PEMBAHASAN
Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga harus membuat
catatan perawatan yang akurat melalui pendokumentasian.
I. Lingkup praktek
1. Rekam medis gawat darurat adalah catatan penting informasi pasien yang berguna untuk
diagnosis dan pengobatan.
2. Rekam medis gawat darurat digunakan untuk mempemudah penggantian biaya untuk
institusi. Dalam hal ini, catatan harus mencerminkan pengobatan apa yang telah diberikan,
bagaimana hasilnya, dan apakah dilakukan intervensi lebih lanjut
4. Rekam medis gawat darurat merupakan catatan legal tentang pasien. Beberapa informasi
mungkin saja diperlukan tidak dalam kaitannya dengan perjalanan klinis, seperti untuk
fornsik yang melibatkan pernyataan korban, mekanisme cedera, pola luka dan sebagainya.
B. Pentingnya Dokumentasi.
Melakukan dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara
terbaik bagi perawat untuk membela diri dari tuntutan hukum karena kelalaian dalam
pemberian perawatan
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan standar nasional berguna sebagai alat
managemen resiko bagi perawat unit gawat darurat. Hal ini dapat digunakan untuk
pemantauan dengan tepat dan sebagai alat pembuktian bahwa perawat telah melakukan tugas-
tugasnya kepada pasien.
Nilai kemanusiaan merupakan ide dasar di balik peran perawat sebagai advokat
pasien. Menunjukkan rasa hormat terhadap martabat manusia, otonomi, dan individu di
lingkungan gawat darurat merupakan pendekatan etik dan managemen resiko sebab perawat
berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari berbagai spesialis medis dan unit penunjang,
atau dengan begitu banyak sisi kemanusiaan. Pasien memerlukan pengobatan cepat untuk
setiap jenis penderitaan yang mereka alami.
1. Triase.
Berdasarkan standar praktik ENA, “ Perawat gawat darurat harus memberlakukan triase
untuk semua pasien yang masuk ke UGD dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan
kebutuhan fisik dan psikologis, dan juga factor-faktor lain yang mempengaruhi pasien”
(ENA, 1995).
2. Pentingnya Triase.
Pentingnya proses triase yang efektif memungkinkan perawat untuk mengevaluasi dengan
benar urgensi gejala pasien dan menentukan dengan cepat siapa di antara pasien penderita
penyakit akut yang paling memerlukan pertolongan segera. Sehingga perawat triase harus
berpengalaman dan trampil melakukan pengkajian cepat.
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat harus
memperkenalkan diri, menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian. Melihat
sekilas ke arah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan
yang tepat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan sangat cepat –
tidak lebih dari 5 menit. Perawat triase bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area
pengobatan yang tepat; bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, atau area pengobatan cepat untuk keluhan minor
misalnya sakit tenggorokan tanpa demam, sakit gigi, terkilir.
Dokumentasi pengkajian ulang harus mencakup waktu, tanda vital, dan perubahan
kategori keakutan.
5. Pengkajian.
a. Prioritas Pengkajian.
Prioritas pengkajian meliputi sistem kardiovaskuler dan respirasi termasuk tanda vital.
Pengkajian ini merupakan pemeriksaan utama meliputi jalan napas, pernapasan dan sirkulasi.
Tanda vital merupakan indikator penting yang dapat menggambarkan status pasien secara
akurat, sehingga perlu didokumentasikan.Pemeriksaan umum dapat dilakukan secara
bersamaan dengan pemeriksaan utama seperti tingkat kesadaran, kualitas bicara, tampilan
umum, dan tingkat distress.
a. Pemantauan.
Banyak pasien yang dipasangkan alat monitor jantung, tekanan darah, dan saturasi
oksigen. Jika menggunakan monitor jantung pada strip yang pertama harus dituliskan waktu
dan ditempelkan di dalam catatan keperawatan. Jika pemakaian monitor jantung tersebut
tetap diperlukan, maka perawat harus mendokumentasikan bahwa monitor tertsebut terus
digunakan selama periode ketika pasien keluar dari UGD. Misalnya, perawat akan mencatat :
Untuk CT scan, perawat dan dokter spesialis mempertahankan jalan napas dengan Ambu
bag dan oksigen. Dipasang juga monitor jantung, saturasi oksigen, dan tekanan darah.
1. Kesiapan.
Elemen penting dari perencanaan adalah kesiapan. Perawat harus bersiap diri untuk hal-
hal krisis yang tidak diharapkan. Perawat harus memeriksa brankar, defibrillator, set selang
ETT, dan senter, pacu jantung eksternal, peralatan gawat darurat pediatrik, dan suction.
Perawat harus memastikan bahwa alat-alat tersebut dan suplai barang-barang lainnya tersedia
dan berfungsi baik sehingga tidak terjadi kelambatan dalam pemberian perawatan pada
pasien. Hal ini harus didokumentasikan untuk referensi selanjutnya.
