PRACTICES (CHAPTER 4) MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN HASIL
Disusun oleh :
Ririn Rofi’ Mahmudah (151710101078)
THP-C
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2016 GMPS AND HACCP PREREQUISITE PROGRAMS
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. HACCP merupakan system untuk mengatasi keamanan pangan dalam pengolahan makanan. GMP merupakan sistem bagian dari pemerintah dan berperan untuk menangani dan memantau pengolahan makanan. GMP mengatur ketentuan umum, bangunan dan fasilitas, peralatan, produksi, proses control, dan perlakuan yang dilakukan jika terjadi cacat produk. Selain sebagai persyaratan pemerintah, GMP juga digunakan sebagai bisnis, yang merupakan pertimbangan penting dalam pemasokan bahan baku, bahan pengemas, dan cara memberikan pelayanan. Untuk mengevaluasi keamanan pangan pada suatu industri, digunakan audit sebagai tim evaluator yang kemudian hasil dari evalusi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses suatu produk. GMP telah menjadi bagian dari persyaratan yang sangat dasar yang harus di tempat sebelum HACCP yang efektif sistem dapat diimplementasikan. Akibatnya, GMP biasanyan dilakukan bersama dengan beberapa persyaratan tambahan, sekarang secara umum dianggap sebagai pelaksanaan sistem HACCP. Prasyarat program untuk pelaksanaan sistem HACCP wajib untuk sektor industri makanan tertentu memiliki SSOPs sebagai bagian dari program prasyarat. Munculnya sistem HACCP untuk mencapai keamanan pangan diperkuat dengan pentingnya GMP yang sejauh ini bahwa program prasyarat dianggap sebagai fondasi yang diperlukan yang efektif untuk membangun Sistem HACCP. Dalam sistem HACCP untuk mengatasi keamanan pangan dalam pengolahan makanan perlu adanya GMP terlebih dahulu. GMP merupakan bagian dari program prasyarat HACCP yang membahas semua pertimbangan keamanan pangan yang tidak termasuk sebagai bagian dari HACCP. GMP (Good Manufacturing Practice) merupakan sistem untuk memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan diawasi sesuai dengan standar kualitas. GMP (Good Manufacturing Practice) adalah istilah yang diakui di seluruh dunia untuk kontrol dan manajemen manufaktur dan pengujian kontrol kualitas makanan, produk farmasi, dan alat kesehatan. CGMP telah disebarluaskan oleh FDA untuk menyediakan kriteria untuk mematuhi ketentuan Federal makanan, obat, dan undang-undang kosmetik, yang mengamanatkan bahwa semua makanan manusia menjadi bebas dari pemalsuan. CGMP adalah saniter dan pengolahan persyaratan minimum diperlukan untuk memastikan produksi makanan sehat.CGMP harus dipilih dan diterapkan sebelum HACCP diimplementasikan. Tanpa penerapan prinsip-prinsip CGMP, maka program HACCP yang efektif tidak dapat dilakukan. Selanjutnya, CGMPs harus diterapkan dalam pengembangan prosedur operasi sanitasi standar (SSOPs). C dalam CGMP sendiri adalah Current yang artinya terkini. Hal ini dapat dikatakan bahwa prosedur-prosedur yang dipakai adalah terkini yang metode-metode terbaru terus dikembangkan untuk memberikan jaminan kualitas yang terus meningkat. Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) merupakan suatu prosedur tertulis atau tata cara yang digunakan industri untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruan yang diharapkan GMP dalam memproduksi dengan cara bermutu, tinggi, aman dan tertib. SSOP adalah langkah awal dari HACCP dan merupakan standar operasi dalam prosedur sanitasi. SSOP merupakan landasan untuk rencana HACCP dan dapat berfungsi sebagai pendekatan pencegahan terhadap kontaminasi produk langsung. SSOP mencangkup rincian spesifik yang diperlukan untuk melaksanakan dan memastikan kondisi sanitasi. SSOP ini berisi deskripsi dari prosedur operasional yang berhubungan dengan pencegahan kontaminasi langsung pada produk. NSHATE (1999) mengelompokkan prinsip- prinsip sanitasi untuk diterapkan dalam SPO sanitasi menjadi 8 kunci persyaratan sanitasi, yaitu: a. Keamanan air b. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dgn bahan pangan c. Pencegahan kontaminasi silang d. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet e. Proteksi dari bahan-bahan kontaminan f. Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar g. Pengawasan kondisi kesehatan personil yang dapat mengakibatkan kontaminasi h. Menghilangkan hama dari unit pengolahan Program GMP atau program prasyarat HACCP dikembangkan dan diimplementasikan di pabrik makanan, mereka harus mencakup kontrol dasar yang diperlukan untuk bahan baku, bahan-bahan kemasan dan produk, untuk Fasilitas pabrik, karyawan, peralatan, operasi, dan lingkungan yang mempengaruhi keamanan makanan. Banyak GMP dan prasyarat kegiatan program diarahkan untuk memastikan bahwa kondisi yang diperlukan ada untuk pencegahan kontaminasi potensial dan kontaminasi silang dari makanan. Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa risiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan risiko bahaya keamanan pangan. Kegiatan GMP atau sistem HACCP yang dikembangkan dipabrik, didokumentasikan sebagai SOP. Pemantauan, inpeksi, harus disimpan sebagai bukti bahwa perusahaan tersebut pernah melakukan kegiatan ini. Aplikasi dari GMP tidak hanya pada proses pengolahan tetapi juga secara internal maupun eksternal. Adapaun hal tersebut meliputi : Merupakan program yang membahas tentang lokasi, desain, intruksi, pemeliharaan bangunan untukproses produksi. Hal tersebut, mencangkup struktur secar ekternal maupun internal. • Lokasi : lokasi tidak berada pada tempat yang kotor, terdapat dengan sumber hama, tidak dekat dengan pembuangan limbah dan genangan air. Pabrik tidak boleh di daerah pemukiman. Kondisi pabrik tidak boleh lebih rendah dari pemukiman, karena limbah dari pemukiman dapat jatuh ke pabrik. Tidak dekat dengan industri logam maupun kimia karena jika terjadi kebocoran dapat mencemari makanan. • Grounds : kering, bebas dari sampah dan puing-puing, terlindungi dari kontaminan. • Eksternal bangunan : mencegah masuknya sumber kontaminan dan hama, tidak bocor, tidak retak dindingnya, pencahayaan tidak menarik hama. Internal bangunan : • Desain dan letak : letak, desain interior bangunan dan lokasi meliputi peralatan, layanan, serta tidak mengganggu aktivitas. Desain bangunan harus mengikuti alur proses. Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif. Harus bisa sebagai pergerakan baik ntar mesin, maupan pegawai, terjadi pemisahan ruang bersih dan kotor. • Struktur : struktur bangunan seperti lantai, dinding, langit-langit, harus sesuai dengan persyaratan dan mudah untuk dibersihkan dan dilakukan perawatan. • Kaca : tidak boleh ada kaca karena mudah rusak dan menjadi sumber kontaminan. • Lampu : Penerangan tidak boleh menarik serangga ataupun tidak boleh terlalu gelap. Bagaimana jika ada serangga suka cahaya ? bisa diberi lampu perangkap serangga (Fly trap). • Corner • Lantai : kemiringan tepat agar terus dalam keadaan kering. Dari lantai tidak boleh keramik karena dapat sebagai tempat persembunyian mikroba dan serangga, menjaga safety pekerja, lantai harus mudah dibersihkan yaitu bentuk agak melengkung yaitu untuk mencegah bertumpunya debu dan mikroba, serta lantai harus bersifat kedap air, biasanya di iindustri terdapat lapisan epoxy yang bersifat kedap air dan tidak licin( lantai dari semen dengan dilapisi epoxy). • Akses yang tepat : meliputi pintu masuk maupun keluar 2. Fasilitas Karyawan : • Tempat cuci tangan • Toilet : ada batasan kapasitas.(1-10 = 1 toilet, 11-25 = 2 toilet , 16-50 = 3 toilet, tiap penambahan 25 karyawan tambah 1 toilet) • Change room • Lunch room 3. Pembersihan dan fasilitas sanitasi Meliputi alat-alat untuk membersihkan dan sanitasi, harus ada, peralatan harus disimpan dengan rapi, dilakukan pembersihan pada struktur bangunan. 4. Fasilitas Penyimpanan Merupakan tempat yang harus ada untuk melakukan penyimpanan yaitu gudang, cilo, tong dll. 5. Air meliputi pasokan air dan kualitas air Untuk menjalankan sistem HACCP diperlukan kontibusi dari seluruh aspek dalam industri tersebut. Untuk memberikan wawasan HACCP pada karyawan, dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan pada masing-masing karyaawan. Adapun pelatihan tersebut meliputi perbaikan kebiasaan karyawan yaitu dengan selalu mencuci tangan, menjaga dari kontaminan, menggunakan seragam, melakukan makan, minum maupun merokok di lunch room bukan di ruang produksi, tidak menggunakan perhiasan serta tidak melakukan proses produksi ketika sakit danmasa penyembuhan karena karyawan merupakan sumber kontaminasi yang dapat mengkontaminasi makanan. Ketika terdapat kunjungan dari pihak luar juga perlu melakukan kontrola akses dan personal dari pengunjung serta memberi pengetahuan tentang bagaiman melakukan hygiene di industri tersebut. HACCP merupakan suatu pendekatan sistematis yang diperlukan dalam industri pangan sebagai sarana untuk menjamin keamanan pangan. Prinsip- prinsip dasar konsep HACCP meliputi penilaian terhadap risiko yang melekat dan mungkin ada pada produk. Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, yaitu: a. Melakukan analisis bahaya: segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus dianalisis. Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikrorganisme atau perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang pada produk antara, produk jadi, atau lingkungan produksi. b. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP): suatu titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima (diperbolehkan atau titik aman).Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi. c. Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban, Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur. d. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP: suatu sistem pemantauan (observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan catatan tertulis. e. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara tepat. f. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan memperbaharui sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam proses produksi. g. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP, penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan korektif yang berhubungan. Tujuan utama HACCP digunakan untuk menentukan dimana kemungkinan adanya bahaya keamanan pangan dan memprogram bagaimana mencegah terjadinya ketidakamanan pangan tersebut. Kemudian, konsep dokumentasi sangat penting untuk memverifikasi bahwa potensi bahaya keamanan pangan telah dikendalikan. Bukti HACCP adalah mengontrol adanya kontaminasi pada bahan pangan atau tidak. Penerapan HACCP dalam industri pangan dapat meningkatkan mutu suatu produk pangan dengan mengendalikan titik-titik kritis (CCP) selama penanganan bahan baku hingga ke proses pendistribusian. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Selama analisis bahaya terhadap rangkaian operasi di dalam rancangan penerapan sistem HACCP, perhatian harus diberikan kepada pengaruh bahan baku, bahan tambahan, pedoman pengolahan pangan, peranan proses dalam pabrik untuk mengendalikan bahaya, kemungkinan penggunaan dari produk akhir. Dalam analisis bahaya seharusnya mencakup: a) Kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat pengaruhnya terhadap kesehatan, b) Evaluasi kualitatif dan atau kuantitatif dari bahaya, c) Ketahanan hidup atau perkembangan bahaya potensial mikroorganisme, d) Produksi atau keberadaan toksin, bahan kimia atau fisik dalam makanan, e) Kondisi yang mempunyai tendensi menuju terjadinya bahaya. Di dalam industri pangan yang tidak menerapakan atau menggunakan HACCP tetapi telah menerapkan ISO 9001 untuk manajemen mutu standar, setidaknya ada GMP yang menjadi bagian dasar dari peraturan persyaratan yang berlaku sebagai standar. Dalam persyaratan ISO 9001: 2000 standar berhubungan dengan kegiatan tercakupbeberapa program prasyarat HACCP. Hubungan persyaratan ISO 9001: 2000 dan program prasyarat HACCP bukti kompatibilitas antara persyaratan sistem manajemen mutu dan HACCP prasyarat program. Standardisasi (ISO) telah mengembangkan Sertifikasi untuk Sistem Manajemen Keamanan Pangan: ISO 22000, dengan menggunakan pendekatan Sistem Manajemen Mutu, dengan beberapa penyesuaian yang memungkinkan untuk diterapkan pada Keamanan Pangan, yaitu dengan menggabungkan prinsip-prinsip HACCP dan GMP yang telah banyak digunakan dan terbukti dengan hasil yang baik dalam penerapannya di industri pangan. Prinsip-prinsip Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) dan GMP merupakan bagian dari standar ISO 22000. ISO 22000 adalah Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang dapat diterapkan untuk setiap organisasi dalam rantai makanan, mulai dari produsen pakan, produsen primer sampai dengan pengolah pangan, untuk operator transportasi dan penyimpanan, sub kontraktor dan outlet pengecer dan jasa boga.
Selain sanitasi hal yang perlu dilakukan adalah pengendalian hama.
Program ini harus mencakup semua preventif langkah-langkah yang diambil untuk mengecualikan dan menghilangkan hama, berbagai pengendalian hama perangkat dan bahan kimia pengendalian hama yang digunakan, pemantauan hama aktivitas, dan sesuai dengan peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida dan perangkat pengendalian hama. Untuk menghalau hama, misal dengan air handle unit yaitu untuk meningkatkan tekanan pada ruang sehingga jika ada hama masuk akan keluar karena tekanan didalam lebih banyak, penggunaan bahan kimia, maupun dengan pengawasan barang masuk, penerapan hygiene yang baik, menutup lubang dan saluran yang memungkinkan, memasang kawat pada ventilasi, mencegah hewan piaraan berada di lingkungan produksi.