Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan kepala

a. Xanthelasma adalah plak kuning yang terjadi paling umum dekat canthus bagian dalam
kelopak mata, lebih sering pada tutup bagian atas dari tutup rendah.

b. Cranial nerve palsy merupakan bentuk cerebral yang melibatkan satu atau lebih dari saraf
kranial . Cerebral terjadi ketika otot menjadi lumpuh atau seseorang kehilangan kendali itu,
mengalami gerakan otot yang tidak menentu, tersentak kejang, dan masalah lainnya.
Kelumpuhan saraf kranial biasanya sangat mudah untuk mengidentifikasi karena melibatkan
otot-otot wajah, dan wajah orang-orang berubah akibat cerebral tersebut. Seorang pasien
mungkin merasa sulit untuk tersenyum, untuk mengontrol gerakan mata, dan untuk terlibat
dalam ekspresi wajah lainnya.

c. Eye movement ptosis adalah melorot dari kelopak mata atas. Hal ini dapat memblokir
penglihatan normal. Ptosis bisa hadir pada anak-anak atau orang dewasa.

2. Pemeriksaan mata

a. Visual acuity (ketajaman mata)

b. Conjunktiva

c. Adanya katarak

d. Pemeriksaan dengan fundoscopy untuk memeriksa papil saraf optik, retina, mokula lutea,
pembuluh darah retina dan choroid.

3. Pemeriksaan leher

a. Carotid pulses merupakan pemeriksaan pembuluh nadi di leher

b. Bruits adalah suara yang terdengar vaskular yang berhubungan dengan aliran darah turbulen,
biasanya di dengan dengan menggunakan stetoskop

c. Pemeriksaan kelenjar tiroid

4. Pemeriksaan ketiak

acanthosis nigricans merupakan kelainan kulit dimana ada gelap, tebal, kulit beludru pada lipatan
tubuh dan lipatan.

5. Pemeriksaan tekanan darah

6. Pemeriksaan bagian perut


Hepatomegaly adalah pembengkakan hati di luar ukuran normal.

7. Pemeriksaan kulit

a. Bullosis adalah produksi, atau kondisi yang ditandai oleh, lesi bulosa.

b. Warna kulit atau penyakit mikrovaskular pada kulit

c. Virtiligo dikarenakan Hal ini terjadi ketika melanosit , sel-sel yang bertanggung jawab untuk
pigmentasi kulit , mati atau tidak dapat berfungsi

8. Pemeriksaan kaki

a. Muscle wasting adalah Otot atrofi, atau atrofi tidak digunakan, didefinisikan sebagai
penurunan massa otot

b. Kelainan sensorik

c. Hilangnya rambut kaki

d. Refleks tendon

e. Ditemukan necrobiosis lipoidica adalah Necrobiosis gangguan degenerasi kolagen dengan


respon granulomatosa, penebalan dinding pembuluh darah, dan penumpukan lemak.

Pemeriksaan Penunjang

1. glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial

2. A1C

3. profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)

4. kreatinin serum

5. albuminuria

6. keton, sedimen dan protein dalam urin

7. elektrokardiogram

8. foto sinar-x dada

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
diabetes melitus tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis
diabetes melitus, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang
lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini
dianjurkan untuk diagnosis diabetes melitus. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan
beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma
puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan
dalam praktek sangat jarang dilakukan.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau diabetes melitus, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh.

TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2
jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).

GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).

Gejala diabetes melitus ditambah gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) atau glukosa
darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/l) atau glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
(GD 2 jam PP) ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

TTGO: beban glukosa = 75 gr glukosa anhidrous (gula) dicairkan dalam air TTGO tidak
direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin.

Kriteria tersebut harus dikonfirmasi pada hari berikutnya.

Kategori yang berhubungan dengan nilai GDP:

1. GDP < 110 mg (6,1 mmol/l) = normal

2.GDP ≥ 110 mg (6,1 mmol/l) dan < 126 mg/dl (7,0 mmol/l) = Glukosa Puasa Terganggu
(Impaired Fasting Glucose/IFG)

3. GDP ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/l) = DM


Kategori yang berkaitan dengan TTGO:

1. Glukosa 2 jam sesudah beban glukosa < 140 mg/dl (7,8 mmol/l) = normal

2. Toleransi glukosa.

3. Glukosa 2 jam sesudah beban glukosa ≥ 140 mg/dl (7,8 mmol/l) dan < 200 mg/dl (11,1 mmol/l)
= Glukosa Toleransi Terganggu (Impaired Glucose Tolerance/IGT)

4. Glukosa 2 jam sesudah beban glukosa ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) = DM

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai