Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS PADA

WANITA USIA SUBUR DI RT 01 DESA MENDALO INDAH KOTA JAMBI

Oleh :
RACHMAN SAPUTRA, S.KEP
G1B217007

Dosen Pembimbing :
NS. YUSNILAWATI, S.KEP., M.KEP
NS. NURLINA, S.KEP., M.KEP

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Tidak Menular


Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan Kanker Serviks
Sasaran : Wanita Usia Subur
Hari/Tanggal : Mei 2018
Waktu : 15 menit
Tempat : Mushola RT 01 Desa Mendalo Indah, Jambi
Penyuluh : Rachman Saputra, S.Kep

I. Latar Belakang
Kesehatan   reproduksi   merupakan   bagian   penting   dari   program   kesehatan   dan

merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap setiap

orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada

kematian (Saifudin, 2003). Persoalan kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup

persoalan kesehatan reproduksi  wanita  secara  sempit  dengan mengkaitkan seputar

wanita usia subur yang sudah menikah, namun mencakup pada setiap tahap dalam

lingkungan hidup mulai sejak masa kanak­kanak, remaja, dewasa reproduktif baik

menikah maupun tidak hingga pada wanita menopause. Agar dapat melaksanakan

fungsi reproduksi secara sehat setiap wanita hendaknya terbebas dari kelainan atau

penyakit, baik langsung maupun tidak langsung mengenai organ reproduksi. Salah

satu kondisi diataas adalah adanya kanker pada organ reproduksi (Harahap, 2008)
Kanker serviks terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel­sel pada leher

rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel­sel tersebut menjadi sel­sel

kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel­sel tersebut. Perubahan sel­

sel   tersebut   biasanya memakan waktu  sampai   bertahun­tahun sebelum  sel­sel   tadi

berubah menjadi sel­sel kanker (Ramli, dkk 2002 )
Di seluruh dunia, Kanker serviks adalah kanker yang paling sering menyerang

perempuan setelah kanker payudara, dan paling sering menyebabkan kematian pada

wanita. Setiap tahunnya sebanyak 490 ribu perempuan di dunia, dan 80% perempuan

di negara berkembang terdiagnosa menderita Kanker serviks.   Di Indonesia penyakit
Kanker serviks saat ini menempati urutan pertama daftar kanker dan saat ini ada sekitar

100 kasus per 100.000 penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Sebanyak 41 kasus

baru   dan   20   kematian   akibat   Kanker   serviks   ditemukan   setiap   harinya.   Sedangkan

menurut data darii yayasan kanker Indonesia, kanker serviks telah menyebabkan 8000

kematian di Indonesia  setiap  tahunnya yang diakibatkan karena lebih dari  70%  kasus

yang datang ke rumah sakit, ditemukan dalam stadium lanjut. Insiden kanker serviks ini
meningkat sejak usia 25­34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada kelompok umur 45­

54 tahun untuk seluruh Indonesia (Yatim F, 2005).

II. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, wanita usia subur mengetahui
tentang penyakit kanker serviks.

III.Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x15 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian Kanker Serviks
b. Penyebab Kanker Serviks
c. Tanda dan gejala Kanker Serviks
d. Penatalaksanaan Kanker Serviks
e. Pencegahan Kanker Serviks

IV. Strategi Pelaksanaan


1. Metode : Ceramah dan Diskusi
2. Media : Leaflet
3. Garis Besar Materi (penjelasan terlampir):
a) Menjelaskan pengertian Kanker Serviks
b) Menjelaskan penyebab Kanker Serviks
c) Menjelaskan tanda dan gejala Kanker Serviks
d) Menjelaskan diagnosa Kanker Serviks
e) Menjelaskan pencegahan Kanker Serviks

V. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:

No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta


1 Pendahuluan 2  Salam pembuka  Menjawab salam
Menit  Menyampaikan  Menyimak
tujuan penyuluhan  Mendengarkan dan
 Kontrak waktu menjawab pertanyaan
penyuluhan
2 Kerja 10 Pelaksanaan :
Menit 1) Mengkaj 1) Menjawab pertanyaan
i pengetahuan yang diajukan
peserta tentang
Kanker Serviks 2) Menerima
2) Member reinforcement positif
ikan reinforcement 3) Mendengarkan dan
positif memperhatikan
3) Menjela
skan pengertian 4) Mendengarkan dan
Kanker Serviks memperhatikan
4) Menjela 5) Mendengarkan dan
skan penyebab memperhatikan
Kanker Serviks
5) Menjela 6) Mendengarkan dan
skan tanda dan memperhatikan
gejala Kanker
Serviks 7) Mendengarkan dan
6) Menjela memperhatikan
skan Diagnosa
Kanker Serviks
7) Menjela
skan pencegahan
Kanker Serviks
3 Penutup 3  Menyimpulkan  Mendengarkan
Menit  Salam penutup  Menjawab salam

VI. Setting Tempat


Mushola RT 01 Desa Mendalo Indah, Kota Jambi

Penyuluh Sasaran

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a) Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai CA Serviks
b) Pemateri sudah siap dalam melakukan penyuluhan
c) Kewajiban Pengorganisasian
d) Penyaji
 Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
 Mampu menjelasakan materi secara sistematis
 Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
 Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
2. Evaluasi Proses
a) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b) Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c) Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
d) Kehadiran peserta diharapkan 100% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali pengertian, penyebab, dan tanda gejala kanker serviks
mencapai 80%.
b) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali diagnosa kanker serviks mencapai 75%.
c) Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali tentang pencegahan kanker serviks mencapai 75%.
MATERI PENYULUHAN
KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA SUBUR

A. Pengertian
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus,
suatu infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan
kasus kanker serviks.
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada
servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.

B. Penyebab
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh
dan bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya
akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker
menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain
di dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah
infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV
tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi
menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada Ca Serviks (Hartono, 2000).

C. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala yang timbul pada karsinoma leher rahim dan merupakan
gejala yang sering di temukan pada karsinoma leher rahim adalah:
1) Masa tanpa gejala, pada masa ini penderita tidak mengeluh dan tidak
merasakan suatu gejala meskipun sebenarnya pasien sudah mengidap
penyakit kanker leher rahim. Hal ini terjadi pada stadium dini (Ramli,
2002: 104).
2) Keputihan, merupakan gejala yang sering di temukan. Getah yang
keluar dari vagina makin lama makin banyak, berbau busuk akibat infeksi
dan nekrosis jaringan (Manuaba, 2001: 640).
3) Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah yang
makin lama makin lebih sering terjadi, misalnya setelah melakukan koitus
atau perdarahan menstruasi lebih banyak, atau bisa juga diluar
senggama/spontan, biasanya terjadi pada tingkat klinik lanjut stadium II-
III (Yatim, 2005: 47).
4) Rasa nyeri, terjadi karena infiltrasi sel tumor ke serabut saraf
(Prawirohardjo,2001:386).
5) Anemia, sering ditemukan pada stadium lanjut sebagai akibat dari
perdarahan pervaginam dan akibat penyakitnya (Prawirohardjo, 2001:
385).
6) Gejala yang dapat timbul karena metastasis jauh, misalnya obstruksi
total vesika urinaria, cepat lelah, penurunan berat badan (Mansjoer, 2005:
379).

D. Klasifikasi Kanker Serviks Berdasarkan Stadium


Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani
pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
dan sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker.
Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan.
Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
1) Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized
tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan
apakah kanker telah menyebar disekitar serviks.
2) Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt
menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung
(cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah :
1) Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,
kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
2) Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
3) Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
4) Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan
uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam
tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

E. Diagnosa Kanker Serviks


Diagnosis kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi jenis kanker
yang diderita dengan cara pemeriksaan tertentu (Scoot, 2002: 474).
Pemeriksaan yang dilakukan pada kanker leher rahim meliputi :
1) Pemeriksaan Ginekologi
Dengan melakukan Vaginal tauche atau rectal tauche yang berguna untuk
mengetahui keadaan leher rahim serta sangat penting untuk mengetahui
stadium kanker leher rahim (Prawirohardjo,2001: 150).
2) Pemeriksaan Pap smear
Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan sitologi epitel porsio dan
leher rahim untuk menentukan tingkat praganas dan ganas pada portio dan
leher rahim serta diagnosa dini karsinoma leher rahim.
3) Pemeriksaan Kolposkopi
Kolposkopi adalah mikroskop teropong stereoskopis dengan pembesaran
yang rendah 10-40 X, dengan kolposkopi maka metaplasia scuomosa
infeksi HPV, neoplasma Intraepiteliel leher rahim akan terlihat putih
dengan asam asetat atau tanpa corak pembuluh darah. Kelemahanya:
hanya dapat memeriksa daerah terlihat saja yaitu portio, sedangkan
kelainan pada SCJ dan intraepitel tidak bisa dilihat (Jones, 2002: 274).
4) Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan ini dikerjakan dengan mata telanjang pada beberapa tempat
di leher rahim yaitu dengan cara mengambil sebagian/seluruh tumor
dengan menggunakan tang oligator, sampai jaringan lepas dari
tempatnya (Manuaba, 2002: 633).
5) Konisasi
Adalah suatu tindakan operasi untuk mengambil sebagian besar jaringan
leher rahim sehingga berbentuk menyerupai kuretase dengan alat di
ektoleher rahim dan punkankerknya pada kanalis servikalis, kemudian
dilakukan pemotongan maupun pemeriksaan mikroskopis secara serial
sehingga diagnosa lebih tepat. Konisasi di laksanakan bila hasil pap
smear mencurigakan, biasanya dikerjakan pada karsinoma insitu serta
untuk mengatahui apakah sudah ada penembusan sel kanker dibawah
membran basalis (Jones, 2002: 274).
6) Diagnosa Pasti
Diagnosa pasti dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologi (patologi Anatomi)

F. Pencegahan Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Metode IVA


IVA merupakan metode alternatif untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Mengapa perlu Metode Alternatuf di Indonesia ? Pemikiran perlunya metode
skrining alternatif dilandasi oleh fakta, bahwa temuan sensitivitas dan
spesifisitas Tes Pap bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga kenyataannya
skrining massal dengan Tes Pap belum mampu dilaksanakan antara lain
karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi. Data dari
sekretariat IAPI (Ikatan Ahli Patologi Indonesia) menunjukkan bahwa jumlah
ahli patologi 178 orang pada tahun 2001 yang tersebar baru di 13 provinsi di
Indonesia (10) dan jumlah skriner yang masih kurang dari 100 orang (11)
pada tahun 2001. Sementara itu Indonesia mempunyai sejumlah bidan;
jumlah bidan di desa 55.000 dan bidan praktek swasta (BPS) kurang
sebanyak 16.000(1997) (12). Bidan adalah tenaga kesehatan yang dekat
dengan masalah kesehatan wanita, yang potensinya perlu dioptimalkan,
khususnya untuk program skrining kanker leher rahim. Juga adanya fakta
bahwa di antarapetugas kesehatan termasuk bidan, kemampuan dan kewas-
padaan terhadap kanker leher rahim masih perlu diberdayakan.
Mengkaji masalah penanggulangan kanker leher rahim yang ada di
Indonesia dan adanya pilihan metode yang mudah di-ujikan di berbagai
negara, agaknya metode IVA (inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat)
layak dipilih sebagai metode skrining alternatif untuk kanker leher rahim.
Pertimbangan tersebut didasarkan oleh pemikiran, bahwa metode skrining
IVA itu. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana. Dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di
setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu. Alat-alat yang dibutuhkan sangat
sederhana. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
1) Teknik Skrining dengan Metode IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat
dan alat sebagai berikut:
 Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
 Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
 Terdapat sumber kanker haya untuk melihat leher rahim
 Spekulum vagina
 Asam asetat (3-5%)
 Swab-lidi berkapas
 Sarung tangan

Dengan spekulum melihat leher rahim yang dipulas dengan asam asetat
3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna berkankerk putih yang
disebut aceto white epithelum. Dengan tampilnya porsio dan berkankerk
putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat
dilakukan biopsi. Jika penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di
beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan
cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam
menyingkirkan lesi invasif. Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan,
salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah :
 IVA negatif : Leher rahim normal.
 IVA radang : Leher rahim dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip leher rahim)
 IVA positif = ditemukan berkankerk putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skri-ning kanker leher rahim
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Leher
rahim-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker leher rahim
in situ).
 IVA Kanker leher rahim Pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat
bagi penurunan kematian akibat kanker leher rahim bila ditemukan
masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

2) Kerangka penyelesaian masalah deteksi dini kanker leher rahim dengan


metode IVA.

Rujuk ke Rumah
Belum adanya IVA Positif Sakit
program deteksi Deteksi Dini
dini Kanker Kanker Serviks :
Serviks Dengan Kepuskesmas
IVA Terdekat
IVANegatif
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia.


Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta:
Hipokrates
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
------------- (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak Dini
www.mediahidupsehat.com.
-------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging.
Kustiyati S (2011). Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode iva di wilayah
kerja puskesmas ngoresan Surakarta. Surakarta: Prodi DIII Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai