Anda di halaman 1dari 288

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2010

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Bhayangkara dalam menyelenggarakan


pelayanan kesehatan bagi pegawai negeri pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan keluarganya serta masyarakat
umum harus dapat memberikan pelayanan bermutu dan merata,
dan memberikan pelayanan kedokteran kepolisian yang
profesional dan proporsional untuk tugas kepolisian;
b. bahwa untuk mewujudkan pelayanan Rumkit Bhayangkara yang
prima, efektif dan efisien perlu penyelenggaraan Rumkit yang
terstandarisasi aspek kemampuan pelayanan dan sumber
dayanya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Bhayangkara;

Mengingat ; 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4168);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 443);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA.

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah


alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.

2. Pegawai Negeri pada Polri adalah anggota Polri dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS).

3. Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat Rumkit adalah institusi pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.

4. Rumah Sakit Bhayangkara yang selanjutnya disingkat Rumkit Bhayangkara


adalah Rumkit di lingkungan Polri yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
begi pegawai negeri pada Polri, keluarganya dan masyarakat umum serta
pelayanan kedokteran kepolisian.

5. Instalasi Gawat Darurat yang selanjutnya disingkat IGD adalah instalasi di rumkit
yang dipimpin oleh seorang dokter, dibantu oleh tenaga medik, keperawatan,
dan tenaga lain yang telah memperoleh sertifikat pelatihan gawat darurat dan
bertugas menyelenggarakan pelayanan gawat darurat medik secara terus
menerus selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam seminggu.

6. Intensive Care Unit yang disingkat ICU adalah instalasi di rumkit yang dipimpin
oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh tenaga medik, keperawatan, dan
tenaga lain yang telah memperoleh sertifikat pelatihan perawatan intensif dan
bertugas menyelenggarakan perawatan intensif selama 24 (dua puluh empat)
jam dan 7 (tujuh) hari dalam seminggu.

7. Intensive Coronary Care Unit yang disingkat ICCU adalah instalasi di rumkit yang
dipimpin oleh seorang dokter spesialis jantung dibantu oleh tenaga medik,
keperawatan, dan tenaga lain yang telah memperoleh sertifikat pelatihan
perawatan jantung koroner intensif dan bertugas menyelenggarakan perawatan
jantung koroner intensif selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari
dalam seminggu.
8. Neo.....
8. Neo Natal Intensive Care Unit yang disingkat NICU adalah instalasi di rumkit
yang dipimpin oleh seorang dokter spesialis anak yang dibantu oleh tenaga ahli,
perawatan, dan tenaga lain yang telah memperoleh sertifikat pelatihan
perawatan intensif bayi baru lahir dan bertugas menyelenggarakan perawatan
intensif bayi baru lahir selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.

9. Perinatal Intensive Care Unit yang selanjutnya disingkat PICU adalah instalasi di
rumkit yang dipimpin oleh seorang dokter spesialis anak yang dibantu oleh
tenaga ahli, perawat, dan tenaga lain yang telah memperoleh sertifikat pelatihan
perawatan intensif bayi baru lahir dan bertugas menyelenggarakan perawatan
intensif bayi baru lahir dengan resiko tinggi selama 24 (dua puluh empat) jam
dan 7 (tujuh) hari dalam seminggu.

10. Urusan Perawatan Sarana dan Prasarana yang selanjutnya disingkat Urwatsar
adalah urusan pemeliharaan sarana dan prasarana rumkit untuk mencegah
resiko kerusakan peralatan.

11. Instalasi adalah suatu fasilitas penyelenggaraan pelayanan medik dan


penunjang medik dalam kaitannya dengan operasional rumah sakit.

12. Satuan Medik Fungsional yang selanjutnya disingkat SMF adalah tenaga
kesehatan yang bekerja di instalasi atau jabatan fungsional.

13. Satuan Pengawas Internal yang selanjutnya disingkat SPI adalah kelompok
fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan
sumber daya rumah sakit.

14. Pusat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disingkat PPT adalah pelayanan
terpadu terhadap korban kekerasan wanita dan anak-anak.

15. Pelayanan Prima adalah pelayanan yang lebih dari pelayanan yang diberikan
sebelumnya, lebih baik dari tempat lain, dilakukan dengan tulus ikhlas dan
melibatkan seluruh karyawan untuk mencapai kepuasan pelanggan/pasien.

16. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

17. Pelayanan Narkotika dan Obat Berbahaya yang selanjutnya disebut Pelayanan
Narkoba adalah pelayanan medik terhadap pelaku dan/atau korban
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza).

18. Audit Klinik adalah penilaian terhadap tindakan medik yang dilakukan oleh
tenaga komite medik.

19. Kejadian Tidak Diharapkan yang selanjutnya disingkat KTD adalah suatu
kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan {commission) atau karena tidak bertindak {omission) dan bukan
karena underlying disease atau kondisi pasien.

20. Kejadian.
20. Kejadian Nyaris Cedera yang selanjutnya disingkat KNC adalah suatu kejadian
akibat commission atau omission yang dapat mencederai pasien tetapi cedera
serius tidak terjadi, karena faktor keberuntungan.

21. Kejadian Sentinel adalah kejadian serius yang dapat mengakibatkan kecacatan
yang bersifat permanen {irreversibie).

22. Tindakan Invasif adalah tindakan medik dengan memasukkan alat/benda asing
ke dalam tubuh pasien.

23. Intervensi adalah tindakan medik dan/atau non medik yang dilakukan oleh
petugas kesehatan dengan tujuan untuk mengatasi masalah atau krisis yang
dihadapi individu/ pasien.

Pasal 2

(1) Maksud dari peraturan ini sebagai pedoman dalam rangka penyelenggaraan,
pengembangan, dan pembangunan Rumkit Bhayangkara yang mencakup
standar pelayanan medik, standar fasilitas, peralatan, dan tenaga sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tujuan dari peraturan ini guna tercapainya suatu kemampuan dan mutu
pelayanan Rumkit Bhayangkara yang sesuai dengan standar, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang prima, efektif, dan efisien.

Pasal 3

Asas dalam peraturan ini meliputi;

a. legalitas, yaitu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan mendasari dan dapat


dipertanggungjawabkan secara hukum;

b. profesionalitas, yaitu pelayanan medik dilaksanakan berdasarkan kompetensi


dan keahlian sesuai dengan bidangnya;

c. non diskriminasi, yaitu pemberian pelayanan kesehatan yang tidak membedakan


suku, agama, ras, dan antar golongan;

d. humanis, yaitu tindakan yang dilakukan senantiasa memperhatikan aspek


perlindungan dan penghargaan hak asasi manusia secara bio, psiko, sosio, dan
spiritual;

e. akuntabilitas, yaitu tindakan yang dilakukan secara terukur dan dapat


dipertanggungjawabkan;

f. nesesitas, yaitu tindakan yang tidak dapat dihindarkan dan harus dilakukan untuk
keselamatan pasien; dan

g. transparan, yaitu setiap tindakan medik yang dilakukan disampaikan kepada


pasien secara terbuka.

Pasal....
Pasal 4

Ruang lingkup peraturan ini meliputi;

a. kemampuan pelayanan Rumkit Bhayangkara:

b. klasifikasi Rumkit Bhayangkara;

c. hak dan kewajiban;

d. standar pelayanan medik;

e. penyelenggaraan administrasi Rumkit Bhayangkara; dan

f. pembiayaan.

BAB II

KEMAMPUAN PELAYANAN RUMKIT BHAYANGKARA

Pasal 5

Kemampuan pelayanan Rumkit Bhayangkara terdiri dari;

a. umum; dan

b. khusus.

Pasal 6

Kemampuan pelayanan umum Rumkit Bhayangkara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 huruf a, meliputi:

a. pelayanan umum, yang terdiri dari;

1. medik umum;

2. medik gigi dasar;

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Keluarga Berencana (KB); dan

4. keperawatan;

b. pelayanan gawat darurat;

c. pelayanan spesialistik dasar, yang terdiri dari;

1. penyakit dalam;
2. kesehatan anak;

3. bedah; dan

4. obstetri dan ginekologi;

d. pelayanan...
d. pelayanan spesialistik penunjang, yang terdiri dari;

1. anestesi dan reanimasi;

2. radiologi;

3. rehabilitasi medik;

4. patologi klinik; dan

5. patologi anatomi;

e. pelayanan medik spesialistik lain, antara lain terdiri dari;

1. Telinga Hidung Tenggorokan (THT);

2. orthopaedi;

3. kesehatan jiwa;

4. penyakit saraf;

5. penyakit mata;

6. penyakit kulit dan kelamin;

7. jantung;

8. paru;

9. urologi; dan

10. bedah saraf;

f. pelayanan spesialistik gigi mulut, yang terdiri dari;

1. bedah mulut;

2. orthodonsi;

3. prosthodonsi;

4. kedokteran gigi anak (paedodonsi);

5. konservasi gigi (endodonsi);

6. periodonsi;

7. clinical oral pathology, dan

8. oral medicine,

g. pelayanan sub spesialistik, antara lain terdiri dari;

1. bedah;

2. penyakit dalam
3. kesehatan.
3. kesehatan anak;

4. kebidanan dan penyakit kandungan;

5. mata;

6. THT;

7. kulit dan kelamin;

8. saraf;

9. jiwa;

10. orthopaedi;

11. jantung; dan

12. paru;

pelayanan penunjang klinik, yang terdiri dari;

1. bedah sentral;

2. perawatan intensif, antara lain ICU, ICCU, NICU, dan PICU;

3. pelayanan darah;

4. gizi;

5. farmasi;

6. sentral sterilisasi; dan

7. rekam medik;

pelayanan penunjang non klinik, yang terdiri dari;

1. laundry/Wnen:

2. jasa boga/dapur;

3. teknik dan pemeliharaan fasilitas;

4. pengelolaan limbah;

5. gudang;

6. transportasi/ambulans;

7. komunikasi;

8. pemulasaraan jenazah;

9. pemadam kebakaran; dan

10. penampungan air bersih;


j. pelayanan.
pelayanan administrasi, yang terdiri dari;

1. administrasi umum;

2. humas;

3. informasi dan penerimaan pasien;

4. keuangan;

5. personalia;

6. keamanan; dan

7. sistem informasi rumah sakit.

Pasal 7

Kemampuan pelayanan khusus Rumkit Bhayangkara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 huruf b yaitu pelayanan Kedokteran Kepolisian (Dokpol) yang terdiri dari:

a. perawatan tahanan;

b. PPT;

c. narkoba;

d. otopsi;

e. forensik klinik;

f. forensik patologi;

g. forensik odontologi;

h. forensik psikiatri; dan

i. emergency traumatic center.

Pasal 8

(1) Selain kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal
7, Rumkit Bhayangkara dapat mengembangkan jejaring pelayanan medik melalui
kerja sama dengan rumkit dan unit pelayanan medik lainnya.

(2) Unit pelayanan medik lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas);

b. Tempat Perawatan Sementara (TPS);


c. poliklinik induk;

d. poliklinik; dan

e. poliklinik pembantu.
B A B ....
BAB III

KLASIFIKASI RUMKIT BHAYANGKARA

Bagian Kesatu
Rumkit Bhayangkara Tingkat I

Pasal 9

Rumkit Bhayangkara Tingkat I berada di Mabes Polri untuk melayani anggota


dan keluarganya dan/ atau masyarakat umum dan sebagai tempat rujukan
tertinggi di lingkungan Rumkit Bhayangkara.

Rumkit Bhayangkara Tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai


kemampuan pelayanan medik umum dan khusus meliputi;

a. umum;

b. gawat darurat;

c. spesialistik dasar;

d. spesialistik penunjang;

e. spesialistik lain;

f. spesialistik gigi dan mulut;

g- sub spesialistik;

h. penunjang klinik;

i. penunjang non klinik;

j- administrasi; dan

k. Dokpol.

Pasal 10

Jenis pelayanan Rumkit Bhayangkara Tingkat I terdiri dari pelayanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

Bagian Kedua
Rumkit Bhayangkara Tingkat II

Pasal 11

Rumkit Bhayangkara Tingkat II berada di Polda untuk melayani anggota dan


keluarganya dan atau masyarakat umum.

(2) Rumkit.
(2) Rumkit Bhayangkara Tingkat II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai kemampuan pelayanan medik umum dan khusus meliputi;

a. umum;

b. gawat darurat;

c. spesialistik dasar;

d. spesialistik penunjang;

e. spesialistik lain;

f. spesialistik gigi dan mulut (terbatas);

g. sub spesialistik (terbatas);

h. penunjang klinik;

i. penunjang non klinik;

j. administrasi; dan

k. Dokpol.

Pasal 12

(1) Jenis pelayanan Rumkit Bhayangkara Tingkat II terdiri dari pelayanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

(2) Pada pelayanan spesialistik gigi dan mulut pada Rumkit Bhayangkara Tingkat II,
terdiri dari pelayanan;

a. bedah mulut;

b. orthodonsi;

c. prosthodonsi;

d. kedokteran gigi anak (paedodonsi);

e. konservasi gigi (endodonsi); dan

f. periodonsi.

(3) Pada pelayanan sub spesialis pada Rumkit Bhayangkara Tingkat II, terdiri dari
pelayanan;
a. bedah;
b. penyakit dalam; dan
c. kulit dan kelamin.

Bagian.
Bagian Ketiga
Rumkit Bhayangkara Tingkat III

Pasal 13

(1) Rumkit Bhayangkara Tingkat III berada di satuan kewilayahan, satuan kerja Polri
atau lembaga pendidikan dan pelatihan (lemdiklat) Polri untuk melayani anggota
dan keluarganya dan/atau masyarakat umum.

(2) Rumkit Bhayangkara Tingkat III sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai kemampuan pelayanan medik umum dan khusus meliputi;

a. umum;

b. gawat darurat;
c. spesialistik dasar;

d. spesialistik penunjang (terbatas);


e. spesialistik lain;
f. spesialistik gigi dan mulut (terbatas);

g. penunjang klinik;
h. penunjang non klinik;

i. administrasi; dan

j. Dokpol.

Pasal 14

(1) Jenis pelayanan Rumkit Bhayangkara Tingkat III terdiri dari pelayanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

(2) Rumkit Bhayangkara Tingkat III tidak memberikan pelayanan sub spesialis.

(3) Pada pelayanan spesialistik penunjang pada Rumkit Bhayangkara Tingkat III,
terdiri dari pelayanan;

a. anestesi dan reanimasi;

b. radiologi;

c. rehabilitasi medik; dan

d. patologi klinik.

(4) Pada pelayanan spesialistik gigi dan mulut pada Rumkit Bhayangkara Tingkat III,
terdiri dari pelayanan;

a. bedah mulut;

b. konsevasi...
b. konservasi gigi (endodonsi); dan

c. orthodonsi/prosthodonsi.

Bagian Keempat
Rumkit Bhayangkara Tingkat iV

Pasai 15

(1) Rumkit Bhayangkara Tingkat IV berada di satuan kewilayahan, satuan kerja Polri
atau Lemdiklat Polri untuk melayani anggota dan keluarganya dan/atau
masyarakat umum.

(2) Rumkit Bhayangkara Tingkat IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mempunyai kemampuan pelayanan medik umum dan khusus meliputi;

a. umum;

b. gawat darurat;

c. spesialistik dasar (terbatas);

d. spesialistik penunjang (terbatas);

e. penunjang klinik (terbatas);

f. penunjang non klinik;

g. administrasi; dan

h. Dokpol.

Pasal 16

(1) Jenis pelayanan Rumkit Bhayangkara Tingkat IV terdiri dari pelayanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7.

(2) Rumkit Bhayangkara Tingkat IV tidak memberikan pelayanan sub spesialistik,


spesialistik lain, dan spesialistik gigi dan mulut.

(3) Rumkit Bhayangkara Tingkat IV memberikan paling sedikit 2 (dua) pelayanan


spesialis dasar.

(4) Pada pelayanan spesialistik penunjang pada Rumkit Bhayangkara Tingkat IV,
terdiri dari pelayanan;
a. anestesi dan reanimasi;
b. radiologi; dan
c. patologi klinik.

(5) Pada pelayanan spesialis penunjang klinik pada Rumkit Bhayangkara Tingkat IV,
terdiri dari pelayanan;
a. gizi..
a. gizi;
b. farmasi; dan
c. rekam medik.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Rumkit Bhayangkara

Pasal 17

Rumkit Bhayangkara berhak:


a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia;
b. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
c. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan;
d. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan;
e. menerima bantuan dari pihak lain sesuai ketentuan yang berlaku;
f. menggugat secara perdata pihak-pihak yang mengakibatkan kerugian;
g. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;
dan
h. mempromosikan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit.

Pasal 18

Rumkit Bhayangkara berkewajiban;


a. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, efektif, dengan
mengutamakan kepentingan pasien;

b. memberi pelayanan gawat darurat yang mengutamakan keselamatan pasien


tanpa uang muka atau jaminan;

c. memberi pelayanan kepada orang tidak mampu atau miskin;

d. merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan


rumah sakit;

e. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek kedokteran atau


kedokteran gigi;

f. menghormati..
f. menghormati hak-hak pasien dan melaksanakan etika rumah sakit;

g. menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit {hospital bylaw s);

h. menyediakan informasi tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat polri;

i. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

j. mematuhi pola tarif nasional sesuai ketentuan yang berlaku;

k. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara nasional


maupun regional;

l. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit
dalam melaksanakan tugasnya;

m. ada kepedulian sosial terhadap lingkungan; dan

n. melaksanakan akreditasi rumkit secara nasional.

Bagian Kedua
Pasien

Pasal 19

Pasien berhak:

a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumkit;

b. menerima pelayanan kesehatan yang manusiawi, adil, dan jujur;

c. memperoleh pelayanan medik yang bermutu sesuai dengan standar profesi


kedokteran/ kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi;

d. memperoleh asuhan perawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan;

e. memilih dokter di kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai


dengan peraturan yang berlaku di rumkit;

f. dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan etisnya
tanpa campur tangan dari pihak luar;

g- meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumkit tersebut {second
opinion) terhadap penyakit yang dideritanya sepengetahuan dokter yang
merawat;

h. atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data


mediknya;

mendapat informasi yang meliputi;

1. penyakit yang diderita;

2. tindakan medik apa yang akan dilakukan;

3. kemungkinan.
3. kemungkinan penyulit akibat dari suatu tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya;

4. alternatif terapi lain;

5. prognosa; dan

6. perkiraan biaya pengobatan;

j. menyetujui atau memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang diderita;

k. menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri


pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sudah memperoleh
informasi yang jelas tentang penyakitnya;

l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m. menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianut selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;

n. atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumkit;

0. mengajukan usul, saran, dan perbaikan atas perlakuan rumkit terhadap dirinya;
dan

p. menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

Pasal 20

Pasien berkewajiban:

a. menaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit;

b. mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya;

c. memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang


dideritanya kepada dokter yang merawat;

melunasi semua imbalan atau jasa pelayanan kesehatan rumkit/dokter; dan

memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

BABV

STANDAR PELAYANAN MEDIK

Bagian Kesatu
Pelayanan Umum

Pasai 21

Semua tingkat Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan umum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a.
(2) Dokter.....
(2) Dokter/dokter gigi, keperawatan, dan tenaga kesehatan yang bertugas di
pelayanan umum wajib memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya.

(3) Dokter/dokter gigi, keperawatan, dan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dalam pelaksanaan tugasnya mempedomani Standar Operational
Procedure (SOP).

(4) SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat cara
penanganan 10 (sepuluh) jenis penyakit terbanyak.

Pasal 22

Jenis peralatan dan kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas pada pelayanan
umum tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

Bagian Kedua
Pelayanan Gawat Darurat

Pasal 23

Semua tingkat Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan gawat darurat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, dengan standar;

a. Rumkit Bhayangkara menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara


terus menerus selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu;

b. fasilitas yang disediakan di IGD harus menjamin efektivitas dan efesiensi


bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam dan
7 (tujuh) hari dalam seminggu secara terus menerus;

c. IGD tidak terpisah secara fungsional, serta dikelola dan diintegrasikan


dengan instalasi lainnya di rumkit;

d. IGD harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medik, keperawatan,
dan tenaga lain yang telah memperoleh sertifikasi pelatihan gawat darurat;

e. lokasi IGD harus mudah dicapai dengan diberi rambu petunjuk arah yang
jelas dari jalan maupun dari dalam;

f. pintu IGD menghadap ke arah yang dapat di akses langsung oleh


ambulans tanpa mundur;

g. IGD harus mampu menampung beberapa ambulans sekaligus sesuai


dengan beban kerja/klasifikasi Rumkit, dengan ketentuan;
1. Rumkit Bhayangkara Tingkat I dan Tingkat II dapat menampung
paling sedikit 3 (tiga) ambulans; dan
2. Rumkit Bhayangkara Tingkat III dan Tingkat IV dapat menampung
paling sedikit 2 (dua) ambulans;

luas IGD disesuaikan dengan klasifikasi Rumkit;


i. IG D.
IGD wajib memiliki;
1. ruang triage, yaitu ruang untuk seleksi pasien berdasarkan tingkat
kegawatan penyakitnya;
2. ruang resusitasi, yaitu ruang tindakan untuk bantuan hidup dasar,
letaknya harus berdekatan dengan ruang triage, cukup luas untuk
menampung beberapa penderita, dan keadaan ruangan harus
menjamin ketenangan;
3. ruang tindakan, yaitu ruang untuk melaksanakan tindakan medik,
dengan rincian:
a) Rumkit Bhayangkara Tingkat I dan Tingkat I) dipisahkan
antara ruang tindakan bedah dan non bedah; dan
b) Rumkit Bhayangkara Tingkat III dan Tingkat IV tidak
dipisahkan antara ruang tindakan bedah dan non bedah;

ruang IGD Rumkit Bhayangkara Tingkat I dan Tingkat II harus memiliki


ruang radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, dan ruang operasi;

k. untuk Rumkit Bhayangkara Tingkat III dan Tingkat IV, IGD harus
berdekatan dengan ruang radiologi, laboratorium klinik, dan ruang operasi;
l. susunan ruang IGD harus sedemikian rupa sehingga;
1. arus penderita dapat lancar dan tidak ada cross infection;
2. harus dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan klasifikasi rumkit; dan
3. kegiatan mudah dikontrol oleh kepala perawat pada saat itu;
m. disediakan ruang tunggu keluarga dekat IGD;
n. IGD mempunyai akses langsung ke instalasi pemulasaraan jenazah;
o. komunikasi telepon atau radio ke luar rumah sakit dan telepon internal di
IGD dan ke rumah sakit disiapkan di luar instalasi; dan
P- ruang IGD harus didesain sedemikian rupa sehingga mudah dibuka untuk
dijadikan satu ruangan besar dalam rangka antisipasi bencana.

(2) Jenis peralatan dan kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas pada pelayanan
gawat darurat tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.

Bagian Ketiga
Peiayanan Spesiaiistik Dasar, Spesiaiistik Penunjang,
Spesiaiistik Lain, Spesiaiistik Gigi dan Mulut, dan Sub Spesiaiistik

Pasal 24

(1) Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan spesialistik dasar,


spesialistik penunjang, spesialistik lain, spesialistik gigi dan mulut, dan sub
spesialistik sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai
dengan Pasal 16.
(2) Dokter.....
(2) Dokter/dokter gigi spesialis yang bertugas pada pelayanan spesialistik dasar,
spesialistik penunjang, spesialistik lain, spesialistik gigi dan mulut, dan sub
spesialistik berperan sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), yang
ditetapkan dengan surat tugas dari Karumkit.

(3) DPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), selain melaksanakan tugas pokok
sesuai profesinya, juga memberikan pendidikan kesehatan, informasi tentang
hak dan kewajiban pasien dan rencana asuhan pasien.

(4) Kegiatan DPJD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didokumentasikan dalam
rekam medik pasien.

(5) Jenis pelayanan, sarana, alat, dan kompetensi peiayanan spesiaiistik dasar,
spesialistik penunjang, spesialistik lain, spesialistik gigi dan mulut, dan sub
spesialistik tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan
ini.

Pasal 25

Pada pelayanan kebidanan dan kandungan (obstetri dan ginekologi) spesialis dasar,
perawatan bayi yang baru lahir dengan kondisi sehat wajib dirawat gabung {rooming in)
dengan ibunya.

Bagian Keempat
Pelayanan Penunjang Klinik dan Non Klinik

Pasal 26

(1) Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan penunjang klinik dan non
klinik sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan
Pasal 16.

(2) Untuk pelayanan penunjang klinik pada Rumkit Bhayangkara Tingkat IV bersifat
terbatas.

(3) Dokter spesialis yang bertugas pada pelayanan penunjang klinik berperan
sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), yang ditetapkan dengan
surat tugas dari Karumkit.

(4) DPJP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), selain melaksanakan tugas pokok
sesuai profesinya, juga memberikan pendidikan kesehatan, informasi tentang
hak dan kewajiban pasien, rencana tindakan, dan rencana asuhan, kecuali untuk
pelayanan sentral sterilisasi dan rekam medik.

(5) Jenis pelayanan, sarana, alat pelayanan, dan kompetensi penunjang klinik dan
non klinik tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan peraturan
ini.

Pasal 27

(1) Pelayanan penunjang non klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
wajib membuat jadwal untuk pemeriksaan berkala terhadap alat medik dan non
medik, yang dilaksanakan oleh Urwatsar.
Alat medik dan non medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. umum, antara lain;

1. pendingin ruangan;

2. limbah;

3. pemadam kebakaran;

4. transportasi; dan

5. instalasi air bersih;

b. khusus, antara lain;

1. laboratorium;

2. radiologi;

3. perawatan intensif;

4. bedah sentral;

5. instalasi gawat darurat;

6. pelayanan darah;

7. sentral sterilisasi; dan

8. rehabilitasi medik.

Bagian Kelima
Pelayanan Administrasi

Pasal 28

(1) Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan administrasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 huruf j.

(2) Pelayanan administrasi sebagamana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
petugas yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Pelayanan administrasi menggunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dengan;

1. sistem informasi Rumkit {billing system) dimanfaatkan untuk penerimaan


pasien, keuangan, personalia, dan hubungan masyarakat;

2. Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP); dan

3. petunjuk administrasi umum Polri.

Bagian....
Bagian Keenam
Pelayanan Khusus

Pasal 29

(1) Rumkit Bhayangkara wajib menyediakan pelayanan khusus sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7.

(2) Pelayanan khusus sebagamana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas
yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Jenis pelayanan dan alat untuk pelayanan khusus tercantum dalam Lampiran
yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

Bagian Ketujuh
Kriteria Bangunan Rumkit

Pasat 30

(1) Kriteria bangunan Rumkit Bhayangkara meliputi;

a. umum; dan

b. khusus.

(2) Kriteria bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

BAB VI

PENYELENGGARAAN RUMKIT BHAYANGKARA

Bagian Kesatu
Tugas dan Fungsi

Pasal 31

Tugas Rumkit Bhayangkara meliputi:


a. memberikan kesehatan paripurna, pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan di bidang kesehatan;
b. meningkatkan kepercayaan masyarakat,
c. meningkatkan kualitas peiayanan dan perlindungan terhadap masyarakat;
d. memberikan dukungan kesehatan dan tugas operasional kepolisian; dan
e. mewujudkan rasa aman dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

(2) Fungsi
(2) Fungsi Rumkit Bhayangkara meliputi:
a. melaksanakan pelayanan kesehatan kepada anggota dan/atau
masyarakat umum;
b. memberikan dukungan kesehatan pada tugas operasional kepolisian dan
pembinaan Polri;
c. melaksanakan fungsi sosial tanpa mempengaruhi mutu pelayanan yang
disediakan, antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita
yang tidak/kurang mampu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. berpartisipasi daJam penanganan bencana alam nasional atau loka) dan
melakukan misi kemanusiaan;
e. memberikan perlindungan kepada petugas rumkit agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab; dan
f. memberikan perlindungan kepada pasien.

Bagian Kedua
Sumber Daya Manusia

Pasai 32

Jumlah dan kualifikasi tenaga medik, paramedik, keperawatan dan non medik di Rumkit
Bhayangkara disesuaikan dengan klasifikasi, kemampuan pelayanan, kapasitas
peiayanan masing-masing Rumkit.

Bagian Ketiga
Peningkatan Mutu Peiayanan

Pasai 33

Peningkatan mutu pelayanan pada Rumkit Bhayangkara dilakukan secara;

a. internal; dan

b. eksternal.

Pasal 34

Peningkatan mutu pelayanan internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


huruf a meliputi;
a. review dokumen rekam medik;
b. audit klinik;
c. keselamatan pasien;
d. observasi kinerja klinik atau wawancara kuesioner dengan staf;
e. survei kepuasan pelanggan; dan

f. peningkatan..
f. peningkatan kompetensi sumber daya manusia.

Peningkatan mutu pelayanan eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


huruf b dilakukan melalui;

a. akreditasi rumah sakit yang diselenggarakan oleh Komisi Akreditasi


Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan;

b. International Standarization Organization (ISO); dan

c. akreditasi internasional.

Pasai 35

Seluruh Rumkit Bhayangkara wajib melakukan akreditasi untuk 5 (lima)


pelayanan dasar, meliputi pelayanan;
a. administrasi dan manajemen;
b. medik;
c. gawat darurat;
d. keperawatan; dan
e. rekam medik.

Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai klasifikasi Rumkit


Bhayangkara;
a. Tingkat IV, paling sedikit 5 (lima) pelayanan dasar;
b. Tingkat III, dapat melakukan akreditasi lanjutan 12 (dua belas) pelayanan;
c. Tingkat il, paling sedikit melakukan akreditasi lanjutan 12 (dua belas)
pelayanan; dan
d. Tingkat l, paling sedikit melakukan akreditasi lengkap 16 (enam belas)
pelayanan.

Pasai 36

Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf b dan huruf c,
meliputi;
a. pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1);
b. laboratorium;
c. radiologi;
d. farmasi:
e. infeksi nosokomial;
f. perinatal resiko tinggi;
g. bedah.
g. bedah sentral; dan
h. kesehatan dan keselamatan kerja rumkit (K3RS).

Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf d, meliputi;


a. pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. rehabilitasi medik;
c. intensif;
d. darah; dan
e. gizi.

Bagian Keempat
Penetapan Tarif

Pasat 37

(1) Penetapan tarif Rumkit Bhayangkara sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

(2) Pengesahan penetapan tarif Rumkit Bhayangkara dilakukan oleh;

a. Karumkit, untuk Rumkit Bhayangkara Tingkat I sampai dengan Tingkat III;


dan

b. Kepala Satuan Kerja (Kasatker), untuk Rumkit Bhayangkara Tingkat IV.

Bagian Ketima
Akuntabiiitas

Pasal 38

(1) Rumkit Bhayangkara dikelola menggunakan sistem akuntabilitas publik.

(2) Sistem akuntabilitas publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimonitor
dengan mengacu pada 12 (dua belas) indikator kinerja rumkit yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan.

(3) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi;

a. persentase tenaga terlatih di Unit Khusus;

b. kecepatan penanganan penderita gawat darurat;

c. waktu tunggu sebelum operasi elektif;

d. angka kematian ibu karena persalinan;

e. rerata jam pelatihan per karyawan per tahun 20 (dua puluh) jam;

f. angka.
f. angka infeksi nosokomial;

g. kelengkapan pengisian rekam medik;

h. persentase kepuasan pasien;

i. persentase kepuasan karyawan;

j. baku mutu limbah cair;

k. status keuangan rumkit; dan

l. persentase penggunaan obat generik di rumkit.

Pasal 39

Rumkit Bhayangkara wajib menyiapkan informasi tertulis kepada masyarakat antara


lain mengenai;

a. besaran tarif untuk setiap pelayanan;

b. kemampuan pelayanan;

c. hak dan kewajiban pasien;

d. tata tertib rumkit;

e. persetujuan tindakan medik (informed consent)]

f. tata cara pembayaran;

g. persyaratan administrasi pasien yang ditanggung oleh asuransi;

h. iuran biaya bagi pasien asuransi kesehatan;

i. informasi pasien yang dirawat inap;

j. alur pelayanan rawat jalan dan rawat inap;

k. rambu dan denah rumkit; dan

l. jalur darurat.

Bagian Keenam
Kemitraan

Pasal 40

(1) Rumkit Bhayangkara dapat melakukan kerja sama atau kemitraan dengan pihak
ketiga baik perorangan maupun institusi berdasarkan prinsip saling
menguntungkan dan tidak mengikat.

(2) Kerja sama atau kemitraan dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam bentuk kesepahaman atau kesepakatan bersama
Memorandum o f Understanding ( MoU ).
(3) Kerja......
Kerja sama atau kemitraan dengan pihak ketiga perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain dengan dokter spesialis,
dokter gigi spesialis, dokter umum, dan dokter gigi.

Kerja sama atau kemitraan dengan pihak ketiga institusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain dengan lembaga pendidikan,
perusahaan asuransi kesehatan, rumkit lainnya, dan lembaga swadaya
masyarakat.

Bagian Ketujuh
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Pasal 41

(1) Rumkit Bhayangkara dalam memberikan pelayanan kesehatan wajib


menerapkan keselamatan pasien {patient safety).

(2) Dalam rangka keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Rumkit Bhayangkara wajib membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS).

(3) KKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas menyusun program
keselamatan yang berisi;
a. assesment risiko;
b. identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan risiko pasien;
c. pelaporan dan analisis insiden;
d. kemampuan belajar dari insiden; dan
e. tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko.

Pasal 42

(1) Manfaat dari penerapan keselamatan pasien di Rumkit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (1) sebagai berikut;
a. budaya safety meningkat dan berkembang;
b. komunikasi dengan pasien berkembang;
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) menurun;
d. peta KTD selalu ada dan terkini;
e. risiko klinik menurun;
f. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian sentinel menurun;
g. keluhan dan litigasi berkurang;
h. mutu pelayanan meningkat; dan.
i. Citra...
i. Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti
kepercayaan diri yang meningkat.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dilakukan melalui 7 (tujuh) langkah sebagai berikut;
a. bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b. pimpin dan dukung staf Rumkit;
c. integrasikan aktivitas pengelolaanrisiko;
d. kembangkan sistem pelaporan;
e. libatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
f. belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan
g. cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Bagian Kedelapan
Kode Etik Rumah Sakit

Pasal 43

Rumkit Bhayangkara dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berpedoman


pada;

a. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (Koderi);

b. Kode Etik Profesi Polri; dan

c. kode etik masing-masing profesi tenaga kesehatan.

Apabila terjadi pelanggaran kode etik dalam melaksanakan tugas pelayanan


kesehatan, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Kesembilan
Penelitian di Rumah Sakit

Pasal 44

(1) Setiap penelitian yang akan dilaksanakan di Rumkit Bhayangkara harus


mempunyai ethical clearance (surat izin) dari Karumkit.

(2) Pengumpulan data primer dalam setiap penelitian yang memerlukan tindakan
invasif dan/atau intervensi, harus mendapatkan informed consent (persetujuan
tindakan medik) dari obyek penelitian.

(3) Untuk penelitian non invasif, informed consent (persetujuan tindakan medik)
dapat digantikan dengan persetujuan tertulis sebagai obyek penelitian.

Bagian.
Bagian Kesepuluh
Pengembangan Rumkit Bhayangkara

Pasal 45

Pengembangan Rumkit Bhayangkara disesuaikan dengan:

a. rencana strategis pembangunan/pengembangan Rumkit Bhayangkara


secara nasional; dan

b. rencana pengembangan masing-masing Rumkit Bhayangkara.

Pengembangan Rumkit Bhayangkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus didahului dengan rencana pengembangan yang dilaporkan kepada
Kapolri U.p. Kapusdokkes Polri selaku Pembina Rumkit Bhayangkara.

Bagian Kesebelas
Pembinaan

Pasai 46

Pembina fungsi Rumkit Bhayangkara yaitu;

a. Kapusdokkes Polri, sebagai pembina dari tingkat pusat sampai dengan


wilayah; dan

b. Kabiddokkes Polda, sebagai pembina di tingkat wilayah.

Karumkit merupakan pengelola Rumkit Bhayangkara baik di tingkat pusat


maupun wilayah.

Pasai 47

( 1) SPI merupakan pembantu pimpinan yang bertugas melakukan pengawasan dan


pengendalian internal Rumkit Bhayangkara.

(2 ) SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala SPI
yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Karumkit.

Pasal 48

Karumkit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) membentuk komite


sesuai kebutuhan Rumkit yang merupakan wadah non struktural, terdiri dari
tenaga ahli atau profesi.

Tugas komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut;

a. menyusun standar pelayanan medik dan keperawatan, keselamatan


pasien, dan SOP;

b. meningkatkan mutu pelayanan medik dan keperawatan;.

c. memantau.
c. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan SOP pelayanan;

d. mengatur kewenangan anggota Satuan Medik Fungsional (SMF) dan


melakukan pembinaan etika profesi; dan

e. memberikan pertimbangan kepada Karumkit terkait dengan pelayanan


medik dan keperawatan, dalam rangka peningkatan pelayanan rumkit.

(3) Komite dipimpin oleh Ketua Komite yang dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggung jawab kepada Karumkit.

(4) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari;

a. Komite medik, antara lain terdiri dari;


1. Sub Komite Akreditasi;
2. Sub Komite Formularium dan Terapi;
3. Sub Komite Kredensial;
4. Sub Komite Etika dan Profesi;
5. Sub Komite Mutu; dan
6. Sub Komite Rekam Medik;

b. Komite Keperawatan, antara lain terdiri dari;


1. Sub Komite Mutu Asuhan Keperawatan;
2. Sub Komite Etika dan Disiplin;
3. Sub Komite Pengembangan Profesi; dan
4. Sub Komite Kredensial Keperawatan;

c. Komite Keselamatan Pasien, antara lain terdiri dari;


1. Sub Komite K3RS;
2. Sub Komite Keselamatan Pasien; dan
3. Sub Komite Infeksi Nosokomial.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 49

Biaya yang timbul berkenaan dengan penyelenggaraan Rumkit Bhayangkara


bersumber dari;

APBN/DIPA Polri;

b. Dana.
b. Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK), berasal dari potongan gaji anggota;

c. Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum);

d. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN); dan

e. sumbangan lain yang tidak mengikat.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

Pada saat berlakunya peraturan ini, ketentuan mengenai Administrasi Standardisasi


Rumah Sakit Bhayangkara tetap bedaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam peraturan ini.

Pasal 51

Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kapolri ini diundangkan dengan


penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tenggai 19 januari 2010

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Drs. H. BAMBANG HENDARSO DANURI. M.M.


JENDERAL POLISI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Januari 2010

MENTERI HUKUM DAN HAM

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 24


UMPIRAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ^ TAHUN 2010

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


DAFTAR LAMPIRAN

1. KRITERIA BANGUNAN R U M K IT B H A Y A N G K A R A .

2. JENIS PER ALATAN DAN KO M PETENSI TE N A G A KESEHATAN YANG


BERTUGAS P A D A :

a. P ELA Y A N A N U M U M ;

b. P E L A Y A N A N G A W A T D AR URAT;

c. P E L A Y A N A N SPESIALISTIK DASAR;

d. SPESIALISTIK PENUNJANG;

e. SPESIALISTIK LA IN ;

f. SPESIALISTIK G IG I D A N M U L U T;

g. SUB SPESIALISTIK;

h. PENUNJANG K L IN IK ;

i. PENUNJANG N O N K L IN IK .

3. JENIS PER A LA TA N D A N KO M PETENSI TE N A G A K E SEH ATAN YANG


BERTUGAS P ADA P E L A Y A N A N KHUSUS.
1. KRITERIA BANGUNAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

A. UMUM

1. sarana

a. ditinjau dari geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang


dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah;

b. tersedianya infra struktur dan fasilitas dengan mudah;

c. tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitarnya;

d. rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit;

e. tersedianya luas bangunan 35 m^/bed dan cukup untuk


perkembangan selanjutnya;

f memenuhi persyaratan peraturan daerah setempat (tata kota yang


berlaku);

g. tata letak unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional


antar unit yang efisien;

h. instalasi gawat darurat medis harus mudah dicapai dari luar, mudah
diketahui dan unit rawat jalan harus mudah dicapai dari luar dan
dapat langsung berhubungan secara efisien dengan unit-unit lain
yang terkait;

i. instalasi rawat inap harus berlokasi- di daerah yang tenang;

j. ada pemisahan antara pasien rawat jalan dan rawat inap dengan
jelas;

k. pelayanan penunjang medis dapat langsung berhubungan dengan


instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat
dan ICU;

l. pelayanan penunjang non - medis : dapur, laundry dan workshop


harus mempunyai pintu keluar sendiri;

m. instalasi yang sering digunakan dan berhubungan sangat erat


diletakkan pada tempat yang berdekatan, misalnya IC U /IC C U ,
Laboratorium, Radiologi, IG D , Bedah sentral, dengan demikian
efisien terhadap flow patient;
n. persyaratan.....
n. persyaratan pembangunan yang disesuaikan dengan persyaratan
peraturan daerah setempat yaitu :
1) Rencana unit wilayah kota (R U W K );
2) Koefisien dasar bangunan (K D B ); dan
3) Analisa dampak lingkungan (Amdal).

fisik Rumah Sakit Bhayangkara

a. lokasi Rumah Sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat,


bebas pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rel kereta
api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak. Pabrik
industri dan limbah pabrik. Lokasi rumah sakit sesuai dengan
rencana umum tata ruang kota;

b. luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas
bangunan. Luasa tanah untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali
luas tapak bangunan;

c. bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah


dibersihkan dan dapat mencegah penularan penyakit serta
kecelakaan;

d. luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (T T ) dan


klasifikasi (tingkat) rumah sakit. Bangunan minimal 35 m2 per
tempat tidur (T T );

e. perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang


perawatan dan ruang isolasi sebagi berikut:

1) ruang bayi:

a) ruang perawatan minimal 2 m2 / TT; dan


b) ruang isolasi minimal 3,5 m2 / T T ;

2) ruang dewasa / anak :

a) ruang perawatem minimal 4,5 m 2 /T T ; dan


b) ruang isolasi minimal 6 m2 /TT;

kebutuhan ruang-ruang di rumah sakit disesuaikan dengan


klasifikasi/ tingkat rumah sakit;

rumah sakit mempunyai sistem air bersih (water supply) yang


memenuhi persyaratan kesehatan yang berlaku. Persediaan air
bersih memadai dan disalurkan langsung ke bangunan rumah sakit;
h. rum ah...
rumah sakit menyediakan listrik dan penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan setiap hari selama 24 jam terus
menerus. Tersedia pula Catu Daya Pengganti Khusus (C D P K ) atau
sumber Uninterrupter Power Supply (UPS) bagi peralatan medis
yang vital;

rumah sakit mempunyai system pengolah air limbah, insenarator


dan pembuangan sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tardapat prosedur untuk penyimpanan hingga pembuangan limbah
yang efektif dengan meminimalkan polusi yang mungkin
diakibatkan oleh limbah tersebut;

rumah sakit mempunyai area parkir yang memadai. Idealnya


minimal satu termpat parkir untuk setiap 10 T T dan tersedia tempat
sampah setiap radius 20 m;

rumah sakit dirancang dengan system zonasi (zoning);

Pola Zonasi Fungsi

zona publik.
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap
lingkungan luar misalnya unit gawat darurat, klinik rawat
Jalan, administrasi, apotik, rekam medis dan kamar mayat;

2 ) zona
zona semi publik
Areal yang menerima beban keija dari zona public tetapi
tidak langsung berhubungan dengan lingkungan luar,
misalnya laboratorium, readiologi, dan rehabilatasi medis;

zona privasi
Area yang menyadiakan perawatan dan pengelolaan pasien,
misalnya ruang operasi, kamar bersalin, IC U /IC C U , dan
ruang perawatan;

zona penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas
rumah sakit, misalnya ruang cuci, dapur, bengkel dan
CSSD;

Area pelayanan hendaknya fimgsional satu dengan yang


lainnya.

a) pelayanan darurat letaknya harus menjamin


kecepatan akses dan mempunyai pintu masuk yang
terpisah;

b) pelayanan administrasi, kantor administrasi umum


hendaknya berdekatan dengan pintu utama rumah
sakit. Kantor pengelola rumah sakit dapat terletak
pada area khusus;

c) pelayanan operasi hendaknya terletak dan dirancang


tidak terganggu oleh kebisingan dan dapat terletak
pada area khusus;

d) pelayanan klinik anak tidak diletakkan berdekatan


dengan pelayanan paru, namun sebaiknya
berdekatan dengan pelayanan kebidanan;

e) pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk


mencegah lalu lintas aktivitas yang tidak
berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak
bising dan steril. Ruang perawat sebaiknya terletak
pada lokasi yang dapat mengamati pergerakan
pasien. Perawatan hendaknya terpisah tetapi
mempunyai akses yang cepat dari ruang bersalin;

f) pelayanan
pelayanan perawatan hendaknya terpisah dari zona
Publik. Ruang perawat (nurse station) hendaknya
terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien,
dengan rasio minimal satu ruang perawat untuk
setiap 35 unit TT. Pada setiap ruang harus tersedia
wastafel dengan air mengalir;

g) kamar dan bangsal hendaknya mempunyai ukuran


luas yang cukup untuk bekerja dan pergerakan
pasien. Toilet/ kamar mandi pasien mempunyai
akses cepat pada kamar rawat /bangsal;

persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran


minimal:

- ruang periksa3 x 3 m2;


- ruang tindakan 3x4 m2;
- ruang tunggu 6x6 m2; dan
- ruang utility 3x3 m2;

i) jumlah termpat tidur untuk tingkat IV minimal 50


T T , tingkat I I I 100 T T , tingkat I I 200 T T dan
tingkat 1 400 T T ;

ruang perawatan hendaknya cukup bagi pergerakan bebas pasien,


baik ketika menggunakan tempat tid u r, usungan/brankar atau kursi
roda. Sirkulasi untuk perpindahan pasien dari satu area ke area lain
tersedia dan dalam kondisi bebas setiap saat.

1) koridor untuk akses bagi pasien dan peralatan hendaknya


memiliki lebar minimal 2,44 m;

2) koridor yang tidak digunakan untuk akses tempat tidur,


usungan atau transportasi perlatan memiliki lebar 1,83 m;
dan

3) ramp atau elevator hendaknya disediakan sebagai akses


masuk rumah sakit yang ketinggiannya tidak sama dengan
bagian luar. Syarat maksimal kemiringan Ramp adalah T .

m. rumah sakit harus memiliki program pemeliharaan sarana,


prasarana dan peralatan yang efektif. Bangunan dan peralatan
hendaknya dijaga dengan perawatan terbaik. Perawatan yang tetap
(maintenance) hendaknya disediakan untuk mencegah kerusakan
bangunan dan perawatan karena aus;
n. apabila...
apabila rumah sakit memiliki sitem sterilisasi sentral, maka tidak
diperlukan ruang/ alat sterilisasi, kecuali pada klinik gigi, T H T ,
Bedah, tetap harus memiliki alat sterilisasi karena alat yang
digunakan harus langsung disterilkan kembali;

ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan


m empunyai:

1) rasio tampat tidur dengan kamar mandi 10 T T : 1;


2) bebas serangga dan tikus;
3) kadar debu maksimal 150 ug/ m3 udara dalam pengukuran
rata rata 24 jam;
4) tidak berbau (terutama H2S dan N H 3 );
5) pencahayaan 100-200 lux;
6) suhu 26^ - 27^ C (dengan A C ) atau suhu kamar (tampa A C )
dengan sirkulasi udara baik;
7) kelembaban 40 - 50 % (dengan A C ) kelembaban udara
ambient (tampa AC); dan
8) kebisingan kurang dari 45 dBA;

perencanaan kebutuhan serta pemasangan sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.

1) untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik


tersambung dari P LN minimal 200 K V A disarankan agar
sudah memiliki sistim jaringan listrik tegangan menengah
20 K V , sesuai pedoman bahwa rumah sakit Tingkat 11
mempunyai kapasitas daya listrik 1 M V A (1.000 K V A )
lihat pedoman sistem instalasi listrik pada fasilitas
pelayanan kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia;
Instalasi tersebut antara lain :

a) bangunan gardu sesuai standar gardu PLN;


b) peralatan transformator dengan kapasitas sesuai
daya terpasang;
c) Peralatan pzinel tegangan menengah 20 K V ; dan
d) Peralatan pembantu dan sistem pengamanan;

2) harus tersedia peralatan UPS (U nit Interuptable Power


Supply) untuk melayani gedung Bedah sentral, IC U , IC C U .

ruang UPS memerlukan minimal 2 x 3 m^ (sesuai


kebutuhan) terletak di gedung Bedah Sentral, IC U ,
IC C U ; dan
b) kapasitas......
b) kapasitas UPS disesuaikan kebutuhan;

3) lampu emergency harus tersedia pada ruang-ruang tertentu;

4) kapasitas generator/gen set disediakan minimal 40 % dari


daya terpasang;

5) grounding sistem harus terpisah antara grounding panel


gedung dan panel alat;

prasarana air

1) harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat


kesehatan, atau dapat mengadakan pengolahan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;

2) tersedia reservoir bawah atau atas;

3) jaringan masing-masing harus baik dan cukup;

4) fasilitas air panas dan uap terdiri atas unit boiler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah
pelayanan;

gas medis

1) Mempunyai persediaan gas medis yang cukup;

2) Sistem jaringan distribusi ke masing-masing ruang yang


membutuhkan dengan sistem sentralisasi;

penanggulangan kebakaran

1) tersedia alat pemadam kebakaran yang memadai;

2) pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan kebakaran;


yang digunakan;

prasarana komunikasi

1) ekstern
Saluran dari Perumtel atau S SB;

2) intern
Telephone dalam Nurse Call;

u. penanggulangan
u. penanggulangan limbah

1) tersedianya sistem pengolahan limbah padat;


2) pengolahan limbah cair;
3) pelombahan limbah gas;

V. fasilitas elefator/lift dan ram untuk gedung-gedung yang


direncanakan bertingkat;

w. prasarana uap

1) harus tersedia peralatan steam boiler atau ketel uap dengan


kapasitas minimal 111 ton/jam untuk tipe II berikut
cadangannya;

2) kebutuhan steam untuk kitchen, laundry dan pusat


sterilisasi;

3) peralatan harus bersertifikasidari Depnaker;

X. fasilitas Pra Instalasi yang terdiri dari prasarana listrik dan air
untuk keperluan pengoperasian peralatan medis dan non medis
berupa:

( 1) instalasi plumbing yang terdiri dari penyediaan air bersih,


drain, air panas dan hydrant kebakaran;

( 2) instalasi listrik berupa kotak kontak khusus dan kotak


kontak biasa serta power supply berikut grounding;

(3) instalasi exhaust fan; dan

(4) struktur bangunan (penguatan) permanent/tidak permanent.

peralatan

peralatan harus dapat dikembangkan secara efisien sesuai dengan


pengembangan rumah sakit, misalnya menggunakan modul
system;

mempermudah pengelolaan rumah sakit untuk menentukan


peralatan sebagai berikut:

1) peralatan sedapat mungkin disesuaikan dengan kondisi di


Indonesia seperti listriknya;

2) peralatan
peralatan mudah dioperasikan, mudah pemeliharaannya dan
sedapat mungkin hemat dalam pemakaian energi, tanpa
mengurangi kemampuan dari peralatan tersebut;

3) peralatan harus mempunyai dukungan teknis yang kuat


sehingga terjamin kelangsungannya; dan

4) suku cadang harus mudah diperoleh.

B. KHUSUS

1. Instalasi Bedah Sentral

a. dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan :

1) tindakan selektif;
2) tindakan cito;

b. alur untuk unit bedah terdiri d a ri;

1) pintu masuk dan keluar untuk staf medis dan paramedis


(dokter, perawat, staf);

2) pintu masuk (alur)pasien operasi;

3) alur untuk peralatan (Suplay dan pembuangan /


pengeluaran);

c. jalan masuk barang-barang steril harus terpisah dari jalan keluar


barang-barang dan pakaian kotor;

d. harus disediakan Spoelhock untuk membuang barang-barang bekas


operasi;

e. jajaran kamar operasi harus dipisahkan m enjadi:

1) daerah bebas (area);

2) area lalu lintas dari luar, termasuk pasien seperti koridor-


koridor utama rumah sakit;

3) daerah/area semi steril;

4) yaitu
4) yaitu daerah transisi yang menuju koridor ke kamar operasi
dan ruangan semi steril : (personel dan pasien harus sudah
menggunakan pakaian khusus);

5) daerah bersih/steril yaitu area dimana prosedur steril


diperlakukan bagi personel yang harus sudah berpakaian
khusus dan masker;
'y
f. ukuran kamar operasi minimal 20 X 20 feet (6 X 6 m ) dengan
tinggi minimal 3m;

g. setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 1 scrub room;

h. harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenar kobah dan


bahan kotor yjing tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung;

i. persyaratan ruang operasi :

1) pintu kamar operasi yang ideal harus selalu tertutup selama


operasi;

2) ventilasi kamar harus terkontrol dan menjamin distribusi


udara melalui filter pengontrol;

3) tekanan udara positif dikamar operasi harus lebih tinggi


dari koridornya dengan frekuensi pertukaran udara sebesar
20-25 kali/jam;

sistem A C bukan tipe window, A C sentral, suhu kamar


operasi yang ideal 26-28 derajat celcius yang harus teijaga
kestabilannya dan harus menggunakan filter absolut untuk
menjaring mikro organisme;

kelembaban ruang yang dianjurkan 70% (jika


menggunakan bahan anestesi yang mudah terbakar, maka
kelembaban maksimum 50%);

6) penerangan alam mengunakan jendela mati, yang


diletakkan ketinggian diatas 2 m tanpa ada sudut/nat;

7) lantai harus kuat dan rata atau ditutup dengan vinyl yang
rata atau teraso sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak
tertumpuk, mudah dibersihkan;

8) pertemuan
8) pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang
abu dan kotoran;

9) plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak


menghasilkan debu atau kotoran lain;

10) pintu keluar masuk tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup,
kira-kira sepertiga (1/3) Unit atas dari pintu;

11) harus ada kaca tembus pandang di dinding ruang operasi


yang menghadap pada sisi dinding tempat ahli bedah
mencuci tangan; dan

12) diusahakan ruang operasi dengan positif pressure artinya


ruang operasi mempunyai tekanan sedikit lebih tinggi
daripada luar kamar operasi. Paling sedikit salah satu sisi
dari ruang operasi ada kaca susu yang memungkinkan
penerangan matahari masuk sebagian.

Instalasi Rehabilitasi M e d ik

a. ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada
loket pendaftaran, pembayaran dan administrasi;

b. pintu masuk untuk pasien terpisah dari pintu masuk untuk staf;

c. pintu diperhatikan “ramp”, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar
pintu untuk pasien kursi roda;

d. untuk pasien disediakan toilet khusus untuk pemakai kursi roda;

Instalasi Peraw atan In ten sif (IC U /IC C U /N IC U )

a. letak harus dekat dengan gedung gawat darurat, laboratorium,


radiologi dan bedah;

b. harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap


getaran;

c. gedung harus terletak pada daerah tenang;

d. temperatur ruangan harus terjaga tetap dingin;

e. aliran listrik tidak boleh terputus;

f. harus..
f. harus tesedia pengatur kelembaban udara;

g. sirkulasi udara yang dikondisikan sebaiknya 100% udara segar;

h. perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik;

i. tersedia aliran gas 0 2 dan udara bertekanan serta suction;

j. pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap
bila terjadi kebakaran;

k. terdapat pintu evaluasi yang luas dengan fasilitas ram;

l. ruang IC U /IC C U sebaiknya kedap api, tidak mudah terbakar baik


dari dalam atau dari luar; dan

m. prinsip bebas kuman : tidak terdapat sudut-sudut pada ruangan.

Instalasi Patologi Klinik

a. mengingat lingkungan dan tingkat sterilitas yang diperlukan maka


pasien terbatas pada ruang pendaftaran, ruang tunggu,
pengambilan specimen serta darah dan pengambilan hasil
pemeriksaan dan mempunyai tingkat sterilitas 4;

b. staf dan pelayanan unit laboratorium masuk dari pintu terpisah dari
pasien dengan tingkat sterilitas 3;

c. koridor petugas staf dan laboratorium pemeriksaan terpisah dari


koridor pasien dan mempunyai tingkat sterilitas 2;

d. ruang pemeriksaan / penelitian mempunyai tingkat sterilitas 1;

e. setiap ruangan laboratorium permukaannya terdiri dari bahan yang


mudah dibersihkan dan tahan terhadap zat-zat kimia;

f setiap ruangan laboratorium mempunyai wastafel, tempat cuci alat,


dan almari asam; dan

g. disediakan saluran khusus menuju IP A L untuk limbah


laboratorium.

5. instalasi
Instalasi Radiologi

ruang tunggu dapat langsung dicapai dari suatu koridor umum dan
dekat pada loket penerimaan dan pembayaran;

satu pintu masuk bagi pasien yang terpisah dari pintu masuk staf
dan jasa pelayanan rumah sakit umum;

pasien rawat inap diterima sesuai jadwal ditetapkan dan diproses


serta dipersiapkan;

sebelumnya diruang perawatan dan tidak perlu menunggu;

ruang konsultasi dan pertemuan dengan fasilitas untuk membaca


film;

f. menuju ruang gelap dapat tidak menggunakan pintu terapi;

g- dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus system labyrinth


proteksi radiasi;

h. ruang gelap dilengkapi exhauster;

i. ruangan X-ray memakai AC; dan

saluran khusus menuju IP A L untuk radiology.

Instalasi Gawat Darurat

a. letak instalasi gawat darurat harus sedemikian rupa sehingga


mudah dicapai dari luar rumah sakit;

b. pengaturan sirkulasi perawat/dokter dan tempat alat-alat medis


(bench) sehingga dimungkinkan penggunaan alat-alat secara
bersama;

c. pembentukan ruang-ruang perawatan yang memungkinkan untuk


digunakan sebagai ruang periksa, observasi dan ruang resusitasi;

d. pemisahan antara ruang bedah dan non bedah;

e. keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk dapat digunakan


selama 24 jam;

f. ruangan
f. ruangan harus disiapkan sedemikian hingga mudah dijadikan satu
dan mudah dibersihkan, dalam rangka antisipasi disaster; dan

g. terdapat ruang triangle dan informasi yang tersendiri.

7. Instalasi Rawat Jalan

ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas;

sistem sirkulasi ruang tunggu perlu diperhatikan untuk


kenyamanan penunggu dengan sistem :

1) cukup udara;
2) suhu udara tidak panas;

poli anak tidak diletakkan berdekatan dengan Poli paru, sebaiknya


Poli anak dekat dengan Poli kebidanan;

persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran m in im a l:

1) Ruang periksa 3 x 3 m ;
2) Ruang tindakan 3 x 4 m^;
3) Ruang tunggu 6 x 6 m^; dan
4) Ruang utility 3x 3 m^ ’

e. pada tiap ruangan bams ada wastafel (air mengalir); dan

f. bila konsep rumah sakit dengan sterilisasi sentral, tidak perlu ada
ruang sterilisasi, namun pada beberapa poliklinik seperti Poli gigi/
T H T / Bedah tetap harus ada ruang sterilisasi, karena alat-alat yang
digunakan harus langsung disterilkan untuk digunakan kembali
(bila pasien banyak).

Instalasi Rawat Inap

a. ruang V IP , terletak dalam 1 blok, jendela-jendela kamar


berorientasi ke pandangan luar yang lapang/ke taman dengan
jumlah pasien V IP 1 orang dengan fasilitas K M /W C di dalam;

b. ruang Kelas I dan II digabung dalam 1 blok :

1) kelas I untuk dua tempat tidur; dan


2) kelas I I untuk empat tempat tidur;

c. kelas
c. kelas Illa dan Illb boleh digabung dalam 1 blok dan dapat pula
dipisah

1) kelas Illa untuk enam tempat tidur; dan


2) kelas Illb untuk delapan tempat tidur;

d. satu ruang perawat maksimum melayani empat puluh tempat tidur,


letak ruang perawat harus terletak dipusat blok yang dilayani
agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif. Untuk
bangunan perawatan kelas yang berupa 1 blok maka dibutuhkan 1
stasiun perawat;

e. bila ruang perawatan tidak di lantai dasar harus ada akses yang
mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus;

f. akses pencapaian ke setiap ruangan/blok harus dapat dicapai


dengan mudah;

g. jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan


jumlah pasien yang akan ditampung;

h. sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan;

i. alur petugas dan pengunjung dipisah;

j. masing - masing ruang rawat empat ahli dasar mempunyai ruang


isolasi;

k. ruang rawat anak disiapkan satu ruangan neonatus;

l. setiap ruangan atau minimal pada setiap ruang perawat terdapat


wastafel dengan air mengalir;

m. tidak digunakan bahan yang mudah terbakar;

n. kamar perawatan harus mendapat pencahayaan matahari yang


cukup;

o. bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan kedap asap dan
tidak mudah terbakar;

p. disediakan fasilitas evakuasi bila bangunan terdiri dari lebih


empat lantai;

q. perlu
perlu dipertimbangkan ruang untuk Intermediate Care, Ruang
Tindakan, Ruang perawat. Ruang dokter sekaligus ruang
pertemuan;

konsep perawatan yang sebaiknya dianut adalah perawatan terpadu


(integrated care) untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang;

standar luas ruangan adalah sebagai berikut:

1) luas kam arVIP21,5 m^ /tempat tidur;


2) luas kamar kelas I 15 m^ /tempat tidur;
3) luas kamar kelas II 10 m /tempat tidur; dan
4) luas kamar kelas 111 8 m^ /tempat tidur;

khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti:

1) pasien yang menderita “penyakit menular” ;

2) pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan


bau (seperti penyakit tumor), ganggrein, diabetes);

3) pasien yang gaduh-gelisah (mengeluarkan suara didalam


ruangan);

untuk ruang kebidanan dan kandungan mempunyai persyaratan


khusus:

1) ruang bersalin harus mengelompokkan pasien sesuai


dengan jenis persalinan yaitu persalinan normal dan
persalinan abnormal, sehingga membutuhkan ruang pasien
sesuai dengan kondisinya;

2) ruang bayi dan ruang pulih harus diusahakan berdekatan,


agar dapat dengan mudah melihat keadaan bayi;

3) perencanaan ruang steril, semi steril dan non steril harus


benar-benar diperhatikan dan sesuai kebutuhan serta tata
letak yang menunjang kegiatan yang ada;

ruang persalinan :

- Normal empat tempat tidur;


- Abnormal dua tempat tidur; dan
- Ginekologi satu tempat tidur;

5 ) ruangan
5) ruangan untuk penempatan ultra sonografi.

9. Instalasi Farmasi

a. konsep tata ruang instalasi farmasi pada prinsipnya didasarkan atas


analisa sebelumnya perihal beban kerja, ketenagaan, peralatan,
ruang hubungan fungsional dan alur kerja tiap sub instalasi secara
menyeluruh;

b keramaian pasien rawat jalan diruang tunggu adalah cukup besar


dan perlu diatur termasuk administrasi agar tidak mengganggu
pelayanan instalasi lainnya;

c jalan masuk/sirkulasi staf instalasi farmasi dan pasien rawat jalan


perlu terpisah; dan

d keluar masuk bahan baku/barang dan pembuangan sampah perlu


mempunyai pintu sendiri.

10. Instalasi Pusat Sterilisasi

Bahan/barang kotor berbau perlu diterima melalui ruang perantara, bagi


barang/bahan yang steril melalui ruang perantara steril dan lalu lintas staf
diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses sterilisasi.

11. Bagian Administrasi dan Catatan Medis (Medical Record)

a. ruang kepala dipisahkan tersendiri dari ruang staf lainnya.


Sedangkan ruang kepala unit dan staf dijadikan satu ruangan yang
disekat dengan dinding partisi;

pengelompokan divisi/unit diarahkan sebagai berikut:

1) unit/devisi medis yang letaknya didekatkan dengan catatan


medis; dan
2) unit/devisi administrasi dan keuangan.

penempatan administrasi sedapat mungkin mudah dicapai dan


dapat berhubungan langsung dengan poliklinik;

ada ruangan administrasi yang :

1) langsung berhubungan dengan pasien; dan


2) tidak berhubungan dengan pasien.

12. instalasi
Instalasi Gizi

mudah dicapai, dekat dengan seluruh unit rawat inap sehingga


waktu pendistribusian makanan bisa merata untuk semua pasien
rawat inap;

letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan dari dapur


tidak mengganggu ruangan sekitarnya;

tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar


jenazah;

mempunyai jalan dan pintu masuk sendiri;

agar dapat melakukan tugas dengan baik dan efisien perlu adanya
fasilitas W C dan mang istirahat;

f. hams mempunyai saluran pengolahan limbah; dan

g- penempatan bahan mentah dipisahkan dengan bahan yang siap saji.

13. Instalasi Laundry

Konsep tata mang unit cuci pada prinsipnya didasarkan atas analisa beban
kerja, ketenagaan, peralatan, kebutuhan mang, hubungan fungsional dan
alur kerja yang berlaku secara menyeluruh.

14 Urusan Perawatan Sarana Rumah Sakit (Urwatsar)

Sesuai dengan fungsi work shop adalah untuk memperbaiki dan sebagai
tempat pemeliharaan alat, maka sifat mangan adaleih :

a. terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang medis,


karena banyak menimbulkan kebisingan; dan

b. mempakan mangan yang luas tanpa sekat, sebagai mang tempat


perbaikan alat.

15. Kedokteran Kepolisian

a. Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)

1) mang pemeriksaan korban yang terpisah yang dilengkapi


dengan meja periksa gynekologi;
2) mang konseling yang terjaga privasinya dengan sarana
mangan yang nyaman;
3) kam ar..
3) kamar dekat dengan ruang pemeriksaan;
4) ruang bermain anak untuk wawancara dengan korban
kekerasan anak dalam suasana yang sesuai dengan
umurnya;
5) ruang perawatan untuk korban sebaiknya terpisah dari
perawatan umum, agar pasien / korban merasa aman dan
nyaman; ,
6) bila memungkinkan perlu adanya ruang pertemuan untuk
rapat koordinasi dengan lembaga terkait; dan
7) rekam medis untuk korban kekerasan terhadap perempuan /
anak sebaiknya dibuat tersendiri sesuai jenis rekamannya.

Instalasi Forensik

1) ruang mayat dapat menampung empat mayat;


2) jumlah lemari pendingin dihitung 1% dari jumlah tempat
tidur;
3) kamar mayat mempunyai hubungan jalan langsung dengan
beberapa unit lain yaitu:

a) unit Gawat Darurat;


b) unit Kebidanan dan penyakit kandungan;
c) unit Perawatan;
d) unit Bedah; dan
e) unit IC U /IC C U .

4) Forensik K linik untuk Wanita dan anak Korban Kekerasan.

a) letak harus terpisah dari perawatan umum;


b) bangsal dibuat sedemikian rupa sehingga pasien
merasa aman dan nyaman.;

Instalasi Rawat Tahanan

1) letak harus terpisah dari perawatan umum;


2) tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Hak Asasi
Manusia (manusiawi);
letak tidak langsung berhubungan dengan lingkungan diluar
rumah sakit;
4) bebas dari gangguan masyarakat umum; dan
5) sistem pengamanan yang memadai.

d. instalasi
Instalasi Narkoba

1) letak harus terpisah dari perawatan umum;


2) tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Hak Asasi
Manusia (manusiawi);
3) letak tidak langsung berhubungan dengan lingkungan di
luar rumah sakit;
4) bebas dari gangguan masyarakat umum; dan
5) pasien harus terputus dengan rantai distribusi narkoba.

A. PELAYANAN UMUM.
D. P E L A Y A N A N S P E S IA LIS T IK PEN U N JA N G .
JUMLAH ALAT KESEHATAN
RUMKIT BHY TK KETERANGAN
II III IV

1 _

1 _ _

1 1 -

4 2 1
1 - -

1 - _

1 - 1
1 1 -

1 1 1
6 4 2

1
1 1 1
2 1 1
4 3 2
4 3 2
4 3 2
4 3 2
4 3 2
2

Perlengkapan.
98

JUMLAH ALAT KESEHATAN


NO JENIS PELAYANAN KRITERIA SATUAN RUMKIT BHY TK KETERANGAN

10. Electrophoresis Instrument Unit 1


11. Immunology Analyzer Unit 2 1
12. Laboratory Refigerator Unit 4 2
13. Laboratory Feezer Unit 1 1
14. Manual Laboratory Blood Cell Counter Unit 3 2
15. Laboratory Incubator Unit 2 1
16. Microplate Washer Unit 2 1
17. Microplate Reader Unit 2 1
18. Microscope Binocular + Digital Camera + LCD Monitor Unit 3 2
19. Autoclave Unit 2 1
20. Urine Automatic Analyzer Unit 2 1
21. Urine Strip Reader Unit 2 1
22. Rotator Unit 3 1
23. Rotator Hematology Unit 3 2
24. Aquadest Instrument Unit 2 1
25. Water Treatment Instrument (RO System) Unit 2 1
26. Microscope Fluorescence Unit 1
27. Water Bath Unit 2 1
28. Automated Coagulometer Unit 2 1
29. Sphectrophotometer Unit 3 2
30. Safety Cabinet Unit 2 1
31. Hepa Filter Set Sesuai Kebutuhat
32. Laboratory Information System (Software dan Hardware) Unit 1
33. Integrated Laboratory Automation Unit 1
34. UPS Unit 6 3
35. Semi Automated Pippete Set 4 2
36. Glass Ware Set 4 2

37. Serology.
E. PELAYANAN MEDIK.
F. P E L A Y A N A N SPE S IA LIST IK .
179

JUMLAH ALAT KESEHATAN


JENIS PELAYANAN KRITERIA SATUAN R U M K IT B H Y T K KETERANGAN

a. Jenis Peralatan
Head And Neck Oncology
1. Examination Chair Electric Unit 1
2. ENT Unit + camera Set 1
3. Cerumen Hook Unit 1
4. Otoscope Unit 1
5. Head Lamp Unit 1
6. Laryngoscope Flexsible Unit 1
7. Sphygmomanometer Hg Buah 1
8. Stetoscope Buah 1
9. Speculum hidung Set 10
10. Speculum telinga Set 10
11. Kaca Periksa Set 5
12. Garputala Set 1
13. Bellock Tampon Buah 2
14. Crocodile forceps Set 2
15. Sterilisator Dry Unit 1
16. Nierbekken Buah 2
17. Cup Stainless Penutup Buah 2
18. Gunting Kasa Buah 2
19. Tromol Gaas Buah 2
20. Tongue Spatula Buah 10
21. Luc corpus alienum Set 1
22. Bayonet Forcep Set 1
23. Minor Surgery set Set 1

b. Kompetensi.
7. Nierbekken.
J U M L A H A L A T K ES EH A TA N
FtUMKIT BHY T K K ETER A N G A N
1 II III IV

8 6 4 2
8 6 4 2
8 6 4 2
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 2 1
8 6 4 2
8 6 4 2
8 6 4 2
4 3 2 1
8 6 4 2
2 1 1 1
2 1 1 1
4 3 2 1
8 6 4 2
8 6 4 2
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
8 6 4 2
2 1 1 1

24. Alat.
JUM LAH A LA T KESEHATAN
f^UMKIT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

8 6 4 2
78 52 34 20
78 52 34 20
8 6 4 2
8 6 4 2
50 40 30 20
4 3 2 1
4 3 2 1
78 52 34 20
12 8 6 4
12 8 6 4
50 40 30 20
50 40 30 20
4 3 2 1
12 8 6 4
8 6 4 2
4 3 2 1
12 8 6 4
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
12 8 6 4
4 3 2 1

10 6 4 2
2
2 1 - -

10 6 4 2

5. Lampu.
JUM LA H A LA T KESEHATAN
R U M K IT Yk KETERANGAN
1 II III IV

10 6 4 2
10 6 4 2
10 6 4 2
10 6 4 2
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
10 6 4 2
5 3 2 2
5 3 2 2
1 1 1 1
2 1 1 1
1 1 - -

1 1 1 1
5 3 2 1
5 3 2 1
2 1 - -

2 1 1 1
5 3 2 2
1 1 - -

2 - - -

2 1 - .

2 1 - -

2 1 - -

2 1 1 1
1 _ - •

2 1 - -

33. M icro.
J iiM L A H A L A T k ^ S ^ H A T A N
R U M K IT BHY T K KETERANGAN
1 II Ill IV

2 1
2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 _ _

2 1 - -

2 1 - -

1 1 - -

2 1 - -

5 4 3 2
2 1 - -

2 1 - -

1 1 - -

1 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

1 1 - -

10 6 4 2
2 2 - -

2 2 - -

2 1 - -

1 1 - -

1 - - -

2 1 1 1
2 1 - -

4 3 2 1
1 - - -

61. Hand.
J U M L A H A L A T )< i^ ^ H A T A N
RU m k it B ^Y t k KETERANGAN
1 II III IV

2 1
.
10 6 4 2
5 3 2 1
1 - - -

2 1 - -

10 6 4 2
2 1 - -

10 6 4 2
2 1 - -

5 3 2 1
1 . - -

1 . - -

1 - - -

1 - - -

10 6 4 2
6 4 3 2
1 - - -

20 12 8 4
2 1 - -

20 12 8 4
2 1 - -

1 - - -

1 - - -

1 1 - -

2 1 - -

2 1 - .

2 1 - .

10 6 4 2
2 1 - -

90. Thorax.
JuniiLAH A L A T K E S ^ ^ A T A N
FlUMKIT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

1
10 6 4 2
1 - - -

2 1 1 1
10 6 4 2
20 12 8 4
2 1 - -

2 1 - -

10 6 4 2
1 - - -

1 - - -

1 - - •

1 - - .

20 12 6 4
20 12 6 4
20 12 6 4
1 - - •

1 - - _

10 6 4 2

2. R iunkit......
JU M L A H A L A T K E s EH A TA N
RUMKIT BHY T K KETERANGAN
1 II III IV

4 2 2
4 2 2 -

2 1 1 -

2 1 1 -

2 1 1 -

8 4 4 -

2 1 1 -

8 4 4 -

4 2 2 -

1 1 1 -

2 2 2
1 1 1 -

2 1 1 -

4 2 2 -

2 1 1 -

2 1 1 -

1 1 1 -

4 2 2
2 1 1 -

4 2 2 -

4 2 2 -

2 1 1 -

1 1 1 -

1 1 1 -

4 2 2 -

1 1 1 -

27. CPR.
Ju m l a h a l a t k e s e h a t a n
RUM KIT BHY T K KETERANGAN
1 II III IV

1 1 1
8 4 4 -

1 1 1 -

4 2 2 -

1 1 1 -

2 1 1 -

4 2 2 -

1 1 1 -

4 2 2 -

4 2 2 -

1 1 1 -

2 1 1 -

10 6
1 1 -

1 1 - -

2 1 - -

1 1 - -

1 1 - -

4 2 - -

10 6 - -

10 6 - -

4 2 - -

2 1 - -

10 6 - -

4 2 - -

2 2 - -

3 2 - -

16. Resuscitator.
jumLa h a l a t k e s e h a t a n
i^UM K IT BHY T K KETERANGAN
1 i II III IV

2 1
4 2 - -

10 6 - -

10 6 - -

20 12 - -

5 3 - -

2 1 - -

1 1 - -

2 2 - -

10 6 - -

1 1 - -

2 1 - -

1 1 - -

20 12 - -

1 1 - -

1 1 - -

10 6 -

1 1 - -

10 6 - -

1 1 - -

1 1 - -

10 6 - -

10 6 - -

1 1 - -

3 2 - -

10 6 - -

1 1 > -

10 6 - -

10 6 - -

45. Wash.
j u m l Ah a l a t k e s e h a t a n
RUM KIT BHY T K KETERANGAN
1 II Ill IV

10 6
2 1 - -

1 1 - -

3 2 - -

2 1 - -

2 1 -

2 1 - -

5 3 - -

3 1 1 “

6 - - -

1 _ _

1 - - -

6 - - -

2 - - -

6 - - -

6 - - -

2 - - -

1 - - -

6 - - -

12 - - -

1 - - -

6 - - -

1 - - .

2 - - -

1 - - _

4 - - -

18. Intubation.
J u M La h a l a t k e s e h a t a n
R UM KIT BHY T K K ETER A N G A N
1 II Ill IV

2
6 - - -

4 - - -

2 - - -

2 - - -

6 - - -

2 - - -

2 - - -

1 - - -

2 - - -

1 - - -

1 - - -

12 - - -

1 - - -

1 - - -

1 - - -

6 - - -

1 - - -

1 - - -

6 - - -

6 - - -

1 - - -

3 - - -

6 - - -

1 - - -

6 - - -

6 - - -

6 - - -

1 - - -

47. Blood.
JU M L A H A L A T K ESEH A TA N
flU M K IT BHY T K K E TE R A N G A N
1 II III IV

1
1 - - -

2 - - -

2 - - -

2 - - -

3 - - -

6 3
2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

6 3 - -

2 1 - -

2 1 - -

6 3 - -

1 1 - -

1 1 - -

6 3 - -

6 3 - -

2 1 - -

6 3 - -

2 1 - -

6 3 - -

6 3 - -

2 1 - -

2 1 - -

6 3 - .

2 1 - -

22. Nierbekken.
• M am pu......
JUM LAH A LAT Re S^HA TA N
R U M K IT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

2 1
2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 - -

2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
5 3 2 1
5 3 2 1
2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
15 10 5 3

Ruang.
J U m L A h a l a t k Es e h a t a n
ftUlWKIT b NV VK KETERANGAN
1 II III IV

2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
5 3 2 2
2 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
5 3 2 2

2 1 1 1
3 1 1 1
1 1 1 1

2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1

8. Baskom.
JUM La h a la t kesehatan
RDwiRrnsnTTR KETERANGAN
1 II III IV

2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1

1 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
3 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1

5 3 2 1
9 6 4 3
11 8 6 4
10 8 6 4
2 1 1 1
3 2 1 1
10 8 6 4
8 6 4 2
6 4 2 1

10. Baskom.
J U M L A H A L A T K E S E H A TA N
R U m K IT B ^ Y T K KETERANGAN
1 II III IV

10 8 6 4
10 8 6 4
4 3 2 1
10 8 6 4
25 8 6 4
5 3 2 1
5 3 2 1
10 8 6 4
10 8 6 4
10 8 6 4
5 4 3 2
2 1 1 1
10 8 6 4
2 1 1 1
5 4 3 2
3 2 1 1
4 3 2 1
10 8 6 4
10 8 6 4
5 4 3 2
4 3 2 1
4 3 2 1
4 3 1 -

- - 3 2
3 2 1 1
- - 3 2
2 1 1 1
5 4 3 2
2 1 1 1

39. Tekanan.
J U M L A H A L A T K E S E H A TA N
R UM KIT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

5 4 3 2

1 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
3 2 1 1
5 4 3 2
5 4 3 2
2 1 1 1
3 2 1 1
2 1 1 1
3 2 1 1
3 2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
4 3 2 1
4 3 2 1
2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

27. Fruit.
JUM LAH ALAT KESEHATAN
i^UM K IT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

5 4 3 2
10 8 6 4
400 300 150 50
20 10 8 5
20 10 8 5
20 10 8 5
20 10 8 5
10 8 6 4
20 10 8 5
10 8 6 4
10 8 6 4
20 10 8 5
20 10 8 5
100 80 60 40
10 8 6 4
10 8 6 4
5 4 3 2
20 15 10 5

3 2 1 1
3 2 1 1

3. Rak.
JOMLAh a l a t Ke s e h a t a n
R UM KIT B H Y T K KETERANGAN
1 II III IV

1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
4 3 2 1
4 3 2 1
1 1 1 1
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
3 2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

4. M eja.
JUMla h a l a t KIES^Ii Ata n
RDHHRITBnTTR KETERANGAN
1 II III IV

1 1 1 1
4 3 2 1
4 3 2 1
1 1 1 1
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
3 2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

4 3 2 1
30 25 20 10
10 8 6 4
2 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
1 1 1 1

2. Peralatan.
JUIMLa h a l a t KES^h Ata n
RDBIRrrBnTTR KETERANGAN
1 II III IV

2 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1

3 2 1 1
1 1 1 1
4 3 2 1
1 1 1 1
3 2 1 1
4 3 2 1
6 5 4 3
7 5 3 2
24 16 12 8
7 5 3 2
7 5 3 2
2 2 1 1
4 3 2 1
2 2 1 1

15. M eja.
JUIULa H a l a t k^^EHATAN
WMKIT BHY TK KETERANGAN
1 II III IV

4 2 1 1
2 2 1 1
2 2 1 1
4 3 2 1
3 2 1 1
4 3 2 1
5 4 3 2
2 2 1 1
2 2 1 1
2 2 1 1
2 2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 1 - -

2 1 1 1
3 2 1 1
1 1 1 1

10 8 6 4
4 3 2 1
4 3 2 1
2 1 1 1
4 3 2 1
30 20 10 5
5 4 3 2

8. Kursi.
239

"3D
JUI1Sm LAH
a l a t kESEHA TA N
NO JEN IS PELAYANAN JEN IS PERALATAN SATUAN RUMKIT BHY T K KETERANGAN
1

29. Pemotong kaca Buah 2


30. Gerinda kaca Buah 1
31. Pemegang kaca Buah 4
32. Cangkul Buah 2
33. Sekop Buah 2
34. Linggis Buah 2
35. Blencong Buah 1
36. Sendok Semen Buah 2
37. W ater pas Buah 2
38. Lot Buah 1
39. Slang Plastik W ater pias Buah 5
40. Pahat Beton Buah 2
41. Penghalus Plater (rooskram) Buah 1
42. Saringan pasir Buah 3
43. Ember Buah 1
44. Drum air Buah 1
45. Tangga Aluminium Buah 1
46. Bor Listrik Buah 1

Peralatan K eija Non M edik


1. Compressor Air Buah 1
2. Vacum Suction Buah 1
3. Manometer Buah 2
4. Kunci Pas (mm) Set 1
5. Kunci Pas (inchi) Set 1
6. Kunci Ring (mm) Set 1
7. Kunci Ring (inchi) Set 1
8. Kunci Shock (inchi) Set 1
9. Kunci Inggris Set 2
10. Kunci Pipa (besar kecil) Set 2
11 • Kunci L Set 2

12. A V O .
3. P E L A Y A N A N KHU SU S.

Anda mungkin juga menyukai