Anda di halaman 1dari 63

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBANGUNAN


GEDUNG MENARA SENTRAYA JAKARTA

ATFAL MURODIF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengukuran


Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan
Gedung Menara Sentraya Jakarta” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Atfal Murodif
F451124011
RINGKASAN

ATFAL MURODIF, Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhi dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta.
Dibimbing oleh ERIZAL dan MEISKE WIDYARTI.

Manajemen konstruksi sudah seharusnya dapat mengetahui berbagai cara


untuk mengukur produktivitas tenaga kerja sebelum membuat upaya untuk
meningkatkan produktivitas. Produktivitas adalah merupakan salah satu isu yang
paling penting dalam dunia konstruksi guna memajukan pembangunan di dalam
negara berkembang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui produktivitas tenaga
kerja dalam pembangunan gedung Menara Sentraya. Tujuan penelitian ini adalah
1) untuk menganalisis produktivitas tenaga kerja dengan menggunakan metode
sampling kerja, 2) untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor serta
peringkat yang mempengaruhi produktivitas kerja dalam pembangunan proyek
konstruksi. Metode work sampling digunakan untuk memperoleh Tingkat
Pemanfaatan Tenaga Kerja atau Labor Utilization Rate (LUR). Hasil analisis LUR
pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran secara berturut-turut adalah
47,32%, 43,17%, dan 49,76%. Total LUR dari tiga jenis pekerjaan adalah
45,60%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas pada proyek ini masih
relatif tinggi. 3) Menganalisis Relative Importance Index (RII) adalah faktor-
faktor indeks hasil analisis yang mempengaruhi produktivitas. Faktor-faktor
tersebut dikelompokkan menjadi 10 grup yaitu a) material dan alat, b) tenaga
kerja, c) kepemimpinan, d) motivasi, e) waktu, f) pengawasan, g) proyek, h)
keselamatan kerja, i) mutu dan j) eksternal.
Hasil analisis dari 10 grup dan 46 faktor yang dipertimbangkan dalam
penelitian menunjukkan bahwa faktor utama negatif yang mempengaruhi adalah
disiplin waktu tenaga kerja. Penggunaan waktu kerja dalam konstruksi bangunan
sangat penting karena terlambatnya satu pekerjaan akan terakumulasi yang akan
menjadi terlambatnya proyek secara keseluruhan dan merupakan kerugian besar
dalam segi bisnis. 4) Penggunaan Total Project process (TPP) yang merupakan
urutan sejumlah proses utama dalam pelaksanaan proyek, yang dibagi dalam 5
proses yang dimulai setelah proyek diperoleh dari pelanggan sampai dengan serah
terima bangunan kepada pelanggan.
Hasil dan perhitungan produktivitas yang dilakukan pada TPP dengan cara
mengisi form yang sudah ada pada saat tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Seluruh proses mendapat nilai 4 yang artinya pelaksanaannya sudah baik.
Pengisian form TPP diperlukan orang yang punya kejujuran dan integritas
sehingga menghasilkan angka yang sesuai.

Kata kunci: produktivitas tenaga kerja, Labour Utilization Rate, Relative


Importance Index, work sampling, Total Project Process.
SUMMARY

ATFAL MURODIF, Measurement of Productivity and Factors Affecting the


Construction at Menara Sentraya Building Jakarta. Supervised by ERIZAL and
MEISKE WIDYARTI.

Costruction management should be able to know ways to measure labor


productivity before making an effort to improve it. Productivity is one of the
most important issues in both developed and developing building construction.
This research was done to know the productivity of construction Menara Sentraya
project. The research objective were 1) to analyze labor productivity by using
work sampling method, 2) to analyze and identify factors also make rank that
affect work productivity in building construction project work sampling method is
used to obtain Labor Utilization Rate (LUR) value. The LUR analysis results of
formwork, reinforcement, and concreting are 47.32%, 43.17%, and 49.76%. Total
LUR of three work type is 45.60%. It can concluded that the productivity is still
relatively high. 3) to analyze Relative Importance Index (RII) is analysis results
factors that affect productivity. These factors are grouped into 10 groups: a)
material and tools, b) man power, c) leadership, d) motivation, e) time, f)
supervision, g) project, h) safety, i) quality and j) external.
The result of analysis of 10 groups and 46 factors considered in the study
showed that the main factors negatively affecting labor productivity is on time.
The use of working time in construction buildings are very important because
delays in one job will accumulate that would be a delay in the overall project and
caused a big loss in terms of business. Using of 4) to analyze the Total Project
Process (TPP) is a sequence number of the main processes in the implementation
of the project, which is divided into 5 processes are started after the project was
obtained from the customer up to the handover of the building to the customer.
Productivity calculations performed on TPP by filling out a form that had already
exist at the time of the implementation phase of the construction work.
The result of the TPP is that in all process got 4 score, means that project
in all process has already done well. TPP form filling required by people who
have the result and integrity so as to produce the corresponding productivity
figures.

Keywords: labor productivity, Labour Utilization Rate, Relative Importance


Index, work sampling, Total Project Process.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBANGUNAN
GEDUNG MENARA SENTRAYA JAKARTA

ATFAL MURODIF

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi : Prof. Dr. Manlian Ronald Adventus Simanjuntak, ST.,
MT., D.Min., IAI.
Judul Tesis : Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta
Nama : Atfal Murodif
NIM : F451124011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Erizal, M.Agr. Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng.


Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS. IPM. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 31 Agustus 2016 Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karunia-
Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Juli - September 2014 ini adalah “Pengukuran
Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan
Gedung Menara Sentraya Jakarta”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr. selaku
ketua komisi pembimbing dan ibu Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng. selaku
anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya
selama penelitian. Terima kasih pula diucapkan kepada bapak Ir. Handoyo Rusli,
MT., Ir. Dedet Syafinal Syafruddin, MM., Ir. Richard Tan, Ir. Tantarto Sugiman,
MT., Ir. Iman Satoto dan semua tim PT Total Bangun Persada Tbk yang telah
memberikan izin, waktu dan kesempatan selama pelaksanaan pendidikan dan
memberikan data selama penelitian serta teman-teman jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan (SIL) di sekolah Pascasarjana IPB yang tidak bisa disebutkan satu per
satu yang telah memberikan dukungan dan semangat. Tidak lupa pula ucapan
terima kasih disampaikan kepada istri, anak-anak dan keluarga yang tidak pernah
letih dalam berdo’a dengan memberikan segala pengorbanan, perhatian dan kasih
sayangnya.
Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini
tetap bermanfaat bagi akademisi dan praktisi khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Bogor, Agustus 2016


Atfal Murodif
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
Kajian Penelitian Terdahulu 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 4
Kerangka Teoritis 4
Konsep Dasar Sistem Produktivitas 4
Manfaat Pengukuran Produktivitas 6
Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Produktivitas 7
Model Pengukuran Produktivitas 8
Pelaksanaan proyek 12
Monitoring kegiatan 13
Evaluasi Sistem Produktivitas 14
Perencanaan Peningkatan Produktivitas 14
Analisis Relative Importance Index 20
Total Project Process 20
Kriteria Penilaian Produktivitas dalam TPP 20

3. METODE PENELITIAN 23
Waktu dan Tempat 24
Pendekatan Metode Penelitian 24
Alat dan Bahan 24
Data dan Sumber Data 24
Teknik Pengumpulan Data 25
Penentuan Sampel Responden 27

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 28


Analisis data 28
Analisis berdasarkan waktu kerja 29
Analisis LUR pada saat jam normal 30
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas 31
Karakteristik responden 31
Penentuan jumlah sampel 31
Analisis Total Project Process 40

5. KESIMPULAN DAN SARAN 43


KESIMPULAN 43
SARAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 48
RIWAYAT HIDUP 51

DAFTAR TABEL
1 Kelompok jenis kegiatan 11
2 Lembar pengumpulan data work sampling 12
3 Penilaiaan produktivitas 21
4 Pengendalian TPP 22
5 Pembagian periode waktu kerja 25
6 Daftar pertanyaan kuesioner 27
7 Gambaran umum proyek 28
8 Hasil analisis work sampling 28
9 Komposisi kelompok responden dan tingkat pengembalian kuesioner 31
10 Peringkat semua faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas pekerja 32
11 Peringkat grup faktor material dan alat 33
12 Peringkat grup faktor tenaga kerja 34
13 Peringkat grup faktor kepemimpinan 34
14 Peringkat grup faktor motivasi 36
15 Peringkat grup faktor waktu 36
16 Peringkat grup faktor pengawasan 36
17 Peringkat grup faktor proyek 37
18 Peringkat grup faktor keselamatan kerja 38
19 Peringkat grup faktor mutu 39
20 Peringkat grup faktor eksternal 39
21 Total Project Proces 42

DAFTAR GAMBAR
1 Skema sistem produktivitas 5
2 Siklus produktivitas 6
3 Pemeriksaan material besi 11
4 Pemeriksaan volume beton 13
5 Pengecekan volume bersama dengan pemasok 13
6 Pekerjaan Pembesian 13
7 Diagram alur penelitian 23
8 Lokasi penelitian 24
9 Kegiatan pembesian 26
10 Kegiatan pengecoran 26
11 Proporsi jenis kegiatan pada proyek Menara Sentraya 29
12 Total proporsi work sampling pekerjaan struktur 29
13 LUR berdasarkan waktu kerja normal 30
14 Perbandingan work sampling untuk masing-masing kegiatan 30

DAFTAR LAMPIRAN
1. Pertanyaan kuesioner 49
1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persaingan usaha jasa konstruksi pada era globalisasi yang sangat ketat,
dengan hadirnya kontraktor asing ke pasar konstruksi domestik juga tuntutan
transparansi sebagai ciri dari globalisasi akan sangat menguat. Dengan demikian
kita tidak bisa menghindar dari kondisi global. Maka dari itu pola berfikir lokal
akan berubah menjadi pola berfikir global. (Asiyanto 2005).
Sering ditemui suatu kegiatan proyek konstruksi terlambat dalam
pelaksanaanya tidak sesuai dengan jadual yang telah disepakati bersama dalam
perjanjian kontrak. Keterlambatan proyek karena beberapa faktor antara lain
disebabkan oleh produktivitas dari tenaga kerja yang ada dalam kegiatan proyek
konstruksi tersebut.
Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana
(productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan
dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu.
Berdasarkan evaluasi ini selanjutnya dapat direncanakan kembali target
produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, perlu
diteliti berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas secara terus menerus. Siklus produktivitas dapat diulang kembali
secara kontinu untuk mencapai peningkatan produktivitas secara terus menerus
pula. Pada penelitian ini pengukuran produktivitas menggunakan metode work
sampling, Labour Utilization Rate (LUR), Relative Importance Index (RII) dan
Total Project Process (TPP) sebagai alat monitoringnya. Pengukuran
produktivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar produktivitas tenaga
kerja pada pekerjaan bangunan konstruksi agar bisa dijadikan acuan pada proyek
sejenis di masa yang akan datang.
Pemilihan proyek Menara Sentraya dikarenakan bangunan tersebut
merupakan bangunan bertingkat tinggi pertama yang berlokasi di kawasan blok M
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Peneliti juga ingin mengetahui lebih mendalam
tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan proyek
konstruksi. Keunikan proyek Menara Sentraya adalah karena lingkungannya di
sekitar pusat perbelanjaan dan terminal bus dalam kota serta terletak di kawasan
padat penduduk sehingga tidak sedikit masalah pada saat pelaksanaan konstruksi
sehingga sering mendapat pengaduan dari masyarakat di sekitarnya.

Perumusan Masalah

Proyek adalah kegiatan yang dinamis sehingga dapat berubah dari waktu
ke waktu sesuai dengan kondisi sumber daya teknis dan non teknis yang dihadapi.
Keterlambatan proyek kerena tidak sesuainya pelaksanaan proyek konstruksi
dengan kontrak yang telah disepakati menjadi permasalahan serius bagi industri
konstruksi terutama adalah kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Hal
tersebut disebabkan permasalahan yang sangat komplek sering ditemui dalam
proses pelaksanaannya, diantaranya karena masalah produktivitas kerja. Oleh
2

sebab itu organisasi perusahaan melakukan pengelolaan atau manajemen


konstruksi melalui pengukuran produktivitas yang terkait dengan pelaksanaan
proyek dalam membantu kinerja manajemen mempertahankan komitmen
perusahaan kepada pelanggan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Pengukuran produktivitas, sejauh mana nilai produktivitas dalam bidang


konstruksi bangunan bisa diukur.
2. Pengukuran produktivitas antara masing-masing proyek selalu berbeda
karena sifat dan keunikan proyek. Sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi juga berbeda.
3. Evaluasi produktivitas, sampai sejauh mana faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produktivitas dengan kinerja perusahaan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :


1. Menganalisis produktivitas pekerja dengan metode work sampling dan
mengetahui nilai Labour Utilization Rate (LUR)
2. Menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor serta membuat peringkat
atau rangking yang mempengaruhi produktivitas kerja dalam
pembangunan proyek konstruksi.
3. Menganalisis Relative Importance Index (RII) yang merupakan faktor-
faktor indeks yang mempengaruhi produktivitas.
4. Menganalisis sistem pelaksanaan Total Project Process (TPP) dalam
aplikasinya di proyek.

Manfaat Penelitian

Setelah melaksanakan penelitian ini diharapkan :


1. Bisa mengambil tindakan dengan cepat agar yang menjadi penyebab
rendahnya produktivitas bisa ditanggulangi dengan cara memberikan
gambaran bagi pengambil keputusan terkait dengan pekerjaan struktur
pada bangunan konstruksi gedung.
2. Bisa mengetahui produktivitasnya supaya dijadikan sebagai peringatan
dini (early warning system) bilamana terjadi keterlambatan pelaksanaan
proyek.
3. Bisa mengetahui faktor-faktor penting apa saja yang mempengaruhi
produktivitas.
4. Bisa dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan memberikan
rekomendasi kepada manajemen untuk meningkatkan produktivitas yang
diharapkan mampu sebagai pedoman kerja dalam pengendalian
pelaksanaan proyek sejenis.
3

Ruang Lingkup Penelitian

Dilihat dari perspektif penerima tugas pelaksanaan pembangunan atau


kontraktor, penelitian mengenai produktivitas dibatasi pada lingkup tahapan
pelaksanaan pekerjaan struktur yang meliputi :

1. Pekerjaan bekisting (formwork)


2. Pekerjaan pembesian (reinforcement)
3. Pengecoran (concreting)

Sebagai alasan dilaksanakannya penelitian pada tahap struktur karena pada


saat pekerjaan struktur dimulai sudah terjadi keterlambatan serah terima pekerjaan
pondasi dari kontraktor spesialis pondasi tiang pancang ke kontraktor struktur
gedung. Di sisi lain pekerjaan struktur pada bangunan gedung perkantoran
membutuhkan biaya di atas 50% dari kontrak jika dibandingkan dengan pekerjaan
arsitek, mekanikal, elektrikal dan plumbing. Gedung perkantoran serah terima ke
pemilik dalam kondisi kosong, lantai terbatas pada pekerjaan screeding saja,
pekerjaan arsitek hanya di bagian inti gedung, plafond dan kulit luarnya saja.
Pekerjaan mekanikal, elektrikal dan plumbing menempati posisi kedua setelah
struktur dalam perhitungan biaya peleksanan masa konstruksi.

