BAB I
PENDAHULUAN
Industri farmasi adalah industri yang berbasis ilmu pengetahuan yang padat riset. Salah
satu hal yang tidak bisa dihindarkan adalah timbulnya persaingan tajam antar perusahaan
farmasi. Oleh karena itu, perusahaan farmasi di Indonesia dituntut untuk mampu bersaing
dengan cara membuat inovasi, promosi dan sistem pemasaran yang baik, serta kualitas
pendanaan dapat berasal dari sumber modal asing yaitu sumber dana yang didapatkan dari
luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank,
perusahaan leasing, pemegang obligasi, dan lain sebagainya. Sumber pendanaan dari
modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Sumber pendanaan juga dapat berasal dari internal perusahaan yang
melakukan aktivitas bisnis. Sumber pendanaan ini disebut juga sumber pendanaan modal
sendiri. Sumber pendanaan modal sendiri biasanya berwujud laba ditahan dan modal
saham.
Modal saham merupakan investasi yang didapatkan dari investor yang membeli saham di
pasar modal. Investor memilih membeli investasi saham dengan pertimbangan tingkat
pengembalian atas dana yang mereka investasikan dalam bentuk dividen ataupun selisih
perusahaan yang berbentuk PT terbuka pemiliknya adalah pemegang saham. Salah satu
Harga pasar saham ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran suatu saham tersebut di pasar modal. Meningkatnya minat investor untuk
memiliki suatu saham dipengaruhi oleh kualitas atau nilai saham di pasar modal. Tinggi
rendahnya nilai saham sebenarnya tercermin pada kinerja keuangan perusahaan. Jika suatu
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka investor akan menanamkan
modalnya, karena dapat dipastikan akan memperoleh keuntungan dari penanaman modal
tersebut.
Perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik adalah perusahaan yang mampu
persaingan dalam dunia usaha. Perusahaan dan para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa
inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang
dimilikinya lebih bisa meningkatkan daya saingnya dari pada kepemilikan aset berwujud.
menggunakan strategi yang berbeda, namun karakteristik dari semua perusahaan yang
berhasil adalah sama yaitu mereka mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi dalam
pemahaman yang luas. Hampir semua keunggulan kompetitif dapat ditiru dan satu-satunya
cara untuk mempertahankannya adalah dengan melakukan inovasi dan perbaikan tanpa
Starovic et.al. (2003) menemukan bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam
pengembangan suatu bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan
pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital (Petty
Sumber daya terpenting perusahaan telah berganti dari aset berwujud menjadi intellectual
capital atau modal intelektual yang didalamnya terkandung satu elemen penting yaitu daya
pikir atau pengetahuan. Sesuai dengan pendapat Stewart (1997), Tan et al. (1997) dan
Guthrie (2001) dalam Ihyaul (2008) menyatakan bahwa perkembangan “ekonomi baru”
intellectual capital. Manfaat dari intellectual capital sebagai alat untuk menentukan nilai
perusahaan telah menarik perhatian sejumlah akademisi dan praktisi. Peranan intellectual
capital semakin strategis, bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya
melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya
kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul
dan bertumbuh.
Kesadaran ini antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based
company muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan kepada perusahaan yang
lebih mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber daya dan longterm
growth-nya.
Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih
berinvestasi di bidang intellectual capital. Sebagai akibatnya, nilai dari knowledge based
company utamanya ditentukan oleh intellectual capital yang dimiliki dan dikelolanya.
5
Pentingnya intellectual capital ditegaskan oleh Abidin (2000) dalam Tjiptohadi (2003)
PSAK no. 19 (revisi 2010) memperlihatkan bahwa pengakuan aset tidak berwujud
semakin berkembang dengan diakuinya ilmu pengetahuan dan hal-hal yang menjadi
pemasok/pelanggan, dan lain-lain, sebagai elemen aset tak berwujud. Dengan demikian
berkembang dengan mengkategorikan pengetahuan dan hal-hal yang menjadi turunan dari
Industri farmasi adalah industri yang berbasis ilmu pengetahuan yang padat riset dengan
knowledge product sebagai faktor yang dapat meningkatkan keunggulan daya saing.
Dalam industri farmasi, human capital adalah asset strategis yang merupakan pilar
krusial bagi perusahaan farmasi, Perusahaan akan memiliki keunggulan daya saing jika
mereka tahu bagaimana memperluas, menyebarkan dan menggali pengetahuan internal dan
tahu bagaimana melindungi dari peniruan yang dilakukan oleh pesaing, kemampuan ini
disebut juga dengan structural capital. Untuk itu, baik pembelajaran individual maupun
sekaligus pada saat yang sama untuk memperkuat kompetensi intinya. Pembelajaran juga
Human capital, structural capital, dan customer capital merupakan tiga elemen utama
dalam intellectual capital. Intellectual capital diakui sebagai intangible asset yang besar
nilainya, namun sampai hari ini belum banyak perusahaan yang telah mampu mengukur,
banyak studi dan penelitian untuk mengukur dan menilai secara kuantitatif nilai
sesungguhnya sehingga laporan neraca benar-benar mencerminkan nilai total aset yang
industri farmasi merupakan industri yang intensif melakukan penelitian, industri yang
inovatif dan seimbang dalam penggunaan sumber daya manusia serta teknologi.
