Anda di halaman 1dari 14

PENENTUAN IODINE VALUE (IV) / ANGKA YODIUM

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


ANALISIS PANGAN DAN HASIL PERKEBUNAN

Disusun oleh :
NOER AZA FAUZIANA
15/18028/THP-STIPP B

SARJANA TEKNOLOGI INDUSTRI PERKEBUNAN DAN


PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap oleh 100 gr lemak.
Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak
dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk
senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya
ikatan rangkap. I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh
maupun yang dalam bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada jumlah
asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan
dengan kloroform kemudian ditambahkan iodin berlebih ( 0,1 sampai 0,5 g).
Sisa iodin yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium tiosulfat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum Analisis Pangan dan Hasil Perkebunan
acara Penentuan Iodine Value (IV) / Angka Yodium yaitu :
1. Menentukan angka iodin minyak sawit dan CPO.
2. Mengenal peralatan analisis angka iodin.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari Praktikum Analisis Pangan dan Hasil
Perkebunan acara Penentuan Iodine Value (IV) / Angka Yodium yaitu ;
1. Dapat menentukan angka iodin minyak sawit dan CPO.
2. Dapat mengenal peralatan analisis angka iodin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bilangan Iodine
Bilangan iodin dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh
100 g minyak atau lemak pada kondisi pengujian yang digunakan
(Siew,1995).
Bilangan iodin juga adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh
100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak
jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa-senyawa iodin dalam jumlah
yang lebih besar.Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidak jenuhan dari
minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis
minyak “pengering” dan minyak “bukan pengering” (Ketaren,1986).
Minyak “pengering” mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130.
Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat
setengah mengering. Jenis minyak pengering (drying oil) adalah minyak yang
mempunyai sifat dapat mengering jika kenaoksidasi, dan akan berubah
menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika
dibiarkan di udara terbuka. Istilah minyak “setengah mengering” berupa
minyak yang mempunyai daya mengering lebih lambat (Ketaren,1986).
Bilangan iodin juga berguna sebagai penunjuk bentuk dari minyak atau
lemak, lemak dengan bilangan iodin yang tinggi biasanya berwujud
cair,sedangkan yang memiliki bilangan iodin yang rendah biasanya berwujud
padat.Selama pemrosesan lemak atau minyak, dengan meningkatnya proses
hidrogenasi, bilangan iodin menurun.Bilangan iodin juga perlu ditentukan
pada lemak segar untuk mengetahui tingkat perubahan lemak tersebut selama
proses penggorengan (Lawson,1985).
B. Penentuan Iodine Value
Prinsip penentuan bilangan iodin dengan metode wijs adalah :
Penambahan larutan iodin monoklorida dalam campuran asam asetat dan
karbon tetraklorida ke dalam sejumlah sampel yang akan diuji. Setelah waktu
standar untuk reaksi, penentuan dari halogen yang berlebih dengan
penembahan larutan kalium iodide dan iodin yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat yang telah distandarisasi.(Paquot,1987) Larutan wijs
terdiri dari larutan 16 g iod monoklorida dalam 1000 mL asam asetat glasial.
Larutan ini sangat peka terhadap cahaya dan panas serta udara, sehingga
harus disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat (Ketaren,1986).
Prinsip penentuan bilangan iodin dengan cara Hanus adalah dengan
penambahan larutan iodin bromide dalam campuran asam asetat dan karbon
tetraklorida ke dalam jumlah tertentu sampel. Setelah waktu reaksi standar,
penentuan dari kelebihan halogen dengan penambahan larutan kalium iodide
dan iodin yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standart natrium tiosulfat
(Paquot,1987).
Campuran 5,2 mL larutan brom murni di dalam 1000 mL methanol dan
dijenuhkan dengan natrium bromide. Contoh yang ditimbang dilarutkan
dalam 10 mL kloroform kemudian ditambahkan 25 mL pereaksi yang akan
mengendapkan natrium bromide.Reaksi dilakukan ditempat gelap, lalu
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator larutan pati.
Pada cara Von Hubl digunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 g iod
dalam 500 mL etanol dan larutan 30 g merkuri klorida di dalam 500 mL
etanol yang dicampurkan jika akan digunakan. Pereaksi ini membutuhkan
waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam (Ketaren,1986).
C. Standar Mutu SPB dan Ordinary