Kajian Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian dari (Robles et al. 2014) menyatakan bahwa dalam


industri konstruksi, proporsi produktivitas pekerjaan yang disubkontrakkan jauh
melebihi 50%. Hasil penelitian dari (Sebastian dan Raghavan 2015)
menyimpulkan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kehilangan produktivitas
terdapat pada manajemen konstruksi yang tidak tepat dalam pelaksanaan proyek
konstruksi. Hasil produktivitas penggunaan waktu kerja yang diperoleh hanya
60% sampai 70% dari waktu yang digunakan untuk bekerja. Peneliti (Enshassi et
al. 2007) menghasilkan 10 faktor negatif yang berpengaruh pada produktivitas
pekerja secara berurutan adalah pemilihan material, kurangnya pengalaman
pekerja, adanya persaingan diantara pekerja, salah paham antara pekerja dengan
pengawas, perubahan gambar dan spesifikasi, terlambatnya pembayaran pekerja,
pekerja tidak loyal dengan perusahaan, terlambatnya pengecekan oleh pengawas,
kerja lembur dan pemilihan alat yang tidak cocok. Usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas yang rendah dengan cara mendidik dan melatih
pekerja pada saat memulai pekerjaan.
4

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Konsep Dasar Sistem Produktivitas


Ukuran keberhasilan produksi dipandang dari sisi output, sedangkan
produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output.
Maka dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan
input dalam memproduksi output (barang dan atau jasa) (Gaspersz 1998).
Sinungan (2000) menyatakan bahwa belum terdapat kesepakatan umum
tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengukur
petunjuk-petunjuk produktivitas. Tidak ada konsepsi, metode penerapan cara
pengukuran yang bebas dari kritik. L. Greenberg dalam buku (Sinungan 2000)
mendefinisikan bahwa produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja dapat
dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam
kerja orang.
Gaspersz (1998) dalam bukunya menyatakan bahwa produktivitas tidak
sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil,
merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas
merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas
dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut.

.....................(1)

Hasil penelitian (Heizer dan Render 2006) mendefinisikan bahwa ada


beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur produktivitas kerja.
Namun pengukuran ini juga sulit dilakukan secara akurat, oleh karena itu metode-
metode pendekatan biasanya dilakukan untuk mengukur produktivitas.
Pengukuran produktivitas hanya dengan satu sumber daya sebagai input untuk
mengukur produktivitas dikenal sebagai produktivitas faktor tunggal (single-
factor productivity). Didefinisikan juga oleh (Dozzi dan AbouRizk 1993) bahwa
produktivitas adalah rasio dari output/input.

.................. (2)

Sedangkan (Heizer dan Render 2006) memberikan penjelasan bahwa


produktivitas banyak faktor (productivity multy-factor) adalah dengan
memasukkan berbagai macam input sebagai berikut :

..................(3)
5

LINGKUNGAN

INPUT PROSES OUTPUT PRODUKTIVITAS

- Tenaga Kerja
- Modal PROSES PRODUK PRODUKTIVITAS
- Material TRANSFORMASI (Barang dan atau Jasa) SISTEM PRODUKSI
- Energi NILAI TAMBAH (OUTPUT/INPUT)
- Tanah
- Informasi
- Manajerial

Umpan balik untuk


pengendalian sistem produksi
agar meningkatkan
produktivitas terus menerus

Sumber : (Gaspersz 1998)

Gambar 1 Skema sistem produktivitas

Definisi menurut (Asiyanto 2005), pengertian produktivitas secara teori


adalah output dibanding dengan input yang dapat digambarkan dengan rumus
sebagai berikut :

......................(4)

Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga kerja dan alat yang
output-nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi dalam satuan persen
(%). Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas hasil dari pekerjaan
yakni :

1. Pekerjaan pemasangan bekisting (m2)


2. Pekerjaan penulangan besi beton (kg)
3. Pekerjaan pengecoran beton (m3)

Input-nya adalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk
operatornya). Bila tenaga kerja atau alat bekerja secara individual maka
produktivitas yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga kerja atau
alat bekerja secara kelompok maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas
kelompok. Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari
anggota kelompok. (Sumanth 1985) di dalam buku (Gaspersz 1998)
memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai siklus produktivitas
(productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas terus
menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap
utama yaitu :
6

1. Pengukuran produktivitas
2. Evaluasi produktivitas
3. Perencanaan produktivitas
4. Peningkatan produktivitas

TAHAP 1:
PENGUKURAN
PRODUKTIVITAS

TAHAP 4: TAHAP 2:
PENINGKATAN EVALUASI
PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS

TAHAP 3:
PERENCANAAN
PRODUKTIVITAS
Sumber : (Gaspersz 1998)

Gambar 2 Siklus produktivitas

Apabila produktivitas dari sistem industri telah dapat diukur, langkah


berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk
diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila konsep
peningkatan produktivitas ini dikaitkan secara langsung dengan profitabilitas,
organisasi dapat membangun suatu strategi peningkatan produktivitas dan
profitabilitas secara terus menerus. Proses peningkatan produktivitas terus-
menerus itu mengikuti konsep formal terintegrasi dari siklus produktivitas yang
terdiri dari pengukuran produktivitas, evaluasi produktivitas, perencanaan
produktivitas dan peningkatan produktivitas.

Manfaat Pengukuran Produktivitas

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam organisasi


perusahaan, antara lain (Gaspersz 1998) :
1. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang.
2. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditetapkan berdasarkan
tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang diantara tingkat
produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi).
3. Pengukuran produktivitas organisasi akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara
organisasi dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi
produktivitas industri dalam skala nasional maupun global.
7

4. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif


berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus menerus (continuous
productivity improvement.
5. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang
bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan
perkembangan produktivitas dari waktu ke waktu.
6. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang
untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan
meningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan memberikan perhatian
kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan
produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka.

Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Produktivitas

Karena hasil pengukuran produktivitas akan menjadi landasan dalam


membuat kebijakan perbaikan produktivitas secara keseluruhan, kondisi-kondisi
berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran produktivitas yang sahih
(valid). Pendapat (Gaspersz 1998) beberapa kondisi itu antara lain adalah :
1. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu yang
terlibat dalam proses produksi, dengan demikian pengukuran produktivitas
bersifat partisipatif. Orang-orang yang bekerja dalam proses produksi
harus dengan baik memahami nilai pengukuran produktivitas dan
bagaimana memperoleh nilai itu. Setiap orang dilibatkan sehingga
memperoleh hasil yang terbaik. Dengan demikian tanggung jawab
pengukuran produktivitas berada dalam semua orang yang terlibat dalam
proses produksi. Pelaksanaan produktivitas boleh saja dilaksanakan oleh
suatu tim yang dibentuk untuk maksud itu. Katakanlah tim perbaikan
produktivitas (productivity improvement team) tetapi pada dasarnya
mereka hanya merupakan koordinator saja. Karena pengukuran
produktivitas berorientasi kepada proses kerja dalam sistem industri,
seyogyanya tanggung jawab pengukuran produktivitas berada pada setiap
individu yang terlibat dalam proses kerja pada sistem industri itu.
2. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data, dimana
data tersebut dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta-peta,
diagram-diagram, tabel-tabel, hasil-hasil perhitungan statistik. Data
seharusnya dipresentasikan dengan cara yang termudah agar mudah
dipahami.
3. Perlu adanya komitmen bersama secara menyeluruh dari manajemen dan
karyawan untuk pengukuran produktivitas dan perbaikannya. Kondisi ini
sangat penting sebelum aktivitas pengukuran produktivitas mulai
dilaksanakan.
8

Model Pengukuran Produktivitas

Terdapat sejumlah model pengukuran produktivitas yang telah


dikembangkan dalam industri dari model sederhana sampai model yang lebih
kompleks. Pembahasan menurut (Gaspersz 1998) akan mengemukakan beberapa
model yang relevan untuk dipilih oleh manajemen industri (konstruksi) guna
dijadikan sebagai model pengukuran.

1. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio


Output/Input

Model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan


rasio output/input. Pengukuran produktivitas dengan berdasarkan output/input
akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu (1) produktivitas
parsial, (2) produktivitas faktor-total dan (3) produktivitas total.
Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor
tunggal (single factor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah
satu dari faktor input. Produktivitas faktor-total merupakan rasio dari output
bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output
bersih (net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa
antara (input antara) yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi
diatas jenis input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas faktor-total
hanya faktor tenaga kerja dan modal. Produktivitas total merupakan rasio dari
output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses
produksi). Berdasarkan definisi ini tampak bahwa ukuran produktivivtas total
merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam
memproduksi output.
Pengukuran produktivitas parsial, produktivitas faktor-total, maupun
produktivitas total dapat menggunakan satuan fisik dari input dan output (ukuran
berat, panjang, isi dan lain-lain) (Gaspersz 1998). Lebih jauh tentang penggunaan
rasio output/input dalam mengukur produktivitas perlu dikemukakan bahwa
definisi tentang produktivitas parsial, produktivitas faktor-total dan produktivitas
total yang telah dikemukakan di atas terutama ditinjau dari segi pendekatan teknik
dan manajemen industri. Dengan demikian definisi yang berbeda tentang ukuran
produktivitas dapat saja diajukan oleh disiplin ilmu pengetahuan yang lain.
Seperti (Christofi 1988) dalam bukunya (Gaspersz 1998) yang merupakan ahli
administrasi dan bisnis menggolongkan produktivitas berdasarkan pendekatan
rasio output/input ke dalam dua jenis ukuran produktivitas, yaitu : 1) produktivitas
faktor tunggal dan 2) produktivitas multi-faktor. Produktivitas faktor tunggal
merupakan produktivitas parsial seperti yang didefinisikan berdasarkan
pendekatan teknik dan manajemen industri, sedangkan produktivitas multi-faktor
serupa dengan produktivitas total yang merupakan rasio antara output total
terhadap input total.
Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang
produktivitas namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung
dengan aspek-aspek kualitas, efektifitas dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas
harus didefinisikan sebagai rasio antara efektifitas pencapaian tujuan pada tingkat
kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input).
9

Dengan demikian sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada sistem apa


saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa yang diharapkan
dari sistem itu dan sumber-sumber daya (input) apa saja yang akan dipergunakan
dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan demikian
pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performa dari sistem itu
berkaitan dengan transformasi nilai tambah dari input menjadi output.

2. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Angka Indeks

Pada dasarnya angka indeks merupakan suatu besaran yang menunjukan


variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu.
Penggunaan angka indeks yang telah umum dilakukan terutama dalam bidang
ekonomi adalah indeks harga dan indeks produksi yang biasanya dipergunakan
untuk mengukur perubahan harga atau perubahan produksi sepanjang waktu
tertentu. Dengan demikian indeks yang diperoleh dapat diperbandingkan terhadap
keadaan periode dasar itu. Berdasarkan pendekatan angka indeks, kita dapat
mengukur produktivitas pada periode waktu dasar, selanjutnya pengukuran
produktivitas pada periode-periode selanjutnya dapat diperbandingkan dengan
keadaan produktivitas pada tahun dasar untuk mengetahui kecenderungan
peningkatan produktivitas dari waktu ke waktu. Ada dua model pengukuran
produktivitas yang menggunakan pendekatan angka indeks yaitu model Mundel
dan model APC (American Productivity Center Model).

3. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Fungsi


Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk fungsi


produksi yang paling banyak dipergunakan dalam analisis produktivitas. Beberapa
alasan praktis yang membuat fungsi produksi Cobb-Douglas sering dipergunakan
adalah :
 Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
dalam penerapannya.
 Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala
hasil (returns to scale), apakah sedang, meningkat, tetap atau menurun.
 Koefesien-koefesien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan
dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas.
 Koefesien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks
efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang
sedang dikaji.

4. Model Pengukuran Produktivitas Dengan Work Sampling

Dalam bidang konstruksi, pengertian produktivitas tersebut biasanya


dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai
perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja (Andi 2003). Pengukuran
produktivitas tenaga kerja seperti diatas sulit dilakukan secara akurat dan
10

memerlukan tenaga dan biaya yang besar. Oleh karena itu pengukuran
produktivitas tenaga kerja di konstruksi dapat dilakukan dengan metode-metode
pendekatan, salah satunya adalah metode work sampling. (Olomolaiye dan
Jayawardane 1998).
Beberapa kelebihan dari metode work sampling untuk pendekatan
produktivitas adalah (Andi 2003) :
1. Tidak memerlukan biaya yang besar dibanding dengan pengamatan yang
kontinu
2. Tidak memerlukan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat
3. Memberikan akurasi yang memadai secara statistik
4. Dapat mengikut sertakan partisipasi pekerja, mandor dan supervisor
5. Memberikan lebih sedikit gangguan kepada pekerja dari pada pengamatan
langsung yang kontinu.
6. Memberikan indikasi seberapa efektif pekerja pada proyek secara
keseluruhan.

Work sampling memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam menjalankannya (Oglesby


1989), yaitu :
1. Pengamat harus dapat dengan cepat mengidentifikasikan individu dari
sampel untuk dapat digolongkan.
2. Sampel yang diamati tidak boleh kurang dari 384 pengamatan.
3. Sampel terkumpul dari bermacam-macam bagian siklus tenaga kerja untuk
memastikan setiap unit mempunyai kesempatan yang sama untuk diamati.
4. Di kelompok besar manapun, sebuah sampel diambil secara acak yang
akan mewakili sebagian atau seluruh karakteristik dari kelompok tersebut.
Dengan kata lain sebuah sampel tidak boleh menunjukan kondisi atau
situasi khusus yang akan memberikan dampak bagi yang akan diamati.
5. Untuk menghindari prasangka, pencatatan harus dilakukan secara cepat
dan tanpa ragu-ragu seperti apa yang dilihat pertama kali.

Work sampling secara umum dapat dikatakan sebagai suatu teknik dimana
banyak dilakukan pengamatan cepat dalam periode waktu tertentu dari suatu
kelompok kerja, mesin atau proses (Olomolaiye dan Kaming 1996). Pada
penelitian ini yang menjadi fokus adalah pekerja. Work sampling dapat dibagi
menjadi tiga pendekatan (Oglesby 1989, Olomolaiye dan Jayawardane 1998,
Dozzi dan AbouRizk 1993). :

1. Field rating,
2. Five minute rating
3. Productivity rating

Field rating adalah metode yang paling mudah dengan cara mencatat
secara acak kondisi pekerja sedang melaksanakan pekerjaan atau tidak. Field
rating didefinisikan sebagai. (Dozzi dan AbouRizk 1993).

...........................(5)
11

Five-minute rating, teknik ini berbeda dengan work sampling yang lain
yaitu dengan cara mengamati suatu kegiatan dengan waktu yang singkat, teknik
ini tidak cocok untuk pengamatan dalam kelompok besar. (Dozzi dan AbouRizk
1993).
Productivty rating, dikelompokkan menjadi tiga jenis kegiatan (Boy 1986)
dan (Dozzi dan AbouRizk 1993) yaitu :
1. Effective work (productive) adalah pekerjaan dimana kegiatan pekerja
berkaitan langsung dengan proses konstruksi yang berperan langsung
terhadap hasil akhir.
2. Essential contributory work (semi productive) adalah kegiatan yang
tidak berpengaruh langsung terhadap hasil akhir tetapi pada umumnya
dibutuhkan dalam menjalankan suatu operasi.
3. Ineffective work (non productive) adalah kegiatan pekerja yang
menganggur atau melakukan sesuatu yang tidak berkaitan langsung
dengan pekerjaan yang dilakukan.

Tabel 1 Kelompok jenis kegiatan


Kegiatan
Kategori
Bekisting Pembesian Pengecoran
Pekerjaan langsung :
Effective 1. Pemadatan beton
work Pekerjaan langsung Pekerjaan langsung 2. Penyemaian beton
(productive) 3. Pengetesan beton

1. Transportasi plywood di 1. Pabrikasi besi 1. Transportasi beton di


area 2. Transportasi material area
2. Membawa perancah besi 2. Memberi / menerima
Essential 3. Setting perancah dan 3. Memberi atau menerima perintah
contributory plywood perintah 3. Operator crane
work 4. Memberi atau menerima 4. Operator crane 4. Menuang beton
(semi perintah 5. Perakitan besi 5. Meratakan beton (plat)
productive) 5. Operator crane 6. Pembersihan 6. Finishing beton (plat)
6. Shoring dan bracing 7. Minor Cont. Work 7. Curing
7. Minor Cont. Work

1. Berjalan dengan tangan 1. Berjalan dengan tangan 1. Duduk-duduk


kosong kosong 2. Melihat-lihat
2. Membawa material 2. Membawa material 3. Merokok
3. Menunggu material atau 3. Menunggu material atau 4. Minum
Ineffective
perintah perintah 5. Menunggu beton kering
work
4. Menunggu pekerjaan 4. Menunggu pekerjaan 6. Delay karena cuaca
(non
yang lain yang lain
productive)
5. Waktu pribadi 5. Waktu pribadi
6. Delay karena cuaca 6. Delay karena cuaca
7. Delay karena crane 7. Delay karena crane
8. Duduk, minum, merokok 8. Duduk, minum, merokok
Sumber: (Chang et al. 2015)
12

Tabel 2 Lembar pengumpulan data work sampling

No. Effective work Essential contributory work Ineffective work


Pengamatan (productive) (semi productive) (non productive)

1 √ - -

2 - √ -

3 √ - -

Total 2 1 0

Persentasi 67 % 33 % 0%

Sumber: (Dozzi dan AbouRizk 1993)

Selanjutnya digunakan lembar pengamatan work sampling digunakan


untuk mencatat kegiatan termasuk dalam kategori effective work, essential
contributory work atau ineffective work seperti di Tabel 2. Setelah pengamatan
selesai dilakukan perhitungan di masing-masing jenis kegiatan. Cara menghitung
berapa besar tingkat keefektifan (produktivitas) pekerja digunakan metode
pendekatan yang disebut Labour Utilization Rate (LUR). Menurut (Oglesby 1989)
perhitungan nilai LUR diperoleh dengan formula berikut :

...... (6)

Dimana effective dan essential contributory adalah jumlah pekerja yang


melakukan effective work dan essential contributory work secara berturut-turut
dan jumlah total pengamatan adalah jumlah total pekerja dari ketiga jenis kegiatan
(effective + essential contributory + ineffective works). Alasan menggunakan
metode work sampling (produvtivity rating) karena metode ini dianggap paling
mudah dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung di lapangan tanpa
mengganggu pekerja yang sedang bekerja dan cocok untuk pekerjaan yang
bersifat kelompok. Pengamatan dilakukan pada waktu tertentu setiap saat pekerja
sedang bekerja.

Pelaksanaan proyek
Kegiatan untuk melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi
pekerjaan secara lebih inovatif oleh tim proyek yang tujuannya untuk peningkatan
secara berkesinambungan (continuous improvment) dalam melaksanakan,
mengendalikan dan mengevaluasi pekerjaan secara menyeluruh. Kegiatan untuk
menemukan ide perbaikan dan peningkatan yang berkesinambungan tentang
mutu, waktu, produktivitas dan K3L di proyek untuk dipakai sebagai standar
perusahaan sehingga dapat diterapkan secara terpadu. Mengenai produktivitas
juga dilakukan monitoring yang tujuannya agar target produktivitas yang telah
ditetapkan bisa tercapai. Pimpinan proyek berkewajiban membahas rencana dan
progres pelaksanaan inovasi dalam rapat koordinasi internal proyek. (Total 2014)
13

Sumber : (Dokumen PT. Total Bangun Persada Tbk


Gambar 3 Pemeriksaan material besi Gambar 4 Pemeriksaan beton

Sumber : (Dokumen PT. Total Bangun Persada Tbk)


Gambar 5 Pengecekan volume bersama Gambar 6 Pekerjaan pembesian
pemasok

Monitoring Kegiatan

Kegiatan untuk memonitor dampak produktivitas atau aktifitas lapangan


akibat perubahan shop drawing oleh pelanggan supaya produktivitas
terkendalikan. Kegiatan untuk memonitor produktivitas alat yang digunakan
termasuk yang digunakan oleh Nominated Sub Contractor atau Direct Contractor
agar alat dalam kondisi siap pakai untuk menunjang produktivitas lapangan.
Kegiatan untuk memonitor produktivitas karyawan proyek supaya produktivitas
karyawan sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam program kerja proyek.
Time schedule adalah kegiatan untuk memonitor atau mengevaluasi waktu
pelaksanaan. Tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Monitoring jadual pelaksanaan adalah
kegiatan untuk memonitor realisasi waktu pelaksanaan sesuai dengan progress
pekerjaan di lapangan dibandingkan dengan target waktu pelaksanaan supaya
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan berdasarkan :1) Master Schedule, 2) Milestone, 3) Visualisasi master
schedule, 4) Jadual 2 mingguan, 5) Jadual Kontrol Harian.
14

Evaluasi Sistem Produktivitas

1. Evaluasi Sistem Produktivitas Berdasarkan Laporan Perubahan


Produktivitas

Tugas utama manajer dalam kontek manajemen produktivitas total adalah


membuat keputusan yang mampu meningkatkan produktivitas dari organisasi
yang dikelola itu. (Gaspersz 1998) Tugas manajer berkaitan dengan manajemen
produktivitas total dalam organisasi adalah membuat keputusan yang berkaitan
dengan masalah-masalah produktivitas sehingga diharapkan dari keputusan yang
dibuat itu akan memungkinkan organisasi mencapai tujuannya yang
meningkatkan produktivitas secara terus menerus (continuos productivity
improvement) dalam situasi ekonomi global yang sangat kompetitif.

2. Beberapa Faktor Umum Penyebab Penurunan Produktivitas Perusahaan

Pada umumnya terdapat sejumlah faktor penyebab penurunan


produktivitas antara lain (Gaspersz 1998) :
 Ketidakmampuan manajemen dalam mengukur, mengevaluasi dan
mengelola produktivitas.
 Motivasi karyawan yang rendah karena sistem pengakuan dan
penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan
tanggung jawab.
 Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan
memenuhi jadual yang ditetapkan sehingga mengecewakan pelanggan.
 Pemborosan penggunaan sumber-sumber daya material, tenaga kerja,
energi, modal, waktu, informasi.

3. Alat-alat Yang Dipergunakan Dalam Mengevaluasi Akar Penyebab


Penurunan Produktivitas

Evaluasi terhadap suatu sistem produktivitas harus mampu menjawab apa


yang menjadi akar penyebab dari penurunan produktivitas itu. Berkaitan hal ini
(Gaspersz 1998) dapat menggunakan alat-alat sederhana yang telah populer
seperti : brainstorming, bertanya mengapa beberapa kali (five whys), diagram
pareto dan diagram sebab akibat.

Perencanaan Peningkatan Produktivitas

1. Perencanaan Peningkatan Sistem Produktivitas


Perencanaan peningkatan sistem produktivitas perusahaan seyogyanya
berdasarkan pada identifikasi akar penyebab penurunan produktivitas yang telah
dilakukan dalam evaluasi sistem produktivitas.
Perencanaan program-program peningkatan produktivitas harus selalu
melibatkan tim kerja sama dan partisipasi total dari semua karyawan yang
dipimpin dan dikendalikan oleh manajemen puncak. Perencanaan peningkatan
produktivitas harus harus bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Result oriented and Time related)
15

2. Langkah-langkah Program Peningkatan Sistem Produktivitas


Program peningkatan produktivitas dapat dilakukan menggunakan
langkah-langkah berikut ini (Gaspersz 1998) :

 Memilih dan menetapkan program peningkatan produktivitas


 Mengemukakan alasan mengapa memilih program itu
 Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional
 Melakukan pengumpulan data selama beberapa waktu
 Melakukan analisis data
 Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran peningkatan
produktivitas
 Melaksanakan program produktivitas selama waktu tertentu
 Melakukan kajian penilaian terhadap program peningkatan produktivitas
 Mengambil tindakan berupa tindakan korektif atas penyimpangan yang
terjadi atau standarisasi terhadap aktifitas yang sesuai.

3. Identifikasi Pemborosan dalam Perencanaan Peningkatan Sistem


Produktivitas
Pemborosan adalah segala aktivitas dalam proses kerja yang tidak
memberikan nilai tambah bagi output (barang atau jasa).

4. Lima Strategi Meningkatkan Sistem Produktivitas


Karena produktivitas merupakan rasio output terhadap penggunaan input,
strategi peningkatan sistem produktivitas dapat dilakukan melalui lima cara
berikut yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi antara lain.
(Gaspersz 1998) :

 Menerapkan Sistem Reduksi Biaya


Program reduksi biaya merupakan suatu program yang dilakukan
oleh pihak manajemen dimana untuk menghasilkan output dengan
kuantitas yang sama kita menggunakan input dalam jumlah yang lebih
sedikit. Peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya berarti
output tetap dibagi dengan input yang lebih sedikit.

 Mengelola Pertumbuhan
Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan akan
efektif apabila permintaan sedang meningkat sehingga output yang
diproduksi perlu ditambah. Program peningkatan produktivitas melalui
pengelolaan pertumbuhan berarti bahwa suatu investasi baru atau
penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak output
daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap input akan
meningkat.

 Bekerja Lebih Tangkas


Strategi ini dilakukan apabila permintaan meningkat sehingga
output ditingkatkan namun peningkatan output itu dapat dicapai melaui
penggunaan input dengan kuantitas yang tetap karena tenaga kerja telah
bekerja lebih tangkas atau lebih cerdik. Dengan demikian produksi
16

meningkat sesuai permintaan namun tingkat penggunaan input konstan


atau tetap dalam jumlah.

 Bekerja Lebih Efektif


Peningkatan produktivitas melalui penerapan strategi ini akan
efektif apabila permintaan meningkat sehingga output perlu ditingkatkan.
Dalam strategi bekerja lebih efektif peningkatan produktivitas dicapai
melalui peningkatan output sesuai peningkatan permintaan dan penurunan
penggunaan input.

 Mengurangi Aktifitas
Dalam situasi perekonomian yang menurun, seperti dalam kondisi
resesi ekonomi, tingkat inflasi tinggi, strategi peningkatan produktivitas
melalui pengurangan aktivitas akan sangat efektif. Strategi ini diterapkan
dengan cara mengurangi produksi serta menghilangkan atau menjual
kembali aset yang tidak produktif. Jadi produktivitas ditingkatkan melalui
pengurangan sedikit output sesuai permintaan dan mengurangi banyak
input yang tidak perlu.

5. Tantangan untuk Meningkatkan Produktivitas


Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan dua cara yaitu
pengurangan input saat output konstan atau sebaliknya peningkatan output disaat
input konstan. Keduanya mencerminkan peningkatan produktivitas. Dari segi
ekonomi, input adalah tenaga kerja, modal dan manajemen yang diintegrasikan
dalam suatu sistem produksi. Manajemen menciptakan sistem produksi yang
menghasilkan proses transformasi dari input menjadi output. Output adalah
barang dan jasa, termasuk beragam macam jenis barang. Produksi adalah proses
pembuatan barang dan jasa, produksi yang tinggi mencerminkan bahwa lebih
banyak orang yang bekerja dan tingkat ketenagakerjaan tinggi (tingkat
pengangguran rendah), tetapi belum tentu mencerminkan tingginya produktivitas.
Pengukuran produktivitas adalah satu cara yang baik untuk mengevaluasi
kemampuan sebuah organisasi untuk dapat memperbaiki standar hidup anak
buahnya. (Heizer dan Render 2006).

6. Variabel Produktivitas
Peningkatan produktivitas bergantung pada tiga variabel produktivitas
(productivity variable). Menurut (Heizer dan Render 2006), membagi tiga faktor
yang sangat penting dalam memperbaiki produktivitas.

a. Tenaga Kerja
b. Modal
c. Manajemen

Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan.


(Soeharto 1997) :

a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu


b. Penyeliaan, perencanaan dan koordinasi
17

c. Komposisi kelompok kerja


d. Kerja lembur
e. Ukuran besar proyek
f. Kurva pengalaman
g. Pekerja langsung atau subkontraktor
h. Kepadatan tenaga kerja

a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu


Kondisi fisik geografis lokasi proyek, tempat penampungan tenaga kerja
yang terawat serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi yang amat
berpengaruh terhadap tenaga kerja. Kondisi fisik ini berupa :

 Iklim, musim atau keadaan cuaca. Misalnya adanya temperatur udara panas
dan dingin. Di daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat
mempercepat rasa lelah terhadap tenaga kerja. Sebaliknya bila musim dingin
tiba produktivitas tenaga kerja lapangan akan menurun.

 Keadaan fisik lapangan. Kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa-rawa,


padang pasir atau tanah berbatu keras besar pengaruhnya terhadap
produktivitas. Hal yang sama akan dialami di tempat kerja dengan keadaan
khusus, seperti dekat unit yang sedang beroperasi. Hal ini dapat terjadi pada
proyek perluasan instalasi yang telah ada yang seringkali dibatasi oleh
bermacam-macam peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik
untuk pekerja maupun peralatannya.

 Sarana bantu. Kurangnya kelengkapan sarana bantu seperti peralatan


konstruksi akan menaikkan jam-jam orang untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Sarana bantu harus selalu harus selalu diusahakan siap pakai
dengan jadual pemeliharaan yang tepat.

b. Penyeliaan, perencanaan dan koordinasi


Penyelia adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas
pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkah-
langkah pelaksanaan jangka pendek serta mengkoordinasikan dengan rekan atau
penyelia lain yang terkait. Tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan
pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya dan derajat ketrampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya.
Penyelia yang baik secara aktif akan ikut berpartisipasi dengan memberikan
pendapat dan pengalaman dalam meletakkan dasar-dasar perencanaan pekerjaan
lapangan yang disusun oleh bidang engineering (rekayasa) karena dengan
demikian akan menghasilkan perencanaan yang realistis. Melihat lingkup tugas
dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga
kerja yang demikian maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap
produktivitas secara menyeluruh.
18

c. Komposisi kelompok kerja


Pada kegiatan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu
kelompok kerja yang terdiri dari bermacam-macam pekerja lapangan, seperti
tukang kayu, tukang besi dan tukang cor dengan masing-masing pembantu tukang
(kenek). Komposisi kelompok kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga
kerja secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja
adalah :

 Perbandingan jam orang penyelia dan pekerja yang dipimpinnya


 Perbandingan jam orang untuk disiplin-disiplin kerja dalam kelompok
kerja.

d. Kerja lembur
Acapkali kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per
minggu tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadual atau target,
meskipun hal ini akan menurunkan efisiensi kerja. Memperkirakan waktu
penyelesaian proyek dengan mempertimbangkan kerja lembur perlu diperhatikan
kemungkinan kenaikan total jam orang.

e. Ukuran besar proyek


Penelitian menunjukan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jam orang)
juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan, dalam arti makin besar
ukuran proyek produktivitas menurun.

f. Kurva pengalaman
Bila seseorang atau sekelompok orang yang terorganisir melakukan
pekerjaan yang identik berulang-ulang, maka diharapkan akan terjadi suatu
pengurangan jam per tenaga kerja atau biaya untuk menyelesaikan pekerjaan
berikutnya dibanding dengan yang terdahulu bagi setiap unitnya, dengan kata lain
produktivitasnya akan naik. Asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang
yang mengerjakan pekerjaan yang relatif berulang akan memperoleh pengalaman
dan peningkatan ketrampilan sehingga waktu atau biaya penyelesaian pekerjaan
per unitnya berkurang.

g. Pekerja langsung atau subkontraktor


Dikenal dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan
lapangan, yaitu dengan merekrut tenaga kerja langsung dan memberikan
kepenyelian atau menyerahkan paket kerja tertentu pada subkontraktor. Dari segi
produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding pekerja
langsung. Hal ini disebabkan tenaga subkontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan
yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi dengan prosedur dan
kerja sama telah dikuasai dan terjalin lama antara pekerja dengan penyelia.
Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadual penyelesaian pekerjaan potensial
dapat lebih singkat tetapi dalam segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding
memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead dari perusahaan
subkontraktor.
19

h. Kepadatan tenaga kerja


Di dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun proyek (battery
limits) ada korelasi antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja
dan produktivitas. Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga kerja (labour
density) yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika kepadatan ini
melewati tingkat jenuh maka produktivitas tenaga kerja menunjukan tanda-tanda
menurun. Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek tempat sejumlah buruh
bekerja selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan serta kebisingan yang
menyertai. Makin tinggi jumlah tenaga kerja per area atau makin turun luas per
area pekerja makin sibuk kegiatan per area, akhirnya akan mencapai titik dimana
kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas.
Titik ini disebut titik jenuh. Dalam perencanan tenaga kerja perlu adanya
perhatian terhadap titik jenuh tersebut agar tidak sampai terjadi ketika ingin
mencapai jadual penyelesaian. Oleh karena itu direncanakan alokasi tenaga kerja
sebanyak mungkin sehingga melampaui titik jenuh.

7. Tenaga Kerja
Analisis produktivitas dan indikasi yang mempengaruhi misalnya lokasi
geografis, iklim, ketrampilan atau pengalaman pekerja (Soeharto 1997), banyak
yang intangibles yang sulit untuk dinyatakan dalam nilai numerik. Dihitung
secara matematis boleh dikatakan tidak mungkin. Meskipun demikian perlu
adanya pegangan atau tolok ukur untuk memperkirakan produktivitas bagi tenaga
kerja bagi proyek yang ditangani yaitu mengukur hasil guna atau efisiensi kerja.
Misalnya dengan membandingkannya terhadap suatu norma yang dipakai sebagai
patokan. Salah satu pendekatan untuk mengukur hasil guna tenaga kerja adalah
menggunakan parameter indeks produktivitas. Indeks produktivitas dirumuskan
sebagai berikut : (Soeharto 1997)

..(7)

Peningkatan kontribusi tenaga kerja pada produktivitas disebabkan tenaga


kerja yang lebih sehat, lebih berpendidikan dan bergizi baik. Mengatasi rendahnya
kualitas tenaga kerja pada saat negara lain mempunyai tenaga kerja lebih baik
merupakan tantangan yang berat. Perbaikan tidak hanya peningkatan kemampuan
tenaga kerja juga melalui komitmen yang lebih kuat. Pelatihan, motivasi,
pembentukan tim dan strategi sumber daya manusia juga perbaikan pendidikan
dan teknik lain yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

8. Modal
Manusia merupakan makhluk hidup yang menggunakan alat. Investasi
modal merupakan salah satu alat tersebut. Menggunakan lebih banyak tenaga
kerja daripada modal dapat mengurangi tingkat pengangguran jangka pendek,
namun membuat ekonomi menjadi tidak produktif dan mendorong upah minimum
pekerja menjadi lebih rendah pada jangka panjang. Investasi modal sering
merupakan kebutuhan tetapi lebih sering tidak cukup untuk meningkatkan
produktivitas.
20

9. Manajemen
Manajemen merupakan faktor produksi dan sumber daya ekonomi.
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan tenaga kerja dan modal
digunakan secara efektif untuk meningkatkan produktivitas. Manajemen
bertanggung jawab lebih dari separuh peningkatan produktivitas tahunan,
termasuk di dalamnya peningkatan yang didapatkan melalui penerapan teknologi
dan penggunaan ilmu pengetahuan.

Analisis Relative Importance Index (RII)

Relative Importance Index (RII) digunakan untuk melakukan analisis


dari berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja dalam konstruksi
terkait dengan pelaksanaan proyek. Skor untuk masing-masing faktor diperoleh
melalui penjumlahan skor jawaban responden pekerja, mandor dan supervisor.
Hasil dari perhitungan analisis ini menunjukkan peringkat dari keseluruhan faktor
dan selanjutnya ditentukan pengaruh kekuatan dari setiap faktor tersebut. RII
dihitung dengan persamaan berikut : (Junaidi et al. 2014) dan (Enshassi et al.
2007).
RII = *100% ...................(8)
Dimana:
n1 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sedikit”
n2 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sama”
n3 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “rata-rata”
n4 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “banyak”
n5 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sangat
banyak”
Total Project Process

Total Project Process (TPP) adalah alur atau urutan sejumlah proses
utama dalam pelaksanaan proyek, yang dibagi dalam 5 proses yang dimulai
setelah proyek diperoleh dari pelanggan sampai dengan serah terima bangunan
kepada pelanggan. Lima tahap tersebut adalah tahap pemahaman dan
perencanaan, tahap pengadaan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan dan tahap
serah terima. Perhitungan produktivitas yang dilakukan pada TPP dengan cara
mengisi form yang sudah ada pada saat tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi
seperti Tabel 4 Pengendalian TPP. Pengisian form TPP diperlukan orang yang
punya kejujuran dan integritas sehingga menghasilkan angka produktivitas yang
sesuai. (Total 2014).

Kriteria Penilaian Produktivitas dalam TPP


Kriteria Penilaian
Skor 1 apabila sama sekali tidak dibuat / ditetapkan
Skor 2 apabila sudah dibuat / ditetapkan
Skor 3 apabila sudah dibuat / ditetapkan dan isinya sesuai
Skor 4 apabila sudah dibuat / ditetapkan, isinya sesuai dan direview secara
periodik
21

Kriteria penilaian khusus produktivitas


Skor 1 sama sekali tidak / belum dilaksanakan
Skor 2 tidak konsisten, tidak diupdate, dilaksanakan kurang dari
71% (banyak yang salah dan cenderung administratif)
Skor 3 konsisten, tetapi masih perlu peningkatan data-data, dokomen-
dokumen, informasi-informasi pendukung dan korelasi belum positif
Skor 4 sangat konsisten dan sempurna, data-data, dokumen-dokumen,
informasi-informasi pendukung benar dan valid, korelasi hasil positif

Kriteria pencapaian hasil khusus produktivitas


Skor 2 pencapaian kurang dari target
Skor 3 pencapaian sesuai target
Skor 4 pencapaian diatas target

Tabel 3 Penilaiaan Produktivitas

Sumber : (Dokumen PT Total Bangun Persada Tbk)


22

Tabel 4 Pengendalian TPP


Penilaian
No Uraian Pekerjaan
Detail Gabungan Produktivitas
1. Pelaksanaan proyek 4
2. Kontrol produktivitas 4
 Monitoring realisasi pelaksanaan 4
A Laporan produktivitas 4
 Rekapitulasi produktivitas mingguan 4
B Pengendalian pelaksanaan 4
 Jadual dua mingguan 4
 Rekapitulasi Jadual Kontrol Harian 4
(JKH)
 Jadual kontrol harian 4
c Pengendalian alat 4
 Rencana pemakaian alat 4
 Pengadaan peralatan (alat kerja, alat 4
ukur)
 Evaluasi pemasok alat 4
 Pengendalian alat kerja dan alat ukur 4
 Bukti kaliberasi alat 4
 Laporan pengoperasian alat 4
 Inspeksi dan perawatan alat 4
 Laporan kerusakan alat 4
 Rekapitulasi tidak beroperasinya alat 4
mingguan
d Pengendalian Besi 4
 BBS 4
 Mapping 4
 Labeling 4
 Monitoring besi 4
 Hasil pencapaian waste besi 4
e Pengendalian Beton 4
 Rencana pengecoran mingguan 4
 Berita acara pengukuran volume beton 4
 Evaluasi beton mingguan 4
 Hasil pencapaian waste beton 4
f Pengendalian Shop Drawing 4
 Rencana dan realisasi pembuatan 4
gambar
 Sejarah dan dampak perubahan shop 4
drawing
 Rekapitulasi sejarah dan dampak 4
perubahan SD
 Penarikan shop drawing superseeded 4
 Distribusi perubahan shop drawing 4
g Pengendalian Pengadaan 4
 Rencana dan realisasi pengadaan jasa 4
 Rencana dan realisasi pengadaan 4
material
23

3. METODE PENELITIAN
Pertama tama sebelum pengamatan di lapangan dilaksanakan, peneliti
melakukan observasi visual mengenai proyek yang sedang berjalan. Hasil dari
pengamatan yang setiap hari dilaksanakan akhirnya peneliti menyimpulkan bahwa
permasalahan di proyek hampir selalu sama dari proyek satu ke proyek yang lain.
Isu terbaru yang berkembang adalah masalah keterlambatan pelaksanaan proyek
yang sudah pasti akan menimbulkan kerugian bagi pihak pemberi tugas,
pengawas dan kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Penelitian ini dimulai
dengan mencari dari beberapa sumber referensi yang dijadikan data sekunder.
Peneliti melaksanakan pengamatan di lapangan dengan cara melakukan
pencatatan dan pembagian angket pertanyaan singkat kepada para pekerja dan staf
karyawan. Beberapa data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pembagian
angket selanjutnya dianalisis dan dilakukan perhitungan secara teori yang didapat
dari referensi. Perhitungan dari analisis diuraikan seperti pada bagian hasil dan
pembahasan.

Mulai

Pengukuran
produktivitas

Data Pengamatan Data


primer langsung sekunder

Work sampling
Kuesioner Pengisian tabel
- Effective work
- Essential contributory work - Responden
- Penilaian produktivitas
- Ineffective work - Faktor peringkat

Analisis data

LUR RII TPP

Hasil

Selesai

Gambar 7 Diagram alur penelitian


24

Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 bulan Juli sampai dengan


19 bulan Juli 2014 dilanjutkan kembali mulai dari tanggal 4 Agustus 2014 sampai
dengan tanggal 30 bulan September 2014 dalam proyek konstruksi pembangunan
gedung Menara Sentraya yang berlokasi di blok M Kebayoran Baru Jakarta dan
dianalisis di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan mulai tanggal 6 Oktober
2014 sampai dengan Desember 2015.

Gambar 8 Lokasi penelitian di blok M Jakarta Selatan

Pendekatan Metode Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner dan melakukan
wawancara langsung kepada pekerja di lapangan sebagai cara untuk
mengumpulkan data primer guna mengamati dan mendapatkan keterangan-
keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu yang diteliti.

Alat dan Bahan

Pada saat penelitian alat yang digunakan adalah stop watch, kamera, tape
recorder, alat tulis, komputer, gambar kerja (shop drawing), angket untuk
mengambil data dan finger time attendance.

Data dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan angket kuesioner kepada
responden yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pekerja dalam konstruksi seperti pada Tabel 6 dan
melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Total
Project Process (TPP). Sedangkan data sekunder diperoleh dengan
mengumpulkan data dan informasi terkait produktivitas dari buku, jurnal dan
internet yang sesuai dengan bidang penelitian. (Total, 2014)
25

Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data primer dilakukan mengikuti prosedur dan tahapan


penelitian sebagai berikut :

1. Work sampling
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan metode work
sampling. Teknik pengumpulan data dimulai dengan:
1) Mengelompokkan kegiatan dari pekerja dalam tiga kegiatan masing-masing
effective work, essential contributory work, ineffective work.
2) Pengembangan data dengan mengumpulkan hasil pengamatan di lapangan
sesuai urutan.
3) Pengambilan data pengamatan secara acak dengan melibatkan pekerja di
lapangan.
4) Memberi indikasi pada pekerja apakah masuk dalam kegiatan effective
work, essential contributory work atau ineffective work.
5) Mencatat hasil pengamatan dalam form, dan memberi tanda checklist bahwa
kegiatan pekerja layak untuk dilakukan pengamatan.
6) Menambahkan semua yang dikasih tanda checklist untuk masing-masing
kegiatan dan menghitung persentasinya. Seperti pada Tabel 6 yaitu lembar
pengumpulan data work sampling. (Dozzi dan AbouRizk 1993).

Jenis pekerjaan yang diamati adalah pekerjaan struktur yang meliputi


bekisting, pembesian dan pengecoran. Semua pekerjaan kemudian digolongkan
menjadi tiga jenis kegiatan yaitu effective, contributory dan ineffective.
Pengambilan data dilakukan sesuai pada jam kerja mulai jam 08.00 WIB
sampai dengan jam 17.00 WIB. Untuk melakukan pengamatan aktifitas dari
pekerja, perhitungan dianjurkan untuk tidak dimulai paling sedikit ½ jam setelah
pekerja mulai bekerja di pagi hari atau kembali bekerja setelah istirahat siang,
atau ½ jam mendekati jam istirahat (makan siang) atau bubaran kerja (Oglesby
1989). Pada penelitian ini waktu pengamatan dibagi menjadi tiga periode seperti
Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5 Pembagian periode waktu kerja

Periode Jam normal (WIB) Diluar jam normal (WIB)

Pagi 08.30 – 11.30 08.00 – 08.30


Siang 13.30 – 15.00 11.30 – 13.30
Sore 15.00 – 16.30 16.30 – 17.00

2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti dan ingin mengetahui hal yang lebih
mendalam dari responden. (Sugiyono 2011). Teknik pengumpulan data ini
berdasarkan pada laporan tentang keadaan lapangan yang ditindaklanjuti dengan
pengecekan langsung melalui wawancara sebagai berikut kepada :
26

1. Orang yang paling tahu tentang kondisi lapangan


2. Orang yang bisa dipercaya
3. Orang yang dianggap bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar.

3. Kuesioner
Sugiyono 2011, Dozzi dan AbouRizk 1993 dalam bukunya menyatakan
bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien dengan
variabel yang akan diukur bisa diharapkan dari responden. Tujuan kuesioner
adalah untuk mengetahui secara langsung faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas pekerja yaitu faktor yang menyebabkan nilai Labour Utilization
Rate (LUR) pada proyek ini berbeda untuk masing-masing jenis pekerjaan.
Responden yang mengisi kuesioner ini adalah pihak-pihak yang terlibat langsung
dalam proyek seperti pekerja, mandor dan supervisor.

4. Pengamatan (observasi)
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan pada penelitian
yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, peralatan dan gejala-
gejala alam. Perilaku pekerja mengenai kedisiplinan dalam mengelola waktu,
metode kerja, peralatan yang selalu siap digunakan, pengamatan terhadap cuaca
karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan pelaksanaan pekerjaan
struktur.

5. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk pengambilan gambar atau foto kondisi
lapangan yang sesungguhnya.

Gambar 9 Kegiatan pembesian Gambar 10 Kegiatan pengecoran


27

Penentuan Sampel Responden

Data hasil kuesioner yang sudah disebar dan diterima kembali untuk
diolah dan dianalisis.
Tabel 6 Daftar pertanyaan kuesioner
Pertanyaan 1 2 3 4 5
Material

Apakah material selalu tersedia pada saat dibutuhkan?
Alat

Apakah jenis alat yang diterima sesuai dengan permintaan?
Peralatan
Apakah jenis peralatan yang diterima dari pemasok sesuai √
dengan yang dibutuhkan?
Pekerjaan ulang
Apakah pekerjaan ulang disebabkan oleh kesalahan disain atau √
perubahan disain?
Keselamatan kerja
Apakah anda diberi pengarahan setiap kali akan melaksanakan √
pekerjaan?
28

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data
Gambaran umum proyek Menara Sentraya tercantum pada Tabel 7 di bawah ini
Tabel 7 Gambaran umum proyek

Nama Proyek : Menara Sentraya

Lokasi : Blok M Jakarta.


Jadual pelaksanaan : Mulai September 2012
: Selesai September 2015
: Durasi 36 bulan
Jumlah lantai : Basement = 4, Podium = 15, Kantor = 24, Jumlah = 43

Lingkup penelitian
Pekerjaan : Struktur
Area : Lantai 25 s.d. lantai 39
Jumlah lantai : 15
Waktu penelitian : Juli 2014 s.d. September 2014

Tabel 8 Hasil analisis work sampling


Jumlah Proporsi Total LUR
Pekerjaan Jenis kegiatan
pengamatan (%) (%) (%)

Effective B
Pekerjaan langsung 288 40.68 40.68
e
k Membawa material dan alat 188 26.55
Contributory 29.10
i Instruksi 18 2.54
s Berjalan dengan tangan kosong 48 6.78
t 47.32
Ineffective Menganggur 128 18.08 30.23
i
n Waktu pribadi 38 5.37
g Total Bekisting 708 100 100
Effective Pekerjaan langsung 308 35.94 35.94
Membawa material dan alat 248 28.94
Contributory 31.04
Instruksi 18 2.10
Pembesian Berjalan dengan tangan kosong 78 9.10 43.17
Ineffective Menganggur 158 18.44 33.02
Waktu pribadi 47 5.48
Total Pembesian 857 100 100
Effective Pekerjaan langsung 88 42.72 42.72
Membawa material dan alat 58 28.16
Contributory 32.04
Instruksi 8 3.88
Pengecoran Berjalan dengan tangan kosong 8 3.88 49.76
Ineffective Menganggur 38 18.45 25.24
Waktu pribadi 6 2.91
Total Pembesian 206 100 100
Effective Pekerjaan langsung 684 38.62 38.62
Total Membawa material dan alat 494 27.89
Contributory 30.38
bekisting, Instruksi 44 2.48
pembesian Berjalan dengan tangan kosong 134 7.57 45.60
dan Ineffective Menganggur 324 18.29 31.00
pengecoran
Waktu pribadi 91 5.14
Total Proyek Menara Sentraya 1771 100 100

Penelitian pada proyek ini dilakukan pada tiga jenis pekerjaan yaitu
pekerjaan bekisting (formwork), pembesian (reinforcement) dan pengecoran
29

(concreting). Proporsi dari setiap jenis kegiatan pada tiga pekerjaan ini dapat
dilihat dari Tabel 8 dan Gambar 11 menunjukan total proporsi work sampling
setiap jenis kegiatan untuk pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran secara
keseluruhan pada proyek ini.
Analisis berdasarkan waktu kerja
Hasil analisis LUR berdasarkan waktu pengamatan (pagi, siang dan sore)
seperti pada Gambar 13 menunjukan bahwa nilai LUR pekerja pada pagi hari
secara umum lebih tinggi dibandingkan pada siang hari dan sore hari. Hal ini
disebabkan karena pada pagi hari pekerja masih mempunyai semangat yang
tinggi, tenaganya masih kuat dan cuaca juga mendukung karena tidak terlalu
panas dibandingkan dengan siang hari, pada sore hari cenderung naik kembali.
Jumlah pengamatan selama tiga bulan periode bulan Juli, Agustus dan
September 2014 sebanyak 1.771 yang meliputi semua jenis kegiatan dalam work
sampling pada pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Proporsi (%)
adalah jumlah persentasi satu jenis kegiatan work sampling dibandingkan dengan
jumlah work sampling dalam satu jenis pekerjaan. Pengamatan dilakukan setiap
lima menit sekali pada masing-masing jenis kegiatan work sampling.

50.00
40.00
Proporsi (%)

30.00
20.00
10.00
-
Berjalan
Membawa
Pekerjaan dengan Mengang Waktu
material Instruksi
langsung tangan gur pribadi
dan alat
kosong
Bekisting 40.68 26.55 2.54 6.78 18.08 5.37
Pembesian 35.94 28.94 2.10 9.10 18.44 5.48
Pengecoran 42.72 28.16 3.88 3.88 18.45 2.91
Kegiatan

Gambar 11 Proporsi jenis kegiatan pada proyek Menara Sentraya

38.62
40.00
35.00
27.89
Proporsi (%)

30.00
25.00 18.29
20.00
15.00
7.57
10.00 5.14
2.48
5.00
0.00
Pekerjaan Membawa Instruksi Berjalan Menganggur Waktu
langsung material dan dengan pribadi
alat tangan
Kegiatan kosong

Gambar 12 Total proporsi work sampling pekerjaan struktur


30

Analisis LUR pada saat jam normal

Penjelasan pada bagian metodologi penelitian, survey dan pengamatan


untuk analisis work sampling harus dilakukan pada waktu-waktu yang telah
disyaratkan (jam normal). Sebagai bahan perbandingan, penelitian ini juga
seharusnya melakukan pengamatan work sampling diluar jam normal, karena
keterbatasan waktu pengamatan hanya dilakukan pada jam normal saja. Hasil
analisis pengamatan pada saat jam normal ditampilkan pada Gambar 13 yang
menunjukan bahwa LUR pada pagi hari 47.32%, menurun di siang hari 43.17%
dan kembali naik 49.76% pada sore hari. Waktu dari pagi hari ke siang hari nilai
LUR menurun karena kemampuan fisik para pekerja sudah mulai melemah. Pada
penelitian ini yang menarik adalah LUR dari siang ke sore hari dari grafik
menunjukan peningkatan nilai LUR. Analisis dan pengamatan di lapangan bahwa
para pekerja kembali giat bekerja karena sudah mengetahui pekerjaan apa yang
seharusnya dikerjakan dari masing-masing pekerja. Perbedaannya adalah di pagi
hari pekerja memerlukan pekerjaan persiapan, mengatur penempatan orang, alat,
material dan menunggu kawan kerja (kenek) serta material karena menggunakan
alat transportasi vertikal berupa tower crane dan passenger hoist yang cukup
menyita waktu sehingga sampai di tempat kerja sudah kehabisan energi.

60.00

50.00
LUR (%)

49.76
40.00 47.32
43.17
30.00

20.00
08.30 – 11.30 13.30 – 15.00 15.00 – 16.30
Pagi Siang Sore
Waktu
Gambar 13 LUR berdasarkan waktu kerja normal

Gambar 14 Perbandingan work sampling untuk masing-masing kegiatan

Cara mengetahui produktivitas suatu proyek adalah dengan


membandingan proporsi masing-masing kegiatan effective, ineffective,
contributory dan nilai LUR-nya. Gambar 14 menunjukan perbandingan untuk
31

pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan pengecoran. Berdasarkan


Tabel 8 dapat dihitung bahwa nilai LUR pada pekerjaan bekisting, pekerjaan
pembesian dan pekerjaan pengecoran adalah 47.32% ; 43.17% ; 49.76% secara
berturut-turut. Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pekerjaan yang paling
tinggi nilai LUR-nya adalah yang paling produktif. Batas normal nilai LUR untuk
pekerjaan proyek konstruksi adalah 40% - 60%. (Oglesby et al. 1989).

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

Pada penelitian ini ada 46 faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas


bangunan konstruksi gedung di Menara Sentraya telah diidentifikasi dan dibuat
peringkat sesuai dengan tingkatan Reletive Importance Index (RII). RII semua
faktor dihitung menggunakan program Microsoft Excel 2010, faktor-faktor yang
dikelompokkan menjadi 10 grup yaitu material dan alat, tenaga kerja,
kepemimpinan, motivasi, waktu, pengawasan, proyek, keselamatan kerja, mutu
dan faktor eksternal. Hasil analisis penyebaran angket kuesioner pada Tabel 9 bisa
dilihat bahwa hampir semua nilai rata-rata dari faktor-faktor yang dijawab cukup
tinggi.

Karakteristik Responden

Ada 3 (tiga) kelompok responden yang dijadikan sumber untuk menggali


informasi pada penyebaran angket kuesioner yaitu kelompok pekerja, mandor
dan supervisor. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Pekerja atau
buruh kasar mempunyai kebiasaan datang ke proyek tidak tepat waktu, mandor
datang ke proyek pada saat mendekati pembagian gaji dan supervisor acapkali
tidak malakukan pengawasan dan pemeriksaan pekerjaan tepat pada waktunya.
Pendistribusian angket kuesioner kepada responden kelompok pekerja,
mandor dan supervisor. Komposisi masing-masing kelompok responden dan
tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Komposisi kelompok responden dan tingkat pengembalian kuesioner

Jumlah Kuesioner
Responden Persentase (%)
Disebar Kembali

Pekerja 30 28 93.33
Mandor 30 29 96.67
Supervisor 30 30 100.00

Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sampel acak minimum dengan rumus (Hogg dan Tannis 1997)

, = 384,16 384

, = 21,7 22
32

Dimana :
m = Sampel dari populasi tak terbatas
n = Sampel dari populasi terbatas
Z = Nilai (e.g. 1,96 untuk 95% level aman)
P* = Derajat variasi antar elemen populasi (0,5)
ε = Batas toleransi kesalahan (0,05)
N = Jumlah populasi terwakili (22)

Tabel 10. Peringkat semua faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas pekerja

No. Grup Faktor RII Peringkat


semua faktor

1 Material dan alat Material selalu tersedia 54.67 8


Alat selalu tersedia 54.00 9
Alat diterima sesuai permintaan 53.33 10
Material datang sesuai kebutuhan 52.00 13
Peralatan sesuai kebutuhan 51.33 14
Lokasi gudang dekat area kerja 48.00 18

2 Tenaga kerja Loyalitas 58.00 3


Pengalaman kerja 56.67 5
Kepuasan 56.00 6
Usia tua 55.33 7
Persaingan pekerja 54.67 8
Mangkir 54.00 9
Salah paham 52.67 12

3 Kepemimpinan Kurang pengawasan 56.67 5


Jarang rapat dengan pekerja 56.00 6
Salah paham pekerja dengan
pengawas 54.67 8
Pembayaran terlambat 58.67 2
Kurang sosialisasi program 58.67 2
Lemahnya sistem keuangan 57.33 4
4 Motivasi Tidak ada sesi latihan 57.33 4
Tidak ada pengarahan
sebelum kerja 56.00 6
Tidak ada uang transport 52.00 13
Tidak ada tempat makan dan santai 48.00 18
Salah menggunakan jadual kerja 60.00 1

5 Waktu Sistem kerja langsung 60.00 1


Kerja lembur 58.67 2
Pengurangan waktu kerja 58.00 3

6 Pengawasan Kerja 7 hari tanpa libur 46.00 19


Kerja ulang (rework) 56.67 5
Pengawas tidak masuk 55.33 7
Keterlambatan pengecekan 51.33 14
33

No. Grup Faktor RII Peringkat


semua faktor

7 Proyek Gambar dan spesifikasi berubah 49.33 16


Jenis /pekerjaan yang sama 60.00 1
Metodologi kerja 58.00 3

8 Keselamatan kerja Jenis kegiatan di proyek 51.33 14


Pagar pembatas proyek 49.33 16
Bekerja di tempat ketinggian 58.00 3
Kurang penerangan 56.67 5
Pengarahan tentang safety 56.67 5
Pelanggaran safety 53.33 10
Tidak ada safety officer
di lapangan 53.33 10

9 Mutu Persyaratan kerja mutu tinggi 50.00 15


Bahan baku mutu rendah 46.00 19
Peralatan tidak efisien 38.67 20

10 Eksternal Pelanggaran peraturan pemerintah 54.00 9


Perubahan cuaca 52.00 13

Material dan alat

Hasil di Tabel 11 memperlihatkan 6 faktor dalam grup material dan alat.


Peringkatnya sesuai dengan pengaruhnya dalam produktivitas seperti pemilihan
material, pemilihan alat dan peralatan dan tidak cocoknya lokasi penyimpanan
material. Penemuan ini memperlihatkan bahwa pemilihan material merupakan
faktor yang paling penting dari faktor-faktor yang berpengaruh buruk dalam
produktivitas. Ketersediaan material ada di posisi pertama dari semua pengaruh
buruk dari faktor yang berpengaruh dalam produktivitas yang tidak stabil,
pekerjaan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya tanpa ketersediaan material.

Tabel 11 Peringkat grup faktor material dan alat

Faktor RII Rangking

Material selalu tersedia 54.67 1


Alat selalu tersedia 54.00 2
Alat diterima sesuai permintaan 53.33 3
Material datang sesuai kebutuhan 52.00 4
Peralatan sesuai kebutuhan 51.33 5
Lokasi gudang dekat area kerja 48.00 6

Tenaga kerja

Tabel 12 menggambarkan faktor dalam grup yang menunjukan peringkat


yang saling terkait dalam tenaga kerja. Hasilnya diperlihatkan bahwa faktor-
faktor negatif terpenting yang mempengaruhi produktivivtas adalah loyalitas,
diikuti oleh pengalaman kerja, kepuasan kerja, usia pekerja, persaingan pekerja,
ketidakhadiran pekerja, kesalahpahaman antar pekerja,. Setelah dilakukan
34

penghitungan peringkat pertama adalah kurangnya kesetiaan pekerja, dengan


nilai index importance 58.00. Faktor ini juga menduduki peringkat ketiga
diantara 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja (Tabel 10)
mengindikasikan bahwa loyalitas pekerja memiliki efek yang sangat tinggi dalam
produktivitas. Hasil ini diperkuat oleh (Paulson 1975), yang menyatakan bahwa
loyalitas tukang berdampak pada produktivitas kerja. Hasil ini juga didukung
oleh (Heizer dan Render 1990), yang menetapkan bahwa loyalitas pekerja
berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan di lapangan. Meningkatnya
pengalaman intelektual dan kemampuan fisik pekerja pada konsekuensinya akan
meningkatkan produktivitas pekerja. Lebih lanjut lagi faktor kesalahpahaman
pekerja rata-rata berpengaruh terhadap produktivitas pekerja, faktor ini
menduduki peringkat 12 diantara semua faktor buruk yang mempengaruhi
produktivitas pekerja. Salah paham antar pekerja juga membuat ingkar janji dari
tanggung jawab masing-masing pekerja sehingga membuat kesalahan kerja dan
berakibat menurunnya produktivitas kerja.
Lemahnya persaingan juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja, ini
menduduki peringkat 8 dari 46 faktor buruk yang berdampak pada produktivitas.
Ditemukan juga bahwa dengan bertambahnya usia secara rata-rata berdampak
terhadap produktivitas pekerja, usia tua menempati peringkat 7 yang berpengaruh
buruk terhadap produktivitas kerja (Tabel 10). (Heizer dan Render 1990)
mendukung hasil ini, disebutkan bahwa usia berpengaruh terhadap produktivitas
pekerja. Karena kecepatan kerja, kecerdasan dan kekuatan menurun yang
berkontribusi dalam penurunan produktivitas. Pekerja yang sering mangkir
faktanya berpengaruh terhadap produktivitas, ada di peringkat 9 faktor yang
berpengaruh buruk terhadap produktivitas pekerja. Hal ini benar karena dengan
adanya pemondokan atau bedeng sementara di lokasi sekitar proyek maka
kontraktor bisa menyewa untuk menghindari karyawan yang sering mangkir.

Tabel 12 Peringkat grup faktor tenaga kerja

Faktor RII Rangking

Loyalitas 58.00 1
Pengalaman kerja 56.67 2
Kepuasan 56.00 3
Usia tua 55.33 4
Persaingan pekerja 54.67 5
Mangkir 54.00 6
Salah paham 52.67 7

Kepemimpinan

Tabel 13 menggambarkan ada 6 faktor yang masuk dalam grup


kepemimpinan. Kurang sosialisasi program, pembayaran terlambat, lemahnya
sistem keuangan, kurang pengawasan, jarang rapat dengan pekerja, salah paham
pekerja dengan pengawas. Kurang sosialisasi program dan pembayaran terlambat
menduduki peringkat pertama, lemahnya sistem keuangan peringkat kedua dan
kurang pengawasan peringkat ketiga. Kurang pengawasan terhadap pekerja
berdampak cukup tinggi dalam faktor-faktor buruk yang berpengaruh terhadap
35

produktivitas pekerja (Imp. Index = 56.67) dan di posisi kelima dalam semua
faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas (Tabel 10). Hal ini benar
karena kurangnya pengawasan terhadap pekerja, kesalahpahaman dalam bekerja
akan meningkat, sehingga akan ada pekerjaan tunda karena faktor kesalahan
tersebut.
Salah paham antara pekerja dengan pengawas berpengaruh cukup tinggi
yaitu peringkat nomor 8 (Imp. Index = 54.67) dari faktor-faktor yang
berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Hal ini benar, salah paham antara
pekerja dengan pengawas menjadikan hubungan yang tidak baik antara mereka.
Salah paham menimbulkan kerugian karena ada perasaan hati dari pekerja yang
tidak nyaman, konsekuensinya akan menurunkan produktivitas. Akhirnya, rapat
periodik dengan pekerja tidak menjadi pertimbangan khusus dalam produktivitas
kerja dan peringkat 6 dari faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap
produktivitas. Hasil ini disetujui karena bangunan gedung ini hanya satu menara
masalah di lapangan bisa diselesaikan dengan pengawas.

Tabel 13 Peringkat grup faktor kepemimpinan

Faktor RII Rangking

Kurang sosialisasi program 58.67 1


Pembayaran terlambat 58.67 2
Lemahnya sistem keuangan 57.33 3
Kurang pengawasan 56.67 4
Jarang rapat dengan pekerja 56.00 5
Salah paham pekerja dengan pengawas 54.67 6

Motivasi

Tabel 14 mengindikasikan peringkat dari 5 faktor yang berhubungan


dengan motivasi. Faktor-faktor yang menurunkan motivasi karena
kepentingannya masing-masing. Salah menggunakan jadual kerja, tidak ada sesi
latihan, tidak ada pengarahan sebelum kerja, tidak ada uang transport, tidak ada
tempat makan dan santai. Hasilnya bahwa salah menggunakan jadual kerja
berdampak cukup tinggi terhadap produktivitas kerja (60.00), menduduki posisi
pertama dari semua faktor buruk terhadap produktivitas pekerja (Tabel 10). Hasil
ini cocok, karena salah menggunakan jadual kerja mengakibatkan pekerja sangat
malas untuk mengulangi lagi, konsekuensinya menurunkan produktivitas kerja.
Motivasi bagi pekerja itu penting, karena memberikan kepuasan dalam bekerja.
Tidak adanya tempat makan dan santai tidak dipertimbangkan dalam instrumen
faktor penurunan produktivitas, hal ini tidak sesuai dengan penelitian oleh
(Lema, 1995), disebutkan bahwa uang transport, uang makan berdampak sangat
tinggi terhadap produktivitas.
36

Tabel 14 Peringkat grup faktor motivasi

Faktor RII Rangking

Salah menggunakan jadual kerja 60.00 1


Tidak ada sesi latihan 57.33 2
Tidak ada pengarahan sebelum kerja 56.00 3
Tidak ada uang transport 52.00 4

Waktu
Tabel 15 menunjukan ada 3 faktor dalam grup yang berhubungan dengan
waktu yaitu sistem kerja langsung di peringkat pertama, kerja lembur peringkat
2, pengurangan waktu kerja di peringkat 3. Bekerja 7 hari per minggu tanpa libur
(lembur) berdampak tinggi dalam produktivitas pekerja, sementara penambahan
jam selama kerja seharian tidak berdampak. (Hinze, 1999) sependapat dengan
hasil ini, bahwa penambahan jam kerja tidak berdampak tetapi kerja tanpa libur
berdampak negatif terhadap produktivitas. Hasil ini tidaklah mengherankan
karena penambahan jam kerja per hari dan kerja tanpa libur akan berakibat
motivasi dan kekuatan fisik pekerja menurun sehingga menurunkan produktivitas
mereka. Bagaimanapun pengaruh penambahan jam kerja pada periode waktu
yang pendek mungkin tidak kelihatan nyata. Faktor ini ada di peringkat nomor 2
(Tabel 10). Hal ini dibenarkan karena merupakan keinginan dari pekerja agar
mereka lebih banyak mendapatkan uang. Oleh karena itu pekerja akan bekerja
ekstra keras untuk menyelesaikan pekerjaan dengan volume paling banyak dalam
waktu yang singkat.
Tabel 15 Peringkat grup faktor waktu

Faktor RII Rangking

Sistem kerja langsung 60.00 1


Kerja lembur 58.67 2
Pengurangan waktu kerja 58.00 3

Pengawasan
Kemampuan pengawas memiliki dampak yang kuat terhadap masing-
masing produktivitas dan memiliki tingkatan kemampuan pada diri masing-
masing individu, antara lain sebagai berikut: kerja ulang (rework), pengawas
tidak masuk, keterlambatan pengecekan, kerja 7 hari tanpa libur (Tabel 16). Hasil
ini ditunjang oleh (Thomas 1999) yang menyatakan bahwa kehilangan efesiensi
kerja 30% ketika pengawas merubah pelaksanaan kerjanya.

Tabel 16 Peringkat grup faktor pengawasan

Faktor RII Rangking

Kerja ulang (rework) 56.67 1


Pengawas tidak masuk 55.33 2
Keterlambatan pengecekan 51.33 3
Kerja 7 hari tanpa libur 46.00 4
37

Keterlambatan pengecekan adalah faktor penting kedua dalam grup


pengawasan dan ada di urutan no 14 dalam faktor penting yang berpengaruh
buruk terhadap produktivitas. Keterlambatan pemeriksaan juga memiliki dampak
yang luar biasa di Indonesia (Guhathakurta et al, 1993 dan Olomolaiye et al,
1996). Hasil ini telah dibuktikan, bahwa pemeriksaan kerja yang dilakukan oleh
pengawas adalah sebuah proses berharga untuk dunia kerja; sebagai contoh
sebagai kontraktor tidak dapat membuat kepastian pengecoran sebelum ada
pemeriksaan bekisting dan pembesian, terlambatnya pemeriksaan semakin
menambah tertundanya banyak aktivitas kerja.
Ketidakhadiran pengawas merupakan faktor terakhir dalam grup
pengawasan, berada di posisi 19 dari semua faktor yang berpengaruh buruk
terhadap produktivitas kerja. Ini tidaklah meherankan karena ketidakhadiran
pengawas, proyek bisa berhenti. Sepenuhnya pekerjaan dalam aktifitas yang
mana mengharuskan perlunya pengawasan, diantaranya membentuk kepastian
dan mengisi kekurangan. Ketidakhadiran pengawas menunda tindakan terhadap
pekerjaan yang akan dilakukan, mengawali penundaan dalam permulaan
pekerjaan baru.

Proyek
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode kerja dan jenis kegiatan di
proyek tidak terkait dengan faktor lain dan ada di posisi 1 dan 3 dari 46 faktor
buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hasil ini tidak didukung oleh
(Thomas dan Sanders, 1991). Mereka yang menemukan metode kerja yang lebih
modern memiliki dampak yang besar terhadap produktivitas kerja. Hasil ini
terbukti, karena kerja membangun gedung rumit dan ukurannya besar. Meskipun
kegiatannya ada perbedaan kerja secara luas tetapi memiliki kesamaan model dan
tidak terdapat perbedaan yang besar dengan metode yang digunakan dalam
membangun.
Tabel 17 Peringkat grup faktor proyek

Faktor RII Rangking

Jenis /pekerjaan yang sama 60.00 1


Metodologi kerja 58.00 2
Gambar dan spesifikasi berubah 49.33 3

Keselamatan kerja
Hasil penelitian terlihat pada (Tabel 18) yang menggambarkan bahwa 7
faktor dibawah keselamatan kerja menunjukan penurunan nilai index relatif
(RII): Jenis kegiatan di proyek, pagar pembatas proyek, bekerja di tempat
ketinggian, kurang penerangan, pengarahan tentang safety, pelanggaran safety,
tidak ada safety officer di lapangan.
Banyaknya kecelakaan kerja memiliki dampak pada produktivitas dan
ada di posisi 10 dari 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja.
Hasil ini telah didukung oleh (Thomas dan Sanders, 1991), yang menyatakan
bahwa “kecelakaan memiliki dampak yang signifikan terhadap produktivitas
pekerja”. Terdapat 3 tipe dari kecelakaan kerja :
38

 Kecelakaan yang mengakibatkan kematian adalah kerugian bagi


pekerja, tipe kecelakaan ini diawali dengan penghentian proyek
sementara hingga total penghentian kerja.
 Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh luka hingga dibawa ke rumah
sakit setidaknya 24 jam, tipe kecelakaan ini menurunkan produktivitas
kelompok karena sebagian kelompok ikut membantu pekerja yang
lain ke rumah sakit sehingga tidak dapat bekerja.
 Kecelakaan kecil yang disebabkan karena luka dari paku atau kawat,
tipe kecelakaan ini dampaknya sedikit terhadap produktivitas pekerja.
Gelapya lampu penerangan memiliki dampak pada produktivitas pekerja
secara rata-rata, ada di posisi 5 dari 46 faktor yang mempengaruhi buruknya
produktivitas pekerja (Tabel 10). Hasil ini terbukti, sebagai pekerja
membutuhkan pencahayaan yang terang untuk bekerja dengan efektif.
Konsekuensi dari gelapnya lokasi kerja memiliki dampak buruk pada
produktivitas pekerja.
Tabel 18 Peringkat grup faktor keselamatan kerja

Faktor RII Rangking

Bekerja di tempat ketinggian 58.00 1


Kurang penerangan 56.67 2
Pengarahan tentang safety 56.67 2
Pelanggaran safety 53.33 3
Tidak ada safety officer di lapangan 53.33 3
Jenis kegiatan di proyek 51.33 4
Pagar pembatas proyek 49.33 5

Hasil ini juga menunjukan bahwa petugas keselamatan di lapangan


dipertimbangkan menjadi penopang atas faktor lain pada produktivitas pekerja,
hasil ini terjadi di Menara Sentraya, sebagai kontraktor harus ada petugas
keselamatan di lapangan. Karena mereka peduli akan pentingnya petugas
keselamatan di proyek. Hal ini perlu dicatat bahwa seorang petugas keselamatan
di lapangan membantu para pekerja agar mengerti syarat-syarat peraturan
keselamatan kerja dan melaksanakannya. Pencegahan ini setidaknya mengurangi
angka kecelakaan kerja yang konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas
kerja.
Mutu
Tabel 19 menggambarkan 3 faktor dibawah grup mutu, terlihat dalam tren
penurunan nilai indeks sebagai berikut: efisiensi peralatan, rendahnya mutu
bahan baku dan persyaratan kerja mutu tinggi. Telah disurvei dari beberapa
perusahaan, hasilnya memiliki kecendrungan untuk menempatkan efisiensi
peralatan sebagai faktor penting dalam grup ini, dengan nilai index (RII) 38.67.
Hasilnya terbukti, tingkat produktivitas efisiensi peralatan yang rendah,
konsekuensinya memiliki dampak yang merugikan pada produktivitas kerja yang
bergantung pada peralatan. Jenis peralatan kerja juga mempengaruhi
produktivitas pekerja, sebagai contoh; peralatan yang baru dan modern memiliki
tingkat produktivitas yang tinggi, sementara peralatan yang sudah lama
mempunyai produktivitas rendah dan banyak yang tidak bisa digunakan.
39

Tabel 19 Peringkat grup faktor faktor mutu

Faktor RII Rangking

Persyaratan kerja mutu tinggi 50.00 1


Bahan baku mutu rendah 46.00 2
Peralatan tidak efisien 38.67 3

Penelitian telah mengurutkan rendahnya kualitas bahan baku pada posisi


19 dari semua faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja, dengan nilai
indeks (RII) 46.00. Hal ini telah terbukti, bahwa membangun dengan bahan baku
mutu rendah hasilnya tidak akan lebih bagus daripada bahan baku mutu tinggi.
Bertambahnya bahan yang dibuang-buang percuma sebagai waste dari bahan
berkualitas rendah juga meningkat, terutama sekali selama penanganan. Lagi
pula, penggunaan bahan berkualitas rendah berakibat buruknya mutu pekerjaaan
yang konsekuensinya ditolak oleh pengawas. Kualitas yang disyaratkan dalam
pekerjaan rata-rata berdampak pada produktivitas pekerja, yang menempati
peringkat 22 dari 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hal
ini bisa diterima, karena dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi target
mutu pekerjaan ketergantungannya sangat besar dalam mengikuti toleransi
pekerjaan yang disyaratkan, contohnya ketika toleransi mutu pekerjaan yang
diharuskan hasilnya sangat rendah, pekerja bekerjanya akan lamban guna
menghindari kesalahan yang hasilnya tidak dapat diterima.

Eksternal
Tabel 20 memperlihatkan terdapat 2 faktor dalam grup eksternal,
kelompok yang terurut berdasarkan pentingnya sebagai sebagai berikut:
perubahan cuaca dan tambahan peraturan pemerintah yang terkait pada sektor
konstruksi.
Tabel 20 Peringkat grup faktor eksternal

Faktor RII Rangking

Pelanggaran peraturan pemerintah 54.00 1


Perubahan cuaca 52.00 2

Perubahan cuaca memiliki dampak rata-rata pada produktivitas pekerja,


dan terurut di posisi 13 dari semua faktor yang mempengaruhi produktivitas
pekerja. Hasil dari (Thomas dan Sanders, 1991) menunjang dalam studi mereka
dari faktor yang mempengaruhi produktivitas. Peraturan pemerintah terkait sektor
konstruksi tidak dipertimbangkan sebagai pengaruh pada faktor lain dan terurut di
posisi 9 dari semua faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja.
40

Analisis Total Project Process (TPP)

1. Pelaksanaan proyek
Proyek dilaksanakan dimulai pada bulan September 2012 dan
diselesaikan pada bulan September 2015 dan masuk dalam periode perawatan
setelah serah terima pertama sampai dengan serah terima kedua. Sesuai
dengan jadual penelitian yang dikemukakan dalam penulisan ini hanya pada
periode penelitian saja.

2. Kontrol produktivitas
Monitoring realisasi pelaksanaan dilakukan pada setiap hari waktu
pelaksanaan pekerjaan dengan mengisi Jadwal Kontrol Harian (JKH). JKH
adalah merupakan alat yang digunakan untuk memonitor pelaksanaan
pekerjaan yang bersifat harian yang berisi tentang produktivitas. JKH
merupakan Tabel yang harus diisi oleh masing-masing Q-Supervisor.

a. Laporan produktivitas
Rekapitulasi produktivitas mingguan yang berisikan produktivitas per
pekerjaan dan produktivitas per orang diambil dari Jadual Kontrol Harian.
Hasil perhitungan menunjukan angka yang sama secara terus menerus
sepanjang periode Juli 2014 sampai dengan September 2014.

b. Pengendalian pelaksanaan
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dimonitor dengan Rekapitulasi
Jadual Kontrol Harian dan Jadual Kontrol Harian. Sedangkan sebagai
pengendalian menggunakan jadual dua mingguan.

c. Laporan produktivitas
Rekapitulasi produktivitas mingguan yang berisikan produktivitas per
pekerjaan dan produktivitas per orang diambil dari Jadual Kontrol Harian.
Hasil perhitungan menunjukan angka yang sama secara terus menerus
sepanjang periode Juli 2014 sampai dengan September 2014.

d. Pengendalian alat
Berdasarkan daftar rekapitulasi tidak beroperasinya alat secara
mingguan diperoleh data sebagai berikut : Jumlah jam operasinya alat adalah
8.289 jam sedangkan jumlah jam tidak beroperasinya alat adalah 2.954 jam.
Rata-rata jam tidak beroperasinya alat 10.01 jam atau 35.54% dan
produktivitasnya 53.29% dalam periode waktu satu minggu (6 Juli 2014
sampai dengan 12 Juli 2014).

e. Pengendalian besi
Hasil pencapaian waste beton pada kurun waktu 6 Juli 2014 sampai
dengan 12 Juli 2014 adalah 1.15% artinya masih bagus karena waste
maksimal yang diijinkan oleh perusahaan adalah 2.5%.

f. Pengendalian beton
Jumlah volume beton yang dibutuhkan di lapangan dihitung bersama
dengan pemasok dan dibuat berita acaranya tujuannya agar tidak terjadi
41

perselisihan mengenai volume dengan pemasok pada waktu mengajukan


pembayaran. Waste beton tidak terjadi karena sebelumnya sudah ada kontrak
mengenai hitung volume bersama antara pemasok beton dengan kontraktor.

g. Pengendalian shop drawing


Shop drawing atau gambar kerja lapangan masuk dalam daftar
kegiatan tim engineering. Karena pekerjaan struktur yang tipikal akan sama
dengan pekerjaan lantai-lantai di bawahnya.

h. Pengendalian pengadaan
Rencana dan realisasi pengadaan jasa dan material dimonitor oleh
bagian komersial dan kembali lagi karena bangunan tipikal seluruhnya
mengacu pada pekerjaan sebelumnya.

Sumbangan dari hasil penelitian ini adalah ditemukannya faktor-faktor


yang secara negatif menduduki peringkat pertama yang perlu adanya improvement
di kemudian hari khususnya untuk kontraktor pelaksana pembangunan yaitu
penggunaan jadual kerja yang perlu diperketat, sistem kerja langsung seharusnya
dihindari sebaiknya menggunakan sub kontraktor spesialis dan yang terakhir
adalah jenis pekerjaan yang sama. Penelitian ini menarik karena karakter
gedungnya yang merupakan bangunan perkantoran yang bersifat sama atau tipikal
pasti mempunyai jenis pekerjaan yang sama pula.
42

Tabel 21 Total Project Process (TPP)


Penilaian
No Uraian Pekerjaan
Detail Gabungan Produktivitas
1. Pelaksanaan proyek 4
2. Kontrol produktivitas 4
 Monitoring realisasi pelaksanaan 4
A Laporan produktivitas 4
 Rekapitulasi produktivitas mingguan 4
B Pengendalian pelaksanaan 4
 Jadual dua mingguan 4
 Rekapitulasi Jadual Kontrol Harian 4
(JKH)
 Jadual kontrol harian 4
c Pengendalian alat 4
 Rencana pemakaian alat 4
 Pengadaan peralatan (alat kerja, alat 4
ukur)
 Evaluasi pemasok alat 4
 Pengendalian alat kerja dan alat ukur 4
 Bukti kaliberasi alat 4
 Laporan pengoperasian alat 4
 Inspeksi dan perawatan alat 4
 Laporan kerusakan alat 4
 Rekapitulasi tidak beroperasinya alat 4
mingguan
d Pengendalian Besi 4
 BBS 4
 Mapping 4
 Labeling 4
 Monitoring besi 4
 Hasil pencapaian waste besi 4
e Pengendalian Beton 4
 Rencana pengecoran mingguan 4
 Berita acara pengukuran volume beton 4
 Evaluasi beton mingguan 4
 Hasil pencapaian waste beton 4
f Pengendalian Shop Drawing 4
 Rencana dan realisasi pembuatan 4
gambar
 Sejarah dan dampak perubahan shop 4
drawing
 Rekapitulasi sejarah dan dampak 4
perubahan SD
 Penarikan shop drawing superseeded 4
 Distribusi perubahan shop drawing 4
g Pengendalian Pengadaan 4
 Rencana dan realisasi pengadaan jasa 4
 Rencana dan realisasi pengadaan 4
material
43

5. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan yang diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa :

1. Hasil analisis work sampling menghasilkan nilai LUR untuk masing-masing


komponen pekerjaan struktur secara berturut-turut adalah bekisting, pembesian
dan pengecoran adalah 47,32%, 43,17%, dan 49,76%. Artinya pekerjaan
bekisting, pembesian dan pengecoran masuk dalam katagori produktif.
2. Nilai Labour Utilization Rate (LUR) total pekerjaan bekisting, pembesian dan
pengecoran dengan metode work sampling adalah 45.60% artinya produktivitas
proyek ini bisa disebut produktif atau bagus.
3. Hasil analisis dan identifikasi memperlihatkan bahwa perhitungan rata-rata
Relative Importance Index (RII) pada faktor-faktor yang berpengaruh negatif
terhadap produktivitas adalah waktu 56.53%, kepemimpinan 55.78%, motivasi
55.43%, tenaga kerja 55.33%, proyek 54.67%, keselamatan kerja 53.97%,
pengawasan 53.17%, eksternal 53.00%, material dan alat 52,22%, mutu
44.89%. Faktor waktu sangat berpengaruh negatif terhadap jalannya proses
konstruksi, hal ini ditunjukan dengan peringkat atau rangking RII paling
tinggi. RII waktu menunjukan angka tertinggi dari 10 faktor negatif yang
mempengaruhi produktivitas. Kesimpulan ini benar karena waktu serah terima
pekerjaan ke pemberi tugas mengalami keterlambatan walaupun mutu yang
dihasilkan cukup memuaskan.
4. Hasil TPP seluruh produktivitas kerja mendapat nilai 4 yang artinya sudah
produktif. Kriteria sistem penilaian produktivitas yang terdapat dalam Total
Project Process (TPP) perlu adanya perubahan dan konsistensi dalam
memonitor jalannya proyek, karena faktor subyektifitas pada penilaian sangat
kentara sekali.

SARAN

1. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan perlu dipertahankan sekaligus


ditingkatkan secara lebih serius agar hasilnya bisa lebih bagus lagi.
2. Pada proyek sejenis perlu perhatian terhadap waktu pelaksanaan agar tidak
terjadi keterlambatan dalam proses konstruksi.
3. Manajemen harus membuat keputusan yang efektif untuk meningkatkan
produktivitas terus menerus yang dimulai dari identifikasi secara tepat apa
yang menjadi masalah produktivitas dalam organisasi proyek.
4. Kepada perusahaan kontraktor sejenis agar memperhatikan waktu pelaksanaan
pekerjaan pada saat menandatangani perjanjian kontrak kerja karena waktu
pelaksanaan yang terlambat akan merugikan semua pihak.
5. Faktor-faktor yang secara negatif meduduki peringkat pertama perlu adanya
improvement di kemudian hari khususnya untuk kontraktor pelaksana
pembangunan yaitu penggunaan jadual kerja perlu diperketat dalam
pelaksanaannya, sistem kerja langsung seharusnya dihindari sebaiknya
menggunakan sub kontraktor spesialis dan yang terakhir adalah jenis pekerjaan
yang sama ternyata membuat pekerja merasa jenuh.
44

DAFTAR PUSTAKA
[Amac Consultants. 2004]. Productivity Measurement and Analysis, Final Report
– CIVL 493.The University of British Columbia
Andi 2004. Analisa produktifitas pekerja dengan metode work sampling, Studi
kasus pada proyek X dan Y. Civil Engineering Dimension, 6(2) : 72-79.
Program Pascasarjana, Universitas Kristen Petra, Indonesia.
Andi RA. 2003. Construction Project Administration, Program Pascasarjana,
Universitas Kristen Petra, Indonesia.
Asiyanto 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi, Jakarta, Pradnya
Paramita.
Bashir HA, Alzebdeh K, Al Riyami AMAA. 2014. Factors Analysis of Obstacles
Restraining Productivity Improvement Programs in Manufacturing
Enterprises in Oman, Hindawi Publishing Corporation, Journal of
Industrial Engineering, 13(11) : 1-7.
Bender MB. 2010. A Manager’s Guide to Project Management Learn How to
Apply Best Practices.
Boy RA.1986. Improving Total Corporate Productivity, Thomson Learning.
Burtonshaw GSA. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen, Alat, Model dan
Catatan bagi Para Manajer dan Konsultan, Jakarta, PT Indeks Jakarta.
Busch DH. 1991. The New Critical Methode, Probus Publishing Co.
Chang SW, Yi JS, Son JW. 2015. The Productivity Improvement for Steel
Framing Work Efficiency by Work Sampling and 5-minute Rating
Technique. Journal of Construction Engineering and Project Management,
KICEM. Online ISSN 2233-9582. 5(3) : 40-46.
Davidson J, 2003. Frame Managing Projects in Organizations How to Make the
Best Use of Time Techniques and People
Dimyati HAH, Nurjaman K, 2014. Manajemen Proyek, Bandung, CV Pustaka
Setia.
Dozzi SP, AbouRizk SM. 1993. Productivity in Construction. NRCC-37001.
NRC. Costruction. Canada, National Research Council.
Durdyev S, Ismail S, Bakar NA. 2013. Construction Productivityin Turkmenistan,
Survey of the Constraining Factors, International Journal of e-Education,
e-Business, e-Management and e-Lerning. 3(1) : 18-23.
Enshassi A, Mohamed S, Mustafa ZA, Mayer PE. 2007. Factors Affecting Labor
Productivity in Building Project in Gaza Strip. Journal of Civil Engineering
and Management. ISSN 182-3605 online. 15(3) : 269-280.
Gaspersz V, Fontana A. 2011. Integrated Manage ment Problem Solving,
Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Bogor, Penerbit Vinchristo
Publication.
Gaspersz V. 1998. Manajemen Produktivitas Total Strategi Peningkatan
Produktivitas Bisnis Global. Cetakan kedua, September 2000, Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
45

Gray CF, Larson EW. 2007. Manajemen Proyek Proses Manajerial, Yogyakarta,
ANDI.
Guhathakurta S, Yates J. 1993. International Labour Productivity. Cost
Engineering Journal 35(1) : 15-25.
Heizer J, Render B. 2006. Operations Management, Manajemen Operasi, Jakarta,
Salemba Empat.
Heryanto I, Triwibowo T. 2013. Manajemen Proyek Berbasis Teknologi
Informasi, Bandung, Informatika.
Hinze JW. 1999. Construction plan ning and scheduling Prentice-Hall, New
Jersey
Hogg RV, Tannis EA. 1997. Probability and Statistical Inferences, Prentice Hall.
Hoyle D. 2007. Quality Management Essentials, Linacre House, Jordan Hill,
United Kingdom, Oxford OX2 8DP.
Husen A. 2009. Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian
Proyek. Yogyakarta, CV ANDI OFFSET.
Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta, Unit
Penerbit dan Percetakan.
Husnan S, Suwarsono.1994. Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN.
Hutchins D. 1997. Tepat pada Waktunya, Jakarta, Professional Books.
Junaidi, Afifuddin M, Majid IA. 2014. Faktor-faktor Utama non Excusable Delays
yang Berkontribusi Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi di
Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala. Indonesia. 3(1) : 26-35.
Kendrick T. 2011. 101 Project Management Problems and How to Solve Them.
Kuroshi PA, Lawal M. 2014. Study of Internal factors Affecting Labour
Productivity in Medium Iszed Construction Firms in Nigeria, International
Journal of Education and Research, 2(12) : 98-110.
Lavagnon A. Ika. 2009. Project Success as a Topic in Project. Journal Project
Management
Lema NM. 1995. Construction of labour productivity modeling. University of
Dar Elsalaam.
Ma’arif MS, Tanjung H. 2003. Manajemen Operasi, Jakarta, PT Gramedia
Widiasarana
Manser M. 2014. Manajemen yang Sukses dalam Seminggu, Jakarta, Permata
Puri Media.
Mockler RJ. 1972. The Management Control Process, Prentice Hall.
Megha D, Rajiv B. 2013. A Methodology for Rangking of Causes of Delay for
Residential Costruction Project in Indian Context. International Journal of
Engineering Technology and Advance Engineering. 3(3) : 396-404.
Oglesby CH, Parker HW, Howell GA.1989. Productivity Improvement In
Construction, McGraw-Hill.
Olomolaiye PO, Jayawardane AKW, Harris FC. 1998. Construction Productivity
Management, McGraw-Hill.
46

Olomolaiye PO, Kaming PF, Holt GD, Harris FC. 1996. Regional Comparison of
Indonesian Construction Productivity, Journal of Management in
Engineering, 13(2) : 33-39.
O’Neill C, Panuwatwanich K. 2013. The Impact of Fatigue on Labor
Productivity: case Study of Dam Construction Project in Queensland.
Proceedings of the 4th International Conference on Engineering, Project
and Production Management (EPPM 2013).
Orr AD. 2012. Manajemen Proyek Lanjutan Pedoman Lengkap Proses, Model
dan Teknik-teknik Utama, Jakarta, PT Indeks.
Paulson BC. 1975. Estimation and Control of Construction Labour Cost. Journal
of Construction Division. ASCE, 101 (CO3). 101(9) : 623-633.
Pilcher R.1992, Principles of Contruction Management 3rd ed, Singapore,
McGraw-Hill, Inc.
Priyatno D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, Yogyakarta,
Penerbit Andi.
Rao BP, Sreenivasan A. 2015. Factors Affecting Labor Productivity in Bangalore,
International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT),
4(4) : 1082-1084
Robles G, Stifi A, Jose L, Gentes S. 2014. Labor Productivity in the Conúúú
Factors Influencing the Spanish Construction Labor Productivity.
International Journal of Civil, Environmental, Structural, Construction and
Architectural Engineering. 8(10) : 01-10
Bernier C, Danis M. 2010. Leadership, Sourcing modes and IT Project
Management. Journal Project Management. 27(4) : 348-362.
Sebastian L, Raghavan VS. 2015. Contraints on Labor Productivity-a Case Study.
The International Journal of Engineering and Science (IJES). 4(4) : 88-97.
Sinungan M. 2000. Produktivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta Erlangga
Soham M, Rajiv B. 2013. Critical Factors Affecting Labour Productivity in
Construction Projects, Case Study of South Gujarat Region of India,
International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT),
2(4) : 583-591.
Solihin I. 2012. Manajemen Strategik, Jakarta, Erlangga.
Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-
12, Bandung, Alfabeta.
Supardi, 2012. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Jakarta, PT. Ufuk Publishing
House.
Suratman, 2001. Studi Kelayakan Proyek Teknik dan Prosedur Penyusunan
Laporan, Yogyakarta, J&J Learning.
Sutalaksana IZ, Anggawisastra R, Tjakraatmajda JH. 2006. Teknik Perancangan
Sistem Kerja, Bandung, Penerbit ITB.
47

Suseno I, Marjoko, Supardi US. 2013. Pengantar Statistik untuk Penelitian


Pendidikan, Jakarta, UNINDRA PRESS.
Syah MS. 2004. Manajemen Proyek, Kiat Sukses Mengelola Proyek, Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama.
Tahir MA, Hanif H, Shahid ZA, Hanif A. 2015. Proceedings of Seventh The IIER
International Conference, Singapore.
Taylor III BW, 2007. Introduction to Management Science, New Jersey, Pearson
Education.
Thomas HR, Sanders SR.1991 Factors affecting masonry productivity. Journal
of Construction Engineering and Management, ASCE.
[Total Bangun Persada PT. 2014.] Sistem Manajemen untuk Proyek. [Tidak
dipublikasikan]
Widiasanti I, Lenggogeni, 2013. Manajemen Konstruksi, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya
Winardi J. 2010. Manajemen Perubahan (Management of Change), Jakarta,
Kencana Prenada Media Group.
Yi W, Chan APC. 2012. Critical Review of Labor Productivity Researchin
Construction Journals. Journal of Management in Engineering. 20(3) : 01-
47.
48

LAMPIRAN
49

PERTANYAAN KUESIONER

Jawaban
Pertanyaan
1 2 3 4 5
Petunjuk mengerjakan soal
Berilah tanda silang pada angka jawaban yang menurut anda paling
tepat
Contoh Pertanyaan : Apakah pekerja datang ke proyek selalu
terlambat?
Jawaban : Yang anda pilih adalah 3 X
1 Sedikit
2 Ada = sama
3 Rata-rata
4 Banyak
5 Sangat banyak

Grup No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah material selalu tersedia pada saat
1 2 3 4 5
dibutuhkan?
2 Apakah alat yang diperlukan selalu tersedia?
Apakah jenis peralatan yang diterima dari
3
pemasok sesuai dengan permintaan?
Material dan
Apakah jenis material yang diterima dari
alat 4
pemasok sesuai dengan yang dibutuhkan?
Apakah jenis alat yang diterima sesuai dengan
5
kebutuhan?
Apakah lokasi gudang material selalu dekat
6
dengan area kerja?
Apakah pekerja di proyek mempunyai loyalitas
1
terhadap perusahan?
Apakah pekerja di proyek mempunyai
2
pengalaman kerja lebih dari 10 tahun?
Apakah pekerja di proyek merasa puas dengan
3
sistem kerja yang ada?
Apakah usia pekerja kebanyakan di atas 45
Tenaga kerja 4
tahun?
Dalam hal pekerjaan, apakah ada persaingan
5
sesama pekerja ?
Apakah pekerja sering mangkir tidak masuk
6
kerja?
Apakah pernah terjadi salah paham diantara
7
sesama pekerja?
Apakah pengawasan pekerja oleh supervisor
1
lapangan sudah mencukupi?
Apakah supervisor sering melaksanakan rapat
2
dengan pekerja?
Apakah sering terjadi salah paham antara
3
pekerja dengan pengawas?
Kepemimpinan
Apakah pembayaran terhadap pekerja sering
4
terlambat?
Bila ada program baru dari perusahaan, apakah
5
disosialisasikan terhadap pekerja?
Terhadap sistem keuangan perusahaan, Apakah
6
pimpinan pekerja mengetahuinya?
50

Terhadap pekerja yang baru masuk, apakah ada


1
pelatihan buat mereka?
Apakah para pekerja diberi pengarahan sebelum
2
bekerja?
Untuk yang kerja lembur, apakah ada uang
Motivasi 3
transport?
Apakah di proyek disediakan tempat
4
makan/kantin dan tempat santai/istirahat?
Apakah pernah terjadi pekerja salah
5
menggunakan jadual kerja
Apakah di proyek menggunakan sistem kerja
1
langsung atau mandor/sub kontraktor
Waktu Apakah di proyek waktu kerjanya sering
2
lembur?
3 Apakah waktu lembur suka dikurangi?
Apakah di proyek waktu kerjanya 7 hari tanpa
1
libur
2 Apakah sering terjadi kerja ulang (rework)?
Pengawasan Apakah supervisor lapangan sering tidak
3
masuk/mangkir?
Apakah supervisor sering terjadi keterlambatan
4
pengecekan?
Apakah sering terjadi perubahan gambar dan
1
spesifikasi selama eksekusi?
Apakah pekerja selalu mengerjakan pekerjaan
Proyek 2
yang sama secara berulang?
Apakah sebelum bekerja diterangkan mengenai
3
metode kerja oleh supervisor?
Apakah jenis pekerjaan pekerja di proyek selalu
1
sama?
Apakah di proyek selalu ada pagar pembatas
2
keliling?
Apakahh pekerja sering bekerja di tempat
3
ketinggian?
Keselamatan Apakah lampu penerangan di proyek sudah
4
kerja mencukupi?
Apakah safety officer selalu memberi
5 pengarahan tentang keselamatan kerja di
lapangan?
Apakah di proyek sering terjadi pelanggaran
6
keselamatan kerja?
7 Apakah safety officer selalu ada di lapangan?
Apakah hasil pekerjaan sudah sesuai dengan
1
persyaratan kerja mutu tinggi?
Apakah bahan baku yang digunakan mutunya
Mutu 2
bagus?
Apakah efisiensi peralatan yang digunakan
3
sudah mencukupi?
Apakah sering terjadi pelanggaran terhadap
1
peraturan pemerintah dalam bekerja?
Eksternal
Apakah perubahan cuaca ekstrim sering terjadi
2
di proyek anda?
51

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pemalang Jawa Tengah pada tanggal 25 Juni 1969


sebagai anak terakhir dari lima bersaudara yang merupakan pasangan dari ayah H.
Nur Zamzam (Alm) dan ibu Hj. Nur Khabibah (Almh). Penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Randudongkal pada tahun 1988 dan berhasil lulus pendidikan sarjana
Teknik Mesin di Fakultas Teknologi Industri dari Institut Teknologi Indonesia
pada tahun 1996. Pada tahun 2013 masuk program Magister Sains di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor program studi Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian atas biaya sendiri.
Penulis sekarang bekerja di PT Total Bangun Persada Tbk yang
sebelumnya pernah bekerja di Kumagai Gumi Co., Ltd., PT Indonakano dan PT.
Hamanrokko semuanya bergerak di bidang industri konstruksi bangunan gedung.
Penulis menikah pada tahun 1998 dengan Atie Ernawati dan telah dikaruniai 4
putra putri yaitu Adam, Amru, Hanny dan Emha.

Anda mungkin juga menyukai