DIAJUKAN KEPADA
OLEH :
Vanessa Fahira
1410024427151
DILENGKAPI DENGAN :
YAYASAN MUHAMMADYAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
SK. Dirjen Dikti Depdiknas No. 5109/D/T/K-X/2011
Jl. Prof.DR. Hamka No. 121 Tabing Padang Telp (0751) 7054350 Fax (0751) 443000
Email : sttindpadang@telkom.net sttind_padang@yahoo.com http://www.sttind.ac.id
PROPOSAL
PERMOHONAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Untuk:
PT. ALLIED INDO COAL JAYA
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memperoleh kesempatan penambilan sampel air asam tambang untuk
penelitian Tugas Akhir di PT. Allied Indo Coal Jaya sebagai salah satu mata kuliah wajib dan
syarat kelulusan di Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang tahun akademik 2018/2019.
Diajukan oleh:
Nama : Vanessa Fahira
NPM : 1410024427151
Program Studi : Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND)
Padang
Padang, 26 Mei 2018
Dosen Pembimbing Mahasiswa
V. LANDASAN TEORI
Batuan adalah material kompleks dengan variasi sifat-sifat yang sangat luas, mulai
dari jenis batuan, mineralogy, ukuran butir dan struktur serta lainnya. Struktur batuan adalah
gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan, termasuk di dalamnya bentuk atau
kedudukannya. Berdasarkan keterjadiannya, struktur batuan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukkan batuan.
Misalnya; bidang perlapisan silang (cross bedding) pada batuan sedimen atau kekar
akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku.
2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk akibat
adanya proses deformasi atau tektonik. Misalnya : lipatan (fold), patahan (fault) dan
kekar (joint). Bidang diskontinu dapat ditemukan pada struktur primer maupun struktur
sekunder.
Secara umum, bidang diskontinu merupakan bidang yang memisahkan massa batuan
menjadi bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993) dalam Sitohang (2008), pengertian
bidang diskontinu adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat
tarik paling lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen (1990) dalam Sitohang (2008),
keterjadian bidang diskontinu tidak terlepas dan masalah perubahaan stress (tegangan),
temperature (suhu), strain (regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi pada massa
batuan dalam waktu yang panjang.
Beberapa jenis bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan
komposisinya adalah sebagai berikut:
1. Fault (patahan) adalah bidang diskontinu yang secara jelas memperlihatkan tanda-tanda
bidang tersebut mengalami pergerakan. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah adanya
zona hancuran maupun slicken sided atau jejak yang terdapat di sepanjang bidang fault.
Fault dikenal sebagai weakness zone karena akan memberikan pengaruh pada kestabilan
massa batuan dalam wilayah yang luas.
2. Joint (kekar). Bidang diskontinu yang telah pecah namun tidak mengalami pergerakan
atau walaupun bergerak, pergerakan tersebut sangat sedikit sehingga bisa diabaikan. Joint
merupakan jenis bidang diskontinu yang paling sering hadir dalam batuan.
3. Bedding (bidang pelapisan). Bedding terdapat pada permukaan batuan yang mengalami
perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan tersebut serta perubahan mineralogi yang
terjadi selama proses pembentukan batuan sedimen.
4. Fracture dan crack. Fracture diartikan sebagai bidang diskontinu yang pecah tidak paralel
dengan struktur lain yang tampak pada batuan. Beberapa rock mechanic engineer
menggunakan istilah fracture dan crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang
terjadi pada saat pengujian batuan, peledakan dan untuk menjelaskan mekanisme
pecahnya batuan brittle.
5. Fissure. Ada banyak ahli yang menjelaskan pengertian fissure, salah satunya adalah
menurut Fookes dan Denness (1969) dalam Sitohang (2008) yang mendefinisikan fissure
sebagai bidang diskontinu yang membagi suatu material utuh tanpa inemisahkannya
menjadi bagian terpisah.
Massa batuan yang terdiri dari kenampakan struktur geologi atau bidang
diskontinuitas atau bidang perlapisan atau kekar dapat diklasifikasikan menurut 3 (tiga)
karakteristik utama yaitu:
1. Orientasi bidang diskontinuitas dan keluarga bidang diskontinuitas
2. Jarak antar bidang diskontinuitas, frekuensi bidang diskontinuitas, Rock Quality
Designation (RQD) dan ukuran blok bidang diskontinuitas
3. Kondisi bidang diskontinuitas terdiri dari beberapa karakteristik seperti;
a. Persisten atau kemenurusan bidang diskontinuitas
b. Kekasaran (roughness)
c. Bukaan bidang diskontinuitas (aperture)
d. Isian bidang diskontinuitas (filling material)
e. Luahan (seepage)
f. Kekuatan (strength)
Waktu (minggu)
NO Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi Pengamatan
2 Pengamatan
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data
5 Analisa Data
6 Pembuatan Draft
Catatan : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan pihak perusahaan
PT. Allied Indo Coal Jaya
VIII. PENUTUP
Demikian proposal permohonan penelitian untuk Tugas Akhir ini saya ajukan. Besar
harapan saya sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan STTIND Padang dapat bergabung
bersama PT. Allied Indo Coal Jaya, Semoga usulan ini mendapatkan sambutan yang baik
sehingga dapat memperoleh pengalaman berharga sekaligus menyumbangkan ide maupun
saran kepada pihak perusahaan dan terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan.
Semoga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan apabila saya diterima untuk
melaksanakan penelitian di PT. Allied Indo Coal Jaya, maka saya akan berusaha sebaik-
baiknya dalam pelaksanaan penelitian tersebut dan akan menaati segala peraturan yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Ulfah Mediaty, Pengujian Sensor Ultrasonik PING untuk Pengukuran Level
Ketinggian dan Volume Air, Teknik Elektro Fak. Teknik UNNES, Padang, 2011
Arif, irwandi, Geoteknik Tambang, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2016.
Harriani Novi Dwi, Akurasi Pengukuran Lebar Retak Permukaan pada Beton Menggunakan
Portable Scanner dengan Variasi Resolusi Pemindaian, FT Universitas Brawijaya,
Malang, 2014.
Khairul Saleh, dkk., Perancangan Murottal Otomatis Menggunakan Arduino Mega2560,
Universitas Dahesan, Bengkulu, 2016
Lisnawati, dkk, Rancang Bangun Sensor Extensometer Elektris sebagai Pendeteksi
Pergeseran Permukaan Tanah dan sistem Akuisisi Data pada Komputer, FMIPA
UNILA, Lampung, 2013.
Made Astawa Ray, dkk., Mekanika Batuan, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2011.
Nugroho Febryan Adi, Rancang Bangun Alat Pengukuran dan Penentu Arah Pergeseran
Tanah Menggunakan Sensor Potensiometer, FTE Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang, 2014.
Riko Ervil, dkk, Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang,2016
Sudibyo Novi Herawadi, Pendeteksi Tanah Longsor Menggunakan Sensor Cahaya, FIK,
Informatic & Business Institute Darmajaya, Lampung, 2015
Suryono, Rancang Bangun Sensor Pergeseran Tanah Digital, FMIPA UNDIP, Semarang
2008.
Zuly Budiarso dan Agung Prihandono, Implimentasi Sensor Ultrasonik untuk Mengukur
Panjang Gelombang Suara Berbasis Mikrokontroler, ISSN Universitas Stikubank,
Semarang, 2015.