Anda di halaman 1dari 4

DWI RIZQI FEBRIYANTI

15/384882/TK/43544
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Perkembangan Teknologi Informasi dan Globalisasi Memengaruhi dalam Manajemen


Rantai Pemasokan: Studi Kasus Singapura dan Amerika Utara
Teknologi Informasi, Globalisasi dan Pengaruh dalam Rantai Pemasokan
Perkembangan teknologi tidak terlepas dari adanya revolusi industri yang ada di dunia,
bahwa industri telah mengalami tahapan yang menjadi titik awal pada perkembangan
manajemen pengelolaan. Pada industri 1.0 terlihat warga dunia mulai menyadari bahwa perlu
adanya pengolahan pada barang mentah agar memiliki nilai manfaat yang lebih untuk dapat
ditukarkan dengan sesuatu berharga. Pada saat industri 1.0 ini sudah diperkenalkan mengenai
penggunaan alat konvensional dalam produksi. Industri 2.0 dimulai saat ditemukan mesin uap
yang memudahkan dan mempersingkat waktu produksi sehingga demand suatu barang terus
meningkat. Pada industri 3.0 telah diperkenalkan mengenai pengaturan produksi barang sesuai
dengan tenggat waktu maupun jumlah yang diinginkan dipasar. Pada revolusi 4.0 dalam bidang
industri saat ini merupakan bagian terbesar dalam sejarah produksi dimana semua
pengoperasian mengenai manajemen produksi, aliran barang dan pengangkutan terintegrasi
dengan data cloud.
Perkembangan teknologi dalam bidang manajemen transportasi dan logistik muncul
ketika pada tahun 1970an muncul mengenai penggunaan data prosesing untuk melakukan
operasi pada manajemen keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. Namun
puncak dari penggunaan teknologi dalam manajemen rantai pemasukan berawal pada
penggunaan pertukaran data elektronik (yang dikenal PORTNET pada tahun 1989) yang
diperkenalkan sebagai salah satu alat yang dapat memetakan jalur pengiriman dan memberikan
data real-time mengenai barang logistik dilapangan. Dengan adanya peningkatan penggunaan
teknologi memudahkan dalam hal administrasi seperti dokumen pengangkutan dan
memudahkan dalam operasional seperti pendataan berat jenis, kebutuhan ruang, kebutuhan
pengangkutan dan tenaga manusia untuk mengangkutnya.
Menurut Dicken dkk. (2001) dan Coe dkk. (2004) mengemukakan mengenai isu yang
menyangkut masalah jaringan produksi global meningkat disebabkan oleh inovasi dalam
bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga memengaruhi ekonomi global dan
menciptakan integrasi sosial berupa globalisasi. Jaringan produksi global menjadi bagian besar
dalam penciptaan jaringan yang tidak melihat pada batasan geografi sehingga terjadi
persaingan kompetitif dalam produksi global. Jaringan produksi global tidak hanya menyoroti
tentang kebutuhan sumber daya alam dan tenaga kerja namun lebih mendalam tentang
komputerisasi, mesin dan automotif.
DWI RIZQI FEBRIYANTI
15/384882/TK/43544
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Paradigma yang berkembang mengenai jaringan produksi global dan rantai suplai
pemasukan disebut dengan produksi modular, yakni adanya keterhubungan antara produksi
manufaktur dan secara horisontal terintegrasi dengan manajemen nilai rantai (Nelson dan
Winter 1982). Artinya produksi terjadi karena adanya jaringan kebutuhan yang saling
menyokong membentuk jumlah kebutuhan yang besar dan menempatkan pada skala ekonomi
regional.
Kebutuhan akan suatu barang akan menjadi hal yang disoroti dalam sistem jaringan
produksi global dimana teknokapitalis muncul. Produksi barang yang telah menjadi bagian
dalam jaringan global akan membutuhkan beberapa peningkatan dalam hal infrastruktur dan
titik produksi. Infrastruktur baik adalah yang mendukung pada pengangkutan maupun
pengiriman suatu barang agar memiliki frekuensi tinggi dan mendukung pada penghematan
energi dan waktu terkait dengan penekanan biaya produksi. Titik produksi dipengaruhi pada
demand suatu wilayah terhadap barang apakah memiliki nilai rantai yang menguntungkan atau
hanya sekedar sebagai pendukung dalam distribusi sehingga ada daerah yang disebut dengan
area pusat dan area hinterland.
Singapura adalah kota dengan pelabuhan pengangkutan barang yang paling terintegrasi,
salah satu yang terbaik di dunia. Setiap hari sekitar 19.000 TEU (satuan pengangkutan dalam
distribusi barang dengan kapal) dengan luas logistik mencapai 16 Ha dan kapasitas kapal 400
m2 melewati pelabuhan Singapura. Perkembangan pelabuhan yang terletak pada muara sungai
pada daerah Keppel. Saat itu perekonomian Singapura masih terpengaruh oleh British
Influence yang mengijinkan adanya pedagangan antar benua. Pada tahun 1970 dikarenakan
pencemaran muara sungai maka pemindahan pelabuhan ke daerah Pasir Panjang. Pada
pelabuhan Pasir Panjang, penggunaan teknologi untuk mendukung kegiatan transhipment
diperkenalkan sehingga Departemen yang mengurus tentang kebijakan ekonomi Singapura
memberikan pernyataan untuk dapat memanfaatkan modal teknologi ini dalam pengembangan
industri di daerah Jurong.
Pada konsep COD (Cargo Oriented Development) berorientasi pada tata guna lahan
industri, yakni kebutuhan mengenai terintegrasinya industri dengan daerah intermoda terminal
dalam pengangkutan barang, seperti pelabuhan, stasiun, maupun bandara. Rantai pemasokan
yang memanfaatkan COD akan meningkatkan pada ekspor suatu barang dibanding dengan
produksinya. Hal ini disadari oleh Dicken (2003:35) bahwa proses integrasi global seharunya
tidak hanya berbicara mengenai hasil produksi, namun berbicara mengenai bahan baku dan
DWI RIZQI FEBRIYANTI
15/384882/TK/43544
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

komponen produksi. Hal ini sepenuhnya disadari oleh negara-negara seperti Korea, Singapura,
Amerika dan Inggris.
Perkembangan rantai pemasokan dan teknologi mendorong adanya perjanjian pakta
kesepakatan pasar bebas di Amerika Utara (NAFTA), seperti yang saat ini telah dilakukan oleh
negara anggota ASEAN. Akibat kebutuhan pengangkutan yang tinggi meningkatkan pada
pertumbuhan signifikan yakni lebih dari 65 persen. Menurut prediksi, perkembangan
pengangkutan udara dan truk akan terus meningkat pada tahun 2020. Hal ini akan
mempengaruhi pada lingkungan dan membutuhkan skenario dalam pengiriman jarak jauh skala
internasional di beberapa fokus lokasi utama.
Pengaruh Pada Perkembangan Wilayah dan Kota
Manajemen suplai pemasokan yang melibatkan intermoda dan beberapa titik produksi
baik itu merupakan daaerah dengan pelabuhan, bandara maupun stasiun utama dalam suatu
wilayah. Perkembangan distribusi dan kebutuhan logistik akan membangkitkan perjalanan dan
membentuk transportation corridor. Seperti yang terjadi pada jalur koridor New York/New
Jersey melewati Chicago. Hal ini akan berdampak pada urban area yang terbentuk dan
menciptakan daerah hinterland yang seharusnya lebih diperhatikan seperti daerah
Kentucky/Tennessee.
Jaringan yang terbentuk akibat adanya logistik juga akan menunjukkan interaksi yang
terjadi pada suatu daerah. Pada Amerika Utara, beberapa interaksi antar negara bagian belum
cukup seimbang dikarenakan titik potensial yang menjadi simbol dalam pengangkutan di
wilayah Amerika masih berpusat pada bagian Timur, tepatnya New York dan Chicago. Bahkan
Portland yang menjadi salah satu negara bagian yang memiliki pelabuhan besar belum dapat
memberikan efek pada interaksi yang signifikan pada daerah hinterlandnya. Perlu adanya
penciptaan titik lokasi potensial yang dikembangkan sebagai pusat pada wilayah hinterland
guna memaksimalkan distribusi barang.
Seperti yang telah dijelaskan, konsep COD akan memberikan pengetahuan mengenai
penataan guna lahan yang berbeda dibandingkan dengan konsep TOD. Jika TOD
menitikberatkan pada penataan guna lahan pada titik titik pemberhentian (dalam hal ini
terminal, bandara, maupun stasiun) namun pada COD penataan diimplementasikan pada area
industri. Diketahui industri dan fasilitas transportasi erat kaitan untuk logistik, maka penataan
guna lahan pada area industri ditujukkan bagi pekerja, konsumer maupun retailer.
Keterdekatan industri dan aktivitas ekonomi ini akan memberikan sirkulasi mengenai aliran
barang yang efisien dan efektif karena keterdekatan dengan transportasi, pusat perbelanjaan
dan area manufaktur.
DWI RIZQI FEBRIYANTI
15/384882/TK/43544
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Singapura merubah pelabuhan lama Keppel menjadi area perbelanjaan yang mengusung
konsep River Walk. Pengubahan ini tak lain agar menarik wisatawan seperti yang dilakukan
sebelumnya pada Marina Bay Sand dan memberikan wajah baru pada penataan kota di
Singapura. Kedekatan dengan pelabuhan Pasir Panjang maupun Changi International Airport
menjadi kombinasi yang tepat bagi sebuah kota yang mengusung konsep COD.
Perkembangan teknologi telah meningkatkan distribusi barang dan menurunkan barrier
dari sudut pandang geografis. Hal ini membawa dampak berupa globalisasi pada bidang
ekonomi dan masalah politik antarnegara yang memiliki tujuan sama. Manajemen suplai ini
juga mempengaruhi pada penataan tata guna lahan untuk mendukung kegiatan sekaligus
mendukung pada konservasi energi dan lingkungan. Penataan guna lahan ini juga dapat
memberikan peningkatan pada penekanan biaya transportasi dan peningkatan wisatawan.
Sumber:
Wong, Kai Yeng. Journal. 6 Oktober 2016. Singapore, A Port City: The Case of Port
Development and Its Impact On The City. (diakses secara offline melalui
https://www.clc.gov.sg/documents/books/research-workshop/2016/rotterdam-port-
and-the-city-heart-of-innovation-presentation-paper.pdf pada tanggal 25 April 2018
pukul 2.45)
Rodrigue, Jean-Paul and Markus Hesse. Journal. 2005. North American Perspectives on
Globalized Trade and Logistics. (diakses secara offline melalui
https://espace.curtin.edu.au/bitstream/handle/20.500.11937/24009/155192_32753_20
10_PUB_61131_IADIS_Perth%20WA%20.pdf?sequence=2 pada tanggal 25 April
2018 pukul 2.45)

Anda mungkin juga menyukai