Anda di halaman 1dari 52

MODUL PRAKTEK

BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
MODUL PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN

Penulis :
Jita Sari Sibero, SST., S.Pd., M.Kes
Marya Sofa, SST., M.Kes

Editor :
dr. Ida Febrina, M.Kes

Penata Letak :
Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes.

Perancang Sampul :
Ir. Max Alkadri Siregar

Penerbit

YAYASAN HELVETIA

Jl.Kapten Sumarsono No.107, Medan, Kode Pos : 20124


Telp/Fax.(061) 42084606 E-mail : info@helvetia.ac.id
Contact Person : 0812 602 5000

Cetakan Pertama : November 2016

ISBN : 978 602 736 087 7

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, kesehatan dan
kesempatan kepada penulis. Serta tidak lupa pula shalawat dan salam marilah kita ucapkan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Modul ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan praktek mahasiswa tentang mata kuliah
Biologi Dasar dan Biologi Perkembagan, sehingga mahasiswa mampu melakukan asuhan
yang berkaitan secara komprehensif, baik dan sitematik. Besar harapan penulis modul ini
dapat menambah skill/keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan Biologi Dasar dan
Biologi Perkembangan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait secara langsung maupun
tidak dalam pembuatan modul praktikum ini, karena atasa dukungan, kekuatan serta do’a
penulis dapat menyelesaikan modul praktikum ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada kita semua, dan semoga kita
semua menjadi pembaca yang aktif...
Aamiin....

Medan, November 2016

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

Kegiatan Belajar 1 : Melakukan Pemeriksaan Laju Endap Darah .................................. 1

Kegiatan Belajar 2 : Pemeriksaan HB Sahli ................................................................... 8

Kegiatan Belajar 3 : Pemeriksaan Glukosa Urin ............................................................ 15

Kegiatan Belajar 4 : Pemeriksaan Protein Urin .............................................................. 22

Kegiatan Belajar 5 : Menentukan Golongan Darah ........................................................ 29

Kegiatan Belajar 6 : Uji Faal Paru .................................................................................. 33

Kegiatan Belajar 7 : EKG (Elektrokardiografi) .............................................................. 38

Kegiatan Belajar 8 : Pembedahan Marmut ..................................................................... 44

ii
KEGIATAN BELAJAR 1: MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH

A. OUTCOME
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melaksanakan pemeriksaan laju endap
darah khususnya dalam pemeriksaan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas secara
komprehensif, tepat serta berkualitas baik.

B. TUJUAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian, dan tujuan dalam pemeriksaan laju
endap darah
2. Peserta didik mampu melaksanakan pemeriksaan laju endap darah
3. Peserta didik mampu menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan laju endap darah
dengan benar dan tepat.

C. MATERI
Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate(ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh
seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut
LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin
tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan Laju Endap Darah (LED) terhadap Siti
Nuryani dan Ika Anggriani. Pada hasil pengamatan, pasien Siti Nuryani memiliki nilai LED
lebih dari normal yaitu 29 mm/jam. Sementara Pasien kedua, Ika Anggriani memiliki LED
yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20 mm/jam.
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi
oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia,

1
dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi
orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap
Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila
nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai
Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa
dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju
Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :
1. Anemia
2. Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma
3. Kehamilan
4. Penyakit Thyroid
5. Diabetes
6. Penyakit jantung
Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. LED dapat meningkat karena :
a. Faktor Eritrosit
 Jumlah eritrosit kurang dari normal
 Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat
membentuk rouleaux → LED ↑.
b. Faktor Plasma
 Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan
rouleaux→ LED ↑.
 Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi
akut maupun kronis
c. Faktor Teknik Pemeriksaan
 Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED ↑.
 Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat
pengendapan→ LED ↑.

2
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat
dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan
nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan
Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas,
sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan
suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan
ketiga dan pada orang tua.
Dalam pemeriksaan Laju endap Darah (LED), terdapat sumber-sumber kesalahan
yang mungkin terjadi saat melakukan pemeriksaan. Antara lain:
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan
2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah
EDTA disimpan pada suhu 4 oC pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam.
3. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan antikoagulans
dikerjakan dengan baik.
4. Mencuci pipa Westergren yang kotor dapat dilakukan dengan cara membersihkannya
dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain adalah dengan
membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertikal. Tidak
dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen.
5. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18-25O C.
6. Pada pemeriksaan pipet harus diletakkan benar-benar posisi vertikal.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur
kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam).

Tiga fase LED meliputi :


1. Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang,
sulit mengendap ( 1-30 menit).

3
2. Fase pengendapan cepat
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil,
masa menjadi lebih berat (30-60 menit).
3. Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah
yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain
untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilaiLED. Baik dari anamnesa meliputi keluhan
dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang
lainnya (laboratorium, rontgen, dll).
LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatandalam tubuh kita.
Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan
kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya
normal.

D. DAFTAR TILIK
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
1. Perlu perbaikan : langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau
dihilangkan
2. Mampu : langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat tepat atau
pelatih perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH
KASUS
NO LANGKAH/TUGAS
1 2 3
Persiapan Tindakan
1. Alat dan Bahan
a. Alat:
1. Karet penghisap

4
2. Pipet wetergreen
3. Rak tabung
4. Rak Westergreen
5. Spoit
6. Tabung EDTA
7. Tabung Serologi
8. Tabung reaksi (kecil)
9. Tourniquet
b. Bahan
1. Kapas Alkohol
2. Natrium Sitrat
3. Sampel darah EDTA
Prosedur Kerja
2. Pra Analitik
1. Persiapan Penderita: tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel: Darah vena dicampur dengan antioagulan
larutan Natrium Sitrat 0,109 M dengan perbandingan 4 : 1.
dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan
larutan sodium sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4:1.
3. Prinsip: mengukur kecepatan sendimentasi sel eritrosit di
dalam plasma. Satuannya mm/jam
4. Alat dan bahan:
a. Pipet Westergren
b. Rak untuk pipet Westergren
c. Natrium sitrat 0,109 M
3. Analitik
1. Isi pipet Westergren dengan darah yang telah diencerkan
sampai garis tanda 0. Pipet harus bersih dan kering.
2. Letakkan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisinya
betul-betul tegak lurus pada sushu 18-250C. Jauhkan dari
cahaya matahari dan getaran.
3. Setelah tepat 1 jam, baca hasilnya dalam mm/jam.

5
4. Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam

E. JOB SHEET
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH
GAMBAR
NO LANGKAH/TUGAS

1. Alat dan Bahan


a. Alat:
10. Karet penghisap
11. Pipet wetergreen
12. Rak tabung
13. Rak Westergreen
14. Spoit
15. Tabung EDTA
16. Tabung Serologi
17. Tabung reaksi (kecil)
18. Tourniquet
b. Bahan
4. Kapas Alkohol
5. Natrium Sitrat
6. Sampel darah EDTA

Prosedur Kerja

6
2. Pra Analitik
1. Persiapan Penderita: tidak memerlukan
persiapan khusus
2. Persiapan sampel: Darah vena dicampur
dengan antioagulan larutan Natrium
Sitrat 0,109 M dengan perbandingan 4 :
1. dapat juga dipakai darah EDTA yang
diencerkan dengan larutan sodium sitrat
0,109 M atau NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4:1.
3. Prinsip: mengukur kecepatan
sendimentasi sel eritrosit di dalam
plasma. Satuannya mm/jam
4. Alat dan bahan:
d. Pipet Westergren
e. Rak untuk pipet Westergren
f. Natrium sitrat 0,109 M

3. Analitik
4. Isi pipet Westergren dengan darah yang
telah diencerkan sampai garis tanda 0.
Pipet harus bersih dan kering.
5. Letakkan pipet pada rak dan perhatikan
supaya posisinya betul-betul tegak lurus
pada sushu 18-250C. Jauhkan dari cahaya
matahari dan getaran.
6. Setelah tepat 1 jam, baca hasilnya dalam
mm/jam.

7
4. Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam

II. KEGIATAN BELAJAR 2 : PEMERIKSAAN HB SAHLI

A. OUTCOME
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melaksanakan pemeriksaan hemoglobin
sahli khususnya dalam pemeriksaan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas secara
komprehensif, tepat serta berkualitas baik.

B. TUJUAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian, dan tujuan dalam pemeriksaan
hemoglobin sahli
2. Peserta didik mampu melaksanakan pemeriksaan hemoglobin sahli
3. Peserta didik mampu menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan hemoglobin sahli
dengan benar dan tepat.

C. MATERI
Definisi hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin
otomatis selain mengukur hemoglobin mesin pengukur akan memecah hemoglobin menjadi

8
sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan
menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam
sel darah merah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari : globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Fungsi hemoglobin
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan baku.
3. Membawa carbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru
untuk dibuang.
4. Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan
pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah.
Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hb juga disertai dengan eritrosit
yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal.
Jenis - jenis hemoglobin (Hb)
Pada manusia telah dikenal kurang dari 14 macam Hb yang dipelajari secara
mendalam dengan bantuan elektrokoresis. Hb diberi nama dengan simbol alfabeta misalnya ;
Hb A, Hb C, Hb D, Hb E, Hb F, Hb G, Hb I, Hb M, Hb S, dan sebagainya.
Kadang-kadang Hb diberi nama menurut kota tempat ditemukan jenis Hb atau orang
yang menemukannya, misalnya ; Hb New York, Hb Sydney, Hb Bart, Hb Gower, dan lain-
lain. Hb A (Adult Dewasa) mulai diproduksi pada usia 5 - 6 bulan kehidupan intrauterine
janin, pada usia 6 bulan postnatal kosentrasi Hb A 99%. Hb A terdiri dari 2 rantai α dan 2
rantai β. Hb F (Foetus janin) mulai ditemukan dalam darah pada minggu ke dua puluh usia
kehamilan. Pada bayi Hb F dan sebelum usia 2 tahun jumlah tinggal sedikit, diganti oleh Hb
A. Karena sifatnya yang resisten terhadap alkali, Hb F ini mudah dipisahkan dari Hb A. Hb F
terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai T.
Sintesis hemoglobin
Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan
CO2 dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, sel darah merah
mengandung protein khusus, yaitu hemoglobin dan setiap hemoglobin dewasa normal (Hb A)
terdiri atas empat rantai polipeptida α2 β2, masing-masing dengan gugus haemnya sendiri.
Berat molekul Hb A adalah 68.000 darah dewasa normal juga berisi jumlah kecil dua

9
hemoglobin lain, Hb F dan Hb A2 yang juga mengandung rantai y dan rantai s masing-
masing sebagai pengganti β. 65% hemoglobin disintesis dalam eritroblas dan tiga puluh lima
persen hemoglobin disintesis pada stadium retikulosit. Sintesis haem, terjadi banyak dalam
mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan suksinil.
Koenzim A dibawah aksi enzim kunci data-amino laevulinic acid (Ala) sintase yang
membatasi kecepatan. Pridoksal fosfat (Vitamin B) adalah koenzim untuk reaksi ini yang
diransang oleh eritro protein dan dihambat oleh hacm. Akhirnya protoporfirin bergabung
dengan besi untuk membentuk hacm yang masing-masing molekulnya bergabung dengan
rantai globin yang terbuat pada poliribosom. Kemudian tetramer empat rantai globin dengan
masing-masing gugus hacmnya sendiri terbentuk dalam “kantong” untuk membangun
molekul hemoglobin.

Struktur hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifin yang
menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang
mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin. Globin sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein
mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein),
yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan berukuran hampir
sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul ± 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu
heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas empat molekul oksigen.

