Identitas Nasional
Identitas ialah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kasadaran diri pribadi sendiri, kelompok
sendiri, golongan sendiri, komonitas sendiri atau negara sendiri. Mengacu kepada pengertian ini, identitas
tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada suatu golongan.
Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar
yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti agama, budaya dan bahasa maupun non fisik
seperti cita-cita, keinginan dan tujuan.
Pengertian Identitas Nasional ialah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap
bangsa di dunia ini akan mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, ciri-ciri, bagaimana
bangsa tersebut terbetuk secara historis.
Pengertian Identitas Nasional ialah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap
bangsa di dunia ini akan mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, ciri-ciri, sifat, serta
karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis.
Sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain.
Sebagai pegangan atau landasan bagi sebuah negara untuk berkembang atau mewujudkan potensi yang
dimiliki.
Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah
pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti yang luas, misalnya di
dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif diterapkan diterapkan didalam
bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu di dalam tataran nasional ataupun internasional.
Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam Identitas Nasional tersebut bukanlah barang
jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang
cenderung terus-menerus bersemi karena adanya hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Konsekuensi dan implikasinya ialah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir
dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.
d. Unsur-Unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional ialah ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia dengan negara lain. Identitas
nasional Indonesia dibuat serta disepakati oleh para pendiri bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia
tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C, Identitas
Nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia antara lain ialah sebagai berikut:
Contoh dari Implementasi Identitas Nasional ialah kewajiban diadakannya upacara bendera setiap hari
senin pada seluruh instansi pemerintah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas
negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih, pembacaan Pancasila, pembacaan UUD 1945,
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pada penutup di akhiri dengan doa “agama”.
Demikianlah pembahasan mengenai “Identitas Nasional” Pengertian & ( Fungsi – Hakikat – Unsur –
Contoh ) semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian
semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya.
2. Integrasi Nasional
Secara bahasa integrasi nasional terdiri atas dua kata, yaitu integrasi, berasal dari bahasa inggris
“integrate” yang artinya menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan dan kata nasional,
juga berasal dari bahasa inggris, yaitu nation yang berarti bangsa. Jadi secara bahasa dapat
dikatakan bahwa integrasi nasional adalah penyatuan suatu bangsa sehingga menjadi satu kesatuan
yang bulat dan utuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi nasional memiliki arti secara politis dan
antropologis
Integrasi nasional merupakan penyatuan berbagai kelompok dengan budaya dan sosial yangberbeda
dalam kesatuan wilayah yang akan membentuk identitas nasional.
Integrasi Nasional merupakan penyatuan diantara unsur-unsur kebudayaan yang berlaku sehingga
mencapai satu kesatuan fungsi dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa integrasi nasional merupakan
usaha atau proses menyatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional.
d. Faktor sejarah baik itu penderitaan atau kemenangan yang akan menciptakan rasa senasip
dan seperjuangan antara sesama.
e. Keinginan untuk bersatu, contohnya bangsa indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
f. Rasa cinta tanah air, contohnya pembuktian bangsa indonesia dalam mewujudkan
kemerdekaan.
g. Adanya rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
h. Adanya kesepakatan bersama secara nasional contohnya proklamasi kemerdekaan,
pancasila, dan undang undang.
i. Adanya simbol yang dapat menggambarkan kesatuan secara nasional.
Perbedaan yang beraneka ragam baik dari segi ras, agama, bahasa, suku, pola pikir, dll.
Wilayah yang sangat luas.
Masih banyak kesenjangan sosial antar anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Adanya pahan etnosentrisme yaitu menganggap kelompoknya lebih dibandigkan kelompok
lainnya.
Lemahnya nilai, norma dan ideologi dalam penyatuan bangsa itu sendiri.
Anggota masayarakat menyadari bahwa mereka semua berhasil untuk memenuhi kebutuhan
dengan menjalin hubungan satu sama lain.
Adanya kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan
dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Norma dan nilkai sosial yang berlaku dijadikan aturan dalam mejalankan proses integrasi
nasional.
Sebenarnya klasifikasi ini sama dengan klasifikasi integrasi sosial dalam ilmu sosiologi,
berikut adalah klasifikasi tersebut :
Asimilasi. Asimilasi adalah penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang hasilnya
menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli, artinya hasil dari asimilasi merupakan sebuah
kebudayaan baru yang diterima oleh semua kelompok dalam lingkungan masyarakat yang
bersangkutan.