No. Kandungan SNI SPB Ordinary


1. Warna Kuning-jingga-kmrh - -
2. Air Maks 0,5 % 0,1 % 0,1 %
3. Pengotor Maks 0,5 % 0,002 % 0,01 %
4. Asam lemak bebas Maks 0,5 % 1-2 % 3-5 %
5. Bilangan Iodium 50 - 55 g Iod/100 g 53 ± 1,5 45 - 56
6. Besi 10 ppm 10 ppm
7. Tembaga 0,5 ppm 0,5 ppm
8. Karoten 500 ppm 500 – 700 ppm
9. Tokoferol 800 ppm 400 – 600 ppm
10. Pemucatan: Red < 2,0 < 3,5
Yellow 20 35
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 15 Agustus 2017 di
Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah neraca
analitik, cup plastik, erlenmeyer 250 mL, pipet ukur 10 mL, pipet ukur 20
mL, kertas aluminium, pipet ukur 2 mL, buret 50 mL, klem dan statif.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel (minyak sawit dan CPO),
larutan iodine bromida, indikator amilum dan larutan Na2S2O3 0,01 N dan
kloroform.
C. Cara Kerja
I. Teoritis
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menimbang 0,5 gram sampel dengan neraca analitik.
3. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
4. Menambahkan 10 mL kloroform.
5. Menambahkan 25 mL larutan iodin bromida.
6. Menggojog hingga homogen.
7. Membungkus seluruh sisi erlenmeyer dengan kertas aluminium foil.
8. Menginkubasi selama 1 jam.
9. Menambahkan 2 mL indikator amilum.
10. Mengamati perubahan warna.
11. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai tidak berwarna.
12. Menuliskan hasil pengamatan pada laporan.
II. Diagram Alir

Sampel.

Ditimbang 0,5 gram.

Dimasukkan ke
erlenmeyer 250 mL.

Ditambahkan 10 mL
kloroform.

Ditambahkan 25 mL
iodin bromida.

Digojog.

Dibungkus dengan
kertas aluminium foil.

Diinkubasi 1 jam.

Ditambahkan 2 mL
indikator amilum.

Diamati perubahan
warna.

Dititrasi dengan larutan


Na2S2O3 0,01 N.

Gambar 1. diagram alir penentuan kadar kafein pada kopi dan teh
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari Penentuan Iodine Value (IV) / Angka
Yodium adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Penentuan Iodine Value (IV) / Angka Yodium
Volume Titrasi (mL)
Bahan Angka Iodine
Blanko Sampel
M. Sawit 5,5 5 1,269
CPO 5,5 3,7 4,5684

B. Perhitungan
Berdasarkan hasil Penentuan Iodine Value (IV) / Angka Yodium
diperoleh perhitungan sebagai berikut :
Diketahui :
 Berat sampel = 0,5 gram
 Titrasi blanko = 5,5 mL
 Titrasi sampel
M. Sawit = 5 mL
CPO = 3,7 mL
 N Na2S2O3 = 0,1 N
 BM Iod = 126,9
Ditanya :
 IV M. Sawit?
 IV CPO ?
Jawab :
 IV M. Sawit
(tb − ts) × N Na₂S₂O₃ × BM Iod × 100
=
Berat Sampel (g) × 1000
(5,5 mL − 5,0 mL) × 0,1 N × 126,9 × 100
=
0,5 × 1000
= 1,269 gramIod/100 gram
 IV CPO
(tb − ts) × N Na₂S₂O₃ × BM Iod × 100
=
Berat Sampel (g) × 1000
(5,5 mL − 3,7 mL) × 0,1 N × 126,9 × 100
=
0,5 × 1000
= 4,5684 gramIod/100 gram
C. Pembahasan
Pada praktikum acara Penentuan Iodine Value, praktikan diharapkan
dapat menentukan angka iodin minyak sawit dan CPO dan dapat mengenal
peralatan analisis angka iodin. Adapun sampel yang digunakan adalah
minyak sawit dalam bentuk minyak goreng kemasan dan CPO yang
merupakan hasil Praktik Lapangan (PL).
Penentuan iodine value menggunakan metode hanus pada prinsipnya
adalah penambahan larutan iodin bromide dalam campuran asam asetat dan
karbon tetraklorida ke dalam jumlah tertentu sampel. Setelah waktu reaksi
standar, penentuan dari kelebihan halogen dengan penambahan larutan
kalium iodide dan iodin yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standart
natrium tiosulfat.
Praktikum ini menggunakan bahan berupa minyak sawit dan CPO.
Yang mana pada minyak sawit ini digunakan minyak goreng dalam kemasan
yang dalam proses penyimpanannya tidak sesuai karena tidak pernah
tertutup rapat dan selalu kontak dengan udara. Sedangkan Crude Palm Oil
(CPO) merupakan minyak hasil Praktik Lapangan (PL) yang proses
kehigenisannya belum diketahui. Dari riwayat kedua bahan ini dapat
diketahui bahwa kemungkinan tidak hanya iodine value yang tinggi, tetapi
angka peroksida juga tinggi.
Penentuan iodine value ini diawali dengan penimbangan sampel
minyak sebnyak 0,5 gram dan dilakukan penambahan khloroform dan juga
iodine bromida. Reaksi dibiarkan selama satu jam dengan cara aluminium
yang digunakan sebagai tempat mereaksikan dibungkus dengan kertas
aluminium foil secara rapat. Hal ini bertujuan untuk mencegah peruraian
HIO oleh cahaya matahari dari larutan iodine bromida yang digunakan.
Hasil dari mereaksikan tersebut menjadikan sebagian iodine akan
terlepaskan dari larutan dan iodin yang telah terlepas atau bebas dititrasi
dengan larutan baku Natriun Tiosulfat 0,1N dengan indikator amilum.
Sedangkan untuk titrasi untuk blanko dilakukan dengan cara yang sama
hanya pada sampel minyak digantikan dengan akuades.
Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi, dimana pereaksi
halogen berlebih ditambahkan pada contoh yang akan diuji. Kelebihan dari
iodin yang tidak bereaksi diukur dengan cara mentitrasi larutan campuran
tadi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Reaksi dari iod yang berlebihan
tersebut adalah sebagai berikut :
2 Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan
indikator amilum. Bilangan iodin sebanding dengan ketidakjenuhan suatu
asam atau lemak, karena suatu bilangan iodin yang tinggi, berarti
menunjukkan ketidakjenuhan minyak atau lemak yang tinggi, begitu pula
bilangan iodin yang rendah berarti menunjukkan ketidakjenuhan suatu
minyak atau lemak yang rendah pula.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa iodine value pada minyak
sawit sebesar 1,269 gramIod/100 gram. dan Crude Palm Oil (CPO) sebesar
4,5684 gramIod/100 gram. Hasil ini masih dalam batas yang ditentukan
karena untuk minyak sawit (minyak goreng) sesuai dengan SNI 01-0018-
1987 batas maksimal iodine value-nya adalah 55 gramIod/100 gram
sedangkan pada minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sesuai
dengan SNI 01-2901-2006 batas maksimal iodine value-nya adalah 50
gramIod/100 gram.
Dalam proses praktikum ini terdapat ketidaksesuaian data dimana pada
saat proses praktikum sampel minyak yang ditimbang adalah sebesar 5 gram
akan tetapi pada proses pengolahan data praktikum angka berat
penimbangan sampel minyak yang harus dimasukkan dalam pembuatan
laporan adalah 0,5 gram. Hal ini mungkin perlu dikoreksi bersama baik
antara praktikan dan Co. Ass untuk menghindari adanya manupalasi data
praktikum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada acara Penentuan Iodine Value Pada Minyak
Sawit dan CPO adalah sebagai berikut :
1. Prinsip penentuan iodine value menggunakan metode hanus adalah
penambahan larutan iodin bromide dalam campuran asam asetat dan
karbon tetraklorida ke dalam jumlah tertentu sampel.
2. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa iodine value pada minyak sawit
sebesar 1,269 gramIod/100 gram. dan Crude Palm Oil (CPO) sebesar
4,5684 gramIod/100 gram.
3. Batas maksimum iodine value untuk minyak sawit (minyak goreng)
sesuai dengan SNI 01-0018-1987 adalah 55 gramIod/100 gram.
4. Batas maksimum iodine value untuk Crude Palm Oil (CPO) sesuai
dengan SNI 01-2901-2006 adalah 50 gramIod/100 gram.
5. Dalam proses praktikum ini terdapat ketidaksesuaian data dimana pada
saat proses praktikum sampel minyak yang ditimbang adalah sebesar 5
gram akan tetapi pada proses pengolahan data praktikum angka berat
penimbangan sampel minyak yang harus dimasukkan dalam pembuatan
laporan adalah 0,5 gram. Hal ini mungkin perlu dikoreksi bersama baik
antara praktikan dan Co. Ass untuk menghindari adanya manupalasi data
praktikum.
B. Saran
Ada baiknya jika praktikum dilaksanakan dmenjadi dua golongan
sehingga proses pentransferan ilmu dapat berjala dengan kondusif dan
legiatan praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Pangan dan Hasil Perkebunan.
Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
Ernita Ningsih, 2009. Penentuan Kadar Bilangan Iodin Dari Rbd Palm Olein
Dengan Metode Pelarut Campuran N-Heksan - Asam Asetat Dan
Pelarut Campuran Sikloheksana-Asam Asetat Di PT. Palmcoco
Laboratories. 2008. USU Respository
Ketaren,S.,1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi
Pertama, Cetakan I,UI-Press,Jakarta
Lawson,H.W.,1985. Standart For Fats And Oils. AVI Publishing
Company,Westport
Paquot,C.,Hautfenne,A.,1987. Standart Method for the Analysis of Oils,Fat and
Derivatives. Seventh Resived and Enlarge Edition,Blackwell Scientific
Publication,California
Siew,W.L.,Tang T.S.,1995.Methods Of Test For Palm Oil and Palm Oil Product,
Volume 1. Palm Oil Research Institute Of Malaysia. Malaysia.

Yogyakarta, 17 Agustus 2017


Mengetahui,
Co. Ass Praktikan

Prisma Lesdiana Eltrin Noer Aza Fauziana


LAMPIRAN

Menimbang sampel Menempatkan dalam Menambahkan 10 mL


erlenmeyer. kloroform.

Menambahkan 25 mL Menutup dengan kertas Menutup dengan kertas


iodin bromida. aluminium foil. aluminium foil.

Menginkubasi 1 jam. Penuangan titer. Hasil titrasi.

Anda mungkin juga menyukai