Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arab pada masa sebelum islam lahir merupakan peradaban Jahiliyah
menurut sebagian besar sumber karena mereka dikenal sebagai penyembah
berhala. Jahiliyah berarti kebodohan, namun tidak seluruhnya bangsa Arab pra-
Islam itu bodoh bila dilihat dari berbagai aspek yang akan dibahas dalam makalah
ini. Karena mereka mempunyai kemajuan dalam berbagai bidang seperti bidang
ekonomi, kesusastraan, dan masih ada lagi yang akan dijelaskan pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah berikut ini:
1. Bagaimana bangsa Arab pra-Islam pada aspek sosial?
2. Bagaimana bangsa Arab pra-Islam pada aspek politik?
3. Bagaimana bangsa Arab pra-Islam pada aspek ekonomi?
4. Bagaimana bangsa Arab pra-Islam pada aspek kepercayaan?
5. Bagaimana bangsa Arab pra-Islam pada aspek kesusastraan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang peradaban Bangsa Arab Pra-Islam pada aspek
sosial.
2. Untuk mengetahui tentang peradaban Bangsa Arab Pra-Islam pada aspek
politik.
3. Untuk mengetahui tentang peradaban Bangsa Arab Pra-Islam pada aspek
ekonomi.
4. Untuk mengetahui tentang peradaban Bangsa Arab Pra-Islam pada aspek
kepercayaan.
5. Untuk mengetahui tentang peradaban Bangsa Arab Pra-Islam pada aspek
kesusastraan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial
Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa Semith, yang mendiami daratan
yangdinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab. Mereka terdiri dari
tiga bagian:
a. Suku Arab Kuno (al-‘Arab al-Badi’ah).
Suku ini merupakan bangsa Arab paling kuno yang saat ini telah punah.
Sejarah suku ini telah diketahui dari kitab-kitab samawi yang terkenal, di
antaranya adalah ‘Ad-Tsamud, Tasm, Judais, dan Jurham.1
b. Arab al-Baqiyah Aribah (Arab Asli) : Mereka dari kelompok Quthan, dan
tanah air merekayaitu Yaman. Di antara kabilah-kabilah yang terkenal,
yaitu Jurham, Ya’rab, dan dari Ya’rab ini keluarlah suku-suku Kahlam dan
Himyar.
c. Arab al-Baqiyah Musta’rabah (Arab Pendatang) : Mereka ini adalah
kebanyakan dari penduduk Arab, dari dusun sampai ke kota, yaitu mereka
yang mendiami bagian tengah jazirah Arab dan Negeri Hijaz sampai ke
lembah Syam. Dinamakan Arab Musta’rabah karena waktu itu Jurham dari
suku Qathan mendiami Mekah, dan mereka tinggal bersama Nabi Ismail
AS serta ibunya, di mana kemudian Ismail mengawini wanita mereka, dan
kemudian Ismail dan anak-anaknya belajar bahasa Arab. Dari merekalah
lahir bermacam-macam kaum dan suku Arab, termasuk kaum Quraisy,
yang tumbuh dari induk suku Adnan.
Perlu diketahui bahwa bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk
jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qathan (keturunan
Qathan) dan Adnan (keturunan Ismail ibn Ibrahim). Suku Adnan menempati
wilayah utara Jazirah sedangkan Suku Qathan menempati wilayah selatan jazirah

1
Yatim, Dr. Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Jhal. 19

2
Arab. Akan tetapi kedua golongan itu membaur karena perpindahan- perpindahan
dari utara ke selatan atau sebaliknya.
Pada aspek ini, berdasarkan tempat tinggalnya, bangsa Arab ada yang
tinggal di pedalaman dan ada pula yang tinggal di kota.
Penduduk pedalaman tidak mempunyai tempat tinggal atau perkampungan
tetap. Contohnya suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik,
berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput
untuk binatang penggembalaan mereka, seperti kambing dan unta. Mereka sangat
menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan dan solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka
berperang. Karena itu, peperangan antar suku sering sekali terjadi. Sikap ini
tampaknya telah menjadi tabiat bangsa Arab ketika itu. Dalam masyarakat suka
berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi ini terus berlanjut
hingga agama Islam lahir. Akibatnya, kebudayaan mereka tidak berkembang.
Karena itulah bahan-bahan sejarah arab pra-Islam sangatlah langka. Menurut
Ahmad Syalabi, sejarah mereka dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun
menjelang lahirnya Islam. Sejarah mereka ini juga dapat diketahui dengan
perantaraan syair-syair atau cerita-cerita yang diterima dari perawi-perawi.2
Sebaliknya, penduduk kota mempunyai tempat tinggal mutlak di kota-kota
dan mata pencaharian mereka ialah bertani, berdagang dan berternak. Mereka
biasanya memiliki kecakapan dagang yang baik, dan cara bertani dan berternak
yang cukup maju.
Keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus,
sedikit banyaknya turut membuatcorak kehidupan mereka berjalan agak keras,
penuh persaingan, perebutan kekuasaan antara satu kabilah dengan kabilah
lainnya. Siapa yang kuat, gagah perkasa itulah yang memimpin.
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat dilingkupi kehidupan
keduniawian. Mereka sangat menggemari hal-hal berikut ini:

2
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaaan Islam Jilid 1, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
2003. Hal. 36

3
1. Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihina. Dari syair ini
akan tergambar kehidupan sosial bangsa Arab;
2. Minum khamar, kendati di antara mereka ada pula yang mengharamkan
hal ini;
3. Ada pula adat (tradisi) pada saat itu kebiasaan “mengawini isteri
bapa”yang telah meninggal dunia;
4. Menganggap hina kaum perempuan;
5. Menguburkan anak perempuan, namun hal ini menurut Sallabi, ini
hanya dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim;
6. Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak 17
orang;
7. Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-
Islam. Mereka ini memelihara dan mempertahankan perbudakan.
Negara Hijaz tidak pernah dijajah, diduduki, atau dipengaruhi oleh bangsa
asing. Hal ini disebabkan karean kondisi geografis dan kemiskinan negerinya
sehingga tidak menimbulkan hasrat bangs asing untuk menjajahnya. Dan
disebabkan karena Hijaz sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka’bah bagi bangsa
Arab. Mereka bekarja bersama-sama memelihara, menjaga kemananan, dan
menjauhkan penjajah dari negerinya.
B. Aspek Politik
Orang-orang Arab di zaman Jahiliyah tidak mempunyai semacam
pemerintahan seperti terkenal sekarang. Mereka hanya mempunyai pimpinan yang
mengurus hal-hal mereka dalam keadaan perang dan damai.3
Bangsa Arab di sekitar Mekah, khususnya suku bangsa Quraisy,
mengembangkan sistem pemerintahan Oligarki yang membagi kekuasaan
berdasarkan bidang tertentu. Seperti kepengurusan dalam bidang agama,
kemiliteran, perekonomian, dsb.
Ada beberapa kerajaan pada masa arab pra-Islam yang berdiri yang
berdasarkan sifat dan bentuknya ada dua macam :

3
Sugeng, Sugiharto. Sejarah Kebudayaan Islam 1. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri. 2009 hal. 14

4
a. Kerajaan bermahkota, tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi
dalam negeri).
b. Kerajaan tidak bermahkota, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh, ini
lebih tepat disebut induk Suku dengan Kepalanya. Ia mempunyai apa yang
dipunyai oleh kerajaan yang sebenarnya.
Sering terjadi perang antar kaum, antar kabilah, antar suku. Kadang-
kadang ada perang yang sampai puluhan tahun, seperti:
 Perang Busus : perang ini terjadi antara Kabilah Bakar dengan Kabilah
Taghib selama 40 tahun, hanya karena selisih mengenai seekor unta.
 Perang Dahis : perang ini terjadi antara pimpinan Suku al-Ghubara dan
Suku Dahis, juga selama 40 tahun, hanya lantaran beberapa perselisihan
kecil.
 Perang Fujar : perang ini terjadi kira-kira 268 tahun sebelum Nabi
Muhammad diutus menjadi Rasul.
Perang terjadi antara beberapa kabilah dan suku, ganti berganti. Terjadinya
selama bulan haram, dalam masa dimana berlangsung Pasar Ukaz,
permasalahannya juga kecil yaitu masalah seekor unta yang disembelih.
C. Aspek Ekonomi
Salah satu sapek penting perekonomian Arab pra-Islam ialah perdagangan
dan pertanian.
1. Perdagangan
Bangsa Arab dikenal sebagai pedagang yang giat bekerja. Mereka
berdagang hingga ke negeri-negeri di luar Jazirah Arab, seperti Syam, Yaman,
Habasyah, mesir, dan Sudan. Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra-Islam
dimungkinkan ialah pertanian yang telah maju. Kemajuan tersebut ditandai
dengan kegiatan ekspor-impor yang mereka lakukan. Yang mereka ekspor ialah
dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buahkismis, anggur,
dan barang dagangan lainnya. Yang diimpor ialah kayu untuk bahan bangunan,
bulu burung unta, budak, batu manusia, pakaian, dsb. Dalam menjalankan usaha
dagangnya, bangsa Arab menggunakan beberapa cara berikut ini:

5
a. Kerja sama dengan cara bagi hasil, kerja sama ini dilakukan oleh dua
pihak. Satu pihak adalah pemilik dagangan, sedangkan yang lain adalah
yang menjalankan dagangannya. Keuntungannya dibagi dua.
b. Berdagang dengan berombongan (Kafilah), beberapa pedagang berkumpul
membentuk kafilah, mereka dikawal oleh beberapa tentara untuk menjaga
kesalamatan dalam perjalanan ke daerah tujuan untuk berdagang.
c. Mengatur waktu perjalanan, supaya mendapat keuntungan yang besar,
biasanya bangsa arab menentukan hari yang tepat untuk berdagang.
Misalkan mereka berdagang pada musim panas dan musim dingin. Pada
musim panas, mereka berdagang ke Syam. Pada musim dingin mereka
berdagang ke Yaman. Mekah bukan saja merupakan pusat perdagangan
lokal melainkan sudah menjadi jalur perdagangan dunia yang penting saat
itu, yang menghubungkan antara utara (Syam), timur (Persia), dan barat
(Mesir dan Abessinia). Dagang yang paling ramai di Mekkah sendiriya itu
selama musim “Pasar Ukaz”, yaitu dalam bulan-bulan Zulqaidah,
Zulhijjah, dan Muharram. Para pedagang tersebut menjual komoditas itu
kepada konglomerat, pejabat, tentara, dan keluarga penguasa. Karena
komoditas tersebut mahal, terutama barang-barang impor yang harus
dikenai pajak yang sangat tinggi. Alat pembayarannya koin perak, emas,
atau logam mulia lain yang ditiru dari mata uang persia dan romawi.
Beberapa koin tersebut masih disimpan di timur tengah.4
2. Pertanian
Pertanian juga merupakan aspek perekonomian penting bagi Bangsa Arab.
Penghasilan mereka masing-masing berbeda-beda. Misalnya daerah tepian atau
desa-desanya menghasilkan kurma, anggur, kapas, sayur-mayur, dan
sebagainya. Peralatan pertanian yang digunakan ialah semi modern, misalnya
cangkul, bajak garu, dan tongkat kayu untuk menanam. Penggunaan hewan
ternak seperti unta, keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu serta
pembawa tempat air juga sudah dikenal. Demikian pula sistem irigasi telah
mereka praktekkan. Mereka juga menggunakan pupuk alami untuk menyuburkan
4
Munthoha, dkk. Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: UII Press. 1998. Hal. 87

6
tanah, seperti pupuk kandang, kotoran manusia, dan binatang tanah seperti rayap
dan cacing.
Ada tiga sistem pertanian yang digunakan oleh para pemilik ladang atau
sawah dalam mengelola pertanian pada saat itu:
a. Sistem sewa-menyewa dengan emas atau logam mulia lain, gandum, atau
produk pertanian sebagai alat pembayarannya.
b. Sistem bagi hasil produk, misalnya separuh untuk pemilik dan separuh
untuk penggarap, dengan bibit dan ongkos penggarapan dari pemilik.
c. Sistem pandego, yakni seluruh modal datang dari pemilik, sementara
pengairan, pemupukan, dan perawatannya dikerjakan oleh penggarap.
Oase juga berperan penting dalam pertanian Arab pra-Islam. Di daerah
sekitar oase tinggal beberapa suku bangsa Arab yang telah maju seperti
Bani an-Nadir, Khazraj, Aus, Hawazin, Juwainah, dan Quraisy.
Perdagangan dan pertanian yan maju berdampak pada kemajuan kemajuan
profesi lain dalam perekonomian Arab pra-Islam.
1. Industri rumah, industri yang sangat berkembang karena kebutuhan
terhadapnya makin mendesak. Wilayah industrinya yang menonjol ialah di
Tihamah, Zamar,wilayah Bani Sabiyah, Himdah, dan kampung Bani
Sulaim.
2. Industri pertambangan, terdapat di dataran rendah Yaman, Ma’rib, Zamar,
Khaulan, Hajur, dll.
3. Industri tekstil, berupa tenun, dan wol.
D. Aspek Kepercayaan
Sebelum Islam lahir, di Arab telah berkembang berbagai jenis agama, ada
yang asli seperti penyembahan berhala atau paganisme dan agama yang berasal
dari wilayah lain, seperti Yahudi, Nasrani, Majusi atau Zoroaster.
Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat Arab telah mengenal agama tauhid
semenjak kehadiran Ibrahim AS.
a. Penyembahan berhala atau Paganisme
Penyembahan berhala dilakukan dengan berbagai cara oleh bangsa Arab.
Beberapa cara penyembahan berhala itu adalah sebagai berikut:

7
1. Para penyembah berhala berjalan mengelilingi atau tawaf berhala atau
patung. Sambil berkeliling, mereka berdoa untuk meminta pertolongan.
Mereka mengelilingi Kakbah yang dipenuhi 360 berhala di sekitarnya
sambil bertelanjang. Ada patung yang terbesar di Kakbah, namanya Hubal.
Mereka berhenti apabila berhala tersebut telah memberi tanda bahwa
permintaan mereka dikabulkan.
2. Para penyembah berhala mempersembahkan hewan kurban di hadapan
mereka. Kemudian, mereka mengatakan permintaannya sambil menyebut-
nyebut nama berhala tersebut. Mereka meyakini bahwa permintaannya
akan cepat terkabul apabila mereka menyembelih hewan kurban.
3. Para penyembah berhala menyediakan sesajen di hadapan berhala. Sesajen
itu bisa berupa makanan, minuman, atau hasil panen. Sesajen itu ditujukan
sebagai ucapan terima kasih kepada berhala karena memberikan
keberhasilan dalam kehidupan.
4. Para penyembah berhala memberikan sesajen di tempat-tempat yang
dianggap keramat sebagai penghormatan kepada jin atau roh nenek
moyang yang membuat tempat itu.
5. Sebagian bangsa Arab memuja malaikat. Mereka meyakini bahwa
malaikat adalah anak perempuan Tuhan.5
b. Agama Majusi atau Zoroaster
Agama ini merupakan agama Persia kuno. Nama lainnya
adalahMazdaisme. Tuhannya Ahura Mazda. Nabinya bernama Zardusht yang
hidup kira-kira abad 6 SM. Pada awalnya, agama Majusi mengajarkan
penyembahan kepada banyak dewa (politeisme). Kitab sucinya ialahAvesta, yang
terdiri dari 5 buah kitab yaitu Kitab Yasna, Kitab Vispered, Kitab Yasht, dan
Kitab Khorda Avesta. Ahura Avesta dilambangkan sebagai api yang memberikan
cahaya dan menerangi dan penghormatannya dilakukan di hadapan api suci.6

5
Hasjmy, Prof. A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang. 1995. Hal. 37
6
Chalil, K.H, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1. Jakarta : Gema
Insan Press. 2001. Hal. 27

8
c. Agama Yahudi
Bersumber dari ajaran Nabi Musa. Kitab suci agama Yahudi adalah
Taurat. Akan tetapi, pemeluk agama ini menyimpang dari apa yang diajarkan
Nabi Musa. Mereka mengkultuskan Uzair sebagai anak Tuhan. Mereka tidak
mempercayai kenabian Isa dan Muhammad SAW. Padahal, Taurat menyebutkan
bahwa sesudah Nabi Musa akan datang nabi-nabi berikutnya. Sebab mereka
merasa derajat mereka paling tinggi di dunia.Penganutnya Bani Israil pada saat
itu.
d. Agama Nasrani atau Kristen.
Bersumber dari ajaran Nabi Isa. Kitab sucinya adalah Injil atau Al-Kitab.
Seperti halnyaYahudi, Kristen juga menyimpang dari ajaran Nabi Isa. Setelah
Nabi Isa diangkat oleh Allah SWT, mereka meyakini bahwa Nabi Isa adalah anak
Tuhan. Mereka meyakini bahwa Tuhan terdiri dari Tuhan Bapak, Tuhan Anak,
dan Roh Kudus. Keyakinan itu disebut Trinitas. Mereka juga digolongkan dalam
ahlul kitab.
Dari sekian agama-agama tersebut diatas, ada juga yang karena ajaran
agama Ibrahim masih berbekas di kalangan bangsa Arab sehingga mereka tidak
menyukai menyembah berhala. Mereka ialah Waraqah bin Naufal dan Usman bin
Huwairis, yang menganut Kristen, Abdullah Ibnu Jahsy yang ragu-ragu (ketika
Islam datang, ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut Majusi). Zaid bin
Umar tidak tertarik kepada Majusi, tetapi juga enggan menyembah berhala
sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi berhala dan tidak mau
memakan bangkai dan darah.
Peninggalan ajaran Nabi Ibrahim yang masih terasa ialah Penyebutan
Allah sebagai Tuhan, dan Ibadah Haji. Secara fisik peninggalan Ibrahim dan
Ismail yang masih terpelihara ialah Baitullah atau Kakbah yang berada di pusat
kota Mekkah.
E. Aspek Kesusastraan
Dalam aspek ini, masyarakat Arab pra-Islam sangat maju. Bahasa mereka
sangat indah dan kaya. Genre sastra Arab jahiliyah yang paling populer ialah jenis
puisi atau syair disamping sedikit amsal (semacam kata pepatah atau kata-kata

9
mutiara), dan pidato yang pendek disampaikan oleh para pujangga, yang disebut
prosa liris. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang
penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar Ukaz diadakan deklamasi sajak
yang luas.7
Sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka
mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun
di pasar seni Ukaz,Majinnah, dan Zu Majas. Sastra Arab pra-Islam adalah
cerminan langsung bagi kehidupan bangsa Arab tersebut.
Ada dua sistem kesusastraan yang diterapkan masyarakat arab pra-Islam:
a. Khitabah (berpidato) sangat maju, dan inilah satu-satunya publisistik
yang amat luas lapangannya. Sebagai penyair, orang-orang Arab sangat
fasih berpidato, dengan bahasa yang maha indah dan bersemangat. Ahli
pidato mendapat derajat tinggi dalam masyarakat, sama halnya dengan
penyair.
b. Majelis al-Adab dan Sauqu Ukaz, telah menjadi kelaziman masyarakat
Arab pra-Islam, yaitu mengadakan majelis ini atau Nadwa (klub), di
tempat mana mereka mendeklarasikan sajak, bertanding pidato tukar-
menukar berita dan sebagainya. Terkenallah dalam kalangan mereka “Nadi
Quraisy” dan “Darun Nadwah” yang berdiri di samping Kakbah. Mereka
juga mengadakan aswaq (pekan) dalam waktu tertentu. Tiap-tiap ada sauq
berkumpullah ke sana para saudagar dengan barang dagangannya, penyair
dengan sajak-sajaknya, dan ahli pidato dengan khutbah-khutbahnya.
Aswaq yang sangat terkenal ialah Sauqu Ukaz atau “Pekan Ukaz” yang
diadakan pada suatu tempat tidak jauh dari kota Mekkah menuju thaf,
yakni Pasar Ukaz.8

7
Chalil, K.H, Moenawar. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve. 2002. Hal. 55
8
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. terj. Sonif .Jakarta: al
Kautsar. 2011, hal. 156

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Aspek Sosial; Keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah padang
pasir yang tandus, sedikit banyaknya turut membuat
corak kehidupan mereka berjalan agak keras, penuh persaingan,
perebutan kekuasaan antara satu kabilah dengan kabilah
lainnya. Siapa yang kuat, gagah perkasa itulah yang memimpin. Dalam
hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat dilingkupi kehidupan
keduniawian. Mereka sangat menggemari Syair, Minum khamar, adanya
tradisi / kebiasaan “mengawini isteri bapa” yang telah meninggal dunia,
menguburkan anak perempuan, masih sedikitnya orang yang pandai
membaca, melakukan perbudakan.
2. Aspek politik, sistem politik utama di arab pra-Islam ialah Oligarki, sitem
ini mendominasi makkah oleh kaum kafir Quraisy dan ada dua kerajaan
besar berdasarkan sifatnya, yaitu kerajaan bermahkota dan tidak
bermahkota. Perang antar kabilah sering terjadi, ada tiga perang
berdasarkan suku yang berperang, dan masa perang, serta masalah
penyebab perang, yaitu perang Busus, Dahis, dan Fujar.
3. Aspek ekonomi, aspek ini merupakan yang paling menonjol diantara yang
lain,terutama dalam hal berdagang dan bertani, karena letaknya strategis
yaitu perbatasan antara Eropa dengan Asia sebagai jalur perdagangannya.
Bangsa Arab tersebut juga unggul dalam pertanian meskipun daerah
mereka sebagian besar gurun pasir.Terutama pertanian kurma dan anggur.
4. Aspek kepercayaan, meskipun agama mereka sebagian besar adalah
penyembahan berhala dan Majusi, ada agama lain yang juga berkembang
yaitu agama Kristen,Yahudi, kemudian kepercayaan teguh atas ajaran
Allah dari Nabi Ibrahim AS.
5. Aspek kesusastraan, aspek ini tak kalah majunya dengan aspek Ekonomi,
banyak para penyair yang handal dan dihormati, mereka melakukan syair,

11
puisi, dan pidato pendek yang mereka sampaikan di khalayak ramai, dan
perlombaan puisi, syair, dan pidato si lakukan dalam ajang perlombaan
setahun sekali di Pasar Ukaz, Majinnah,dan Zu Majas.
B. Saran
Tidak semua bangsa Arab Pra-Islam pada zaman Jahiliyah dikatakan
bodoh dan tidak beradab, mereka juga mempunyai kemajuan dari segi ekonomi
dan kesusastraan, dan dua hal tersebutlah yang harus kita ambil sebagai pelajaran
untuk masa depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. terj. Sonif .Jakarta:
al Kautsar. 2011
Chalil, K.H, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1. Jakarta :
Gema Insan Press. 2001
Chalil, K.H, Moenawar. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve. 2002.
Hasjmy, Prof. A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang. 1995.
Munthoha, dkk. Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: UII Press. 1998.
Sugeng, Sugiharto. Sejarah Kebudayaan Islam 1. Solo : PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri. 2009
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaaan Islam Jilid 1, Jakarta: Pustaka Al-Husna
Baru. 2003.
Yatim, Dr. Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2006.

13

Anda mungkin juga menyukai