Pembaharuan produk dan inovasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan
farmasi. Pembaharuan produk dan inovasi yang penting tersebut sangat bergantung pada
operasional, inovasi, meningkatkan kinerja, daya saing, dan kesejahteraan. Dengan begitu
concern perusahaan yang turut berpengaruh juga terhadap return saham, yaitu capital
gain.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram,
milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (unit
internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu
sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut
dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan
melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi
keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (inisial dose) atau dosis awal (loading
dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan memberikan
dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat
yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain
pada pemberian oral preparat sulfa (sulfasoxasol, Trisulfa pyrimidin), diberikan dosis
permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam waktu
berikutnya.
Bentuk Oral Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini
lebih disukai oleh karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral
ini adalah bentuk tablet, kapsul, pil, kaplet dan lozenges. Bentuk sediaan oral :
8
Solutio
Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan/pelarut, dimana zat pelarutnya adalah air, bila
bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya: minyak kamfer, Nitrogliserin
dalam spritur.
Suspensi;
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
(caiaran pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan
dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu
kental agar sediaan mudah dikocok dan dituangkan.
Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
Elixir
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven
Emulsi
Adalah dua fase caiaran dalam sistem dispersi (tetesan) dimana fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya dan umumnya dimantapkan
oleh pengemulsi (Emulgator).
Emulsi O/W
Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pendispersi/pembawa (emulsi ini dapat dicernakan dengan air).
Emulgatornya larut dalam air. Sebagai contoh: susu (emulgatornya putih telur) Scott
Emultion.
Emulsi W/O
Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan
minyak atau bahan seperti minya merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat
diencerkan dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak.
Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3/ CO3, dapat juga dengan NaOH.
9
Capsulae/kapsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras/ lunak yang dapat larut
dimana di dalamnya dapat diisi dengan obat serbuk, butiran, atau granul, cair, semi padat.
Jenis-jenis kapsul
e. Capsulae metillsellulosa.
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor obat,
cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali
kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respons obat tidak selalu dapat
diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapat sekaligus.
2.3.1. Faktor obat a. Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan
sebagainya b. Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa c.
2.3.2. Cara pemberian obat kepada penderita a. Oral: dimakan atau diminum b. Parenteral:
b. Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
e. Tolerance
g. Sensitivitas individual
h. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorpsi obat; penyakit
hati mempengaruhi metabolism obat; kelainan pada ginjal mempengaruhi eksreksi obat.
i. Kehamilan
j. Laktasi
k. “Circadian rhyhm”
l. Lingkungan
Obat beracun umumnya mempunyai dosis maksimum, yaitu batas dosis yang relative masih
aman diberikan kepada penderita. Pada lampiran famakope Indonesia edisi III tercantum
daftar dosis maksimum (D.M.) dari sebagian besar obat. Angka yang menunjukkan D.M.
untuk suatu obat ialah dosis tertinggi yang masih dapat diberikan kepada penderita dewasa;
ini umumnya dicantumkan dalam satuan gram, milligram, microgram, atau satuan
internasional, kecuali untuk beberapa cairan. Bila jumlah atau dosis ini dilebihi, ada
Dokter yang menuliskan resep tidak terikat akan D.M. obat yang tercantum; bilamana
dianggapnya perlu, dokter boleh melebihi D.M. ini. Untuk memberitahukan kepada
apoteker/apotek bahwa dokter dengan sadar melebihi D.M. suatu obat, maka dibelakang
angka/jumlah obat yang dituliskan di resep diberi tanda seru (!) dengan disertai paraf.
Catatan:
11
D.M. Atropin Sulfas ialah 1 mg. Dosis yang lebih tinggi dapat saja diberikan/diperlukan
dalam keadaan khusus, misalnya bila diperlukan sebagai antidotum pada keracunan dengan
Apoteker/asisten apoteker yang mengerjakan/membuat obat terikat akan D.M. obat pada
resep; dalam hal D.M. obat berlebih tanpa ada tanda ! di belakang jumlah yang berlebih itu,
maka obat tidak boleh dibuatkan. Bilamana obat dibuatkan juga dan penderita mendapat
obat tersebut menurut undang-undang yang berlaku dapat dituntut ke pengadilan. Dengan
ditulisnya tanda ! dokter mengambil alih tanggungjawab dosis yang berlebihan itu.Obat
beracun yang mempunyai D.M., bila diberikan kepada anak, harus diperhitungkan tersendiri;
untuk itu dapat dipergunakan rumus Young: D.M. obat untuk anak sama dengan kali D.M.
Di bidang pediatri dalam menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan-
kesulitan, terutama bila ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak baru lahir, dan juga
yang masih bayi. Alasannya ialah karena organ-organ pada penderita ini masih belum
berfungsi secara sempurna, antara lain hepar, ginjal dan susunan saraf pusat. Tambahan lagi,
distribusi cairan tubuh berbeda pada anak kecil dengan orang dewasa, oleh karena cairan
tubuh pada anak secara persentase berat badan juga lebih besar.
Oleh karena fungsi hepar anak yang baru belum sebagaimana semestinya, maka konjugasi
dengan asam glukuronat hampir tidak terjadi. Cadangan glycine untuk konjugasi sangat
terbatas, tetapi kemampuan konjugasi dengan cara asetilasi dan sulfatasi sudah ada.Fungsi
ginjal anak yang baru lahir juga belum sempurna. Ini disebabkan jaringan ginjal masih
umur di atas satu tahun si anak menghasilkan urine dengan konsentrasi seperti orang dewasa;
12
sampai umur satu tahun ini si anak membutuhkan empat sampai enam kali air disbanding
Susunan saraf pusat (SSP) pun belum berkembang sempurna pada anak baru lahir. Biar pun
besarnya otak seorang anak umur satu tahun telah mencapai 2/3 dari besar otak orang
dewasa, tetapi koordinasi SSP dengan susunan saraf autonomic masih belum
sempurna.Mengenai cairan tubuh total, anak yang baru lahir mempunyai 29,7% lebih cairan
tubuh dari orang dewasa, bila dihitung per satuan berat badan. Pada umur 6 bulan seluruh
cairan tubuh masih 20,7% lebih tinggi, dan anak sampai umur 7 tahun pun masih mempunyai
Faktor-faktor di atas (di samping faktor-faktor endogen dan eksogen lainnya) menyebabkan
respons terhadap obat berbeda pada anak dengan orang dewasa. Parameter-parameter
sel b. Perbedaan distibusi oleh karena persentase cairan ekstraselular dan cairan
d. Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus dan tubuli belum berkembang secara
lengkap.
2. Sensitivitas intrinsik yang berlainan terhadap bahan obat, khususnya obat golongan
Narkoba
Contoh : Diketahui dosis terapi parasetamol 10mg/kgBB/kali, maka untuk anak umur
2 tahun dengan berat badan 10 kg, dapat diberikan dosis per kali sebesar: 10 x 10 mg = 100
mg.
mg/m2LPT/minggu, maka untuk anak umur 12 tahun dengan LPT 1,20 m2 dapat diberikan
2. Dihitung berdasarkan atas perbandingan dengan dosis obat untuk orang dewasa.
Keterangan :
Contoh Perhitungan :
mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 8 tahun (berat badan 21 kg) : 21/70 x
c. Perhitungan atas dasar perbandingan luas permukaan tubuh (LPT dws 1,73 m2)
Contoh Perhitungan :
mg/dose maka dosis terapi untuk anak umur 8 tahun (LPT = 0,9 m2) 0,9/1,73 x (15-
2.3 Pembahasan
Skenario
Seorang ibu datang dengan membawa anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan BB 17 kg.
Keluhan telinga bagian kanan anak mengeluarkan cairan. Keluhan lain berupa demam, nyeri
dan keluar cairan dari hidung disangkal. Dokter memberikan terapi amoxicillin 20-40
Diketahui:
Dosis Amoxycillin anak di bawah 20 kg adalah 20-40 mg/kgBB per hari yang diberikan
n+12
16
Amoxycillin adalah antibiotic dengan spectrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, E. coli,
dan dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinse. Pada penggunaan antbiotik amoxycilllin
terhadap anak, hasil studi di Indonesia, menunjukkan bahwa pada 25% responden
memberikan antibiotic pada anak dengan demam. Hal ini menunjukkan peningkatan
penggunaan antibiotic secara irasional juga terjadi pada anak (WHO, 2011).
16
Pada infeksi telinga, amoxicillin adalah antibiotic yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena Amoxycillin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi.
Amoxycillin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan,
gigi, saluran genitourinariam kulit, dan saluran pernafasan bagian bawah. Mekanisme
amoxicillin yaitu mencegah sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat enzim D-
transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat berkembang biak (Katzung, 2004).
Rajabasa No.5
Telp. 072123356
R/ Amoksisilin 62,5 mg
s. lact. q.s.
caps
S 3 dd caps I p.c.
Pro : Anita
Umur : 4 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV, 391-397, 607-617, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1036-1040, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
18