01 LP Typoid
01 LP Typoid
TYPHOID
4) Minggu kedua
Pada sebagian besar penderita demam tinggi terus berlangsung mencapai 38,30
0
C-39,4 C. Keadaan umum penderita makin menurun, apatis, bingung,
kehilangan kontak dengan sekitarnya, tidak bisa istirahat atau tidur.
5) Minggu ketiga
Memasuki minggu ketiga penderita memasuki tahap typhoid state yang di
tandai dengan disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat, bisa
pula di dapat dilirium, stupor dan koma. Demam terus menerus mulai menurun.
2. Radiologi
Foto abdoment dilakukan bila di duga adanya komplikasi.
1.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bagi pasien dengan demam typhoid meliputi :
1. Perawatan
1) Tirah baring absolut sampai minimal 7 hsri bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari.
2) Posisi tubuh harus di ubah untuk mencegah dikubitus
3) Mobilisasi sesuai kondisi dan secara bertahap sesuai dengan pulihnya
keshatan pasien
2. Diet
1) Makanan di berikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya
( mula-mula air lalu makanan lunak, selanjutnya makanan biasa )
2) Makanan mengandung cukup cairan, TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi
Protein )
3) Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein,
tidak boleh mengandung banyak serat dan tidak mengandung banyak
gas.
3. Obat
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-
4 kali seHari.
2) Ampisilin dengan dosis 200 mg/kg BB /hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat sebelum dapat minum obat selama 21 hari atau
Amoksilin dengan dosis 100 mg/ kg BB/ hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian oral/ intravena selama 21 hari.
3) Kotrimoksazol dengan dosis 8mg/kg BB/hari, terbagi dalam 2 kali
pemberian, oral, selama 14 hari. Kotrimoksazol merupakan kombinasi dari
trimetropin dan sulfametosazol. Dosis untuk orang dewasa 2x2 tablet/hari
di gunakan sampai 7 hari bebas demam.
4) Anti piretik
Di berikan bila pasien deman
4. Pembedahan
Pada pasien sudah terjadi komplkasi perdarahan usus atau perforasi usus akan
di lakukan pembedahan.
1.6 KOMPLIKASI ( Mansjoer,Arif.2000 )
1. Komplikasi di dalam usus
1) Perdarahan usus
Apabila sedikit maka perdarahan tersebut hanya di temukan jika di lakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidine. Bila terdapat perdarahan banyak maka
dapat terjadi melena yang biasa di sertai nyeri perut dengan tanda-taanda
renjatan. Perforasi usus biasanya muncul pada minggu ketiga atau
setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
2) Perforasi yang tidak di sertai peritonitis hanya dapat di temukan jika
terdapat udara dalam rongga peritoniun.
3) Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdoment akut, yaitu nyeri perut yang hebat,
didingabdoment tegang dan nyeri tekan ( Nursalam,2005 : 153)
2. Komplikasi di luar usus
1) Manifertasi pulmonal
Pada sebagian besar kasus di dapatkan batuk, biasanya bersifat ringan dan
di sebabkan oleh bronkitis (15%), pnemoni (1-30%) bisa merupakan infeksi
sekunder dan dapat timbul pada awal sakit atau fase akut lanjutkomplikasi
lain yang terjadi adalah abses paru, efusi dan empiema.
2) Manifestasi hematologi
Depresi sumsum tulang belakang yang toksik pada penderita dengan
manifestasi klinis yang berat, menyebabkan terjadinya anemi, neutropenia,
granulositopenia, dan trombositopenia. Hemolisis akut di jumpai pada
pasien G6PD yang menderita typhoin dan di picu dengan memakai
kloramfenikol.
3) Manifestasi neuropsikiatri
Manifestasi neurapsikiatri yang di laporkan pada penderita demam typhoid
dengan bervariasi : sakit kepala, meningismus sampai gangguan kesadaran
( disorientasi sampai delirium, stupor dan koma ). Manifestasi lain yang
jarang di jumpai adalah kejang, typhoid meningitis,ensefalomielitis,
trasverse myelitis dengan paraplegi, neuritis dan sindroma Guilanbarre.
4) Manifestsi kardiovaskuler
Myokarditis ditemukan pada 1-5% penderita demam typhoid. Manifestasi
klinis bervariasi mulai dari asimtomatik sampai dengan nyeri dada, payah
jantung, aritmia atau syok kardiogenik. Bila muncul pada anak kecil,
myokarditis merupakan komplikasi yang serius.
5) Manifestasi hepatobilier
Komplikasi hepatobilier yang biasa di temukan adalah hepatits tofosa yang
asimtomatik ditandai dengan peningkatan SGOT dan SGPT.
6) Manifestasi urogenital
Kelainan yang paling sering di temukan adalah proteinuria yang bersifat
sementara ( Soegoeng,2002:13 )
1.7 PENCEGAHAN
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
1) Penyediaan air minum yang memenuhi
2) Pembuangan kotoran manusia ( BAK dan BAB ) yang hygiene
3) Pemberantas lalat
4) Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjualan makanan
2. Usaha terhadap manusia
1) Imunisasi
2) Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene.
( Mansjoer,arif 1999).
1.8 WOC (terlampir)