Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI

Disusun Oleh Kelompok 26

Alvin Dictara 1418011007


Dinah Zhafira Qubro 1418011060
Diptha Renggani 1418011061
Elina Rahma 1418011069
Heidy Putri Gumandang 1418011099
Ina Karina Putri G 1418011105
Kurnia Ningrum 1418011115
Nopri Yanda Harajab 1418011155
Ria Andriana 1418011183
Aldo Fatejarum 1418011011

Program Study Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri farmasi adalah industri yang berbasis ilmu pengetahuan yang padat riset. Salah

satu hal yang tidak bisa dihindarkan adalah timbulnya persaingan tajam antar perusahaan

farmasi. Oleh karena itu, perusahaan farmasi di Indonesia dituntut untuk mampu bersaing

dengan cara membuat inovasi, promosi dan sistem pemasaran yang baik, serta kualitas

produk yang optimal.

Pendanaan menjadi salah satu faktor untuk menghadapi persaingan. Pendanaan

diperlukan untuk membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan. Sumber

pendanaan dapat berasal dari sumber modal asing yaitu sumber dana yang didapatkan dari

luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank,

perusahaan leasing, pemegang obligasi, dan lain sebagainya. Sumber pendanaan dari

modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang

jangka panjang. Sumber pendanaan juga dapat berasal dari internal perusahaan yang

melakukan aktivitas bisnis. Sumber pendanaan ini disebut juga sumber pendanaan modal

sendiri. Sumber pendanaan modal sendiri biasanya berwujud laba ditahan dan modal

saham.

Modal saham merupakan investasi yang didapatkan dari investor yang membeli saham di

pasar modal. Investor memilih membeli investasi saham dengan pertimbangan tingkat

pengembalian atas dana yang mereka investasikan dalam bentuk dividen ataupun selisih

dari harga beli dengan harga jual yaitu capital gain.


3

Hakikatnya tujuan dari perusahaan adalah untuk memakmurkan pemiliknya. Pada

perusahaan yang berbentuk PT terbuka pemiliknya adalah pemegang saham. Salah satu

cara perusahaan dalam memakmurkan pemegang saham adalah melalui maksimalisasi

harga saham sehingga diperoleh capital gain.

Harga pasar saham ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kekuatan permintaan dan

penawaran suatu saham tersebut di pasar modal. Meningkatnya minat investor untuk

memiliki suatu saham dipengaruhi oleh kualitas atau nilai saham di pasar modal. Tinggi

rendahnya nilai saham sebenarnya tercermin pada kinerja keuangan perusahaan. Jika suatu

perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka investor akan menanamkan

modalnya, karena dapat dipastikan akan memperoleh keuntungan dari penanaman modal

tersebut.

Perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik adalah perusahaan yang mampu

meningkatkan keunggulan kompetitifnya sehingga dapat bertahan dan memenangkan

persaingan dalam dunia usaha. Perusahaan dan para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang

dimilikinya lebih bisa meningkatkan daya saingnya dari pada kepemilikan aset berwujud.

Perusahaan yang mencapai kepemimpinan dalam perdagangan internasional dapat

menggunakan strategi yang berbeda, namun karakteristik dari semua perusahaan yang

berhasil adalah sama yaitu mereka mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi dalam

pemahaman yang luas. Hampir semua keunggulan kompetitif dapat ditiru dan satu-satunya

cara untuk mempertahankannya adalah dengan melakukan inovasi dan perbaikan tanpa

lelah (Habiburrochman, 2008).


4

Starovic et.al. (2003) menemukan bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam

pengembangan suatu bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan

pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital (Petty

dan Guthrie, 2000).

Sumber daya terpenting perusahaan telah berganti dari aset berwujud menjadi intellectual

capital atau modal intelektual yang didalamnya terkandung satu elemen penting yaitu daya

pikir atau pengetahuan. Sesuai dengan pendapat Stewart (1997), Tan et al. (1997) dan

Guthrie (2001) dalam Ihyaul (2008) menyatakan bahwa perkembangan “ekonomi baru”

didorong oleh informasi dan pengetahuan menyebabkan meningkatnya perhatian pada

intellectual capital. Manfaat dari intellectual capital sebagai alat untuk menentukan nilai

perusahaan telah menarik perhatian sejumlah akademisi dan praktisi. Peranan intellectual

capital semakin strategis, bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya

melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya

kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul

dan bertumbuh.

Kesadaran ini antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based

company muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan kepada perusahaan yang

lebih mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber daya dan longterm

growth-nya.

Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki

pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih

mengandalkan pengetahuan dalam mempertajam daya saingnya, yaitu dengan lebih

berinvestasi di bidang intellectual capital. Sebagai akibatnya, nilai dari knowledge based

company utamanya ditentukan oleh intellectual capital yang dimiliki dan dikelolanya.
5

Pentingnya intellectual capital ditegaskan oleh Abidin (2000) dalam Tjiptohadi (2003)

menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila

menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang

dihasilkan oleh intellectual capital perusahaan.

PSAK no. 19 (revisi 2010) memperlihatkan bahwa pengakuan aset tidak berwujud

semakin berkembang dengan diakuinya ilmu pengetahuan dan hal-hal yang menjadi

turunan dari pengetahuan, yaitu piranti lunak komputer, hubungan dengan

pemasok/pelanggan, dan lain-lain, sebagai elemen aset tak berwujud. Dengan demikian

dapat dicermati bahwa di Indonesia fenomena pengakuan intangible asset telah

berkembang dengan mengkategorikan pengetahuan dan hal-hal yang menjadi turunan dari

pengetahuan sebagai elemennya (Elvia, 2004).

Industri farmasi adalah industri yang berbasis ilmu pengetahuan yang padat riset dengan

knowledge product sebagai faktor yang dapat meningkatkan keunggulan daya saing.

Dalam industri farmasi, human capital adalah asset strategis yang merupakan pilar

kompetensi organisasional yang menciptakan nilai untuk memenuhi kepuasan pelanggan

(selanjutnya disebut customer capital). Penguasaan ilmu pengetahuan adalah sangat

krusial bagi perusahaan farmasi, Perusahaan akan memiliki keunggulan daya saing jika

mereka tahu bagaimana memperluas, menyebarkan dan menggali pengetahuan internal dan

tahu bagaimana melindungi dari peniruan yang dilakukan oleh pesaing, kemampuan ini

disebut juga dengan structural capital. Untuk itu, baik pembelajaran individual maupun

kolektif diperlukan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan berbagai macam teknologi

sekaligus pada saat yang sama untuk memperkuat kompetensi intinya. Pembelajaran juga

memperkuat kapasitas absorbsi yang pada gilirannya membuat perusahaan mampu

menyerap pengetahuan dari sumber-sumber eksternal untuk dikombinasikan dengan

kapabilitas internal perusahaan.


6

Human capital, structural capital, dan customer capital merupakan tiga elemen utama

dalam intellectual capital. Intellectual capital diakui sebagai intangible asset yang besar

nilainya, namun sampai hari ini belum banyak perusahaan yang telah mampu mengukur,

menilai dan mencantumkannya dalam laporan neraca perusahaan. Masih dibutuhkan

banyak studi dan penelitian untuk mengukur dan menilai secara kuantitatif nilai

sesungguhnya sehingga laporan neraca benar-benar mencerminkan nilai total aset yang

dimiliki perusahaan (Kusmaryati, 2006).\

Sharabati et al (2010) menyatakan perusahaan farmasi merupakan industri yang sangat

memanfaatkan intellectual capital. Lebih lanjut Sharabati et al (2010) memandang bahwa

industri farmasi merupakan industri yang intensif melakukan penelitian, industri yang

inovatif dan seimbang dalam penggunaan sumber daya manusia serta teknologi.

Pembaharuan produk dan inovasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan

farmasi. Pembaharuan produk dan inovasi yang penting tersebut sangat bergantung pada

modal intelektual yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan farmasi mutlak membutuhkan intellectual capital untuk menunjang kegiatan

operasional, inovasi, meningkatkan kinerja, daya saing, dan kesejahteraan. Dengan begitu

diharapkan akan meningkatkan kepercayaan pihak luar (stakeholder) terhadap going

concern perusahaan yang turut berpengaruh juga terhadap return saham, yaitu capital

gain.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obat

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram,

milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (unit

internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu

sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut

dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan

melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi

keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan

kematian disebut sebagai dosis letal.

Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (inisial dose) atau dosis awal (loading

dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan memberikan

dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat

yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain

pada pemberian oral preparat sulfa (sulfasoxasol, Trisulfa pyrimidin), diberikan dosis

permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam waktu

berikutnya.

2.2 Cara Pemberian Obat

Bentuk Oral Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini
lebih disukai oleh karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral
ini adalah bentuk tablet, kapsul, pil, kaplet dan lozenges. Bentuk sediaan oral :
8

a. Obat Cair (liquid)

 Solutio
Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan/pelarut, dimana zat pelarutnya adalah air, bila
bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya: minyak kamfer, Nitrogliserin
dalam spritur.

 Suspensi;
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
(caiaran pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan
dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu
kental agar sediaan mudah dikocok dan dituangkan.

 Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.

 Elixir
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven

 Emulsi
Adalah dua fase caiaran dalam sistem dispersi (tetesan) dimana fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya dan umumnya dimantapkan
oleh pengemulsi (Emulgator).

 Emulsi O/W
Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pendispersi/pembawa (emulsi ini dapat dicernakan dengan air).
Emulgatornya larut dalam air. Sebagai contoh: susu (emulgatornya putih telur) Scott
Emultion.

 Emulsi W/O
Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan
minyak atau bahan seperti minya merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat
diencerkan dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak.

Contohnya : Mentega , lanolin

 Netralisasi atau penetralan


Obat minum yang dibuat dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan suatu basa (yang
dipergunakan adalah suatu carbonat) dan tidak mengandung CO2(karena CO2 yang terbentuk
selalu dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasan sampai larutannya jernih), yang
termasuk netralisasi: suatu asam dinetralkan dengan NH4CL.

Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3/ CO3, dapat juga dengan NaOH.
9

 Capsulae/kapsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras/ lunak yang dapat larut
dimana di dalamnya dapat diisi dengan obat serbuk, butiran, atau granul, cair, semi padat.

Jenis-jenis kapsul

a. Kapsul gelatinosa (dibuat dari gelatin) dan

b. Soft capsulae (kapsul moles dan lunak)

c. Hard capsulae (kapsul Durae dan keras)

d. Capsulae amylaceas (dibuat dari amilum)

e. Capsulae metillsellulosa.

Faktor yang mempengaruhi dosis obat

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor obat,

cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali

kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respons obat tidak selalu dapat

diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapat sekaligus.

2.3.1. Faktor obat a. Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan

sebagainya b. Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa c.

Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya

2.3.2. Cara pemberian obat kepada penderita a. Oral: dimakan atau diminum b. Parenteral:

subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya c. Rectal, vaginal, uretral d. Local,

topikal, transdermal e. Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya

2.3.3. faktor penderita/karakteristik penderita

a. Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric

b. Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar

c. Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormone

d. Ras: “slow & fast acetylators”


10

e. Tolerance

f. Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini harus dierhitungkan

g. Sensitivitas individual

h. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorpsi obat; penyakit

hati mempengaruhi metabolism obat; kelainan pada ginjal mempengaruhi eksreksi obat.

i. Kehamilan

j. Laktasi

k. “Circadian rhyhm”

l. Lingkungan

Obat beracun umumnya mempunyai dosis maksimum, yaitu batas dosis yang relative masih

aman diberikan kepada penderita. Pada lampiran famakope Indonesia edisi III tercantum

daftar dosis maksimum (D.M.) dari sebagian besar obat. Angka yang menunjukkan D.M.

untuk suatu obat ialah dosis tertinggi yang masih dapat diberikan kepada penderita dewasa;

ini umumnya dicantumkan dalam satuan gram, milligram, microgram, atau satuan

internasional, kecuali untuk beberapa cairan. Bila jumlah atau dosis ini dilebihi, ada

kemungkinan terjadi keracunan.

Dokter yang menuliskan resep tidak terikat akan D.M. obat yang tercantum; bilamana

dianggapnya perlu, dokter boleh melebihi D.M. ini. Untuk memberitahukan kepada

apoteker/apotek bahwa dokter dengan sadar melebihi D.M. suatu obat, maka dibelakang

angka/jumlah obat yang dituliskan di resep diberi tanda seru (!) dengan disertai paraf.

Contoh: R/ Atropin Sulfas 2 mg ! (Paraf)

Catatan:
11

D.M. Atropin Sulfas ialah 1 mg. Dosis yang lebih tinggi dapat saja diberikan/diperlukan

dalam keadaan khusus, misalnya bila diperlukan sebagai antidotum pada keracunan dengan

Perticida Cholineesterase Inhibator.

Apoteker/asisten apoteker yang mengerjakan/membuat obat terikat akan D.M. obat pada

resep; dalam hal D.M. obat berlebih tanpa ada tanda ! di belakang jumlah yang berlebih itu,

maka obat tidak boleh dibuatkan. Bilamana obat dibuatkan juga dan penderita mendapat

keracunan, maka apoteker/asissten apoteker yang bertanggungjawab mengenai pembuatan

obat tersebut menurut undang-undang yang berlaku dapat dituntut ke pengadilan. Dengan

ditulisnya tanda ! dokter mengambil alih tanggungjawab dosis yang berlebihan itu.Obat

beracun yang mempunyai D.M., bila diberikan kepada anak, harus diperhitungkan tersendiri;

untuk itu dapat dipergunakan rumus Young: D.M. obat untuk anak sama dengan kali D.M.

dewasa. (n=umur anak/tahun).

2.4 Dosis obat untuk anak

Di bidang pediatri dalam menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan-

kesulitan, terutama bila ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak baru lahir, dan juga

yang masih bayi. Alasannya ialah karena organ-organ pada penderita ini masih belum

berfungsi secara sempurna, antara lain hepar, ginjal dan susunan saraf pusat. Tambahan lagi,

distribusi cairan tubuh berbeda pada anak kecil dengan orang dewasa, oleh karena cairan

tubuh pada anak secara persentase berat badan juga lebih besar.

Oleh karena fungsi hepar anak yang baru belum sebagaimana semestinya, maka konjugasi

dengan asam glukuronat hampir tidak terjadi. Cadangan glycine untuk konjugasi sangat

terbatas, tetapi kemampuan konjugasi dengan cara asetilasi dan sulfatasi sudah ada.Fungsi

ginjal anak yang baru lahir juga belum sempurna. Ini disebabkan jaringan ginjal masih

mengalami diferensiasi yang mengakibatkan berkurangnya filtrasi glomerulus. Baru pada

umur di atas satu tahun si anak menghasilkan urine dengan konsentrasi seperti orang dewasa;
12

sampai umur satu tahun ini si anak membutuhkan empat sampai enam kali air disbanding

dengan orang dewasa bila diperhitungkan per satuan berat badan.

Susunan saraf pusat (SSP) pun belum berkembang sempurna pada anak baru lahir. Biar pun

besarnya otak seorang anak umur satu tahun telah mencapai 2/3 dari besar otak orang

dewasa, tetapi koordinasi SSP dengan susunan saraf autonomic masih belum

sempurna.Mengenai cairan tubuh total, anak yang baru lahir mempunyai 29,7% lebih cairan

tubuh dari orang dewasa, bila dihitung per satuan berat badan. Pada umur 6 bulan seluruh

cairan tubuh masih 20,7% lebih tinggi, dan anak sampai umur 7 tahun pun masih mempunyai

5,5% lebih cairan tubuh.

Faktor-faktor di atas (di samping faktor-faktor endogen dan eksogen lainnya) menyebabkan

respons terhadap obat berbeda pada anak dengan orang dewasa. Parameter-parameter

perbedaan anak dengan dewasa adalah sebagai berikut :

1. Pola ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi)

a. Perbedaan absorpsi (penyerapan) oleh karena perbedaan relative dari “kepadatan”

sel b. Perbedaan distibusi oleh karena persentase cairan ekstraselular dan cairan

tubuhtotal relatif lebih tinggi

c. Perbedaan metabolism oleh karena proses enzimatik yang belum sempurna

d. Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus dan tubuli belum berkembang secara

lengkap.

2. Sensitivitas intrinsik yang berlainan terhadap bahan obat, khususnya obat golongan

Narkoba

3. Redistribusi dari zat-zat endogen


13

2.5 Rumus Perhitungan Dosis Obat Anak

1. Dihitung berdasarkan atas ukuran fisik anak secara individual.

a. Perhitungan dengan ukuran Berat Badan anak.

Contoh : Diketahui dosis terapi parasetamol 10mg/kgBB/kali, maka untuk anak umur

2 tahun dengan berat badan 10 kg, dapat diberikan dosis per kali sebesar: 10 x 10 mg = 100

mg.

b. Perhitungan dengan ukuran LPT anak.

Contoh : Diketahui dosis pemeliharaan metotreksat untuk penderita leukemia 15

mg/m2LPT/minggu, maka untuk anak umur 12 tahun dengan LPT 1,20 m2 dapat diberikan

dosis sebesar: 1,20/1,73 x15 mg = 10,4 mg.

2. Dihitung berdasarkan atas perbandingan dengan dosis obat untuk orang dewasa.

a. Perhitungan atas dasar perbandingan umur (umur dewasa 20-24 tahun)

Keterangan :

Da = Dosis obat untuk anak

Dd = Dosis obat untuk dewasa

n = Umur anak dalam tahun


14

b. Perhitungan atas dasar perbandingan berat badan (BB dewasa 70 kg)

Contoh Perhitungan :

Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk Hipnotik-sedative = 15-30

mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 8 tahun (berat badan 21 kg) : 21/70 x

(15-30) mg/kali = 4,5 — 9 mg/kali.

c. Perhitungan atas dasar perbandingan luas permukaan tubuh (LPT dws 1,73 m2)

Contoh Perhitungan :

Diketahui dosis terapi dewasa Phenobarbital untuk Hipnotik-sedative = 15-30

mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 8 tahun (LPT = 0,9 m2) 0,9/1,73 x (15-

30) mg/kali = 7,80 —15,61 mg/kali.


15

2.3 Pembahasan

Skenario

Seorang ibu datang dengan membawa anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan BB 17 kg.

Keluhan telinga bagian kanan anak mengeluarkan cairan. Keluhan lain berupa demam, nyeri

dan keluar cairan dari hidung disangkal. Dokter memberikan terapi amoxicillin 20-40

mg/kg/BB yang dibagi tiap 6-8 jam.

Diketahui:

Dosis Amoxycillin anak di bawah 20 kg adalah 20-40 mg/kgBB per hari yang diberikan

dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.

Dosis dewasa adalah 250-500 mg, diberikan tiap 6-8 jam.

Rumus Young untuk anak usia <8tahun:

Dosis n tahun = n x Dosis Dewasa

n+12

4 x 250 mg = 62,5 mg/kali

16

Amoxycillin adalah antibiotic dengan spectrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti

infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, E. coli,

dan dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

seperti: Streptococcus pneumonia, enterococci. Amoxycillin adalah turunan penisilin yang

tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinse. Pada penggunaan antbiotik amoxycilllin

terhadap anak, hasil studi di Indonesia, menunjukkan bahwa pada 25% responden

memberikan antibiotic pada anak dengan demam. Hal ini menunjukkan peningkatan

penggunaan antibiotic secara irasional juga terjadi pada anak (WHO, 2011).
16

Pada infeksi telinga, amoxicillin adalah antibiotic yang paling banyak digunakan. Hal ini

karena Amoxycillin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi.

Amoxycillin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan,

gigi, saluran genitourinariam kulit, dan saluran pernafasan bagian bawah. Mekanisme

amoxicillin yaitu mencegah sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat enzim D-

transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat berkembang biak (Katzung, 2004).

dr. Dinah Zhafira, S.Ked

SIP No. 554/DU/2018

Rajabasa No.5

Telp. 072123356

Bandar Lampung, 4 Mei 2018

R/ Amoksisilin 62,5 mg

s. lact. q.s.

m.f. pulv. dtd. No. XXI da in

caps

S 3 dd caps I p.c.

Pro : Anita

Umur : 4 tahun

Alamat : Kemiling, Bandar Lampung


17

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV, 391-397, 607-617, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1036-1040, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
18

Anda mungkin juga menyukai