Anda di halaman 1dari 4

Abortus Insipiens

Abortus insipien didiagnosis apabila wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,


kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim yang
kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan
ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukakan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini
merupakan indikasi kontra. (Sulaiman, 2004)
Pada abortus insipien perdarahan lebih banyak dan rasa nyeri lebih kuat, ada yang
menyatakan lebih nyeri dari pada his waktu partus, dan ostium uteri internum dan
eksternum terbuka dan kantong ketuban menonjol keluar. Jika dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi pada penampang longitudinal terlihat serviks yang terbuka melalui mana
menonjol kantong yang berisi cairan di depan bagian terbawah dari janin di belakang
kandung kemih yang penuh (full bladder technique). (Chalik, 1997)

Sumber : Helen Farrer, 1999

Gejala klinis :
- Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka.
- Hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
- Ada kontraksi yang sering dan kuat.
- Perdarahan dan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus.
- Besar uterus masih sesuai umur kehamilan.
- Kehamilan positif pada tes urin.
- Hasil USG didapati pembesaran uterus sesuai usia kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau sudah mulai tidak normal.
- Terlihat penipisan serviks uterus dan pembukaannya. (Saifuddin, 2010)

Dasar diagnosis :
- Anamnesa : Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri /
kontraksi rahim.
- Pemeriksaan dalam : Ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam
rahin, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).
(Sulaiman, 2004)

Penatalaksanaan bagi bidan :


1. Pasien harus di rawat di rumah sakit. Karena tidak ada kemungkinan
kelangsungan hidup bagi janin abortus insipien.
2. Tugas bidan sebagai asisten mempersiapkan alat-alat, pantau kondisi pasien,
membantu memberikan obat intravena sesuai intruksi dokter, dan memasang
infus RL dengan oksitosin 20 unit dengan 40 tetes per menit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi (di bawah pengawasan dokter). (Maryunani, 2013)

Penatalaksanaan bagi dokter :


1. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, dilakukan evakuasi uterus dengan
Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan :
- Beri ergometrin 0,2 mg I.M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu) ;
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(Saifuddin, 2010)

2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu


- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil
konsepsi.(Saifuddin, 2010)
- Tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi dan kuretase harus hati-hati,
kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul
dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan
untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. (Saifuddin, 2010)
- Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. (Saifuddin, 2010)
4. Perdarahan yang banyak ditanggulangi dengan transfusi dan rasa nyeri dengan
analgetika. Antibiotika diberikan jika terdapat tanda-tanda infeksi. (Chalik, 1997)

Apabila wanita tersebut berada pada trimester pertama kehamilan, tidak ditemukan
perdarahan atau nyeri berlebihan, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak mengalami
distress emosional yang berat, dan kadar hematokrit terakhir mencapai 30 %, maka dapat
bidan tawarkan dua pilihan kepada klien.
1. Pilihan pertama adalah berkonsultasi dengan dokter untuk membantu mengakhiri
kehamilan dengan cara penyedotan (suction) D&C.
2. Pilihan lain adalah beristirahat di rumah dan menunggu sampai terjadi aborsi
spontan. Apapun yang menjadi pilihan, jangan lupa menjelaskan situasi yang
dihadapi kepada dokter konsultan bidan. Apabila wanita tersebut memilih untuk
tetap di rumah sampai aborsi spontan terjadi :
- Anjurkan klien memeriksa suhu tubuhnya setiap 4 jam (kecuali sedang tidur)
atau lebih sering bila klien menggigil, dan untuk menghubungi bidan, bila
perdarahan yang terjadi melebihi daya tampung pembalut yang biasa
digunakan dalam waktu 1 jam, atau bila terdapat keping darah berukuran lebih
dari 3 cm atau bila suhu tubuhnya mencapai 38˚C atau lebih.
- Klien juga harus segera menelpon jika merasa akan mengalami keguguran.
- Apabila klien mengalami dua kali atau lebih aborsi spontan secara berurutan,
jika memungkinkan, minta klien menyimpan produk konsepsi di dalam sebuah
wadah untuk penelitian genetika. Produk konsepsi tersebut juga bisa dikirim
ke laboratorium untuk pemeriksaan vilus plasenta guna memastikan terjadinya
abortus kompletus dan kehamilan berlangsung di dalam rahim.
- Apabila hasil pengkajian menunjukan data yang berada di luar batasan di atas,
atur pertemuan agar dokter konsultan mengevaluasi klien tersebut. Dengan
demikian, maka SAB dapat diakhiri dengan D&C. (Varney, 2007)
Daftar Pustaka

Chalik. 1997. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta : TIM.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono.
Sulaiman, Sastrawinata, dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai