gelap, karena gelap melindungi diri kita dari kelelahan,” ungkap
Duta dalam penggalan nyanyiannya. Video clip juga berlatar perkemahan di mana sumber
cahaya hanya berasal dari sebuah lampu minyak kecil. Lagu ini, secara tidak langsung
mengajak anak-anak untuk mematikan lampu ketika akan tidur dan tak perlu takut akan
gelap. Sebab, gelap ternyata baik untuk tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai