Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit Sebagai Campuran Media Tumbuh

Dan Pemberian Mikoriza Pada Bibit Mindi (Melia azedarach L.)

Utilization of Empty Palm Bunches as Mixed Growth Media and Application of


Mycorrhizae for Mindi Seeds (Melia azedarach L.)

Deni Elfiati dan Edy Batara Mulya Siregar1

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of empty fruit bunch
compost as growing medium mixture and the provision of mycorrhizae on seedling
growth mindi (Melia azedarach L.). Research carried out in the field experiment
Faculty of Agriculture and Soil Biology Laboratory, Department of Soil Science,
Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The design used was completely
randomized factorial design 2 factors namely the composition of medium growth and
mycorrhizal application. The results showed that the interaction between these two
factors do not give a significant difference. Application of mycorrhizae gave
significantly effect to percent mycorrhizal colonization. The composition of growth
media had significant effect on height, diameter increment, plant dry weight and percent
mycorrhizal colonization.

Keywords: Empty Fruit Bunches (EFB), Mindi, Mycorrhizae

PENDAHULUAN meningkatkan kesehatan akar tanaman


dan menyediakan makanan untuk
Penggunaan pupuk anorganik
mikroorganisme yang dapat menjaga
yang berlebihan dapat mengganggu
tanah dalam kondisi sehat dan
kehidupan dan keseimbangan tanah,
seimbang. Penggunaan kompos mampu
menyebabkan degradasi struktur tanah
mengatasi kelangkaan pupuk anorganik
serta kerentanan yang lebih tinggi
yang mahal (Isroi, 2008).
terhadap kekeringan dan menurunnya
Laju produksi kelapa sawit yang
hasil panen. Dalam rangka menghindari
semakin meningkat mengakibatkan
penggunaan pupuk buatan yang
kebun dan pabrik kelapa sawit
berlebihan, usaha yang dapat dilakukan
menghasilkan limbah dalam jumlah
adalah dengan menggunakan kompos
besar yang belum dimanfaatkan secara
atau pupuk organik.
optimal. Salah satu limbah yang
Secara umum kompos
dihasilkan dari pabrik kelapa sawit
merupakan dekomposisi bahan-bahan
adalah tandan kosong sawit (TKS) yang
organik atau proses perombakan
jumlahnya sekitar 23% dari tandan buah
senyawa yang kompleks menjadi
segar yang diolah, biasanya TKS hanya
senyawa yang sederhana dengan
dimanfaatkan sebagai mulsa untuk
bantuan mikroorganisme. Kompos
tanaman kelapa sawit. Tahun 2005,
berfungsi memperbaiki struktur tanah,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
tekstur tanah, aerase dan peningkatan
mengolah limbah TKS tersebut menjadi
daya resap tanah terhadap air. Kompos
bahan baku pembuatan kompos dengan
juga berfungsi sebagai stimulan untuk

1
Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USU Jl. Tridharma Ujung No. 1 Kampus
USU Medan 20155. Email: denielfiati@yahoo.com

J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 11 – 19, 2010 11


ISSN 2086 - 4825
Deni E, dkk: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit
teknologi pengomposan sederhana. dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Kompos TKS memilki kandungan sedangkan buahnya dapat dimanfaatkan
kalium yang cukup tinggi, tanpa sebagai pestisida. Mindi memiliki
penambahan starter dan bahan kimia, tekstur yang menarik menyerupai kayu
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia jati atau mahoni, sehingga kayu mindi
dan biologi tanah serta memperkaya dapat dikelompokkan sebagai salah satu
unsur hara pada tanah. Pengujian jenis kayu komersial karena laku
kompos TKS masih terbatas pada diperdagangkan baik lokal maupun
tanaman kelapa sawit, pangan maupun internasional dalam bentuk barang jadi
tanaman hortikultura dan belum ada (mebeler) (Karyono dan Hariyatno,
pengujian pada tanaman kehutanan 2001; Irwanto, 2007).
(Darmoko dan Sutarta, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka
Kompos memiliki kandungan dilakukan penelitian tentang
unsur hara yang terbilang lengkap penggunaan kompos TKS sebagai
karena mengandung unsur hara makro media tumbuh untuk bibit mindi (Melia
dan mikro, namun jumlahnya relatif azedarach L.). Pemberian mikoriza juga
kecil dan bervariasi tergantung dari dilakukan untuk membantu tanaman
bahan baku, proses pembuatan, bahan dalam penyerapan unsur-unsur hara
tambahan, tingkat kematangan dan cara yang terkandung dalam kompos TKS.
penyimpanan. Kualitas kompos tersebut Tujuan penelitian adalah untuk
dapat ditingkatkan dengan penambahan mengetahui pengaruh pemberian
mikroorganisme yang bersifat kompos TKS sebagai campuran media
menguntungkan (Simamora dan tumbuh dan pemberian mikoriza
Salundik, 2006). terhadap pertumbuhan bibit mindi
Penyerapan hara oleh tanaman (Melia azedarach L.)
dapat diperbesar oleh adanya hubungan
simbiosis antara bagian terkecil dari METODE PENELITIAN
akar tanaman sekunder dengan jamur
Tempat dan Waktu Penelitian
tertentu. Asosiasi ini disebut dengan Penelitian dilaksanakan di kebun
mikoriza, yaitu jamur yang percobaan Fakultas Pertanian dan
keberadaannya diperlukan untuk Laboratorium Biologi Tanah
perkembangan tanaman yang memadai. Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Fungsi dan perilaku mikoriza adalah Pertanian Universitas Sumatera Utara,
kompleks. Asosiasi tersebut biasanya Medan. Penelitian dilaksanakan pada
menyebabkan peningkatan pertumbuhan bulan Maret sampai Juni 2009.
tanaman inang dan dapat menjadi
prasyarat untuk pertumbuhan normal
Bahan dan Alat Penelitian
banyak jenis tanaman (Daniel dkk., Bahan yang digunakan dalam
1994; Setiadi, 1999; Setiadi, 2001). penelitian adalah bibit mindi
Mindi (Melia azedarach L.) berasal dari pembibitan Tanjung
merupakan jenis tanaman kehutanan
Morawa, Kabupaten Deli Serdang,
yang cepat tumbuh. Di Jawa Barat pada kompos TKS berasal dari PPKS Medan,
umur 5-10 tahun, mindi sudah dapat mikoriza diperoleh dari Institut
dipanen kayunya. Batang mindi yang Pertanian Bogor, topsoil diambil dari
masih kecil (diameter 7-10 cm) dan daerah Simalingkar, polibag dan kertas
lurus (panjang 1,5-4 meter) dapat label. Bahan yang digunakan untuk
digunakan sebagai bahan baku pengamatan kolonisasi CMA adalah
pembuatan mainan. Daun mindi dapat akar tanaman inang, larutan KOH 10%,

12
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 11 – 19, 2010

larutan HCL 2%, Trypan Blue 0,05% dahulu dianalisis unsur haranya. Top
dan Lacto grycerol. soil diambil pada kedalaman 0-20 cm
Alat yang digunakan dalam secara komposit di daerah Simalingkar,
penelitian adalah penggaris dan jangka selanjutnya tanah dikeringanginkan dan
sorong, sekop, gembor, timbangan, , diayak dengan ayakan berdiameter 2
kamera digital dan alat tulis. Alat yang mm. Kemudian tanah dianalisis sifat
digunakan untuk pengamatan kolonisasi kimianya meliputi pH, kandungan C-
CMA adalah gunting, mikroskop organik dan P-tersedia.
binokuler, tabung sampel, pinset, kaca Bibit mindi yang digunakan
preparat beserta penutup preparat dan berasal dari pembibitan di Tanjung
alat tulis. Morawa. Kriteria bibit yang digunakan
yaitu berumur 2-3 bulan dengan tinggi
Metode Penelitian sekitar 25 cm dan jumlah daun 3-5
Penelitian menggunakan helai.
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial Kompos TKS dan topsoil yang
yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. digunakan sebagai media tanaman
Faktor pertama adalah faktor pemberian dicampurkan sesuai dengan
mikoriza dengan 2 taraf perlakuan perbandingan yang telah ditetapkan dan
yaitu: dimasukkan ke dalam polibag. Sebelum
M0 = Tanpa Mikoriza dilakukan penanaman, mikoriza
M1 = Pemberian Mikoriza 5 diletakkan 5 cm dari permukaan media
g/tanaman tumbuh. Selanjutnya bibit mindi
Faktor kedua adalah faktor komposisi dipindahkan ke polibag dan
media tanam kompos TKS dengan ditempatkan pada plot yang telah
topsoil dengan 4 taraf perlakuan yaitu: disediakan.
A = Tanpa pemberian kompos TKS Bibit mindi selanjutnya
(kontrol) dipelihara selama 12 minggu, dengan
B = 75% Kompos TKS + 25% Topsoil parameter pengamatan yaitu
C = 50% Kompos TKS + 50% Topsoil pertambahan tinggi, pertambahan
D = 25% Kompos TKS + 75% Topsoil diameter batang, bobot kering tanaman,
Jika F-Hitung lebih besar dari F- dan persen kolonisasi mikoriza. Metode
Tabel maka perlakuan berpengaruh yang digunakan dalam pewarnaan akar
nyata dan jika F-Hitung lebih kecil dari sampel pada pengamatan kolonisasi
F-Tabel maka perlakuan tidak adalah metode pewarnaan Kormanik
berpengaruh nyata. Jika hasil dan Mc. Graw (1982), sedangkan
pengamatan parameter berbeda nyata persentase kolonisasi akar
maka dilanjutkan analisis sidik ragam menggunakan metode panjang slide dari
dengan menggunakan uji Duncan Giovanetti dan Mosse (1980).
(DMRT) pada taraf 5% (Gomez
dan Gomez, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian Pertambahan tinggi bibit
Pelaksanaan penelitian meliputi Interaksi antara pemberian
persiapan tempat penanaman yaitu mikoriza dan komposisi media tumbuh
dengan membersihkan dan membuat memberikan pengaruh yang tidak nyata
plot-plot percobaan. Kompos yang terhadap pertambahan tinggi bibit
digunakan merupakan produk PPKS mindi. Pemberian mikoriza memberikan
Medan, sebelum digunakan terlebih pengaruh tidak nyata, sedangkan

13
Deni E, dkk: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit
komposisi media tumbuh memberikan tinggi bibit mindi (Tabel 1).
pengaruh nyata terhadap pertambahan

Tabel 1. Nilai rataan pengaruh pemberian mikoriza dan komposisi media tumbuh
terhadap pertambahan tinggi (cm)
Perlakuan Komposisi media tanam
Mikoriza A B C D Rata-rata
M0 9.211 15.211 12.767 9.911 11.775
M1 11.667 15.167 10.600 7.089 11.131
Rata-rata 10.439b 15.189a 11.683ab 8.500b
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa Pertambahan diameter batang bibit


pemberian 75% kompos TKS + 25% Interaksi antara pemberian
topsoil (B) berbeda nyata dengan mikoriza dan komposisi media tumbuh
kontrol dan pemberian 25% kompos memberikan pengaruh tidak nyata
TKS + 75% topsoil (D). Komposisi terhadap pertambahan diameter batang
media tumbuh yang paling baik dalam bibit mindi. Pemberian mikoriza
meningkatkan pertambahan tinggi bibit memberikan pengaruh tidak nyata,
mindi yaitu dengan pemberian 75% sedangkan komposisi media tumbuh
kompos TKS + 25% topsoil (B). memberikan pengaruh nyata terhadap
pertambahan diameter batang bibit
mindi (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai rataan pengaruh pemberian mikoriza dan komposisi media tumbuh
terhadap pertambahan diameter (mm)
Perlakuan Komposisi media tanam
mikoriza A B C D Rata-rata
M0 0.700 1.540 1.210 1.880 1.332
M1 0. 780 1.180 1.320 1.520 1.200
Rata-rata 0.740d 1.360b 1.265c 1.700a
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf 5%

Pada Tabel 2 terlihat bahwa Bobot kering tanaman


pemberian 25% kompos TKS + 75% Interaksi antara pemberian
topsoil (D) berbeda nyata dengan mikoriza dan komposisi media tumbuh
pemberian 75% kompos TKS + 25% memberikan pengaruh tidak nyata
topsoil (B), 50% kompos TKS + 50% terhadap bobot kering tanaman.
topsoil (C) dan kontrol. Komposisi Pemberian mikoriza memberikan
media tumbuh yang paling baik dalam pengaruh tidak nyata, sedangkan
pertambahan diameter batang bibit komposisi media tumbuh memberikan
mindi ditemukan pada komposisi D pengaruh nyata terhadap bobot kering
(25% kompos TKS + 75% topsoil). tanaman (Tabel 3).

14
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 11 – 19, 2010

Tabel 3. Nilai rataan pengaruh pemberian mikoriza dan komposisi media tumbuh
terhadap bobot kering tanaman (g)
Perlakuan Komposisi media tanam
mikoriza A B C D Rata-rata
M0 3.267 2.867 5.333 7.267 4.863
M1 2.833 2.800 4.900 5.167 3.925
Rata-rata 3.050ab 2.833b 5.117ab 6.217a
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa Persen Kolonisasi Mikoriza


komposisi D (25% kompos TKS + 75% Interaksi antara pemberian
topsoil) berbeda nyata dengan mikoriza dan komposisi media tumbuh
komposisi B (75% kompos TKS + 25% memberikan pengaruh tidak nyata
topsoil). Komposisi media tumbuh yang terhadap persen kolonisasi mikoriza.
paling baik terhadap parameter bobot Pemberian mikoriza dan komposisi
kering tanaman ditemukan pada media tumbuh memberikan pengaruh
komposisi D (25% kompos TKS + 75% nyata terhadap persen kolonisasi
topsoil). mikoriza (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai rataan pengaruh pemberian mikoriza dan komposisi media tumbuh
terhadap persen kolonisasi mikoriza (%)
Perlakuan Komposisi media tanam
mikoriza A B C D Rata-rata
M0 7.560 13.980 11.937 17.163 12.660b
M1 24.360 34.710 32.663 37.040 32.193a
Rata-rata 17.126b 24.345ab 22.300ab 27.101a
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf 5%

Pada Tabel 4 terlihat bahwa bentuk percabangan hifa dengan


komposisi D (75% kompos TKS + 25% struktur khusus berbentuk oval yang
topsoil) berbeda nyata dengan lonjong atau tidak teratur dan
komposisi A (kontrol), sedangkan mengandung senyawa lipid. Vesikula
pemberian mikoriza 5 g/polibag ditemukan baik di dalam maupun di luar
memberikan pengaruh nyata. lapisan kortek parenkim dan tidak
Struktur yang dibentuk oleh semua FMA membentuk vesikula dalam
adanya infeksi mikoriza (FMA) pada akar inangnya (Subba Rao, 1994)
jaringan akar bibit tanaman adalah Berdasarkan pengamatan yang
ditandai dengan adanya hifa, vesikula dilakukan, infeksi yang terjadi pada
atau arbuskula. Infeksi FMA terhadap akar tanaman mindi hanya ditandai
akar bibit mindi menyebabkan dengan adanya vesikula (Gambar 2) dan
perubahan bentuk organ FMA, terlihat hifa (Gambar 3). Gambar 1 adalah akar
dengan adanya hifa. Arbuskula adalah bibit mindi yang tidak terinfeksi
struktur yang berfungsi sebagai tempat mikoriza.
pertukaran metabolit antara cendawan
dan tanaman. Vesikula merupakan

15
Deni E, dkk: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit
yang terserap oleh tanaman, sehingga
menghasilkan pertumbuhan bibit yang
lebih baik. Kompos dapat menjadi
sumber unsur hara yang dapat diserap
tanaman, di samping itu kompos juga
mampu meningkatkan penyerapan dan
daya simpan air. Sesuai dengan
pendapat Simamora dan Salundik
(2006) yang menyatakan bahwa kompos
Gambar 1. Jaringan akar mindi yang tidak pada umumnya mengandung unsur hara
terinfeksi CMA kompleks (makro dan mikro) walaupun
dalam jumlah sedikit, selain itu secara
fisik kompos juga mampu
menggemburkan tanah, memperbaiki
aerase, meningkatkan penyerapan dan
daya simpan air (water holding
capacity). Secara kimia kompos dapat
Vesikula meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK), meningkatkan ketersediaan
unsur hara dan asam humat. Secara
biologi kompos dapat melindungi
perakaran tanaman dari patogen.
Gambar 2. Vesikula yang terdapat pada
Menurut Suraya (2002) dalam
jaringan akar mindi karena
adanya infeksi CMA Anjarsary dkk. (2007), bobot kering
tanaman merupakan salah satu indikator
pertumbuhan tanaman, di mana nilai
bobot kering tanaman yang tinggi
Hifa menunjukkan terjadinya peningkatan
proses fotosintesis karena unsur hara
yang diperlukan cukup tersedia. Hal
tersebut berhubungan dengan hasil
fotosintat yang ditranslokasikan ke
seluruh organ tanaman untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga
Gambar 3. Hifa yang terdapat pada jaringan memberikan pengaruh yang nyata pada
akar mindi karena adanya infeksi biomassa tanaman.
CMA
Pemberian media kompos yang
merupakan hasil pelapukan bahan-
PEMBAHASAN
bahan yang berasal dari tumbuh-
Pengaruh Komposisi Media Tumbuh tumbuhan, selain sebagai gudang nutrisi
Komposisi media tumbuh bagi tanaman juga dapat memperbaiki
memberikan pengaruh nyata terhadap struktur tanah, aerasi dan efek pengikat
semua parameter yang diamati partikel tanah. Pengaruhnya pada
(pertambahan tinggi, pertambahan keadaan biologis tanah juga dapat
diameter batang, bobot kering tanaman menciptakan medium menjadi lebih
dan persen kolonisasi mikoriza). Hal ini sesuai, sehingga baik bagi
disebabkan oleh karena pemberian perkembangan perakaran tanaman dan
kompos akan meningkatkan jumlah hara bagi perkembangbiakan

16
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 11 – 19, 2010

mikroorganisme (PPKS, 2005; PPKS, yaitu jenis fungi yang berkaitan dengan
2008; Mardani, 2008). kerapatan inokulum dan lingkungan
Berdasarkan hasil analisis, (persaingan antar spesies fungi).
kompos TKS yang digunakan Menurut Wachjar dkk. (2002)
mempunyai pH 7,02; C-Organik sebesar setelah terjadinya kolonisasi akar oleh
31,01%, P-tersedia sebesar 84,24 ppm, fungi, hifa-hifa fungi akan
N-total sebesar 2,38 % dan KTK menggantikan peran rambut-rambut
sebesar 52,13 me/100. Bila akar yang masih terbentuk pada masa
dibandingkan dengan standar kualitas pembibitan untuk meningkatkan
kompos menurut Departemen Pertanian ekplorasi akar ke tanah dalam
(2005) dalam Simamora dan Salundik penyerapan unsur hara, bahkan hifa
(2006), yaitu C-Organik ≥ 15 %, C/N mampu mempercepat gerakan ion-ion
rasio 12-25 %, pH berkisar 4-8, P- hara ke permukaan tanah.
tersedia ≥ 6 ppm, N-total > 1,2 % dan Besarnya persen kolonisasi
KTK berkisar > 50 me/100, maka mikoriza tidak berarti menunjukkan
kompos TKS yang digunakan masih pengaruh positif terhadap pertumbuhan
termasuk ke dalam standar kompos inang atau dengan kata lain mampu
yang berkualitas. Dengan demikian meningkatkan pertumbuhan inang,
kemampuannya untuk menyediakan karena besarnya kolonisasi akar bisa
unsur hara yang dibutuhkan tanaman saja tidak menghasilkan atau tidak
masih baik, sehingga mampu untuk meningkatkan produksi spora. Tidak
memperbaiki pertumbuhan tanaman. ada hubungan yang erat antara
kolonisasi dengan produksi spora.
Pengaruh Pemberian Mikoriza Pernyataan ini sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian, Muas (2003) dalam Chalimah dkk.
diketahui bahwa pemberian mikoriza (2007) yang menyatakan kolonisasi
memberikan pengaruh tidak nyata untuk FMA tidak selalu berhubungan dengan
pertambahan tinggi, pertambahan jumlah spora yang dihasilkan, karena
diameter batang, dan bobot kering proses tersebut dipengaruhi beberapa
tanaman. Diduga penyebabnya adalah faktor yaitu kondisi inokulum, lama
tidak terdapat asosiasi antara mikoriza waktu inkubasi, lingkungan, jenis inang
yang diinokulasikan dengan inangnya. dan juga tempat tumbuh.
Diduga penyebab tidak Menurut Chalimah dkk. (2007),
terjadinya asosiasi mikoriza dengan kondisi inokulum yang dimaksud adalah
inangnya adalah karena FMA yang infektivitas dan efektivitas inokulum
diinokulasikan belum mampu yang selalu memberikan respon berbeda
mengeksplorasi akar ke permukaan terhadap pertumbuhan inang.
tanah dan belum mampu mempercepat Infektivitas adalah jumlah akar tanaman
gerakan-gerakan ion tanah. Pendugaan yang terinfeksi oleh FMA tanpa melihat
lainnya adalah terinfeksinya inang oleh kemampuan menginfeksi dan
fungi mikoriza indigenous yang penyebaran hifa jenis lain. Infektivitas
mungkin lebih adaptif dan efektif sangat bergantung pada jumlah
sehingga menciptakan persaingan antara inokulum atau kepadatan inokulum dan
fungi mikoriza indigenous dengan FMA penempatan inokulum. Spesies FMA
yang diinokulasikan. Sesuai pendapat juga mempunyai perbedaan dalam
Delvian (2005) yang menyatakan bahwa kemampuannya meningkatkan
terdapat faktor-faktor yang penyerapan hara dan pertumbuhan
mempengaruhi infeksi akar antara lain tanaman, karena setiap spesies FMA

17
Deni E, dkk: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit
mempunyai kemempanan spesifik. KESIMPULAN
Efektivitas diartikan sebagai 1. Interaksi antara pemberian mikoriza
kemampuan FMA dalam meningkatkan dan komposisi media tumbuh tidak
pertumbuhan tanaman pada kondisi memberikan pengaruh nyata
tanah yang kurang menguntungkan. terhadap pertumbuhan bibit mindi.
Menurut Delvian (2005) setidaknya ada 2. Kompos TKS sebagai campuran
empat faktor yang berhubungan dengan media tumbuh memberikan
keefektivan dari suatu spesies FMA, pengaruh nyata terhadap
yaitu: (a) kemampuan FMA untuk pertambahan tinggi bibit mindi,
membentuk hifa yang ekstensif dan pertambahan diameter batang bibit
penyebaran hifa yang baik di dalam mindi, bobot kering tanaman dan
tanah, (b) kemampuan FMA untuk persen kolonisasi mikoriza.
membentuk infeksi yang ekstensif pada 3. Pemberian mikoriza memberikan
seluruh sistem perakaran yang pengaruh tidak nyata terhadap
berkembang dari suatu tanaman, (c) pertambahan tinggi bibit mindi,
kemampuan dari hifa FMA untuk
pertambahan diameter batang bibit
menyerap fosfor dari larutan tanah, dan mindi, dan bobot kering tanaman.
(d) umur dari mekanisme transpor Pemberian mikoriza hanya
sepanjang hifa ke dalam akar tanaman. memberikan pengaruh nyata
Waktu inkubasi berhubungan terhadap persen kolonisasi mikoriza.
dengan tingkat kematangan spora dan
perkembangan inokulum. Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
dan tempat tumbuh merupakan hal yang
mempengaruhi perkecambahan spora Anjarsary, I. R. D., Rosniawati, S. dan
dan kolonisasi FMA. Jenis inang Ariyanti, M. 2007. Pengaruh
mempengaruhi pertumbuhan serta Kombinasi Pupuk P dan
perkembangan FMA melalui Kompos terhadap Pertumbuhan
pembentukan struktur FMA di dalam Tanaman Teh (Camellia
perakaran, dimana akar merupakan Sinensis (L.) O. Kuntze) Belum
isyarat merangsang pertumbuhan hifa, Menghasilkan Klon Gambung 7.
dengan memecah kantong Laporan Penelitian Peneliti
perkecambahan. Selanjutnya spora Muda UNPAD. PPTK
berkecambah dan mengkolonisasi akar, Gambung.
maka mulai terjadi simbiosis, dan Chalimah, S., Muhadiono, Aznam, L.,
sporulasi. Fungi mikoriza arbuskula Haran, S. dan T.M Nurita. 2007.
pada dasarnya tidak memilih inang Perbanyakan Gigaspora sp dan
spesifik, namun daya infeksi, serta Acaulospora sp dengan Kultur
efektivitas FMA berbeda pada setiap Pot di Rumah Kaca. Institut
inang. Inang yang disukai FMA yang Pertanian Bogor. Bogor.
memberi tanggapan simbiotik dan Daniel, T. W., J. A. Helms dan F. S.
kolonisasi maksimal, hal tersebut Barker. 1994. Prinsip-Prinsip
mengisyaratkan bahwa inang yang Silvikultur. Gadjah Mada
sesuai mampu memacu pertumbuhan University Press. Yogyakarta.
dan perkembangan melalui Darmoko dan A. S. Sutarta. 2006. Ilmu
pembentukan struktur FMA di dalam Tanah dan Agronomi. Dari
akar (Chalimah dkk., 2007). http://TKS/ilmu_tanah_dan_agro
nomi.htm. [diakses 22
November 2008].

18
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 11 – 19, 2010

Delvian. 2005. Respon Pertumbuhan Pertanian Yogyakarta.


dan Perkembangan Cendawan Yogyakarta.
Mikoriza Arbuskula dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005.
Tanaman terhadap Salinitas Prosiding Kelapa Sawit 2005.
Tanah. Fakultas Pertanian. Pedoman Teknis Pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara. Lembah Perkebunan Menjadi
Medan. Pupuk Organik.
Giovannetti M and Mosse B. 1980. An Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2008.
evaluation of technique for Kompos Bio Organik Tandan
measuring vesicular-arbuscular Kosong Kelapa Sawit. Pusat
mycorrhizal infection in roots. Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
New Phytol 84 : 489-500. Setiadi, Y. 1999. Status Penelitian dan
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Pemanfaatan Fungi Mikoriza
Prosedur Statistik untuk Arbuskular dan Rhizobium
Penelitian Pertanian. Edisi untuk Merehabilitasi Lahan
Kedua. Universitas Indonesia Terdegradasi. Seminar Nasional
Press. Jakarta. Mikoriza. Bogor.
Irwanto. 2007. Budidaya Tanaman Setiadi, Y. 2001. Peranan Mikoriza
Kehutanan. Dari Arbuskula Dalam Rehabilitasi
http://www.irwantoshut.com/. Lahan Kritis di Indonesia.
[diakses 5 Desember 2008]. Disampaikan dalam Rangka
Isroi. 2008. Kompos. Seminar Penggunaan Cendawan
Peneliti pada Balai Penelitian Bi Mikoriza dalam Sistem
oteknologi Perkebunan Pertanian Organik dan
Indonesia. Dari Rehabilitasi Lahan Kritis.
http://isroi.files.wordpress.com/2 Bandung 23 April 2001
008/02/kompos.pdf. Bogor. Simamora, S. dan Salundik. 2006.
[diakses 17 Maret 2009]. Meningkatkan Kualitas Kompos.
Karyono dan Hariyatno. 2001. Peluang Agromedia Pustaka. Jakarta.
dan Tantangan Pemasaran Kayu Subba Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme
Mindi (Melia azedarach L.), Tanah dan Pertumbuhan
Studi Kasus di Bogor Jawa Tanaman. Edisi ke dua.
Barat. Info Sosial Ekonomi Vol. Terjemahan Herawati Susilo. UI
2 No. 2. Puslitbang Hasil Hutan. Press.
Bogor. Wachjar, A., Setiadi, Y. dan Yunike, N.
Kormanik PP and McGraw AC. 1982. 2002. Pengaruh Inokulasi Dua
Quantification of VA Spesis Cendawan Mikoriza
mycorrhizae in plant root. Di Arbuskular dan Pemupukan
Dalam : N.C.Schenk (Ed.) Fosfor terhadap Pertumbuhan
Methods and principles of dan Serapan Fosfor Tajuk Bibit
mycorrhizae research. The Kelapa Sawit. Buletin
American Phytop. Soc. 46 : 37- Agronomi. Institut Pertanian
45 Bogor. Bogor.
Mardani, D. Y. 2005. Pengaruh Pupuk
Organik dan Lengas Tanah
terhadap Pertumbuhan Bibit
Jambu Mete (Annacardium
Occidentale L.). Fakultas

19

Anda mungkin juga menyukai