47
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
Gambar 5.1. : Calon Lokasi Pengembangan IPAL.
51
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
5.2.2. Unit Pemisah Minyak (Oil Trap)
5.2.3. Screening
5.2.4. Equalisasi
Range Tipikal
Aliran Rata-rata 32 - 40
Dimensi :
Bentuk Persegi Panjang
Panjang (m) 15 - 90 25 - 40
Lebar (m) 3 - 24 6 - 10
Lumpur Aktif Standar 0,2 - 0,4 0,3 - 0,8 1500 - 2000 3 -7 6-8 85 - 95
Step Aeration 0,2 - 0,4 0,4 - 1,4 1000 - 1500 3-7 4-6 85 - 95
Modified Aeration 1,5 - 3,0 0,6 - 2,4 400 - 800 2 - 2,5 1,5 - 30 60 - 75
Q (S0 – S)
F/M = …………………(5.2)
MLSS x V
dimana :
Q = Laju alir limbah Juta Galon per hari (MGD)
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
73
S0 = Konsentrasi BOD dalam air limbah Yang
masuk ke bak areasi
(reaktor) (kg/m3)
S = Konsentrasi BOD di dalam efluent(kg/m 3)
MLSS = Mixed liquor suspended solids (kg/m3)
V = Volume reaktor atau bak aerasi (m 3)
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi
lumpur aktif dari bak pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak
aerasi. Lebih tinggi laju sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula
rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif konvensional atau standar, rasio F/M adalah 0,2 -
0,5 kg BOD5 per kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih tinggi
hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni (Hammer, 1986).
Rasio F/M yang rendah menujukkan bahwa mikroorganisme
dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio
F/M pengolah limbah semakin efisien.
7. Umur lumpur (sludge age) atau sering disebut waktu tinggal rata-
rata cel (mean cell residence time). Parameter ini adalah
menujukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme dalam
sistem lumpur aktif. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam,
maka waktu tinggal sel mikroba dalam bak aerasi dapat dalam
hitungan hari. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju
pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Hammer, 1986; Curds dan Hawkes,
1983) :
MLSS x V
Umur Lumpur (Hari) = ......(5.4)
SSe x Qe + SSw X Qw
Nilai SVI yang ideal untuk proses lumpur aktif adalah berkisar
antara 50 – 100 (ml/g) (degreemont 1991)
1) Temperatur
Temperatur tidak hanya mempengaruhi aktivitas
metabolisme dari populasi mikroorganisme, tetapi juga
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
81
mempengaruhi beberapa faktor seperti kecepatan transfer
gas dan karakteristik pengendapan lumpur. Temperatur
optimum untuk mikroorganisme dalam proses aerob tidak
berbeda dengan proses anaerob.
2) Keasaman (pH)
Nilai pH merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Beberapa bakteri dapat hidup pada pH
diatas 9,5 dan di bawah 4,0. Secara umum pH optimum bagi
pertumbuhan mikroorganisme adalah sekitar 6,5-7,5.
3) Waktu Tinggal Hidrolis (WTH)
Waktu Tinggal Hidrolis (WTH) adalah waktu perjalanan
limbah cair di dalam reaktor, atau lamanya proses
pengolahan limbah cair tersebut. Semakin lama waktu
tinggal, maka penyisihan yang terjadi akan semakin besar.
Sedangkan waktu tinggal pada reaktor aerob sangat
bervariasi dari 1 jam hingga berhari-hari.
4) Nutrien
Di samping kebutuhan karbon dan energi, mikroorganisme
juga membutuhkan nutrien untuk sintesa sel dan
pertumbuhan. Kebutuhan nutrien tersebut dinyatakan dalam
bentuk perbandingan antara karbon dan nitrogen serta
phospor yang merupakan nutrien anorganik utama yang
diperlukan mikroorganisme dalam bentuk BOD : N : P
5.2.8. Disinfektan
d. Breakpoint Khlorinasi
Gambar 5.22: Foto Multi Media Filter Sistem Re-use Gedung BPPT.
Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe
yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan
tipe baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane
saat ini berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan
untuk berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulan-
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
94
keunggulan yang dimilikinya dibanding teknologi konvensional.
Gambar 5.26 : Lay Out Sistem IPAL dan Re-use Gedung BPPT
Jakarta.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
97
5.4. Fasilitas Pendukung
Water Meter meter
Untuk melengkapi sistem kontrol dan monitoring sistrem
operasional IPAL ini, maka pada sistem outlet IPAL tersebut
dipasang water meter. Ada beberapa fungsi flwo meter ini antara lain
:
- sebagai alat bantu sistem kontrol debit proses agar IPAL dapat
berfungsi dengan baik.
- Sebagai alat monitoring debit limbah yang terolah setiap
harinya guna kontrol kapasitas IPAL.
- Sebagai alat monitoring untuk penyusunan laporan rutin jumlah
pembuangan limbah ke lingkungan.