Askep Klopk Seminar KMB RSWS
Askep Klopk Seminar KMB RSWS
KELOMPOK II
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2
Pembuluh darah arteri jantung atau arteri koroner jantung dibagi menjadi
dua bagian yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri-arteri
koroner ini merupakan percabangan langsung dari aorta dan arteri ini terletak
diatas sulkus koroner.
1) Arteri koroner kiri jantung memperdarahi bagian belakang jantung. Arteri
koroner kiri jantung bercabang lagi menjadi bebedapa arteri, diantaranya
adalah :
a) Cabang dari arteri koroner kiri yang pertama adalah arteri
interventrikuler adalah cabang dari arteri koroner kiri jantung yang
menyuplai darah ke bagian anterior (depan) ventrikel kanan dan
ventrikel kiri serta membentuk satu cabang lagi yang disebut dengan
arteri marginalis kiri yang khusus menyuplai darah ke ventrikel kiri.
b) Cabang arteri koroner kiri yang kedua adalah arteri sirkumfleksa yang
menyuplai darah ke bagian atrium kiri dan ventrikel kiri. Dibagian
posterior, arteri sirkumfleksa kemudian menyatu dengan arteri koroner
kanan jantung.
2) Arteri koroner kanan jantung pada umumnya memperdarahi bagian depan
jantung. Arteri ini juga memiliki cabang-cabang yang menyuplai darah ke
masing-masing tempat. Berikut adalah cabang-cabang arteri koroner kanan.
a) Cabang pertama arteri koroner kanan jantung adalah arteri
interventrikuler posterior yang menyuplai darah untuk kedua dinding
ventrikel baik ventrikel kanan maupun ventrikel kiri.
b) Cabang dari arteri koroner kanan yang kedua adalah arteri marginalis
kanan yang menyuplai darah untuk atrium kanan dan ventrikel kanan.
Arteri-arteri koroner jantung ini berperan untuk mengalirkan darah dari
jantung dan untuk jantung itu sendiri. Selain pembuluh darha arteri yang
berfungsi sebagai penyalur darah dari jantung, jantung juga memiliki pembuluh
darah vena yang disebut dengan vena koroner jantung.
b. Vena koroner jantung
Vena koroner jantung berfungsi membawa darah yang berasal dari otot-otot
jantung atau miokardium yang tidak mengandung oksigen dan kemudian dibawa
3
menuju sinus koroner jantung dan selanjutnya akan bermuara langsung di atrium
kanan.
Darah yang mengalir didalam pembuluh darah koroner akan berjalan pada
saat jantung berdilatasi atau berelaksasi karena pada saat inilah jantung mengecil
dan pembuluh darah tidak tertekan oleh kontraksi otot-otot jantung.
Pada tubuh manusia ada beragam sekali sirkulasi koroner yang dapat terjadi.
Sebagian orang memiliki sirkulasi koroner seimbang dan ada juga yang
memiliki sirkulasi koroner dominan seperti sirkulasi koroner kanan atau kiri.
Berikut adalah perjalanan system koroner jantung mulai dari jantung dan
kembali ke jantung.
Darah yang berasal dari ventrikel kiri di salurkan ke aorta, setelah itu di
aorta ascenden terdapat percabangan (arteri koroner) dan darah akan mengalir ke
arteri koroner, selanjutnya darah akan disalurkan ke masing-masing cabang
arteri koroner dan di distribusikan ke otot-otot jantung tujuan, setelah darah
sudah digunakan otot-otot jantung selanjutnya akan dialirkan ke pembuluh darah
vena koroner dan setelah itu dialirkan ke sinus koroner jantung dan dan
selanjutnya akan masuk kembali ke atrium kanan jantung.
2. Pengertian
Syndrom koronari akut(ACS) adalah sekumpulan gejala yang menggambarkan
adanya iskemia otot jantung. Iskemia otot jantung sebagai akibat terganggunya aliran
darah yang membawa oksigen ke otot jantung. Suplai oksigen kedalam otot jantung
terhambat oleh karena adanya sumbatan aliran (trombus).
Kriteria menentukan ACS, yaitu :
a. Nyeri dada khas
b. Gambaran EKG
c. Enzim jantung meningkat
Pemeriksaan diatas, dua diantaranya ada sudah bisa ditegakkan diagnosa infark
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari
pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya
benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan
mati.
STEMI adalah salah satu dari jenis ACS sehingga patofisiologinya dimulai
ketika terjadi plak aterosklerosis dalam pembuluh koroner yang merangsang
terjadinya agregasi platelet dan pembentukan thrombus. Kemudian thrombus tersebut
akan menyumbat pada pembuluh darah dan menghalangi/mengurangi perfusi
miokardial.
3. Etiologi
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard.
Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner
karena ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit/ penyumbatan total arteri oleh
embolus atau thrombus, syok dan hemoragi/ perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi
ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi
dan akumulasi lipid.
4. Manifestasi Klinis
a. Klinis
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak mereda,
bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama yang bersifat retrosternal.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
3) Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5
4) Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pusing atau kepala ringan dan mual muntah.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropatiyangmenyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menyimpulkan pengalaman nyeri)
b. Laboratorium
1) Pemeriksaan Enzim jantung
a) CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
b) CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
kembali normal pada 48-72 jam.
c) LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24
jam memuncak dalam hari ke 3 – 6, normal kembai pada hari ke 8 -12.
d) Troponin: meningkat dalam 3 – 12 jam setelah serangan, mencapai
puncak dalam 24 – 48 jam setelah serangan, normal kembali pada hari
ke 5 – 14.
2) EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q
nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.Perubahan- perubahan
ini tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang
mengalami nekrosis. Selang beberapa waktu gelombang ST dan gelombang
T akan kembali normal hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti
elektrokardiograf adanya infark lama.
5. Patofisiologi
Proses awal yang mendasari SKA adalah aterosklerosis yaitu suatu penyakit
sistemik yang melibatkan tunika intima pembuluh darah besar dan sedang seperti
aorta, arteri karotis, dan arteri koronaria. Proses aterosklerosis yang paling awal
6
dimulai oleh gangguan fungsi (disfungsi) endotel pembuluh darah. Proses ini
berlanjut menjadi proses inflamasi sehingga terbentuk plak aterosklerotik. Kecepatan
pembentukan plak ini ditentukan oleh faktor risiko seperti diabetes, hipertensi,
dislipidemia,merokok, dan lain-lain. Kedaan ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan antara pasokan darah koroner dengan kebutuhan oksigen
miokard (iskemia). Bila plak aterosklerotik mengalami disrupsi atau sobek (plaque
rupture) maka akan terjadi proses trombosis mendadak dengan akibat terjadi
penurunan pasokan aliran miokard secara tiba-tiba. Trombosis dapat menutup
sebagian pembuluh koroner (secara klinis dikenal sebagai APTS dan NSTEMI) atau
menyumbat total ( secara klinis dikenal sebagai infark miokard dengan Elevasi
Segment ST, STEMI). Spasme atau vasokonstriksi dan embolisasi trombus kecil ke
arah distal memberikan konstribusi terhadap proses oklusi total.
Proses tersebut secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1.
8
Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dapat
dibagi menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks
nonspesifik nekrosis jaringan dan inflamasi.
a. Electrocardiograf (ECG)
Terdapat3tahapanSTEMIyaitufaseacute,recentdanOMI(OldMyocardial
Infarc).Masing-masingfase memilikibentukEKGyang berbeda-beda.
Acute STEMI
TandanyaadalahSTsegmenelevasiyangdisertaiTinverted.
RecentSTEMI
TandanyaadalahgelombangQ patologisyangdisertai
STsegmenelevasidanT inverted.Kalaudibandingkandengan acute
STEMI,recent STEMIhanya ditambahkangelombangQsaja.
OMI(OldMyocardialInfarc)
9
TandanyaadalahgelombangQpatologis,tapi
STsegmendangelombangTsudahnormal.
GelombangTnormal
Garisisoelektris
SegmenSTisoelektris
Qpatologismenetap
10
Tabel 1. Cardiac marker pada Miokard Infark
c. Cardiac Imaging
1) Echocardiography (ECG)
Abnormalitas pergerakan dinding pada two-dimentional
echocardiography hampir selalu ditemukan pada pasien STEMI. Walaupun
STEMI akut tidak dapat dibedakan dari scar miokardial sebelumnya atau
dari iskemia berat akut dengan echocardiography, prosedur ini masih
digunakan karena keamanannya. Ketika tidak terdapat ECG untuk metode
diagnostic STEMI, deteksi awal maka nada atau tidaknya abnormalitas
pergerakan dinding dengan echocardiography dapat digunakan untuk
mengambil keputusan, seperti apakah pasien harus mendapatkan terapi
reperfusi.
Estimasi echocardiographic untuk fungsi ventrikel kiri sangat berguna
dalam segi prognosis, deteksi penurunan fungsi ventrikel kiri menunjukkan
indikasi terapi dengan inhibitor RAAS.Echocardiography juga dapat
mengidentifikasi infark pada ventrikel kanan, aneurisma ventrikuler, efusi
pericardial, dan thrombus pada ventrikel kiri.Selain itu, Doppler
echocardiography juga dapat mendeteksi dan kuantifikasi VSD dan
regurgitasi mitral, dua komplikasi STEMI.
2) Angiografi
Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang
memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan
pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
11
Jika dinilai secara angiografi, aliran di dalam arteri koroner yang
terlibat (culprit) digambarkan dengan skala kualitatif sederhana disebut
thrombolysis in myocardial infarction (TIMI) grading system:
a) Grade 0 menunjukkan oklusi total (complete occlusion) pada arteri
yang terkena infark.
b) Grade 1 menunjukkan penetrasi sebagian materi kontras melewati titik
obstruksi tetapi tanpa perfusi vascular distal.
c) Grade 2 menunjukkan perfusi pembuluh yang mengalami infark ke
bagian distal tetapi dengan aliran yang melambat dibandingkan arteri
normal.
d) Grade 3 menunjukkan perfusi penuh pembuluh yang mengalami infark
dengan aliran normal.
3) High Resolution MRI
Infark miokard dapat dideteksi secara akurat dengan high resolution
cardiac MRI.
d. Indeks Nonspesifik Nekrosis Jaringan dan Inflamasi
Reaksi nonspesifik terhadap injuri myocardial berhubungan dengan
leukositosis polimorfonuklear, yang muncul dalam beberapa jam setelah onset
nyeri dan menetap selama 3-7 hari.Hitung sel darah putih seringkali mencapai
12.000-15.000/L. Kecepatan sedimentasi eritrosit meningkat secara lebih lambat
dibandingkan dengan hitung sel darah putih, memuncak selama minggu pertama
dan kadang tetap meningkat selama 1 atau 2 minggu (Muttaqin, 2009).
7. Penatalaksanaan
12
Trombolitik Terapi
a. Pengertian
Pemberian Trombolitik terapi hanya pada Infark dengan Gelombang
Q (ST elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak ada
manfaat pemberian trombolitik.
Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi
jaringan miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah
yang tersumbat. Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan bekuan darah
yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.
Terapi trombolisis menggunakan obat yang disebut agen trombolitik
seperti alteplase ( Activase ), anistreplase (Eminase), streptokinase (Streptase,
Kabikinase), urokinase ( Abbokinase ), dan aktivator plasminogen jaringan (TPA)
untuk membubarkan gumpalan. Obat ini diberikan sebagai suntikan, hanya di
bawah pengawasan seorang dokter.
Kriteria dan Indikasi dari pemberian tromolitik, yaitu :
Kriteria seleksi yang digunakan untuk terapi trombolitik
1) Tidak lebih dari 12 jam setelah waktu terapi : nyeri dada, semakin cepat
semakin baik
2) Elevasi segmen ST pada EKG atau onset baru blok cabang berkas kiri
3) Nyeri dada istemik dengan durasi 30 menit
4) Nyeri dada tidak respon terhadap nitrogliserin sub lingual atau nifedipin
5) Tidak mengalami kondisi yang dapat menjadi predisposisi pendarahan
b. Indikasi
1) Kelas I
Usia pasien < 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu
untuk terapi < 12 jam
Pasien dengan blok cabang-ikat dan adanya riwayat AMI
2) Kelas IIa
Usia pasien > 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu
untuk terapi < 12 jam
13
3) Kelas IIb
Pasien dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi lebih
dari 12 – 24 jam
Pasien dengan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 110
mmHg berhubungan dengan MI
4) Kelas III
Pasien dengan ST elevasi, waktu untuk terapi > 24 jam dan nyeri
istemik tertangani
Pasien dengan ST depresi
c. Kontraindikasi dari pemberian trombolitik, yaitu :
1) Kontra indikasi absolut
Sebelumnya mengalami stroke hemoragik; stroke lain atau serebrovaskular
yang terjadi dalam 1tahun terakhir
Neoplasma intracranial
Perdarahan internal aktif (tidak termasuk menstruasi)
Suspek diseksi aorta
2) Kontraindikasi relatif
Hipertensi berat (tekanan darah >180/110)
Riwayat CVA / kelainan intraserebral
Trauma yang baru terjadi (dalam 2-4 minggu), termasuk cedera kepala atau
resusitasi jantung > 10 menit atau operasi besar < 3minggu
Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir
Penggunaan streptokinase sebelumnya (5 hari sampai 2 tahun) atau riwayat
alergi terhadap streptokinase
Penggunaan antikoagulan
Kehamilan
Tukak lambung
Riwayat hipertensi kronik yang berat
14
Manajemen Farmakologi
Obat Dosis Tindakan Pertimbangan khusus
Bekuan spesifik
Non-spesifik
15
a) Kaji tingkat pengertian dan tingkat ansietas
b) Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi
c) Beri penguatan penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil yang
diinginkan, dan risiko yang berhubungan
d) Gambarkan prosedur yang akan dilakukan :
Intrakoroner : sama dengan kateterisasi jantung, dapat berakhir dalam 1
sampai 2 jam. Sensasi yang dapat terjadi : tekanan selama pemasangan
kateter, tak ada ketidaknyamanan dalam penginfusan.
Intravena : biasanya di bagian kedaruratan atau UPK, penginfusan
diberikan lebih dari 3 jam
e) Jelaskan dan tinjau kembali tindakan intraprosedur dan pascaprosedur
f) Pemantauan di UPK
g) Hak-hak berkunjung
h) Peralatan yang digunakan (alat pemantauan jantung, pemberian oksigen,
terapi IV)
i) Jelaskan perlunya tirah baring selama dan setelah pemberian dan perlunya
sering mengambil contoh darah untuk memantau masa pembekuan
j) Instruksikan pada pasien untuk segera memberi informasi pada perawat bila
terasa nyeri dada.
2) Post prosedur
Komplikasi umum dari trombolisis adalah pendarahan, tidak hanya sebagai
hasil terapi trombolitik itu sendiri, tetapi juga karena pasien secara rutin
mendapat terapi antikoagulan selama beberapa hari untuk meminimalisir
kemungkinan retrombosis.Perawat juga harus secara berkala memanatau
manifestasi klinis dari pendarahan.Pendarahan gusi dan kebocoran vena biasa
terjadi.Pendarahan serius dapat terjadi seperti pendarahan intrakranial dan
pendarahan internal.
Sebagai tambahan untuk keakuratan pengkajian pasien untuk membuktikan
pendarahan, penatalaksanaan keperawatannya termasuk tindakan preventif untuk
meminimalisir potensial pendarahan.Contohnya penanganan pasien yang
terbatas, infeksi dapat dihindari jika memungkinkan, dan tambahan tekanan
dapat diberikan untuk memastikn hemosatatis dari venipuncture dan tempat
16
kebocoran arteri.Jalur intra vena dipasang sebelum pemberian terapi lisis dan
penguncian heparin dapat digunakan untuk penatalaksanaan selama pengambilan
spesimen labor.Antasid dapat diberikan khususnya jika pasien mengalami
ketidaknyaman di bagian gastrointestinal.
8. Prognosis
Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca IMA. Prognosis
IMA dengan melihat derajat disfungsi ventrikel kiri secara klinis dinilai
menggunakan klasifikasi Killip:
Tabel 2.Klasifikasi Killip Pada IMA
Mortalitas
Kelas Definisi Proporsi pasien
(%)
I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 40-50% 6
II + S3 dan atau ronki basah 30-40% 17
III Edema Paru 10-15% 30-40
IV Syok Kardiogenik 5-10% 60-80
*Modifikasi dari: ACC/AHA Practice Guidlines STEMI
(Antman et al., 2004)
9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
a. Edema paru akut
b. Gagal jantung
c. Syok kardiogenik
d. Perluasan IM
e. Emboli sitemik/pulmonal
f. Perikardiatis
g. Ruptur jantung
h. Kelainan/defek septal ventrikel
i. Disfungsi otot papilar
j. Aneurisma ventrikel
k. Kelainan septal ventrikel
l. Disfungs
17
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
1. KLIEN
Nama : Tn. “B”
Tempat/tanggal lahir (umur) : Kasambi/ 04-08-1960 (57 tahun )
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Agama/suku : Islam/Makassar
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat: Jl. Kasambi, Kel. Anggeraja, Enrekang
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny ” S “
Alamat : Jl. Kasambi, Kel. Anggeraja, Enrekang
Hubungan dengan klien : Istri
B. DATA MEDIK
Dikirim oleh : RSUD Enrekang
Diagnosa Medik : Ileus obstruktif
C. KEADAAN UMUM
18
KEADAAN SAKIT : perut kembung dialami sejak 5 hari sebelum masuk
Rumah Sakit dan memberat 2 hari terakhir
Penggunaan alat medik :
- IV Kateter Nacl 28 tts/mnt
- Terpasang Oksigen nasal canule 4 ltr/ mnt
KELUHAN UTAMA : Nyeri abdomen
1. TANDA-TANDA VITAL
- Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis.
Kuantitatif : M: 6, V: 5, E: 4
Kesimpulan : Compos Mentis.
- Tekanan Darah : 120/80 mmhg
- Suhu : 37oc.
- Nadi : 88 x/ menit
- Pernapasan frekuensi : 18 x/menit.
Irama : Regular
Jenis : pernapasan Dada.
2. PENGUKURAN IMT
Tingi Badan : 162 cm
Berat Badan : 62 Kg.
Indeks Masa Tubuh : 25,6 Kg/m2
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
19
GENOGRAM
GI
GII
57 58 56 53 48
GIII
27 X 24
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tidak Diketahui
: Pasien
20
Keterangan :
Generasi I :Ibu dan Ayah dari klien sudah meninggal , tidak ada riwayat
penyakit yang sama pada generasi ketiga.
Generasi II : Saudara dari istri kllien berjumlah 8 orang dan klien dengan jumlh
saudara 3 orang
Generasi III : Klien saat ini berumur 57 tahun sedang dirawat dengan Hepatoma
post laparotomi. klien memiliki 3 anak, anak kedua klien
meninggal karena kecelakan, sedangkan dua lainnya dalam keadaan
sehat
21
T : tidak menentu
2. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari porsi dihabiskan 1 piring : nasi dan
lauk pauk.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari porsi dihabiskan 1 piring : bubur
dan lauk pauk yg disediakan di Rs
2. Data Obyektif
a. Observasi
Klien tampak menghabiskan makanannya 1 porsi yang disediakan RS
b. Pemeriksaan fisik
Kepala
Keadaan rambut :Rambut berminyak
Hidrasi kulit :Turgor kulit tidak elastis.
Palpebra : tidak ada benjolan tidak edema
Sclera : Tidak icterus.
Conjungtiva : Tidak anemis.
Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada tanda peradangan.
Rongga mulut :Tidak ada peradangan pada mukosa atau
stomatitis
Tonsi : Tidak ada pembesaran dan peradangan.
Kelenjar getah bening :Tidak ada pembesaran.
Kelenjar tiroid :Tidak ada pembesaran.
Lidah: Kotor
Abdomen
22
Inspeksi : abdomen membesar akibat asites, terdapat luka post op pada
daerah abdomen dan terdapat drainase
23
Aktivitas harian
Keterangan :
Makan :2
Mandi :2 0 : Mandiri
Ambulasi :2
Anggota gerak cacat : Tidak ada
Tracheostomi : Tidak
b. Pemeriksaan fisik
Perfusi pembuluh perifer kuku : >2 detik
Thoraks dan pernapasan
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, pengembang dada tampak baik
Palpasi : Vocal premituS Simetris
Perkusi : Terdengar bunyi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : tidak terdengar Ronchi
Jantung
S1/S2 reguler
Lengan dan tungkai
Atrofi otot : Tidak ada kelainan, rentang gerak baik.
Kekuatan otot :
5 5
5 5
24
Varices tungkai : Negatif
Columna vertebralis
Inspeksi kelainan bentuk : Tidak ada kelainan.
Palpasi
Nyeri tekan : Negatif.
Kaku kuduk : Negatif
5. KAJIAN POLA TIDUR
1. Data subyektif :
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan pola tidur teratur, malam hari 8 – 10 jam, tidur
siang 2 -3 jam. Mudah untuk tertidur tanpa bantuan.
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sulit tidur karena keadaan ruangan yang panas
2. Data obyektif : klien sering menguap pada pagi hari, ada lingkar hitam di
bawah mata, konjungtiva tidak anemis.
6. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat bantu
pendengaran dan penglihatan.
b. Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu penglihatan
atau pendengaran.
2. Observasi
Mampu mengenali tempat, orang, dan memberikan respon verbal dan
non verbal.
3. Pemeriksaan fisik
Penglihatan
Cornea : Refleks kornea baik.
25
Visus : 1/6
Pupil : Isokor, reflex terhadap cahaya baik.
Lensa mata : Jernih dan tidak keruh (tidak ada tanda-tanda
katarak)
Pina : Simetris
Pemeriksaan 12 Saraf Kranialis
Nervus I (Olfaktorius) : penciuman baik
26
7. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan dirinya sangat dihargai oleh anak, istri dan
keluarganya.Klien memiliki harga diri yang tinggi.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan ikhlas menerima penyakit yang saat ini
dideritanya
2. Data obyektif
a. Observasi
Kontak mata : Klien menatap teman bicara
Rentang perhatian : Klien memperhatikan teman bicara ketika
berkomunikasi.
Suara dan tata bicara :Suara sedikit kurang jelas karna lemah
Postur tubuh :-
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
Abdomen
Bentuk : abdomen membesar akibat asites, terdapat luka
post op pada daerah abdomen dan terdapat drainase
Bayangan vena :Tidak nampak.
Bayangan massa :Tidak ada.
27
Klien mengatakan sedih tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya
2. Data obyektif
Observasi : Klien hanya ditemani oleh anak kandung dan istrinya , Klien
nampak berkomunikasi dengan keluarga. Selama pengkajian Klien
mampu berkomunikasi dengan baik.
9. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRESS
1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak pernah marah ketika apa yang
diperintahkan tidak diikuti.
28
Tidak mampu melaksanakan sholat berdiri, optimis bahwa
penyakitnya akan sembuh
2. Data obyektif
Observasi: Klien menutup mata sambil berdzikir.
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab
Fungsi ginjal
Kreatinin 1.42 < 1.1 Mg/dl
Fungsi hati
SGOT 53 < 38 U/L
SGPT 66 < 41 U/L
Penanda jantung
CK 248.78 < 167 U/L
CK-MB 25.6 < 25 U/L
Imunoserologi
Troponin I 1.27 < 0.01 Ng/ml
29
No. Nama obat Rute Indikasi Obat
J. ANALISA DATA
30
S : Skala 6 (sedang) dari (1-10)
T: Tidak Menentu
2. DS :
Klien mengatakan Sesak Ketidakefektifan Pola
DO : nafas b/d Sesak
Klien Nampak sesak
Terpasang Oksigen nasalcanule 4 liter / menit
3. DS :
Klien mengatakan sulit melakukan aktivitas
seperti biasanya karna lemah
Keluarga klien mengatakan pasien dibantu saat
makan dan hendak ke Wc untuk BAB dan BAK
DO :
Kelemahan Intoleran aktifitas
Pucat
Nampak semua aktivitas di bantu oleh anaknya
Nampak semua aktiftas di lakukan di tempat
tidur, mulai dari persinal hygint, makan
Faktor Resiko:
Klien nampak lemah.
4.
Keseimbangan tidak baik
Klien nampak bedrest total.
Resiko Jatuh : Sedang (Skor 35) menurut skala
Morse.
Kekuatan otot : Resiko jatuh
5 5
5 5
31
K. Diagnosa keperawatan
32
4. Resiko jatuh 10 April 2018,jam
Domain 11 : 08.50
Keamanan/perlindungan
Kelas 2 : Cederah fisik
Kode : 00155
33
INTERVENSI KEPERAWATAN
34
sebelah kiri dan membuat penilaian kenyamanan pasien dan
biasanya menjalar melaksanakan rencana pemantauan
ke bahu tembus ke Memberikan informasi tentang rasa sakit,
belakang seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
S : Skala 6 (sedang) berlangsung.
dari (1-10) Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
T: Tidak Menentu mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya suhu kamar,
pencahayaan, kebisingan)
Manajemen medikasi (2380) :
Menentukan kemampuan pasien untuk
mengobati diri
Memonitor pasien untuk efek terapi obat
Memonitor tanda-tanda dan gejala toksisitas
obat
Memantau efek samping obat
Meninjau secara berkala dengan pasien dan/atau
keluar gajenis dan jumlah obat yang diambil
Kalaborasi pemberian analgetik
Berkonsultasi dengan profesional perawatan
kesehatan lainnya untuk meminimalkan jumlah
dan frekuensi obat yang dibutuhkan untuk efek
35
terapeutik
2. Ketidakefektifan Pola Setelah diberikan asuhan Manajemen jalan nafas Selasa11
nafas b/d Sesak Posisikan pasien untuk memaksimalkan
keperawatan selama 3 x 24 april 2018
Domain 4 : ventilasi
jam, diharapkan klien
Aktivitas/istirahat
menunjukan keefektifan Auskultasi suara nafas, catat area yang
Kelas 4 : Respon ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
pola napas dengan criteria
Kardiovakular/Pulmonal suara tambahan
hasil :
Kode :00032
Frekuensi,irama, Posisikan untuk meringankan sesak nafas
DS :
kedalaman Monitor status pernafasan dan oksigenasi,
Klien mengatakan
pernapasan dalam seabagaimana mestinya
Sesak
batas normal Terapi oksigen
DO :
Peratahankan kepatenan jalan nafas
Klien Nampak sesak Tidak menggunakan
Monitor aliran oksigen
Terpasang Oksigen otot-otot bantu
Monitor posisi perangkat (alat) pemberian
nasalcanule 4 liter / pernapasan
menit
oksigen
Monitor peralatan oksigen untuk memastikan
bahwa alat tersebut tidak mengganggu upaya
pasien untuk bernafas
36
Domain 4 : kembali efektif dengan aktivitas sehari-hari
Aktivitas/istirahat kriteria hasil: Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai
Kelas 4 : Melakukan dengan kemampuan / kondisi klien
Respons pergerakan dan Evaluasi perkembangan kemampuan klien
Kardiovaskuler / perpindahan melakukan aktivitas
Pulmonal Mempertahankan Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
Kode : 00092 mobilitas optimal sesudah aktivitas.
DS : yang dapat di Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien,
Klien mengatakan toleransi termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu.
sulit melakukan Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
aktivitas seperti Gunakan teknik menghemat energi,
biasanya karna Anjurkan pasien untuk mengehentikan aktivitas
lemah bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek,
Keluarga klien kelemahan, atau pusing terjadi
mengatakan pasien
dibantu saat makan
dan hendak ke Wc
untuk BAB dan
BAK
DO :
Kelemahan
Pucat
37
Nampak semua
aktivitas di bantu
oleh anaknya
Nampak semua
aktiftas di lakukan di
tempat tidur, mulai
dari persinal hygint,
makan
38
Kekuatan otot : yang bertujuan
5 5
Perilaku pencegahan
5 5 jatuh : tindakan
individu atau pemberi
asuhan untuk
meminimalkan factor
resiko yang dapat
memicu jatuh
dilingkungan individu
Kejadian jatuh : tidak
ada kejadian jatuh
Pengetahuan :
pemahaman kejadian
jatuh Gerakan
terkoordinasi
39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN I
40
(misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, suasana hati, hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung jawab peran)
Hasil : klien mnegatakan kalau nyeri lagi area dada dan perutnya, pasti
makananyatdk di habiskan
Menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat penilaian
kenyamanan pasien dan melaksanakan rencana pemantauan
Hasil : matikan lampu, untuk pasien nyaman
Memberikan informasi tentang rasa sakit, seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung.
Hasil : nyeri tidak menentu, dan datang secara tiba-tiba
Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu kamar, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : matikan lampu untuk pasien tidur, lingkungan yang nyaman dan
dingin
Manajemen medikasi (2380) :
Menentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri
Hasil : klien mampu mengatasi dengan relaksasi dan tetap tenanng
Kalaboratif pemberian analgetik
Hasil : berikan codein 10mg/jam
Memonitor pasien untuk efek terapi obat
Hasil : nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 4
41
Memonitor tanda-tanda dan gejala toksisitas obat
Hasil : tidak ada alergi atau gatal
Memantau efek samping obat
Hasil : tidak ada aleregi seperti gatal, kemerahan pada kulit
2. Ketidakefektifan Pola nafas Manajemen jalan nafas Selasa 11 aptil
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2018 pukul
b/d Sesak
12.00
Hasil : klien degan posisi semiflwer
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 4 : Respon Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
42
Domain 4 : Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Aktivitas/istirahat Hasil : klien nampak di bantu,
Kelas 4 : Respons Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
Kardiovaskuler / kondisi klien
Pulmonal Hasil : klien hanya melakukan toileting di atas tempat tidur selama di
Kode : 00092 rawat
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Hasil ; klien dapat melakukan aktivitas apabila di bantu
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Hasil : tidak ada perubahan tekanan darah klien saat melakukan aktivitas, Rabu 12 april
di dalam kamar pasien 2018
Pukul 07.20
Gunakan teknik menghemat energi,
Hasil : melakukan tira baring dengan posisi nyaman klien
Anjurkan pasien untuk mengehentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,
nafas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi
Hasil : klien nampak tenang di atas tempat tidur
Resiko jatuh 1. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang dapat
4.
Risiko sedang 25 – 44 = total meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu. Rabu 12 april
35 Hasil: Memberikan arahan tentang tempat-tempat yang memiliki resiko 2018
Pukul, 08.40
Domain 11 : untuk jatuh, klien dan keluarga mengerti.
Keamana/Perlindunga Mengunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi untuk mencegah jatuh
Kelas 1 : Keamanan dari tempat tidur.
43
Kode : 00004 Hasil: Rel tempat tidur sudah terpasang.
Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang faktor resiko yang
berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan
resiko tersebut.
Hasil: Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat mendampingi pasien
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN II
45
Menentukan dampak dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
(misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, suasana hati, hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung jawab peran)
Hasil : klien mnegatakan kalau nyeri lagi area dada dan perutnya, pasti
makananyatdk di habiskan
Menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat penilaian
kenyamanan pasien dan melaksanakan rencana pemantauan
Hasil : matikan lampu, untuk pasien nyaman
Memberikan informasi tentang rasa sakit, seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung.
Hasil : nyeri tidak menentu, dan datang secara tiba-tiba
Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu kamar, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : matikan lampu untuk pasien tidur, lingkungan yang nyaman dan
dingin
Manajemen medikasi (2380) :
Menentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri
Hasil : klien mampu mengatasi dengan relaksasi dan tetap tenanng
Kalaboratif pemberian analgetik
Hasil : berikan codein 10mg/jam
Memonitor pasien untuk efek terapi obat
46
Hasil : nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 4
Memonitor tanda-tanda dan gejala toksisitas obat
Hasil : tidak ada alergi atau gatal
Memantau efek samping obat
Hasil : tidak ada aleregi seperti gatal, kemerahan pada kulit
2. Ketidakefektifan Pola nafas Manajemen jalan nafas Kamis 13 april
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2018
b/d Sesak
Hasil : klien degan posisi semiflwer
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 4 : Respon Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
47
Domain 4 : Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Aktivitas/istirahat Hasil : klien nampak di bantu,
Kelas 4 : Respons Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
Kardiovaskuler / kondisi klien
Pulmonal Hasil : klien hanya melakukan toileting di atas tempat tidur selama di
Kode : 00092 rawat
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Hasil ; klien dapat melakukan aktivitas apabila di bantu
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rabu 12 april
Hasil : tidak ada perubahan tekanan darah klien saat melakukan aktivitas, 2018
di dalam kamar pasien Pukul 07.20
48
Kode : 00004 Hasil: Rel tempat tidur sudah terpasang.
Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang faktor resiko yang
berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan
resiko tersebut.
Hasil: Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat mendampingi pasien
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
49
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN III
50
Menentukan dampak dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
(misalnya tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, suasana hati, hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung jawab peran)
Hasil : klien mnegatakan kalau nyeri lagi area dada dan perutnya, pasti
makananyatdk di habiskan
Menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat penilaian
kenyamanan pasien dan melaksanakan rencana pemantauan
Hasil : matikan lampu, untuk pasien nyaman
Memberikan informasi tentang rasa sakit, seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung.
Hasil : nyeri tidak menentu, dan datang secara tiba-tiba
Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu kamar, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : matikan lampu untuk pasien tidur, lingkungan yang nyaman dan
dingin
Manajemen medikasi (2380) :
Menentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri
Hasil : klien mampu mengatasi dengan relaksasi dan tetap tenanng
Kalaboratif pemberian analgetik
Hasil : berikan codein 10mg/jam
Memonitor pasien untuk efek terapi obat
51
Hasil : nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 4
Memonitor tanda-tanda dan gejala toksisitas obat
Hasil : tidak ada alergi atau gatal
Memantau efek samping obat
Hasil : tidak ada aleregi seperti gatal, kemerahan pada kulit
2. Ketidakefektifan Pola nafas Manajemen jalan nafas Jumat 14 april
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2018
b/d Sesak
Hasil : klien degan posisi semiflwer
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 4 : Respon Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
52
Domain 4 : Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Aktivitas/istirahat Hasil : klien nampak di bantu,
Kelas 4 : Respons Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
Kardiovaskuler / kondisi klien
Pulmonal Hasil : klien hanya melakukan toileting di atas tempat tidur selama di
Kode : 00092 rawat
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Hasil ; klien dapat melakukan aktivitas apabila di bantu
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
kamis jumat
Hasil : tidak ada perubahan tekanan darah klien saat melakukan aktivitas, april 2018
di dalam kamar pasien
Gunakan teknik menghemat energi,
Hasil : melakukan tira baring dengan posisi nyaman klien
Anjurkan pasien untuk mengehentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,
nafas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi
Hasil : klien nampak tenang di atas tempat tidur
Resiko jatuh 3. Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang dapat
4.
Risiko sedang 25 – 44 = total meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu. Jumat 14 april
35 Hasil: Memberikan arahan tentang tempat-tempat yang memiliki resiko 2018
Domain 11 : untuk jatuh, klien dan keluarga mengerti.
Keamana/Perlindunga Mengunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi untuk mencegah jatuh
Kelas 1 : Keamanan dari tempat tidur.
53
Kode : 00004 Hasil: Rel tempat tidur sudah terpasang.
Mendiskusikan bersama anggota keluarga tentang faktor resiko yang
berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan
resiko tersebut.
Hasil: Mendisikusikan kepada keluarga agar dapat mendampingi pasien
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
54
EVALUASI
55
2. Ketidakefektifan Pola nafas Rabu, 11 S ; klien mengatakan sesak nafas
b/d Sesak april
Domain 4 : Aktivitas/istirahat 2018 O : klien nampak pucat, terpasang O2
Kelas 4 : Respon Pukul A : Pola nafas tidak efektif
Kardiovakular/Pulmonal 13.05 P : lanjutkan intervensi
Kode :00032 monitor tanda-tanda vital
pemberian O2 nasal kanul 4 liter
Pertahankan intervensi
3. Intoleransi aktivitas b/d Rabu, 11 S ; klien mengatakan masih pusing kepala, lemah
resiko penurunan curah april
jantung 2018 O : nampak, lemah, pucat
Domain 4 : Pukul
Aktivitas/istirahat 13.10 A : intoleransi aktivitas
Kelas 4 : Respons
Kardiovaskuler P : Lanjutkan intervens
/Pulmonal Pantau tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Kode : 00092 Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
kondisi klien
56
4. Resiko jatuh Rabu, 11 S : Pasien mengatakan paham tentang arahan yang di berikan
Risiko sedang 25 – 44 = total april O : Klien Nampak berbaring di tempat tidur
35 2018 A : Pantau terus pasien
Domain 11 : Pukul
P : lanjutkan intervensi
Keamana/Perlindunga 13.20
Kelas 1 : Keamanan
Pencegahan jatuh
Kode : 00004
Mengidentifikasi deficit kognitif atau fiik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
57
EVALUASI II
58
Pertahankan intervensi
3. Intoleransi aktivitas b/d Kamis, S ; klien mengatakan masih pusing kepala, lemah
resiko penurunan curah 12 april O : nampak, lemah, pucat
jantung 2018 A : intoleransi aktivitas
Domain 4 : Pukul P : Lanjutkan intervens
Aktivitas/istirahat 16.10 Pantau tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Kelas 4 : Respons Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Kardiovaskuler Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
/Pulmonal kondisi klien
Kode : 00092
4. Resiko jatuh Kamis, S : Pasien mengatakan paham tentang arahan yang di berikan
Risiko sedang 25 – 44 = total 12 april O : Klien Nampak berbaring di tempat tidur
35 2018 A : Pantau terus pasien
Domain 11 : Pukul
P : lanjutkan intervensi
Keamana/Perlindunga 17.20
Kelas 1 : Keamanan
Pencegahan jatuh
Kode : 00004
Mengidentifikasi deficit kognitif atau fiik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
59
EVALUASI III
60
Pertahankan intervensi
3. Intoleransi aktivitas b/d Kamis , S ; klien mengatakan masih pusing kepala, lemah
resiko penurunan curah 13 april O : nampak, lemah, pucat
jantung 2018 A : intoleransi aktivitas
Domain 4 : Pukul P : Lanjutkan intervens
Aktivitas/istirahat 17.10 Pantau tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Kelas 4 : Respons Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Kardiovaskuler Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
/Pulmonal kondisi klien
Kode : 00092
4. Resiko jatuh Jumat, S : Pasien mengatakan paham tentang arahan yang di berikan
Risiko sedang 25 – 44 = total 13 april O : Klien Nampak berbaring di tempat tidur
35 2018 A : Pantau terus pasien
Domain 11 : Pukul
P : lanjutkan intervensi
Keamana/Perlindunga 17.20
Kelas 1 : Keamanan
Pencegahan jatuh
Kode : 00004
Mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
61
62