Disusun oleh :
Nurhapsari (H1AP12019)
Pembimbing :
dr. Supardi, MM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan izin-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kedokteran Komunitas yang
berjudul “Karakteristik Dan Faktor Risiko Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Lempuing Tahun 2018” sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Wahyu
Sudarsono M.PH, dr. Supardi, M.M, dan dr. Fitri Desi Milani, serta semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kedokteran Komunitas ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang membaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga
berharap laporan ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta
pemahaman tentang gambaran faktor – faktor risiko penderita Diabetes Melitus
Tipe 2.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
tahun 2013, didapatkan sebanyak 382 juta orang di dunia yang berumur 20-79
tahun menderita diabetes mellitus, dan Indonesia merupakan negara urutan ke
7 dengan kejadian diabetes mellitus tertinggi dengan jumlah 8,5 juta
penderita setelah Cina (98,4 juta), India (65,1 juta), USA (24,4 juta), Brazil
(11,9 juta), Rusia (10,9 juta), Mexico (8,7), Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5
juta), dan Jepang (7,2 juta) (International Diabetes Federation, 2013).
Prevelansi DM di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara
(2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis
dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.
Prevalensi Diabetes pada umur >15 tahun dan umur ≥18 tahun di provinsi
Bengkulu 0,9-1,0 % pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun
cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat
dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan
tinggi. kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja,
kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Bustan (2010), DM sebagai sindrom
dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
3
jaringan terhadap insulin, sedangkan kadar gula darah merupakan parameter
utama dalam menilai metabolisme karbohidrat. Kadar glukosa darah
bervariasi dengan daya penyerapan, gula dalam darah menjadi lebih tinggi
setelah mengkonsumsi makanan dan akan terjadi penurunan jika tidak ada
makanan yang masuk ke tubuh dalam beberapa jam.
Penelitian Jelantik (2014), menjelaskan bahwa faktor usia diatas 40
tahun, obesitas, dan hipertensi mempunyai resiko yang lebih besar mengalami
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Faktor risiko
penyakit tidak menular termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang
pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin,
umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah factor risiko yang dapat diubah
misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2008). Demografi, faktor perilaku dan
gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental berpengaruh terhadap kejadian
DM Tipe 2 (Irawan, 2010).
Puskesmas Kuala Lempuing merupakan salah satu wilayah yang jumlah
penderita diabetes Melitus pada tahun 2015 sebanyak 105 orang dan pada
tahun 2016 sebanyak 114 orang. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik dan faktor risiko
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja PKM Lempuing tahun
2017.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka diagnosis komunitas
yang dibuat ini, menganalisis karakteristik dan faktor risiko penderita
diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja PKM Lempuing, mengingat perlunya
dilakukan identifikasi faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penyakit
tersebut, sehingga dapat melakukan solusi penanggulangan yang tepat
mengenai permasalahan mengapa penderita penyakit Diabetes Melitus di
Bengkulu terus meningkat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Lempuing.
Maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
gambaran karakteristik dan faktor risiko penderita diabetes melitus tipe 2 di
wilayah kerja PKM Kuala Lempuing Tahun 201
4
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik dan faktor risiko penderita Diabetes
Melitus tipe 2 di wilayah kerja PKM Kuala Lempuing Tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Menentukan profil penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kuala
Lempuing.
b. Mengidentifikasi gambaran karakteristik dan faktor risiko penderita
Diabetes Melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kuala
Lempuing periode 2018.
c. Merencanakan solusi yang mampu laksana untuk menurunkan
angka kejadian Diabetes Melitus secara komprehensif dan holistik
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kuala Lempuing.
D. MANFAAT
1. Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
hipertensi dan faktor-faktor risiko apa saja yang berkontribusi dapat
menyebabkan Diabetes Melitus sehingga masyarakat mendapat
pengetahuan yang baik dan dapat mengubah pola perilaku hidup.
Masyarakat diharapkan dapat ikut serta menurunkan angka kejadian
penyakit kardiovaskular lainnya.
2. Penulis
Penulis mengetahui gambaran karakteristik dan faktor risiko penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah kerja PKM Kuala Lempuing.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang terjadi
akibat pankreas tidak lagi mampu untuk memproduksi insulin, atau ketika
tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan (American
Diabetes Association, 2013). Ketidakmampuan untuk memproduksi
insulin atau menggunakannya secara efektif, menyebabkan kadar glukosa
di dalam darah meningkat (hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka
panjang dapat merusak tubuh dan menyebabkan kegagalan organ dan
jaringan tubuh (International Diabetes Federation, 2013).
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi akibat tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Sedangkan insulin adalah hormon
yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar glukosa darah yang normal. Insulin menyebabkan
glukosa di dalam darah berpindah ke dalam sel sehingga menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2008).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk
menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Bila terjadi gangguan pada
insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut
akan terganggu sehinga kadar glukosa darah cenderung meningkat
(Tjokroprawiro dan Askandar, 2006).
6
Gambar 1. Homeostasis Glukosa
Sumber: The Journal Of Biological Chemistry
2. Epidemiologi
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup di
negara berkembang termasuk Indonesia, berdampak pula pada
peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Perubahan pola konsumsi
makanan dari makanan tradisional Indonesia ke makanan siap saji dan
berlemak, disertai cara hidup yang sangat sibuk dan kurang berolahraga
merupakan pemicu terjadinya penyakit jantung koroner, hipertensi,
diabetes melitus, dan dislipidemia. Diabetes melitus adalah salah satu di
antara penyakit tidak menular yang akan terus meningkat jumlahnya di
masa yang akan datang (Suyono, 2014).
Prevalensi diabetes melitus akan terus meningkat dengan cepat di
seluruh dunia dan World Health Organization (2003) membuat perkiraan
bahwa pada tahun 2030 jumlah orang dewasa dengan Diabetes Melitus
jumlahnya akan meningkat hampir dua kali lipat di seluruh dunia, dari 177
juta penderita DM pada tahun 2000 menjadi 370 juta penderita DM pada
tahun 2030 (Rowley dan Bezold, 2012).
7
3. Etiologi dan Klasifikasi
Etiologi dan klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes
Association 2011, dapat dilihat pada tabel 2.1 (Powers, 2012):
Tabel 2.1 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut)
- Melalui proses imunologik
- Idiopatik
b. Diabetes Melitus Tipe 2 (Bervariasi mulai dari yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
1) Defek genetik fungsi sel beta:
- HNF-α (MODY 3)
- Glukokinase (MODY 2)
- HNF-4α (MODY 1)
- Insulin promoter factor ( IPF-1; MODY 4)
- HNF-1β (MODY 5)
- Neuro D1 (MODY 6)
- Mitochondrial DNA
- Subunits of ATP-sensitive potassium channel
- Proinsulin or insulin
2) Defek genetik kerja insulin:
- Resistensi insulin tipe A
- Leprechaunism
- Sindrom Rabson-Mendenhall
- Diabetes lipoatrofik
3) Penyakit Eksokrin Pankreas: pankreatitis,
trauma/penkretektomi, neoplasma, fibrokistik,
hemokromatosis, pankreatopati fibrokalkulus, mutasi
karboksil lipase
8
4) Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing,
feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma,
aldosteronoma
5) Karena Obat/Zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, aldosteronoma,
thiazid, hidantoin, asparaginase
6) Infeksi: congenital rubella, CMV, coxsackievirus
7) Imunologi (jarang): sindrom “Stiffman”, antibodi anti reseptor
insulin, lainnya
8) Sindroma genetik lain: sindrom down, sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedeich’s,
lainnya
d. Diabetes Gestasional (Diabetes kehamilan)
4. Diagnosis
Perkeni membagi alur diagnosis diabetes melitus menjadi dua bagian
besar berdasarkan ada dan tidaknya gejala khas diabetes melitus. Gejala
khas diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak
khas diabetes melitus di antaranya lemas, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita). Apabila ditemukan
gejala khas diabetes melitus, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu
kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Namun apabila tidak
ditemukan gejala khas diabetes melitus, maka diperlukan dua kali
pemeriksaan glukosa darah abnormal.
Diagnosis diabetes melitus juga dapat ditegakkan melalui cara pada
tabel 2.2 (Purnamasari, 2014):
9
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu >200mg/dL.
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2. Atau
Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa >126 mg/dL
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam
3. Kadar glukosa plasma 2 jam TTGO >200mg/dL
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air
10
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi
menjadi 3 yaitu (Purnamasari, 2014):
<140mg/dL normal
140-<200mg/dL toleransi glukosa terganggu
≥200mg/dL diabetes
a. Umur
Peningkatan risiko diabetes terutama dimulai dari usia 40 tahun. Hal ini
sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
(Trisnawati, 2013)
11
b. Jenis Kelamin
c. Riwayat Keluarga
dalam penykait diabetes, jika orang tua menderita diabetes maka 90%
bahwa 25% diabetes mellitus tipe 1 dan 50% diabetes mellitus tipe 2
adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko
12
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Kebiasaan Merokok
yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel dan akan mengeluarkan zat-zat oksidan dan sel-
sel inflamasi yang akan melekat di pembuluh darah. Hal ini akan
b. Pola Makan
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang
c. Obesitas
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
13
menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar
cm). Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun
reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hasil
kelompok obesitas dengan odds ratio 7,14 kali lebih besar dibandingkan
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk
ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak
dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
14
energy, maka akan timbul DM. Prevalensi DM mencapai 2-4 kali lipat
C. DIAGNOSIS KOMUNITAS
seperti budaya, struktur social, peran komunitas, dan lain sebagainya; sebuah
diagnosis komunitas yang baik harus dapat memberikan suatu bayangan bagi
dokter yang lebih luas, sedangkan diagnosis klinis diaplikasikan pada tingkat
15
Tabel 6. Perbedaan Antara Diagnosis Komunitas Dan Diagnosis Klinis
16
d. Penilaian masalah kesehatan terpilih: Masalah yang terpilih dianalisa
yang ada.
C. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada warga
Kuala Lempuing, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.
FAKTOR – FAKTOR
RESIKO
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga
Diabetes Melitus Tipe 2
4. Konsumsi Rokok
5. Pola Makan
6. IMT (obesitas)
7. Aktivitas Fisik
17
BAB III
METODE PENELITIAN
obervasional. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
data dikumpulkan dari lapangan berbentuk kata-kata, gambar dan tidak diolah
secara statistik analisis. Penelitian dilakukan di poli umum PKM Kuala Lempuing
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,
adalah keseluruhan objek pengumpulan data Dalam hal ini yang menjadi
18
berobat rutin di PKM Kuala Lempuing mulai tanggal 19 Maret 2018 sampai
1. Jenis data
Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yang
1) Data primer
responden.
2) Data sekunder
2. Definisi Operasional
Tabel. 7 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
. Operasional
1. Umur Adalah masa Ceklis Observasi 1. ≤40 thn Nominal
hidup pasien Kuesioner Wawancara
2. 41 – 60 thn
yang dihitung
3. ≥ 61 thn
sejak ia lahir
sampai dengan
menjalani
pengobatan di
PKM yang
dinyatakan
dalam bentuk
tahun.
2. Jenis Adalah tanda Kuesioner Wawancara 1. Laki-laki Nominal
Kelamin fisik yang 2. Perempuan
teridentifikasi
pada pasien
dan dibawa
19
sejak
dilahirkan.
3. Riwayat Adalah sejarah Kuesioner Wawancara 1. YA Nominal
Keluarga keluarga 3 2. TIDAK
generasi yang
pernah
menderita
Diabetes
Melitus Tipe 2
4. Konsumsi Konsumsi Kuesioner Wawancara 1. Tidak Nominal
Rokok rokok sehari- Merokok
hari, atau 2. Konsumsi
pernah Rokok ≤ 1
mengkonsumsi
batang/hari
rokok minimal
3. Konsumsi
1 kali dalam
seumur hidup Rokok ≥ 2
atau 1 batang.hari
hari/batang
5. Konsumsi Konsumsi gula Kuesioner Wawancara 1. Tidak Nominal
Minuman murni dan konsumsi
Manis pemanis minuman
buatan per manis.
hari, seperti 2. Konsumsi
kopi, teh, minuman
sirup, dan manis <3
minuman gelas sehari
bersoda 3. Konsumsi
minuman
manis > 3
sehari
6. Konsumsi Konsumsi Kuesioner Wawancara 1. Tidak Pernah Nominal
Makanan makanan 2. Jarang
tinggi kalori 3. Sering
8. IMT Index massa Kuesioner Wawancara 1. Normal Nominal
tubuh yang Perhitungan 2. Overweight
dihitung Manual 3. Obesitas
berdasarkan
berat badan
(kg) per tinggi
badan (m2).
9. Aktivitas Aktivitas fisik Kuesioner Wawancara 1. Tidak Pernah Nominal
Fisik olahraga Melakukan
Berolahraga aerobik, seperti Aktivitas
berjalan, Olahraga
berlari, maaton 2. Melakukan
berenang, dan Aktivitas
aktivitas fisik olahraga 1
20
yang kali dalam
dianjurkan seminggu
oleh 3. Melakukan
perhimpunan aktivitas fisik
kardiovaskular olahraga 2 –
Indonesia. 3 dalam
seminggu
4. Melakukan
aktivitas
olahraga
seperti
berjalan kaki
minimal 30
mnt/hari
10. Stres Bentuk Kuesioner Wawancara 1. Bekerja Nominal
ketegangan dengan
dari fisik, tuntutan
psikis, emosi beban yang
maupun berat,
mental. sehingga
menyita
pikiran dan
waktu
beristirahat
2. Memiliki
masalah
dalam
keluarga
3. Memiliki
masalah
kesehatan
lainnya
(seperti
penyakit
metabolik,
gagal ginjal
dll)
a. KRITERIA INKLUSI
21
b. KRITERIA EKSKLUSI
Lempuing.
pilihan ganda.
BAB IV
A. PROFIL PUSKESMAS
berbatas dengan :
22
o Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanah Patah
yang terdiri dari 18 Rt dan 3 Rw. Beriklim tropis dengan suhu udara
rata-rata 280 C pada musim hujan dan 330 C pada musim kemarau.
b. Kependudukan
adalah sebanyak 5035 jiwa. Yang terdiri dari 2.558 jiwa penduduk
a. Visi
b. Misi
Misi yaitu :
23
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terpadu, bermutu,
kesehatan.
1) Promosi Kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
4) Perbaikan Gizi
6) Pengobatan
24
3) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
5) Kesehatan Usila
6) Kesehatan Jiwa
7) Kesehatan Mata/Indera
8) Pengobatan Tradisional
4. TENAGA KESEHATAN
berikut :
25
10. Bidan - 2 2
11. SPK 1 2 3
12. SPAG - 1 1
13. SPRG - 1 1
14. SPPH - - -
15. SMAK - 1 1
16. SMF - 1 1
Jumlah 1 21 22
Sarana fisik yang terdapat di wilayah kerja UPTD Kuala Lempuing terdiri
Puskesmas : 1
Posyandu : 6
Poskesdes : 1
Pusling : 1
26
1. ISPA 1.612 37.7
2. Gastritis 612 14.3
3. Penyakit Kulit 480 11.2
4. Penyakit Gigi dan Mulut 380 8.89
5. Penyakit Lain pada Saluran 289 6.8
Pernapasan Atas 243 5.7
6. Rematik 164 3.83
7. Diare 161 3.76
8. Hipertensi 114 2,7
9. Diabetes Melitus Tipe 2 112 2.6
10. Tonsilitis 110 2.3
Jumlah 4.277 100
B. HASIL PENELITIAN
telah dilakukan di poli umum PKM Kuala Lempuing mulai tanggal 19 Maret
Distribusi Umur
≤ 40 tahun 5 15.15 %
41 – 60 tahun 21 63.63 %
≥ 61 tahun 7 21. 21 %
27
Tabel 9 menggambarkan sebaran umur penderita Diabetes Melitus Tipe 2
di PKM Kuala Lempuing. Jumlah penderita terbanyak berada pada kelompok usia
Perempuan 18 54.5 %
Laki – Laki 15 45.5 %
Tabel 11. Riwayat Keluarga yang Mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 atau-
Melitus Tipe 2
YA 24 72.72 %
TIDAK 9 27.3 %
28
Tabel 12. Distribusi Konsumsi Rokok pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2
≤ 3 g/hari 13 39.4 %
≥ 3.1 g/hari 20 60.6 %
29
Tabel 14 menunjukkan sebesar 63.6 % penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Tabel 16. Distribusi Index Masa Tubuh pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2
Normal 14 42.4 %
18.5 – 24.9 kg/m2
30
Overweight 17 51.5 %
25.0 – 27.0 kg/m2
Obesitas 2 6.06 %
≥ 27.0 kg/m2
Melitus Tipe 2 memiliki indek masa tubuh kategori overweight (25.0 – 27.0
kg/m2), 42.4 % masuk kategori nomal (18.5 – 24.9 kg/m2) dan 6.06 % pada
Tipe 2
Berolahraga 0 0%
berlari/berjalan 15 – 30
menit setiap hari
Tabel 18. Distribusi Tingkat Stress pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
31
Stressor Jumlah (n) Persentase (%)
penderita Diabetes Melitus Tipe 2 adalah stres pekerjaan yaitu sebesar 57.8 %.
hormonal
32
Dari berbagai rencana intervensi yang telah dibuat untuk memecahkan akar
penyebab masalah yang ada, intervensi yang dapat dilakukan antara lain
adalah:
Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
sesudah penyuluhan
lemak.
33
Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan
mampu
kesehatan
34
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Area Masalah
hipertensi.
sakit.
35
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
untuk kesehatan.
tidak mampu.
36
dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui
2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi
sesudah penyuluhan.
garam.
tidak mampu
37
1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan
kesehatan.
B. Saran
mampu.
masyarakat.
menengah.
38
LAMPIRAN I
NO.
IDENTITAS RESPONDEN
RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
PERTANYAAN
1. Apakah didalam keluarga yang memiliki penyakit hipertensi/stroke/gagal
jantung/TIA/Penjakit Jantung Koroner/ Dislipidemia ?
a. YA
b. TIDAK
2. Apakah anda mengkonsumsi rokok ?
a. Tidak Merokok
b. Mengkonsumsi rokok ≤ 1 batang/hari
c. Mengkonsumsi rokok ≥ 1 batang/hari
3. Berapa konsumsi garam sehari-hari ?
a. 1 sendok teh perhari ( ≤ 3.0 g/hari)
b. Lebih dari 1 sendok teh perhari ( ≥ 3.1 g/hari)
4. Apakah anda sering mengkonsumsi makan-makanan berminyak ?
a. Tidak pernah
b. Jarang (konsumsi makan-makanan berminyak seperti gorengan,
bersantan, tinggi kolesterol seperti makanan seafood 1 kali dalam
seminggu)
39
c. Sering (konsumsi makan-makanan berminyak seperti gorengan,
bersantan, tinggi kolesterol seperti makanan seafood ≥ 3 kali dalam
seminggu)
5. Apakah anda mengkonsumsi alkohol ?
a. Tidak pernah konsumsi alkohol sama sekali
b. Konsumsi alkohol 1 gelas/hari
c. Konsumsi alkohol ≥ 1 gelas/hari
6. Hitung Index Massa Tubuh
BB :...........kg
TB :...........cm
7. Apakah anda sering berolahraga ?
a. Tidak pernah melakukan aktivitas olahraga dalam seminggu.
b. Melakukan aktivitas olahraga seperti senam, lari merathon, lari pagi,
berenang, bersepeda 1 minggu sekali.
c. Melakukan aktivitas olahraga seperti senam, lari merathon, lari pagi,
berenang, bersepeda 2 – 3 kali dalam seminggu.
d. Melakukan aktivitas olahraga seperti berlari/berjalan kaki 15 – 30
menit sehari.
8. Apakah hal-hal dibawah ini pernah/sedang anda alami saat ini ?
a. Bekerja dengan tuntutan beban yang berat, sehingga menyita pikiran
dan waktu beristirahat.
b. Memiliki masalah dalam keluarga.
c. Memiliki masalah kesehatan lainnya (seperti penyakit metabolik,
gagal ginjal dll).
9. Apakah anda pernah menggunakan atau sendang menggunakan
kontrasepsi ? Jenis apa itu ?
a. Kontrasepsi non-hormonal (IUD spiral, T – couper, tubektomi,
kondom, vasektomi)
b. Kontrasepsi hormonal (pil KB, estrogen-progesteron kombinasi,
progesteron only, implan)
40
DAFTAR PUSTAKA
IDF. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation
2013.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf.
Powers AC (2012). Diabetes mellitus. Dalam: Fauci AS, Kasper D L, Longo DL,
Braunwald E., Hauser SL, Jameson J L, Loscalzo J. Harrison’s principles of
internal medicine. Ed. 18. Vol. II. United states of America: McGraw-Hill,
pp:2968-2974.
41
Tjokoprawiro, Askandar (2006). Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes
melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
42