2. Keselamatan.
Salah satu standar keperawatan gawat darurat adlah bahwa perawat harus
mempertahankan lingkungan yang aman bagi sesama staf, pasien, diri sendiri, dan orang lain
yang ada di UGD tersebut. Hal ini mencakup pencegahan masuknya pengunjung yang
membuat onar atau mengantisipasi adanya penggunaan alat-alat tajam, misalnya pasien yang
berkaitan dengan pembunuhan dan bunuh diri.
F. Implementasi.
1. Kompetensi.
a. Pemberian Obat.
c. Selang Dada.
d. Selang NGT.
e. Penggunaan Restrein.
h. Imobilisasi.
o. Selang Endotrakheal.
p. Ventilator.
2. Lembar Alur.
Untuk prosedur rutin dapat didokumentasikan pada format lembar alur yang ada, misalnya
skala GCS, skor trauma, ukuran pupil, tingkat kesadaran. Data juga dapat berupa diagram,
misalnya suhu, nadi dan tekanan darah.
Perawat harus membantu pasien dan orang dekat lainnya untuk mendapatkan pengetahuan
tentang penyakit dan pencegahan cedera ( ENA, 1995).
Perawat harus memberi penjelasan tertulis maupun verbal tentang medikasi, pengobatan,
perawatan diri, rujukan, dan pencegahan.
4. Instruksi Pemulangan.
Prioritas Evaluasi.
2. Efek Obat.
Ketika menggunakan lembar alur, perawat harus mengisinya dengan lengkap untuk
memberikan informasi yang komprehensif dan akurat yang berkaitan dengan status klinis
pasien dan intervensi aktif.
Mayberry dan Croke (1996) menemukan bahwa sekalipun terus dilakukan pendidikan
berkelanjutan, namun masih banyak perawat yang menjadi tergugat dalam kasus malpraktek.
Salah satu penyebabnya adalah kegagalan melakukan dokumentasi, termasuk kegagalan
mendokumentasikan perkembangan pasien dan responsnya terhadap pengobatan.
Perawat harus mendokumentasikan henti napas / jantung dan upaya resusitasi. Catat
secara spesifik detail urutan peristiwa yang terjadi. Perawat harus mengenal alarm yang
memerlukan penanganan segera, seperti ventilator atau monitor jantung, dan yang tidak
memerlukan penanganan segera.
Perawat harus mendokumentasikan status alarm yang member isyarat bagi perawat
dan memastikan bahwa semua parameter alarm sudah diset dengan tepat.
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang
ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada
bagian bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang
bertanda bintang).
Lembar alur instruksi dokter/ keperawatan juga digunakan untuk mendokumentasikan
penyelesaian instruksi dokter dan keperawatan yang tidak termasuk dalam standar praktik.
Kolom yang berjudul “Nsg Dx” berisi diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan
intervensi keperawatan tertentu. Daftar diagnosis keperawatan juga digunakan hamper sama
dengan daftar masalah dalam POR SOAP. Singkatan DO dituliskan dalam kolom Nsg Dx
jika instruksi dokter didokumentasikan dalam lembara alur keperawatan / instruksi dokter.
Contoh instruksi keperawatan yang dimasukkan kedalam lembar alur adalah “ bantu pasien
berjalan dari tempat tidur kekursi dua kali sehari.” Penyelesaian instruksi ini
didokumentasikan menggunakan symbol yang sama pada pengkajian, yaitu:
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang
ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada bagian
bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang
bertanda bintang).
Selebihnya, lembar alur juga meliputi catatan penyuluhan pasien dan catatan
pemulangan pasien. Catatan grafik berbeda karena terdapat ruang bagi perawat untuk
memeriksa apakah standar praktik telah diikuti atau tidak.
2. Standar Praktik.
Pada model dokumentasi CBE, standar praktik merupakan aspek penting dari praktik
keperawatan yang digunakan di area klinis. Kepatuhan terhadap standar praktik akan
menghilangkan pendokumentasia intervensi keperawatan rutin, seperti perawatan oral,
membantu mengubah posisi, perawatan intravena, perawatan kateter foley, atau perawatan
selang nasogastrik. Tanda centang (√) digunakan untuk mendokumentasikan kelengkapan
standar, dan tanda bintang (*) menunjukan bahwa tidak semua standar profesi sudah diikuti.
Adanya penyimpangan harus dijelaskan dalam catatan perawat.
3. Protokol dan intruksi incidental.
Dalam model dokumentasi CBE, protokol / pedoman praktik memperjelas intervensi
keerawatan berkaitan dengan perjalanan klinis yang diharapkan dari populasi pasien tertentu,
seperti pasin preoperative, dan pascaoperatif. Protokol menguraikan intervensi keperawatan,
pengobatan dan frekuensi pengkajian fisik.
Lembar alur keperawatan / interuksi dokter digunakan untuk mendokumentasikan
implementasi protocol. Intruksi incidental digunakan jika intervensi keperawatan diperlukan
untuk melanjutkan intervensi keperawatan khusus yang melewati tenggang waktu jika
diperlukan intervensi keperawatan yang berjangka waktu.
4. Data dasar keperawatan.
Data dasar keperawatan mempunyai bagian yang berisi riwayat kesehatan dan
pengkajian fisik. Bagian pengkajian fisik menggunakan parameter normal sama dengan
lembar alur keperawatan / instruksi dokter. Hasil normal setiap system tubuh dicetak dikolom
kiri bawah halaman. Jika hasil pengkajian fisik sitem tubuh normal, perawat harus membari
tanda centang (√) pada kotak yang sesuai. Hasil yang abnormal dijelaskan pada sisi kanan
halaman.
5. Rencana perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan.
Model dokumentasi CBE menggunakan rencana erawatan yang standar bersifat
individu untuk setiap pasien. Rencana perawatan standar ini berfokus pada diagnosisi
keperawatan yang spesifik dan mencakup factor yang berhubungan atau factor resiko,
karakteristik penjelas, data pengkajian yang mendukung munculnya diagnosis keperawatan,
hasil yang diharapkan dan intervensi.
6. Catatan perkembangan SOA.
Catatan perkembangan didokumentasikan secara teratur dengan metode SOAP atau
SOAPIE. Karena lembar alur keperawatan / instruksi dokterdan lembar alur lainnya terdiri
dari banyak dokumentasi, biasanya muncul dalam catatan perkembangan. Oleh karena itu
penggunaan catatan SOAP dalam system CBE sangat terbatas pada situasi berikut ini (Burke
and Murphy, 1988):
a. Ketika diagnosis keperawatan diientifikasi, diingatkan kembali dinonkatifkan atau
diselesaikan.
b. Ketika hasil yang diharapkan dievaluasi.
c. Ketika ringkasan pemulangan dituliskan.
d. Ketika revisi besar terhdah rencana dituliskan.
Dalam metode dokumentasi CBE, bentuk narasi digunakan tersendiri untuk
menggambarkan hasil pemeriksaan normal maupun adanya penemuan abnormal. Bentuk
flowsheet bias digunakan untuk menuliskan hasil pengkajian rutin, sesuai jenis pengkajian
yang dilakukan, misalnya : GI assessment, integumentary assessment. Pada kasus akut atau
klien yang butuh perawatan cukup lama, model pendokumentasi CBE ini bias digunakan.
Data yang bisa didokumentasikan menggunakan model CBE ini antara lain: data
dasar (riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik), intervensi (menggunakan bentuk flowsheet) ,
catatan bimbingan pada klien, catatan pulang (menggunakan format SOAPIER), daftar
diagnosis keperawatan, diagnosis keperawatan disertai rencana keperawatan dan profil
perawatan (menggunakan system KARDEX).
Kerugian Flowsheet :
a) Memungkinkan duplikasi data, rancangan dan format .
b) Tidak ada ruang untuk pencatatan tentang kejadian yang tidak biasa terjadi dan bertahan
untuk menggunakan lembar alur .
c) Memperluas catatan medik dan menciptakan penggunaan penyimpanan.
- Lembar alur ( Flowsheet ).
Lembar ini digunakan oleh perawat untuk mencatat hasil observasi maupun
pengukuran yang telah dilakukan seperti data tentang vital sign, berat badan serta pemberian
obat, yang tidak perlu dicatat secara naratif.
Selain itu tim keesehatan lainnya dapat dengan mudah mengakses keadaan klien
hanya dengan melihat grafik yang ada di Flowsheet. Sehingga Flowsheet lebih sering
digunakan di IGD, terutama data fisiologis.
PENUTUP
A. Kesimpulan.
sikap yang tinggi serta penguasaan standar dan strategi yang berlaku dapat meningkatkan
dokumentasi yang jelas dan ringkas tentang asuhan keperawatan dapat mengurangi
kecenderungan kontroversi yang mungkin timbul karena pencatatan yang tidak sesuai.
Merupakan hal yang tidak praktis membawa lembar alur kesana kemari untuk
memastikan semua data sudah dicatat dengan akurat dan tepat waktu.
Mencatat data dengan segera dapat menurunkan kesalahan atau hilangnya pencatatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://theyjezzjazz.files.wordpress.com/2018/02/emailing-model-dokumentasi.pdf
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/modul-2-dokumen-keperawatan-kb3-43683392
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/evaluasi-keperawatan-43575298
Nurslam. Proses dan Dokumentasi keperawatan Konsep dan Praktik ,Jakarta : Salemba
Medika, 2001