Gambar 1.1, Struktur Hemoglobin

10
Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobin ditentukan dengan bermacam-macam cara dan yang
banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara fotoelektrit dan kolorimetrik visual.
Cara sahli
Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara Sahli banyak dipakai di
Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%, mengalami kurang darah atau darahnya
masih normal, pada pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini
berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan
juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam
hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ; karboxyhemoglobin, methemoglobin,
sulfahemoglobin.
Cara cyanmethemoglobin
Prinsipnya adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan
drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida. Absorbensi larutan diukur
pada panjang gelombang 540 nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah
hemoglobin, oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi
cyanmethemoglobin, sedang sulfhemoglobin tidak berubah karena tidak diukur. Cara ini
sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin dengan teliti karena standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan
kadarnya stabil dan dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram,
kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml. (Dian Rakyat, 2006)
Cara tallquist
Prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-
tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua.
Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil
darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala
warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di tengah-tengah ada lowong
dimana darah dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung
sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.
Cara sulfat
Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor yang diperlukan untuk
transfuse darah. Hasil dari metode ini adalah persen dari hemoglobin. Perlu diketahui
bahwa kadar hemoglobin cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minuman ini

11
ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan kufrisulfat dengan berat
jenis.
Kesalahan dalam pemeriksaan Hb
 Hemolisis darah.
 Obat dapat meningkatkan dan menurunkan kadar hemoglobin.
 Mengambil darah dari lengan yang terpasang cairan invus dapat mengencerkan sampel
darah.
 Membiarkan turniket terpasang terlebih dahulu lebih dari satu menit akan menyebakan
hemokosentrasi.
 Tinggal di daratan tinggi dapat menyebakan peningkatan kadar hemoglobin.
 Penurunan asupan cairan atau kehilangan cairan akan meningkatkan kadar Hb dan
kelebihan asupan cairan akan mengurangi kadar Hb. (Kee.L.j, 2007)
Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain sebagai
berikut :
1. Reagen
Reagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya mulai dari saat
penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus diperhatikan nomor lisensi
kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasinya.
2. Metode
Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti perkembangan metode
pemeriksaan dengan pertimbangan kemampuan laboratorium tersebut dan biaya
pemeriksaannya. Petugas laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada
metode yang digunakan.

D. DAFTAR TILIK
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
1. Perlu perbaikan : langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan
2. Mampu : langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat tepat atau pelatih
perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa
perlu bantuan dan sesuai dengan urutan

12
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN HB SAHLI
KASUS
NO LANGKAH/TUGAS
1 2 3
Persiapan Pra Tindakan
1. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Celemek
b. Handscoon
c. Hb set Sahli
d. HCl %
e. Aquadest
f. Lancet
g. Kapas alkohol 70 %
h. Kapas kering steril
i. Bengkok
Prosedur Kerja
2. 1. Pakai celemek
2. Cuci tangan dengan 6 langkah
3. Pakai handscoon
4. Isi tabung sahli dengan HCl 1% sampai angka 2
5. Desinfektan ujung jari dengan kapas alkohol
6. Tusuk ujung jari dengan jarum yang steril, bersihkan darah
yang pertama dengan kapas kering, tekan jari supaya darah
lebih banyak keluar
7. Gunakan pipet untuk menghisap darah, sampai darah
mencapai warna biru pada tabung atau 20 mm
8. Masukkan darah pada tabung sahli samapai semua darah
keluar dari pipet
9. Aduk HCl dengan darah sampai benar-benar tercampur.
Diamkan selama 2 menit.
10. Masukkan Aquadest tetes demi tetes ke dalam tabung sahli,
diaduk kembali setelah ditetesi sampai warnanya sama
dengan warna standar

13
11. Lihat dasar lengkung dan baca di ujung tersebut. Itulah kadar
hemoglobinnya

E. JOB SHEET
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN HB SAHLI
GAMBAR
NO LANGKAH/TUGAS

1. Persiapan Alat dan Bahan :


j. Celemek
k. Handscoon
l. Hb set Sahli
m. HCl %
n. Aquadest
o. Lancet
p. Kapas alkohol 70 %
q. Kapas kering steril
r. Bengkok

Prosedur Kerja
2. 12. Pakai celemek
13. Cuci tangan dengan 6 langkah
14. Pakai handscoon
15. Isi tabung sahli dengan HCl 1% sampai
angka 2
16. Desinfektan ujung jari dengan kapas
alkohol
17. Tusuk ujung jari dengan jarum yang steril,
bersihkan darah yang pertama dengan
kapas kering, tekan jari supaya darah lebih
banyak keluar
18. Gunakan pipet untuk menghisap darah,
sampai darah mencapai warna biru pada

14
tabung atau 20 mm
19. Masukkan darah pada tabung sahli
samapai semua darah keluar dari pipet
20. Aduk HCl dengan darah sampai benar-
benar tercampur. Diamkan selama 2 menit.
21. Masukkan Aquadest tetes demi tetes ke
dalam tabung sahli, diaduk kembali
setelah ditetesi sampai warnanya sama
dengan warna standar
22. Lihat dasar lengkung dan baca di ujung
tersebut. Itulah kadar hemoglobinnya

III. KEGIATAN BELAJAR 3: PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN


A. OUTCOME
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melaksanakan pemeriksaan glukosa urin
khususnya dalam pemeriksaan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas secara komprehensif,
tepat serta berkualitas baik.

B. TUJUAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian, dan tujuan dalam pemeriksaan
glukosa urin
2. Peserta didik mampu melaksanakan pemeriksaan glukosa urin
3. Peserta didik mampu menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan glukosa urin dengan
benar dan tepat.

C. MATERI
Pengertian
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada/tidaknya glukosa dalam urine. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam
urinalisis.
Tujuan
Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine.

15
Metode yang Digunakan
Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.
Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar
menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Api bunsen
3. Pipet volume
4. Ball filler
b. Bahan
1. Sampel urine
2. Reagen Fehling A dan Fehling B
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Pengamatan Warna
No Tabung ke- Komposisi Bahan Sebelum Setelah Interpretasi
pemanasan Pemanasan
Fehling A + Fehling Kuning
1. A Biru tua ++
B + Sampel urine 1 kehijauan
Fehling A + Fehling Kuning
2. B Biru tua +++
B + Sampel urine 2 kemerahan
Fehling A + Fehling
3. C B + Sampel urine 3 Biru tua Biru tua -
(urine normal)

Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang
berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan
glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk

16
membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang
sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring.
Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-
beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen
yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan
reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan enzim glukosa oxidase.
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan
dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik
dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif
dan kuantitatif (Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan
fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO.
Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B menunjukkan hasil positif
terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri

17
menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan
intensitas warna merah dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa
dalam urine yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B
mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
warna dari biru tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan dean terdapat
endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan
endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni
tetap berwarna biru tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.
Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga
merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling
yang menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi
antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata.
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum
tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau
karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma Fanconi.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini
dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang
dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang
terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang
mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif
dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin
sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang
ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg %.
Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni , dengan demikian air seni penderita
kencing manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau dikerebuti semut ,
selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, muda lelah, emas, mudah haus ,
dan lapar sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya

18
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya
berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD),
peroksidase (POD) dan zat warna.

