RPH
Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I L A M P U N G
Peternak Impor
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry Lokal
Kapasitas : ± 1-2 ekor Australia
Perjalanan : < 1 hari
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I D K I J A K A RTA
Daerah Asal:
1. Jawa Timur Impor dari
2. Jawa Barat
3. Lampung
Australia
4. Bali
Pedagang
Pengumpul Besar
Angkutan: Colt Diesel
Kapasitas : ± 15 ekor
Perjalanan : < 1 hari
Jagal
Angkutan: Colt Diesel
Kapasitas : ± 15 ekor
Perjalanan : < 1 hari
RPH
Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I J AWA T E N G A H
Peternak
Pedagang
Angkutan: Truck Pengumpul
Kapasitas : ± 10 ek
Perjalanan : 2-3 hari
Pedagang Pedagang Antar
Pengumpul Besar Propinsi
Angkutan: Fuso
Kapasitas : ± 15-20 ek
Daerah Tujuan Pemasaran Perjalanan : 7 hari
Sapi dari Jawa Tengah:
Jagal
1. DKI Jakarta
2. Jawa Barat
RPH
Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I J AWA T I M U R
Peternak
Pedagang
Angkutan: Truck Pengumpul
Kapasitas : ± 10 ek
Perjalanan : 2-3 hari
Pedagang Pedagang Antar
Pengumpul Besar Propinsi
Angkutan: Fuso
Kapasitas : ± 15-20 ek
Daerah Tujuan Pemasaran Jagal Perjalanan : 7 hari
Sapi dari Jawa Timur:
1. DKI Jakarta
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Lampung
RPH
5. Sumatera Utara
Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I S U L AW E S I S E L ATA N
Peternak
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry
Kapasitas : ± 1-3 ekor
Perjalanan : < 1 hari
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry Belantik Lokal
Kapasitas : ± 1-2 ekor
Perjalanan : 2-4 jam
Pasar
Jagal RPH Konsumen
Hewan
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I N U S A T E N G G A R A B A R AT
Peternak
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry
Kapasitas : ± 1-3 ekor
Perjalanan : < 1 hari
Belantik Lokal
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry
Kapasitas : ± 1-2 ekor
Perjalanan : 2-3 jam
Pasar
Jagal RPH Konsumen
Hewan
Pedagang Antar
Propinsi
Angkutan: MobilTruck dalam Kapal
Daerah Tujuan
Kapasitas : ± 10-12 ekor
Pemasaran Sapi dari
Nusa Tenggara Barat:
Perjalanan : ± 3 hari
Jagal
1. Nusa Tenggar Timur
2. Kalimantan Barat
3. Kalimantan Timur
4. Kalimantan Selatan
5. Sulawesi RPH
6. Papua Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
7. Riau
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I N U S A T E N G G A R A T I M U R
Peternak
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry
Kapasitas : ± 1-3 ekor
Perjalanan : < 1 hari
Belantik Lokal
Angkutan: Mobil Pickup/ Carry
Kapasitas : ± 1-2 ekor
Perjalanan : 2-3 jam
Pasar
Jagal RPH Konsumen
Hewan
Pedagang Antar
Propinsi
Angkutan: MobilTruck dalam Kapal
Kapasitas : ± 10-12 ekor
Daerah Tujuan
Perjalanan : ± 3 hari
Jagal
Pemasaran Sapi dari
Nusa Tenggara Timur:
1. DKI Jakarta
2. Jawa Barat
3. Kalimanran Timur RPH
Angkutan: PikUp, Mobil, Motor,
Angkutan Umum
Konsumen
P O L A S U P P LY C H A I N T E R N A K S A P I D I I N D O N E S I A
Secara umum pola supply chain untuk sapi potong di Indonesia memiliki mata rantai yang panjang
terdiri dari aktor : Peternak , Belantik, Pasar Hewan, Pedagang Pengumpul, Pedagang Pengumpul
Besar, Pedagang Antar Propinsi, Jagal, RPH dan Konsumen.
A NALISIS M ARGIN S UPPLY C HAIN T ERNAK S API
DI I NDONESIA
P ERBANDINGAN M ARGIN S UPPLY C HAIN T ERNAK S API
DI I NDONESIA
Untuk daerah surplus seperti NTB dan NTT terdapat perbedaan margin di tingkat peternak yang
besar antara perdagangan di lokal dan antar propinsi.
Margin peternak untuk perdagangan di tingkat lokal lebih besar dibandingkan dengan margin
antar pulau. Hal ini menyebabkan peternak enggan menjual ternak sapi untuk tujuan ke luar
propinsi.
Implikasinya jumlah ternak sapi yang disitribusikan dari NTB dan NTT ke luar propinsi (Misalnya
DKI Jakarta) relatif kecil dibandingkan dengan potensi supply yang ada.
