BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur (Patah Tulang) merupakan hal sangat lumrah dikalangan
masyarakat, penyebabya bisanya karena kecelakaan, terjatuh dari
ketianggan atau bisa juga karena karena trauma benda tajam/tumpul.
Terkadang kecelakaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan fraktur juga
sering membuat orang panic dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki, akibatnya
banyak orang pergi ke dukun pijat karena mereka beranggapan bahwa
gejala fraktur sama dengan gejala terkilir. Oleh karena penting bagi kita
untuk mengetahui apa itu fraktur agar tidak terjadi masalah yang lebih
fatal.
Badan kesehatan dunia (WHO) dalam mencatat jumlah kejadian
fraktur pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita
fraktur. Menurut DEPKES RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak
yang mengalami fraktur, fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang
mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah
fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur,
sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris dan terdapat
3.776 orang mengalami fraktur tibia. (Parida, Lisfa. 2017)
Usman (2012) dalam menyebutkan bahwa hasil data Riset
Kesehatan Dasar (RIKERDAS) tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur
yang disebabkan oleh cedera yaitu karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
trauma tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127
trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang
(1,7 %). (Parida, Lisfa. 2017)
Dengan banyaknya kasus fraktur bertambah banyak pula jenis dan
tipe-tipe fraktur yang perlu kita ketahui sebagai orang kesehtan.selain itu
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Fraktur?
2. Apa Etiologi/penyebab Fraktur?
3. Apa Manifestasi Fraktur?
4. Apa Saja Tipe-tipe Fraktur?
5. Apa saja Macam-macam Fraktur?
6. Apa Yang dimaksud dengan Reduksi Fraktur?
7. Bagaimana Penatalaksanaa Fraktur?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Fraktur.
2. Mengetahui Etiologi Fraktur.
3. Mengetahui Manifestasi fraktur.
4. Mengetahui Tipe-tipe Fraktur.
5. Mengetahui Macam-macam Fraktur.
6. Mengetahui Reduksi Fraktur.
7. Mengetahui Penatalaksanaa Fraktur.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada
kontinuitas struktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan
keluasannya. Fraktur terjadi ketika tulang menjadi tekanan yang lebih
besar dari yang dapat diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman
langsung, kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang mendadak,
atau bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah,
stuktur di sekitarnya juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak,
hemoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, gangguan saraf,
dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat terluka akibat gaya
yang disebabkan oleh fraktur atau oleh fragmen fraktur. (Bruner &
Sudart: 2014)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang.
(Helmi, N Zairin: 2012)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
(Alfiza,Tiara: 2015)
Fraktur sendiri merupakan kerusakan structural dalam tulang,
lapisan epifisis atau permukaan sendi tulang rawan. Sementara kerusakan
pada tulang sering kali langsung terlihat nyata, kerusakan pada jaringan
lunak sekitarnya dapat luput dari deteksi klinis yang dini. Kerusakan
jaringan lunak yang berhubungan dengan suatu fraktur sangat bermakna
secara klinis dan akhirnya dapat memengaruhi hasil klinis. (Dewi,
Chandra: 2017)
Jadi dapat disimpulkan fraktur atau patah tulungmerupakan
terputusnya kontinutitas jaringan tulang yag disebabkan oleh ruda paksa,
trauma tumpul, trauma tajam atau faktor fatologis.
4
B. Etiologi Fraktur
Menurut Barbara C.Long penyebab fraktur dalam Makalah
Fraktur Karya Chandra, Dewi 2017 diantaranya adalah:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah
pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada
jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai
tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin
tidak ada.
a. Trauma langsung, bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian
tersebut terdapat ruda paksa, misalnya : benturan atau pukulan yang
mengakibatkan fraktur
b. Trauma tidak langsung, misalnya pasin tejatuh dengan lengan
dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada pergelangan
tangan
c. Trauma ringan, dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri
sudah rapuh. Selain itu fraktur juga disebabkan oleh karena
metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis atau karena tarikan
spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang
tersebut tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang
menimpanya.
3. Fraktur Patologis
Fraktur ini adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena
adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau
kanker yang bermetastase atau osteoporosis.
5
Sedangkan etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) dalam
Makalah Fraktur Karya Chandra, Dewi 2017 ada 3 yaitu :
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban
Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang
yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di
terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai
latihan lari.
C. Manifestasi
1. Manifestasi Klinis Menurut Bruner & Sudart (2014)
a. Nyeri Akut,
b. Kehilangan Fungsi,
c. Deformitas,
d. Pemendekan Ekstremitas,
e. Krepitus,
f. Edema Lokal
g. Ekimosis.
b. Fraktur Oblik
b. Fraktur Segmental
b. Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur
ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi
pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya
transversal, kadang-kadang intraartikular.
c. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai
dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan
terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah
dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi
gaya supinasi.
d. Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna
disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena
trauma langsung.
3. Fraktur Sternum
Fraktur sternum terjadi sebagai akibat trauma yang sangat keras.
Biasanya fraktur ini disertai dengan kontusio jantung.
4. Fraktur Humerus
Dibagi menjadi:
a. Fraktur Suprakondilar Humerus
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur:
1) Tipe ekstensi. Trauma terjadi ketika siku dalam posisi
hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi. Hal ini akan
menyebabkan fraktur pada suprakondilar, fragmen distal
humerus akan mengalami dislokasi ke anterior dari fragmen
proksimalnya.
2) Tipe fleksi. Trauma terjadi ketika posisi siku dalam fleksi,
sedang lengan bawah dalam posisi pronasi. Hal ini
15
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kedaruratan Menurut Brunner & Sudartd
(2014)
a. Segera setelah cedera, imobilisasi bagian tubuh sebelum pasien
dipindahkan.
b. Bebat fraktur, termasuk sendi yang berada didekat fraktur, untuk
mencegah pergerakan fragmen fraktur.
c. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat dilakukan
dengan mengikat (membebat) kedua tungkai bersama-sama:
ekstremitas yang tidak terganggu berperan sebagai bebat untuk
ekstremitas yang cedera.
d. Pada cedera ekstremitas atas, lengan dapat dibebat ke dada, atau
lengan bawah yang cedera dapat digendong dengan mitela (kain
gendongan).
e. Kaji status neurovaskuler disisi distal area cedera sebelum dan
setelah pembebatan untuk menentukan keadekuatan perfusi
jaringan perifer dan fungsi saraf
f. Tutupi luka fraktur terbuka dengan balutan steril untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan fraktur atau patah tulungmerupakan
terputusnya kontinutitas jaringan tulang yag disebabkan oleh ruda paksa,
trauma tumpul, trauma tajam atau faktor fatologis. Menurut Barbara
C.Long penyebab fraktur diantaranya adalah trauma baik itu trauma
langsung, tidak langsung atau trauma ringan, keselakaan atau tekanan dan
juga faktor patologis. Sedangkan menurut Price dan Wilson (2006)
berpendapat bahwa faktor atau penyebab terjadinya fraktur yaitu cidera,
faktor patologik dan beban.
Tipe-tipe fraktur yang pertama yaitu Berdasarkan sifat fraktur (luka
yang ditimbulkan) ada Fraktur tertutup dan Fraktur terbuka. Yang kedua
berdasarakan Berdasarkan komlit atau ketidakkomplitan ada Fraktur
komplit, dan Fraktur inkomplit, yang meliputi Hair Line Fraktur (patah
retidak rambut), Fraktur tempaan (Buckle/Torus), dan Green stick fraktur.
Yang ketiga Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma ada Fraktur Transversal, Fraktur Oblik, Fraktur Spiral,
Fraktur Avulsi. Dan yang keempat Berdasarkan jumlah garis patah Fraktur
ada Komunitif, Fraktur Segmental, dan Fraktur Multiple. Serta yang
terakhir Berdasarkan pergeseran fragmen tulang ada Fraktur Undisplaced
(tidak bergeser),dan Fraktur Displaced (bergese),
B. Saran
Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur
sangat perlu untuk diketahui. Hal ini mengantisispasi adanya kecelakaan
secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan
tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada
pos kesehatan atau rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa
diselamatkan.