D. DAFTAR TILIK
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
1. Perlu perbaikan : langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan
2. Mampu : langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat tepat atau pelatih
perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa
perlu bantuan dan sesuai dengan urutan

PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
KASUS
NO LANGKAH/TUGAS
1 2 3
Persiapan Pra Tindakan
1. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Celemek
b. Handscoon
c. Tabung reaksi dan raknya
d. Penjepit tabung
e. Bunsen/ lampu spirtus
f. Pipet
g. Benedict
h. Urine
i. Korek api
j. Spuit 3cc atau 5cc

19
Prosedur Kerja
a. Pakai celemek
b. Cuci tangan
c. Pakai handscoon
d. Siapkan tabung reaksi pada rak
e. Isilah 2 tabung reaksi dengan pereaksi benedict masing-
masing 2,5 cc
f. Teteskan urine pada salah satu tabung sebanyak 1 tetes
g. Panaskan di atas lampu spirtus sampai mendidih, biarkan
dingin
h. Bandingkan dengan tabung yang lain dan lihat perbedaan
warnanya
i. Beritahu hasil pemeriksaan kepada pasien
j. Catat hasil pemeriksaan
k. Bereskan alat
l. Cuci tangan
Catatan :
 Biru/ hijau keruh : -
 Hijau/ hijau kuning : +
 Kuning kehijauan/ kuning keruh : ++
 Jingga atau warna lumpur keruh : +++
 Merah bata : ++++

20
E. JOB SHEET
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
GAMBAR
NO LANGKAH/TUGAS

1. Persiapan Alat dan Bahan :


k. Celemek
l. Handscoon
m. Tabung reaksi dan raknya
n. Penjepit tabung
o. Bunsen/ lampu spirtus
p. Pipet
q. Benedict
r. Urine
s. Korek api
t. Spuit 3cc atau 5cc
2 1. Pakai celemek
2. Cuci tangan
3. Pakai handscoon
4. Siapkan tabung reaksi pada rak
5. Isilah 2 tabung reaksi dengan
pereaksi benedict masing-masing
2,5 cc
6. Teteskan urine pada salah satu
tabung sebanyak 1 tetes
7. Panaskan di atas lampu spirtus
sampai mendidih, biarkan dingin
8. Bandingkan dengan tabung yang
lain dan lihat perbedaan warnanya
9. Beritahu hasil pemeriksaan kepada
pasien
10. Catat hasil pemeriksaan
11. Bereskan alat

21
m. Cuci tangan
Catatan :
 Biru/ hijau keruh : -
 Hijau/ hijau kuning : +
 Kuning kehijauan/ kuning keruh :
++
 Jingga atau warna lumpur keruh :
+++
 Merah bata : ++++

IV. KEGIATAN BELAJAR 4: PEMERIKSAAN PROTEIN URIN

A. OUTCOME
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melaksanakan pemeriksaan protein urin
khususnya dalam pemeriksaan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas secara komprehensif,
tepat serta berkualitas baik.

B. TUJUAN
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian, dan tujuan dalam pemeriksaan protein
urin
2. Peserta didik mampu melaksanakan pemeriksaan protein urin
3. Peserta didik mampu menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan protein urine dengan
benar dan tepat.
C. MATERI
Tujuan :
Untuk Mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat2. Mengetahui besarnya kandungan protein
yang terdapat pada urin
Pembahasan :
Pada praktikum uji protein melalui pencampuran asam asetat pada urin bertujuan untuk mengetahui
adanya kandungan protein yang terkandung pada urin. Pengamatan ini dilakukan dengan cara memasukkan
urin ke dalam tabung reaksi hingga 2/3 tabung kemudian tabung reaksi dimiringkan hingga 45 derajatagar
bagian atas tabung dapat dipanaskan sampai mendidih selama 30 detik.Pemanasan ini bertunjuan untuk proses
denaturasi pada urin agar terjadi.
22
Pendahuluan :
Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkantimbulnya kekeruhan pada
urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itumenjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka
menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah
dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untukmencapai atau
mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasanbertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah
presipitasi.
Dasar Teori :
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh
masing-masing individu. Individu normal mempunyai pH antara5 sampai 7. Banyak faktor yang
memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan ketidak seimbangan hormonal. Warna
urine adalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari emas.Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin dan pH serta suhu
urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.
Untuk analisiskandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai darimetode uji millon
sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara
langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin
tersebut
Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :
NILAI SIMBOL DESKRIPSI
Ø Negatif - Tidak ada kekeruhan sedikitpun
Ø Positif + 1+ Kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein rata-rata 0,01-0,05%
Ø Positif ++ 2+ Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut kadar
protein kira-kira 0,05-0,2%
Ø Positif+++ 3+ Jelas keruh dengan kepingan-kepingan; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%
Ø Positif ++++4+ Sangat keruh dengan kepingan ±kepingan besar atau bergumpal-gumpal atau
memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jikaterdapat lebih dari 3% protein akan membeku.

23
D. DAFTAR TILIK
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
1. Perlu perbaikan : langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan
2. Mampu : langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat tepat atau pelatih
perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa
perlu bantuan dan sesuai dengan urutan
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
KASUS
NO LANGKAH/TUGAS
1 2 3
Persiapan Pra Tindakan
1. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Celemek
b. Handscoon
c. 2 buah tabung reaksi dan raknya
d. Penjepit tabung
e. Bunsen/ lampu spirtus
f. Pipet
g. Kertas tissue
h. Asam asetat 5 %
i. Urine dan korek api
j. Spuit 3cc atau 5 cc
Prosedur Kerja
1. Pakai celemek
2. Cuci tangan
3. Pakai handscoon
4. Isi tabung reaksi dengan urine 2-3cc
5. Panaskan urine di atas lampu spirtus berjarak 2-3 cm dari ujung
lampu sampai mendidih
6. Bandingkan
7 Jika urine keruh, tambahkan 4 tetes asam asetat 5 %, jika
kekeruhan menghilangsetelah ditambahkan asam asetat ini

24
menunjukkan adanya HR dan ini tidak signifikaan untuk protein
Bandingkan
8 Jika urine tetap keruh panaskan sekali lagi
9 Jika urine tetap keruh berarti ada protein di dalam urine
10 Catatan :
 Jernih : -
 Keruh ringan tanpa gumpalan atau butiran : +
 Keruh ada gumpalan/ butiran : ++
 Keruh ada endapan halus/ gumpalan berkeping-keping :
+++
 Keruh ada gumpalan besar yang mengendap : ++++

E. JOB SHEET
NO LANGKAH KERJA GAMBAR
1 Persiapan
Siapkan peralatan dan bahan
yang diperlukan sesuai dengan
urutan kegiatan.
Pastikan bahan dan alat dalam
keadaan dapat digunakan sesuai
urutan kerja

2 Suruh ibu untuk BAK dan urine


ditampung dalam botol yang
telah disiapkan
Key point :
Beritahukan pada ibu mengenai
apa yang akan dilakukan.

25
3 Cuci tangan 7 langkah dengan
sabun dan air mengalir dan
kemudian pasang handschoon.
Sebelum melakukan sesuatu
pekerjaan bidan harus teknik
pencegahan infeksi

4 Perhatikan apakah urine keruh


atau jernih
Key point :
bila keruh urine disaring
dengan kertas penyaring

26
5 Isi kedua tabung kimia dengan
urine masing- masing 2 ml
Key point :
Salah satu tabung sebagai bahan
perbandingan pemeriksaan

6 Panaskan salah satu tabung yang


berisi urine diatas nyala api
lampu spritus, kemudian teteskan
2-3 tetes asam cuka 6% dilihat,
selanjutnya dipanaskan lagi
Key point :
Panaskan sampai mendidih dan
bandingkan dengan tabung
perbandingan

7 Baca hasilnya dengan menilai :


Negatif : bila tidak ada
keruhan
Positif (+) : ada keruhan
sedikit tanpa butir-butir
Positif (++) : keruhan
mudah dilihat dan tampak butir-
butir dalam keruhan tersebut
Positif (+++) : jelas keruh
dan berkeping- keping
Positif (++++) : sangat keruh

27
dan keruhan berkeping-keping
besar atau bergumpal- gumpal.
Key point :
Lihat dengan teliti.

8. Catat hasil dan beritahukan pada


ibu.

9. Rapikan alat dan cuci handscoen


dalam keadaan dipakai dan buka
dalam keadaan terbalik
kemudian rendam dalam larutan
klorin

28
10. Cuci tangan 7 langkah dan
keringkan dengan handuk bersih

V. KEGIATAN BELAJAR 5 : MENENTUKAN GOLONGAN DARAH


A. OUTCOME
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan golongan darah secara mandiri
dengan baik dan komprehensif.

B. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pemeriksaan golongan darah
b. mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan golongan darah

C. MATERI
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A B O dan Rhesus (faktor
Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh,
hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal
ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
- Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

29
- Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
- Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah
AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
- Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebutdonor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun
di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan.
Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB
memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh
penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi danKedokteran pada tahun 1930 untuk
jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

D. DAFTAR TILIK
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
1. Perlu perbaikan: langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau d
dihilangkan
2. Mampu : langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat tepat atau pelatih
perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu
berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa
perlu bantuan dan sesuai dengan urutan

30
Langkah-Langkah Kegiatan NILAI
1 2 3
1. Cuci tangan
2. Berikan satu tetes serum anti-A pada kaca objek
sebelah kiri dan satu tetes serum anti-B sebelah
kanan
3. Desinfeksi daerah perifer (ujung jari tangan/kaki)
4. Tusuk daerah yang di desinfeksi dengan
menggunakan lanset
5. Usap darah yang pertama keluar dengan kapas
kering
6. Teteskan satu tetes darah pada kedua serum di
kaca objek lalu dicampur
7. Goyangkan kaca dengan gerakan melingkar
8. Lihat adanya aglutinasi
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10. Catat hasil prosedur dan respon pasien

E. JOB SHEET
Nama Keterampilan : Pemeriksaan Golongan Darah
Waktu : 30 menit

31
Alat Dan Bahan :

1. Darah perifer dari ujung jari tangan atau kaki


2. Kaca Objek
3. Serum anti-B
4. Serum anti-A
5. Lanset
6. Kapas kering
7. Kapas alkohol

Prosedur Kerja :
Langkah-Langkah Kegiatan GAMBAR

1. Cuci tangan
2. Berikan satu tetes serum anti-A pada
kaca objek sebelah kiri dan satu
tetes serum anti-B sebelah kanan
3. Desinfeksi daerah perifer (ujung jari
tangan/kaki)
4. Tusuk daerah yang di desinfeksi
dengan menggunakan lanset
5. Usap darah yang pertama keluar
dengan kapas kering
6. Teteskan satu tetes darah pada
kedua serum di kaca objek lalu
dicampur
7. Goyangkan kaca dengan gerakan
melingkar
8. Lihat adanya aglutinasi
9. Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan
10. Catat hasil prosedur dan respon
pasien

32
VI. KEGIATAN BELAJAR 6 : UJI FAAL PARU
A. OUTCOME
Diarapkan kepada mahasiswa dapat melakukan keterampilan uji faal paru (Spirometri)

B. MATERI

UJI FAAL PARU (SPIROMETRI)

Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru merupakan pengukuran
obyektif apakah fungsi paru seseorang dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan
faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu. Secara lengkap,
uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan
transpor gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Untuk keperluan praktis dan uji skrining,
biasanya penilaian faal paru seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru.
Apakah fungsi ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya
fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan
penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan alat spirometer
untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau
masuk ke dalam spirometer.

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar
volume dan kapasitas paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital, volume ekspirasi
paksa (forced expiratory volume in 1 second/FEV1) dan kapasitas vital paksa (forced vital
capacity/FVC). Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi
paru secara mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

a. Gangguan fungsi obstruktif (hambatan aliran udara) : bilai nilai rasio FEV1/FVC <70%

33
b. Gangguan fungsi restriktif (hambatan pengembangan paru) : bila nilai kapasitas vital
(vital capacity/VC) <80% dibanding dengan nilai standar.

INDIKASI

a. Diagnostik
- Evaluasi keluhan dan gejala (deformitas rongga dada, sianosis, penurunan suara napas,
perlambatan udara ekspirasi, overinflasi, ronki yang tidak dapat dijelaskan)
- Evaluasi hasil laboratorium abnormal (foto toraks abnormal, hiperkapnia, hipoksemia,
polisitemia)
- Menilai pengaruh penyakit sistemik terhadap fungsi paru
- Deteksi dini seseorang yang memiliki risiko menderita penyakit paru (perokok, usia
>40 tahun, pekerja yang terpajan substansi tertentu)
- Pemeriksaan rutin (risiko pra-operasi, menilai prognosis, menilai status kesehatan)
b. Monitoring
- Menilai efek terapi (terapi bronkodilator, steroid)
- Menggambarkan perjalanan penyakit (penyakit paru, interstisial lung disease/ILD),
gagal jantung kronik, penyakit neuromuskuler, sindrom Guillain-Barre)
- Menilai efek samping obat terhadap fungsi paru
c. Evaluasi kecacatan
- Mengetahui kecacatan atau ketidakmampuan (misal untuk kepentingan rehabilitasi,
asuransi, alasan hukum dan militer)
d. Kesehatan masyarakat
- Skrining gangguan fungsi paru pada populasi tertentu

KONTRA INDIKASI

Absolut : Tidak ada

Relatif : Batuk darah, pneumotoraks, status kardiovaskuler tidak stabil, infark miokard baru
atau emoli paru, aneurisma selebri, pasca bedah mata.

34
INTERPRETASI HASIL

Faal Paru Normal :

- VC dan FVC >80% dari nilai prediksi


- FEV1 >80% dari nilai prediksi
- Rasio FEV1/FVC >70%
Gangguan Faal Paru Restriksi :

- VC atau FVC <80% dari nilai prediksi


- Restriksi ringan jika VC atau FVC 60% - 80%
- Restriksi sedang jika VC atau FVC 30% - 59%
- Restriksi berat jika VC atau FVC <30%
Gangguan Faal Paru Obstruksi :

- FEV1 <80% dari nilai prediksi


- Rasio FEV1/FVC <70%
- Obstruksi ringan jika rasio FEV1/FVC 60% - 80%
- Obstruksi sedang jika rasio FEV1/FVC 30% - 59%
- Obstruksi berat jika rasio FEV1/FVC <30%
TEKNIK PEMERIKSAAN UJI FAAL PARU (SPIROMETRI)

LANGKAH KLINIK

1. Persiapan Tindakan
a. Bahan dan Alat :
- Alat spirometer yang telah dikalibrasi untuk volume dan arus minimal 1 kali dalam
seminggu.
- Mouth piece sekali pakai.
b. Pasien :
- Bebas rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan
- Tidak boleh makan terlalu kenyang, sesaat sebelum pemeriksaan
- Tidak boleh berpakaian terlalu ketat
- Penggunaan bronkodilator kerja singkat terakhir minimal 8 jam sebelum
pemeriksaan dan 24 jam untuk bronklodilator kerja panjang.
- Memasukkan data ke dalam alat spirometri, data berikut :

35
 Identitas diri (Nama)
 Jenis kelamin
 Umur
 Berat badan
 Tinggi badan
 Suhu ruangan
c. Ruang dan fasilitas :
- Ruangan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik
- Suhu udara tempat pemeriksaan tidak boleh <170C atau >400C
- Pemeriksaan terhadap pasien yang dicurigai menderita penyakit infeksi saluran
napas dilakukan pada urutan terakhir dan setelah itu harus dilakukan tindakan
antiseptik pada alat.

2. Prosedur Tindakan
- Dilakukan pengukuran tinggi badan, kemudian tentukan besar nilai dugaan
berdasarkan nilai standar faal paru Pneumobile Project Indonesia
- Pemeriksaan sebaliknya dilakukan dalam posisi berdiri
- Penilaian meliputi pemeriksaan VC, FVC, FEV1, MVV :

Kapasitas vital (Vital Capasity, VC)

 Pilih pemeriksaan kapasitas vital pada alat spirometri


 Menerangkan manuver yang akan dilakukan
 Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga tidak ada
kebocoran
 Instruksikan pasien menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan sebanyak mungkin melalui mouthpiece
 Manuver dilakukan minimal 3 kali

Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capasity, FVC) dan Volume ekspirasi paksa
detik pertama (Forced Expiratory Volume in One Second, FEV1)

36
 Pilih pemeriksaan FVC pada alat spirometri
 Menerangkan manuver yang akan dilakukan
 Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga tidak ada
kebocoran
 Istruksikan pasien menghirup udara semaksimal mungkin dengan cepat kemudian
sesegera mungkin udara dikeluarkan melalui mouth piece dengan tenaga maksimal
hingga udara dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya
 Nilai FEV1 ditentukan dari FVC dalam 1 detik pertama (otomatis)
 Pemeriksaan dilakukan 3 kali

Maksimal Voluntary Ventilation (MVV)

 Pilih pemeriksaan MVV pada alat spirometri


 Menerangkan manuver yang akan dilakukan
 Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga tidak ada
kebocoran
 Instruksikan pasien bernapas cepat dan dalam selama 15 detik
 Manuver dilakukan 1 kali

- Menampilkan hasil di layar spirometri dan mencetak hasil grafik.


- Menentukan interpretasi hasil uji faal paru (spirometri).

37
VII. KEGIATAN BELAJAR 7 : EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI)
A. OUTCOME
Diharapkan kepada mahasiswa dapat melakukan keterampilan elektrokardiografi (EKG atau
EGC ) dalam lingkup praktiknya.

B. MATERI
Definisi EKG (Elektrokardiografi)
Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang digunakan untuk
mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada
tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu
instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan
(milivolt ) jantung (Sundana, 2008).
Indikasi Pemasangan EKG
Menurut Skill Lab. Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, 2009 :
1) Pasien dengan kelainan irama jantung
2) Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
3) Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4) Pasien dengan gangguan elektrolit
5) Pasien perikarditis
6) Pasien dengan pembesaran jantung
7) Pasien dengan kelainanPenyakit inflamasi pada jantung.
8) Pasien di ruang ICU
Sadapan pada EKG
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung.
Menurut Sundana, 2008, Sadapan mesin EKG terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar(I,II,III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode.
Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (atas ke bawah dan kesamping)
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung
melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing
LA(left arm), RA (right arm), LF(left foot), dan RF(right foot). Dari empat electrode ini akan
dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut:

38
1. Sadapan I. Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang
dibuat bermuatan (-) dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung
bergerak ke sudut 0o(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian bagian lateral
jantung dapat dilihat oleh sadapan I
2. Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan(-)
dan LF yang dibuat bermuatan (+)sehingga arah listrik bergerak sebesar
+60o(sudutnya ke arah inferior) Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat
dilihat dari sadapan II
3. Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat
bermuatan(-) dan RF yang bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar sudut
+120o(sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat
dilihat oleh sadapan III.

Gambar 1. Sadapan Bipolar

2. Sadapan Unipolar
a) Unipolar Ekstremitas

39
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas.
Gabungan electrode pada ekstremitas lain membentuk electrode indifferent(potensial
0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel
seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vector dari sadapan unipolar akan
menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertical.
 Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang
dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak kearah -30o(sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
 Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang
dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak kearah +90o (tepat kearah inferior). Dengan demikian bagian inferior
jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF
 Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang
dibuat bermuatan (+) dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik jantung -150o (arah kanan
ekstrem).
Sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas belum cukup sempurna untuk mengamati adanya
kelainan di seluruh jantung. Sehingga akan dilengkapi dengan unipolar prekordial.

Gambar 2. unipolar ekstremitas

b) Unipolar prekordial

40
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensi listrik dengan electrode eksplorasi
diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari
penggabungan ketiga elektrode ekstremitas. Sadapan ini memandang jantung secara
horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas ke daerah posterior
dan ventrikel kanan. Untuk posterior dapat ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk
ventrikel kanan dapat dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R, V8R,
V9R.
Penempatan dilakukan berdasarkan urutan kbel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang
dimulai dari nomor V1-V6. Sekalipun mesin hanya menyediakan 6 elektrode prekordial,
namun untuk penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-V9R dapat digunakan
elektrode prekordial manapun sesuai keinginan, hanya nomor-nomornya diubah secara
manual pada kertas hasil rekaman dengan menggunakan bolpoin/tinta. Penentuan letak
disesuaikan pada urutan sebagai berikut.
A. Nama Percobaan
Electrocardiograf pada manusia

B. Alat dan Bahan


1. Electrocardograf (EKG)
2. Kabel sadapan yang terdiri dari :
a. 4 buah sadapan ekstremitas
Tangan kiri (LA)
Tangan kanan (RA)
Kaki kiri (LL)
Kaki kanan (RL)
b. 6 buah sadapan dada
V1, V2, V3, V4, V5, dan V6
3. Elektroda yang terdiri dari :
a. 4 buah elektroda ekstremitas
b. 6 buah elektroda dada
4. Kertas EKG

C. Prosedur Kerja

41
Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari pakaian. Bahan-
bahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji, dan sebagainya, sebaiknya
dibuka agar tidak mengganggu rekaman. Oleskan EKG cream atau jelly pada tempat-tempat
dimana akan dipasang elektroda untuk mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda
ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar
atau medial. Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG
dan ujung-ujungnya di hubungkan pada elektroda yang sesuai.
VI : pada ruang intercostal 4 pinggir kanan sternum
V2 : pada ruang intercostal 4 pinggir kiri sternum
V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4
V4 : pada ruang intercostal 5 pada linea aksilaris anterior
V5 : pada level V4, pada linea aksilaris anterior
V6 : pada level V4 pada linea aksilaris anterior
Hubungan pada ujung-ujung kabel sandapan pada elektroda dada yang sesuai.
Pasanglah kabel tanah (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekarang mulailah
dengan pencatatan

Penempatan elektroda
Daerah kiri
V1: Ruang intercostal IV garis sternal
kanan
V2: Ruang intercostal IV garis sternal
kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V3
V4: Ruang interkostal V midclavikula
kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid aksila kiri

Bagian posterior
V7: Ruang interkostal V garis aksila
posterior kiri
V8: Ruang interkostal V garis skapula
posterior kiri
V9: Ruang interkostal V samping kiri
tulang belakang

42
Daerah kanan
V1R diletakkan seperti V1
V2R diletakkan seperti V2.
V3R: Antara V1-V4R
V4R:Ruang interkostal ke-5 garis
midklavikula kanan
V5R:Ruang interkostal ke-5 antara
V4R-V5R
V6R: ICS ke-5 garis mid aksila kanan

Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari V1-V6 dilepas
terlebih dulu dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan
prekordial mana pun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
Letak jantung di lihat dari sadapan
Menurut Sundana, 2008
Daerah jantung Sadapan
Inferior II, III, dan aVF
Anterior V3, V4
Septal V1, V2
Lateral I, aVL, V5, dan V6
Posterior V1-V4 resiprokal
Ventrikel kanan V3R-V6R

43
VIII. KEGIATAN BELAJAR 8 : PEMBEDAHAN MARMUT
A. OUTCOME
Diharapkan kepada mahasiswa dapat melakukan analisis organ tubuh marmut dengan
baik, dimana organ tubuh hewan yang dianggap paling mirip dengan organ tubuh
manusia adalah marmut.

B. TUJUAN
 Untuk mengetahui embrio yang ada dalam marmut (Cavia cobaya)
 Mengetahui secara langsung organ-organ dalam yang ada dalam marmut.
Seperti, testis,vas deference ,penis.
 Mengetahui kelenjar ± kelenjar yang ada dalam marmut
 Mendeskripsikan organ ± organ reproduksi internal yang ada dalam marmut
 Mendeskripsikan organ-organ reproduksi eksternal yang ada dalam marmut

C. MATERI
1. Pengertian
Marmut adalah sejenis hewan pengerat dari famili Caviidae (bajing) dengan genus
Marmota. Marmut umumnya hidup di daerah pegunungan, seperti Alpen atau pirenia
diEropa,pegunungan Rocky atau Siera Nevada di Amerika Serikat, dan Kanada bagianutara.
Marmut umumnya membuat sarang di dalam tanah dan melakukan hibernasiselama musim
dingin. Kebanyakan Marmut tergolong hewan sosial, marmut berkomunikasi satu dengan yang lain
dengan siulan nyaring, terutama jika merasa ada bahaya. Nama Marmut berasal dari bahasa
latin mures monti(tikus gunung),dari bahasalatin klasik mures alpini(tikus alpen). Makanan
utama marmot ialah tumbuh-tumbuhan,misalnya rumput-rumputan, buah ceri, lumut kerak,
lumut daun, akar-akaran,dan bunga.
Alat reproduksi
2. Alat Reproduksi Pria
Reproduksi Pria dan Proses Pembentukan SpermaAlat reproduksi pada pria terdiri dari
alat reproduksi bagian dalam dan alatreproduksi bagian luar. Alat reproduksi bagian luar
yang dapat dilihat adalah penisdan buah zakar. Alat-alat ini terletak antara pangkal paha,
lebih mudah dilihatdaripada alat reproduksi wanita yang letaknya lebih tersembunyi.
Sedangkan alatreproduksi dalam pada pria terdiri dari testis, saluran pengeluaran, dan

44
kelenjar asesoris. Organ reproduksi pada pria akan mulai berkembang pada masa anak laki-laki
menginjak usia 9-15 tahun dan akan berhenti perkembanganya pada usia 20 tahun.
D. Penis
Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh-
pembuluh darah, dan jaringan saraf.
E. Buah Zakar
Buah Zakar Buah zakar terdiri dari kantong zakar( kantong pelir) yang didalamnya
terdapatsepasang testis dan bagian-bagian yang lainnya. Kulit terluar disebut skrotum.
F. Testis
Testis merupakan alat untuk memproduksi sperma. Untuk memproduksisperma diperlukan suhu
yang sedikit lebih rendah dari suhu tubuh. Olehkarena itu menjelang kelahiran, testis turun dari
dalam rongga tubuh menujukantong pelir (skrotum). Didalam testis terdapat saluran-
saluran yang disebutsaluran penghasil sperma ( tubulus seminiferus). Dinding sebelah
dalamsaluran tersebut terdiri dari jaringan epitelium dan jaringan ikat.
G. Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi pria terdiri dari epidermis, vas
deference,saluran ejakulasi dan uretra.
H. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma di dalam testis
(tubulusseminiferus). Sperma terdiri atas tiga bagian. Pada bagian kepala terdapat
selubung kepala (akrosom ) yang mengandung enzim hialuronidase dan proitenase
yang berperan untuk menembus lapisan pelindung sel telur. Pada bagian tengah
terdapat banyak mitokondria yang berguna untuk menghasilkan energi. Ekor sperma dibangun
oleh mikrotubulus
3. Alat Reproduksi Perempuan
Reproduksi pada Perempuan Sistem reproduksi perempuan memiliki fungsi, antara lai:
b. Menghasilkan sel kelamin betina (sel telur atau ovum) didalam sepasang ovari
c. Mengantarkan ova ( tunggal: ovum) menuju oviduk atau saluran telur, yaitutempat
terjadinya fertilisasi ( pembuahan)
d. Mempersiapkan dinding uterus ( endometrium) untuk penempelan (implatasi) dan perekembangan
embrio
e. Menghasilkan hormon kelamin betina utama, yaitu estrogen.

45
11. DAFTAR TILIK
No Langkah Kerja Penilaian
1 2 3
1 Sipakan marmut yang akan dibedah
2 Tuangkan alkohol kedalam toples yang dibawahnya sudah di masukkan
kapasatau tisu dan masukkan marmut ke dalam tersebut, tunngu 5 menit
jika tak adareaksi tuangkan formalin kedalamnya
3 Tutup rapat-rapat toples tersebut
4 Setelah pingsan letakkan marmut diatas bak parafin dan jepit
dengan jarum pentul
5 Bedah kulit perut marmut tersebut dengan menggunakan
gunting tajam
6 Setelah tebuka kulit pertama bedah kulit kedua
7 Amati organ dalam marmut tersebut lepaskan embrio dari induknya
dengan caramemotong ususnya dan tali plasent
8 Campurkan cairan alkohol dengan formalin, masukkan
kedalam toples secukupnya
9 Setelah itu masukkan embrio ke dalam toples tersebut dan
tutup rapat-rapat

12. JOB SHEET


No Langkah Kerja GAMBAR

1 Sipakan marmut yang akan dibedah

46
2 Tuangkan alkohol kedalam toples yang dibawahnya
sudah di masukkan kapasatau tisu dan masukkan
marmut ke dalam tersebut, tunngu 5 menit jika tak
adareaksi tuangkan formalin kedalamnya

3 Tutup rapat-rapat toples tersebut

4 Setelah pingsan letakkan marmut diatas bak


parafin dan jepit dengan jarum pentul

5 Bedah kulit perut marmut tersebut dengan


menggunakan gunting tajam

47
6 Setelah tebuka kulit pertama bedah kulit
kedua.

7 Amati organ dalam marmut tersebut lepaskan embrio


dari induknya dengan caramemotong ususnya
dan tali plasent

8 Campurkan cairan alkohol dengan formalin,


masukkan kedalam toples secukupnya

9 Setelah itu masukkan embrio ke dalam toples


tersebut dan tutup rapat-rapat

48

Anda mungkin juga menyukai