A NALISIS S UPPLY DAN D EMAND T ERNAK S API DAN
D AGING DI I NDONESIA
S EBARAN P O PUL ASI S API P O TO NG DI I NDO NESIA
Sulawesi
2012: 1,93 juta (12,08%)
Sumatera
2012: 2,94 juta (18,38 %)
Jawa
2012: 8,12 juta (50,68 %) Maluku dan Papua
2012: 278,95 ribu (1,74 %)
Kalimantan
Supply : 17,82 ribu ton
Demand : 44,68 ribu ton Sulawesi
Supply : 180,09 ribu ton
Defisit : - 26,85 ribu ton
Demand : 25,09 ribu ton
≈ - 157,84 ribu ekor Surplus : 55,00 ribu ton
≈ 323,29 ribu ekor
Sumatera
Supply : 108,33 ribu ton
Demand : 109,87 ribu ton
Defisit : - 1,53 ribu ton Maluku-Papua
≈ - 9,04 ribu ekor
Supply : 9,79 ribu ton
Demand : 9,06 ribu ton
Surplus : 0,73 ribu ton
≈ 4,3 ribu ekor
DKI
Supply : 197,38 ribu ton
Demand : 92,88 ribu ton
Defisit : - 92,68 ribu ton Jawa (Minus DKI)
≈ - 544,74 ribu ekor Supply : 215,37 ribu ton
Bali-Nusra
Demand : 225,49 ribu ton
Defisit : - 10,12 ribu ton Supply : 95,78 ribu ton
≈ - 59,48 ribu ekor Demand : 14,43 ribu ton
Surplus : 81,35 ribu ton
Sumber: Kementan-BPS 2011 (Diolah) ≈ 478,18 ribu ekor
Indonesia
Daerah surplus: Bali-Nusra, Sulawesi dan Maluku-Papua Supply : 527,41 ribu ton
Demand : 521,51 ribu ton
Daerah defisit : Jawa (DKI Jakarta dan Jawa Barat) Surplus : 5,9 ribu ton
Luar Pulau Jawa: Sumatera dan Kalimantan ≈ 34,86 ribu ekor
S TRATEGI D ISTRIBUSI T ERNAK S API
DI I NDONESIA
DISTRIBUSI SAPI POTONG DARI NTT KE DKI JAKARTA
[EKSISTING]
Biaya Distribusi
Rp. 282.000 Rp. 1.185.550
Pedagang Pasar
Peternak Antar Propinsi [Konsumen]
KONSEP SISTEM DISTRIBUSI BERKEADILAN (1)
Biaya Distribusi
Keterangan
Eksisting
Subsidi Transportasi
K ONSE P SIST E M DIST R IBUSI BE R K E A DILA N (2 )
Masing-masing propinsi dan pulau secara alami mempunyai arus distribusi ternak
sapi tersendiri, ditandai dengan distribusi antar propinsi dan pulau yang
berdekatan dari daerah surplus ke daerah defisit.
Secara umum pola supply chain untuk sapi potong di Indonesia memiliki mata
rantai yang panjang terdiri dari aktor : Peternak , Belantik, Pasar Hewan,
Pedagang Pengumpul, Pedagang Pengumpul Besar, Pedagang Antar Propinsi,
Jagal, RPH dan Konsumen.
Untuk daerah surplus seperti NTB dan NTT terdapat perbedaan margin di tingkat
peternak yang besar antara perdagangan di lokal dan antar propinsi.
Margin peternak untuk perdagangan di tingkat lokal lebih besar dibandingkan
dengan margin antar pulau. Hal ini menyebabkan peternak enggan menjual ternak
sapi untuk tujuan ke luar propinsi.
Implikasinya jumlah ternak sapi yang disitribusikan dari NTB dan NTT ke luar
propinsi (Misalnya DKI Jakarta) relatif kecil dibandingkan dengan potensi supply
yang ada.
Daerah surplus: Bali-Nusra, Sulawesi dan Maluku-Papua; Daerah defisit : Jawa
(DKI Jakarta dan Jawa Barat); Luar Pulau Jawa: Sumatera dan Kalimantan.
Pulau Bali-Nusra dan Sulawesi dapat dijadikan sumber pasokan ternak sapi bagi
Pulau Jawa (DKI Jakarta).
R EKOMENDASI
R EKOMENDASI
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ternak sapi, maka perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Untuk daerah/Pulau yang mengalami defisit, di Pulau Sumatera dan Pulau
Kalimantan perlu dikembangkan kawasan integrasi ternak sapi – Kelapa Sawit
dengan pengelolaan berbasis budaya industri misalnya bekerjasama dengan BUMN.
2. Untuk memenuhi daerah defisit, terutama DKI Jakarta pasokan dapat berasal dari
Pulau Bali-Nusra dan Sulawesi dengan menggunakan konsep distribusi berkeadilan
melalui:
a. Perbaikan sistem distribusi atau subsidi biaya transportasi ternak sapi antar
propinsi dan antar pulau; dan
b. Pendistribusian ternak sapi dalam bentuk daging.
Pengembangan
Kawasan Ternak
Sapi
TERIMA KASIH