Laporan Praktikum Biofarmasetika Percoba
Laporan Praktikum Biofarmasetika Percoba
PERCOBAAN II
Disusun oleh :
2015
PERCOBAAN II
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva
semi logaritma kadar obat dalam darah terhadap waktu.
2. Mahasiswa mampu menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan serta lamanya
sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model
kompartemen yang telah ditetapkan
3. Mampu menggunakan dosis obat yang tepatuntuk subyek uji
Obat berada dalam suatu keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik
peristiwa – peristiwa yang dialami obat seringterjadi secara serentak. Dalam
menggambarkan sistem biologik yang komplekstersebut, dibuat penyederhanaan anggapan
mengenai pergerakan obat itu.
Suatu hipotesis atau model disusun dengan menggunakn istilah matematik, yang
memberi arti singkat dari pernyataan hubungan kuantitatif. Berbagai model matematik dapat
dirancang untuk meniru proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat. Model matematik
ini memungkinkan pengembangan persamaan untuk menggambarkan konsentrasi obat
dalam tubuh sebagai fungsi waktu. Model farmakokinetik berguna untuk :
a. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan dan urine pada berbagai pengaturan
dosis
b. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual
c. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dngan aktivitas farmakologi atau
metabolit – metabolit
d. Menghibungakan kemungkinan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau
toksikologik
e. Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi
f. Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi absorbsi, distribusi
dan eliminasi
g. Menjelaskan interaksi obat (Shargel dan Yu, 1988).
1. Model Mammillary
Model terdiri atas satu atau lebih kompartemen perifer yang dihubungkan ke suatu
kompartemen sentral. Kompartemen sentral mewakili plasma dan jaringan-jaringan yang
perfusinya tinggi dan secara cepat berkesetimbangan dengan obat. Model mamillary
dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berhubungan secara erat, karena jumlah obat
dalam setiap kompartemen dalam setiap sistem tersebut dapat diperkirakan setelah obat
dimasukkan ke dalam suatu kompartemen tertentu. Menurut Mammillary model
kompartemen dibagi menjadi :
d) Kompartemen 2 terbuka ev
Obat mengalami proses absorpsi, distribusi dan eliminasi.
2. Model Caternary
Dalam farmakokinetika model mammilary harus dibedakan dengan macam
model kompartemen yang lain yang disebut model caternary. Model caternary terdiri
atas kompartemen-kompartemen yang bergabung satu dengan yang lain menjadi satu
deretan kompartemen. Sebaliknya, model mammilary terdiri atas satu atau lebih
kompartemen yang mengelilingi suatu kompartemen sentral.
3. Model Fisiologik (Model Aliran)
Model fisiologik juga dikenal sebagai model aliran darah atau model perfusi,
merupakan model farmakokinetik yang didasarkan atas data anatomik dan fisiologik
yang diketahui. Makna yang nyata dari model fisiologik adalah dapat digunakannya
model ini dalam memprakirakan farmakokinetika pada manusia dari data hewan. Jadi,
parameter-parameter fisiologik dan anatomik dapat digunakan untuk memprakirakan
efek obat pada manusia berdasar efek obat pada hewan (Shargel dan Yu, 1988).
Dalam sebuah analisis obat dalam cairan hayati, ada hal-hal penting dalam rangka
penelitian farmakokinetika yang digunakan sebagai parameter-parameter antara lain:
1. Kecermatan
2. Keseksamaan
3. Selektifitas (spesifisitas)
OH
O
N
H
acetaminophen
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam
etanol
(Depkes RI.1995).
Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat. PP-
nya 25%, plasma t 1/2 nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada
hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metaboli-metabolit toksis yang
diekskresi dengan kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat.
Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan
darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada
dosis diatas 6g mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible.
Natrium salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C7H5NaO3 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : serbuk mikrohablur atau amorf atau keping, tidak berwarna, atau
merah muda lemah, tidak berbau atau bau khas lemah, dan
dipengaruhi cahaya. Larutan segar ( 1 dalam 10 )bereaksi netral atau
asam terhadap lakmus.
Kelarutan : mudah larut secara lambat didalam air dan dalam gliserin; sangat
mudah larut dalam air mendidih dan dalam metanol mendidih; larut
secara lambat dalam etanol.
Identifikasi : larutan ( 1 dalam 20 ) menunjukan reaksi Natrium cara A dan B dan
reaksi Salisilat seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.
B. BAHAN
Na.salisilat
Paracetamol
Asam trikloroasetat (TCA) 5%
Asam trikloroasetat (TCA) 20%
Natrium nitrit 0,1%
Natrium nitrit 10%
Asam sulfamat 0,5%
Asam sulfamat 15%
N(1-naftil)etilendiamin 0,1%
HCl 6N
Heparin
NaOH 0,1%
NaOH 10%
IV. SKEMA KERJA
NATRIUM SALISILAT
a. Pembuatan larutan Baku induk Natrium Salisilat
Dihitung volume stok Natrium Salisilat dan volume darah yang digunakan untuk
membuat deret konsentrasi 0; 25; 50 ; 75 ; 100 ; 125 μg/ml sebanyak 500 μl
Divortex
Divortex
Dihitung dosis untuk tikus dengan konversi dari dosis lazim untuk Natrium
Salisilat manusia (750mg/50 kgBB)
d. Uji Pendahuluan Farmakokinetika Natrium Salisilat
Dihitung dosis untuk tikus dengan konversi dari dosis lazim untuk Natrium
Salisilat manusia (750mg/50 kgBB)
Dibuat larutan stok suspensi untuk Natrium Salisilat ( bobot tikus terbesar)
Diberikan suspensi Natrium Salisilat secara per oral (p.o) kepada tikus sesuai
dengan dosis dan VP
Divortex
Dihitung volume stok Paracetamol dan volume darah yang digunakan untuk
membuat deret konsentrasi 0 ; 100 ; 200 ; 300; 400 ;500; 600 ; 700 μg/ml
sebanyak 250 μl
Divortex
Dihitung dosis untuk tikus dengan konversi dari dosis lazim untuk
Parasetamol (750 mg/50 kgBB)
Dihitung dosis untuk tikus dengan konversi dari dosis lazim untuk
Parasetamol (750 mg/50 kgBB)
Diberikan suspensi Parasetamol secara per oral (p.o) kepada tikus sesuai
dengan dosis dan VP
Dicampur baik-baik