Akulturasi. Akulturasi adalah penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa
menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli di lingkungan tersebut. Biasanya kebudayaan
asing yang masuk akan mendapatkan penolakan terlebih dahulu, tetapi kemudian seiring
berjalannya waktu kebudayaan ini akan diterima dan dimanfaatkan dengan tanpa
menghilangkan ciri khas dari kebudayaan awal.
2. Berdasarkan penyebabnya, integrasi nasional dapat terbagi menjadi :
Integrasi Normatif. Integrasi normatif adalah integrasi yang terjadi karena norma-norma
tertentu yang berlaku dalam masyarakat secara keseluruhan. Norma ini menjadi hal yang
mampu mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.
Integrasi Instrumental . Integrasi instrumental adalah integrasi yang tampak secara visual
akibat adanya keseragaman antar individu dalam suatu lingkungan masyarakat. Contohnya
adalah keseragaman pakaian, keseragaman aktivitas sehari – hari, keseragaman ciri fisik,
dll.
Integrasi ideologis. Integrasi ideologis adalah integrasi yang tidak tampak secara visual,
terbentuk karena adanya ikatan spiritual atau ideologis yang kuat berdasarkan proses
alamiah tanpa adanya paksaan. Interaksi ideologis menggambarkan adanya persamaan
kepahaman dalam memandang nilai sosial, persepsi, serta tujuan antara anggota
masyarakat dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Integrasi Fungsional . Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi fungsi tertentu
dari masing masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
Integrasi Koersif. Integrasi koersif adalah integrasi yang terbentuk karena adanya pengaruh
kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Integrasi ini dapat bersifat paksaan.
3. Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
a. Pengertian Konstitusi
Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian pula
dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun. Dalam
bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang berarti undang-undang
dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada
yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian,
pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis.
b. Kedudukan Konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting
karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-aturan
pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam
ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sebagai hukum dasar
Dalam hal ini, konstitusi memuat aturanaturan pokok mengenai penyelengara negara, yaitu badan-
badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan serta prosedur penggunaan
kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.
2. Sebagai hukum tertinggi
Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-peraturan yang lain
dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-aturan di bawah konstitusi tidak
bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat pada konstitusi.
c. Jenis-jenis Konstitusi
Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.
1. Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan tugas-
tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan
pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
2. Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan dipelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal
dengan sebutan konvensi
d. Unsur-unsur Konstitusi
Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari kesepakatan
antara warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan kewajiban
warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan pemerintah.
e. Sifat Konstitusi
Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi dapat
bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah konstitusi itu
sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang bersangkutan atau belum.
Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa konstitusi dapat
diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat undang-undang pada negara
yang bersangkutan.
f. Tujuan Konstitusi
Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan penyelenggara
negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-hak warga negara.
Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan konstitusionalisme. Maksud
dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah (penyelenggara
pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.
g. Fungsi Konstitusi
Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut :
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan
dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu
yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun rakyat (sebagai
landasan struktural).
Pandangan kedua menganggap, konstitusi tidak lebih dari aturan dasar negara dalam
penyelenggaraan negara, dan yang terpenting bagi negara adalah penyelenggaraan negara
yang jujur, berwibawa dan taat hukum. Penyelenggaraan negara hanya akan baik apabila
pimpinan di strata manapun memberikan contoh melalui perbuatan dan tindakan nyata. Yang
diperlukan negara adalah figur pemimpin yang kuat dan memiliki integritas. Tujuan negara
adalah mencapai masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Penganut pandangan ini lebih
melihat tegaknya hukum sebagai prasyarat berjalan nya kehidupan berbangsa dan
bernegara. Demokrasi dianggap hanyalah alat mencapai tujuan negara artinya demokrasi
bukan tujuan. Namun pandangan kedua ini harus menghadapi kenyataan bahwa negara
yang lebih menggantungkan pemerintahan pada figur kuat pemimpin umumnya menghadapi
kendala saat tiba pada pelaksanaan suksesi kepemimpinan.
Pandangan yang ketiga, konstitusi tidak terlalu berperan dalam kehidupan bernegara. Apabila
negara memiliki konstitusi yang normal kehidupan berbangsa dan bernegarapun dapat
berlangsung. Mungkin saja masyarakat dalam suatu negara demokrasi tidak lagi
mempersoalkan konstitusi harus dilihat dari sudut pandang bahwa konstitusi negara tersebut
memang memenuhi syarat sebagai konstitusi yang baik yang oleh karenanya diterima
dengan baik pula oleh warganya. Konstitusi yang demokratik biasanya memuat tiga hal yakni
tercantumnya prinsip2 dasar HAM, adanya lembaga-lembaga tinggi negara dan kejelasan
batasan fungsi dan kewenangan dan hubungan antar lembaga
4. Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Pengertian
Hak adalah sesuatu yang kita terima. Kewajiban adalah sesuatu yang kita laksanakan atau
sesuatu yang harus kita tinggalkan.
Kedudukan antara hak dan kewajiban itu sejajar, namun pelaksanaannya lebih mengutamakan
kewajiban, namun demikian juga tidak dibenarkan apabila mengabikan hak seseorang.
Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara dalam UUD 1945
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang diatur pada UUD
1945 pasal 27 sampai 34.
1. Setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum, pemerintahan, tidak terkecuali (Pasal
27 ayat 1).
2. Berhak atas pekerjaan penghidupan yang layak bagi manusia (Pasal 27 ayat 2).
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara (Pasal 27 ayat
3).
4. Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tertulis
(Pasal 28).
5. Negara menjamin tiap penduduk memeluk agamanya masing-masing, dan beribdat menurut
agama atau kepercayaannya (Pasal 29 ayat 2).
6. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara (Pasal 30 ayat 1).
v. Di Bidang Hukum
Kepedualian warga negara di bidang hukum antara lain :
Mentaati hukum yang berlaku
Membantu tugas-tugas penegak hukum
Melaporkan adanya pelanggaran hukum
Tidak melakukan main hakim sendiri
Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah
tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan. Pertama, hampir semua neagra di dunia ini telah
menajdikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental. Kedua, demokrasi sebagai asas
kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan
dalam jalur yang berbeda-beda. Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem
pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti:
Pertama, sistem preseidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
member dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh perdana menteri yang
hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepla negara, sebab kepala
negaranya bisa diduduki raja atau presiden yang hanya menjadi simbol kedaulatan dan
persatua.
Ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari
parlemen.
Secara epistemologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti rakyat
dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa”. Ada pula
definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi di berbaai negara di
dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sangat berpengaruh oleh ciri
khas masyarakat sebahai rakyat dalam suatu negara.
Demokrsi sebagai dasar hidup negara member pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat
memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam
menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Jadi negara
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak rakyat , atau jika ditinjau dari
segi organisasi, ia berarti suatu perngorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
asas
c. Demokrasi di Indonesia
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi prlementer yang menonjolkan peranan parlemen serta
partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer member peluang untuk dominasi
partai-partai politik dan DPR.
b. Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang
dari konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Ditandai dengan
dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis, dan peran
ABRI sebagai unsur sosial-politik semakin meluas.
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Namun dalam perkembangannya peran
presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara yang lain. Pancasila hanya digunakan
sebagai legitimasi politis penguasa saat itu.
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada
kekuatab multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga negara,
antara eksekutif, legislative, dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum di mana kepastian
hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif
maupun perseorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara
institusional.
2) Bidang Ekonomi:
Demokrasi ekonomi sesuai asas-asas yang menjiwai ketentuan-ketentuan mengenai ekonomi berarti
pada hakikatnya kehidupan yang layak bagi semua warga negara antara lain yang mencakup:
Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam UUD 1945 hasil Amandemen 2002
Demokrasi di Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya kebebasan dan
persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta keanekaragaman mengingat Indonesia
adalah “Bhineka Tunggal Ika”. Secara umum didalam sistem pemerintahan yang demokratis
senantiasa mengandung unsur-unsur yang paling penting dan mendasar yaitu:
(3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warganegara.
Oleh karena itu didalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem demokrasi, kita akan selalu
menemukan adanya Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen pendukung
tegaknya demokrasi. Untuk negara-negara tertentu masih ditemukan lembaga-lembaga negara yang
lain, misalnya Indonesia, lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara adalah:
Adapun infra struktur politik suatu negara terdiri atas lima komponen sebagai berikut:
Partai Politik
Golongan (yang tidak berdasarkan pemilu)
Golongan Penekan
Alat komunikasi politik
Tokoh-tokoh politik
Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia pasca
Amandemen 2002
a) Konsep Kekuasan
Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi dalam UUD 1945 sebagai berikut:
“….. Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…..”
“Negara yang bekedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
(a) Kekuasaan eksekutif didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
(b) Kekuasaan legislatif didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (pasal 5 ayat 1, pasal
19 dan pasal 22 C UUD 1945)
(c) Kekuasaan yudikatif didelegasikan kepada Mahkamah Agung (pasal 24 ayat 1 UUD 1945)
(d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan
DPR (pasal 20 ayat 1 UUD 1945)
Pembatasan kekuasaan dapat dilihat melalui proses 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai
berikut:
(1) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 “kedaulatan di tangan rakyat…”. Kedaulatan politik rakyat
dilaksanakan lewat pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap lima tahun sekali.
(2) MPR memiliki kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD, melantik Presiden dan wakil
presiden, serta melakukan impeachment terhadap presiden jika melanggar konstitusi.
(3) Pasal 20 A ayat (1) memuat “DPR memiliki funsgi pengawasan, yang berarti melakukan
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden dalam jangka waktu 5
tahun”.
(4) Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR.
(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III yaitu “…Oleh karena itu sistem negara yang
terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas
permusyawaratan/perwakilan”.
(2) Putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya pasal 7B ayat (7). Hal ini
dimungkinkan jika mufakat itu tidak tercapai.
c) Konsep Pengawasan
(1) Dalam penjelasan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan
tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan berdasarkan UUD.
(2) Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (1) maka menurut UUD 1945 hasil amandemen, MPR
hanya dipilih melalui Pemilu.
(3) Penjelasan UUD 1945 tentang kedudukan DPR disebut:”…kecuali itu anggota-anggota DPR
semuanya merangkap menjadi anggota MPR. Oleh karena itu DPR senantiasa mengawasi tindakan-
tindakan presiden…”
d) Konsep Partisipasi
(1) Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 “ Segala Warganegara bersamakan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada kecualinya”.
(3) “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”.
(4) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 “Tiap-tiap warganegara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan
negara”.
6. Penegakan Hukum di Indonesia
Penegakkan hukum di Indonesia masih sangat tidak adil, karena masih melihat latar
belakang dan kedudukan seseorang. Hukum hanya berpihak kepada mereka yang mempunyai
kekuasaan, sedangkan bagi yang tidak memiliki kekuasaan, mereka tetaplah tertindas. Masalah
hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, dari sistem peradilan, perangkat hukum, inkosistensi
penegakkan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum. Dari sekian banyak
masalah hukum tersebut, satu hal yang sering terlihat dan dirasakan masyarakat awam adalah
inkonsistensi penegakkan hukum oleh aparat. Inkonsistensi penegakkan hukum tersebut kadang
melibatkan masyarakat itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan terdekat lainnya. dan inkonsistensi
penegakkan hukum tersebut biasanya berlangsung dari hari ke hari, baik peristiwa kecil maupun
besar.
Inkonsistensi hukum tersebut telah berlangsung terus menerus selama puluhan tahun.
Masyarakat Indonesia telah terbiasa melihat bagaimana hukum yang diterapkan jauh berbeda dari
panduan hukum yang tertulis di negara kita. Apabila melihat penodongan di jalan umum, jarang
terjadi masyarakat membantu korban atau melaporkan pelaku kepada aparat. Namun bila mereka
sendiri tersangkut dalam suatu masalah, tidak jarang mereka memanfaatkan inkonsistensi
penegakan hukum ini.
Berikut adalah contoh dari dampak negatif dari inkonsistensi hukum di Indonesia, yaitu:
Ketidakpercayaan Masyarakat pada Hukum
Masyarakat meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka,dan sedapat mungkin
dihindari. Bila seseorang melanggar peraturan lalu lintas misalnya, maka sudah jamak
dilakukan upaya “damai” dengan petugas polisi yang bersangkutan agar tidak membawa
kasusnya ke pengadilan . Memang dalam hukum perdata, dikenal pilihan
penyelesaian masalah dengan arbitrase atau mediasi di luar jalur pengadilan untuk
menghemat waktu dan biaya. Namun tidak demikian hal nya dengan hukum pidana yang
hanya menyelesaikan masalah melalui pengadilan. Di Indonesia, bahkan persoalan pidana
pun masyarakat mempunyai pilihan diluar pengadilan.
Penyelesaian Konflik dengan Kekerasan
Penyelesaian konflik dengan kekerasan terjadi secara sporadis di beberapa tempat di
Indonesia. Suatu persoalan pelanggaran hukum kecil kadang membawa akibat hukuman
yang sangat berat bagi pelakunya yang diterima tanpa melalui proses pengadilan.
Pembakaran dan penganiayaan pencuri sepeda motor, perampok, penodong yang dilakukan
massa beberapa waktu yang lalu merupakan contoh. Menurut Durkheim masyarakat ini
menerapkan hukum yang bersifat menekan (repressive). Masyarakat menerapkan sanksi
tersebut tidak atas pertimbangan rasional mengenai jumlah kerugian obyektif yang menimpa
masyarakat itu, melainkan atas dasar kemarahan kolektif yang muncul karena tindakan yang
menyimpang dari pelaku. Masyarakat ingin memberi pelajaran kepada pelaku dan juga pada
memberi peringatan anggota masyarakat yang lain agar tidak melakukan tindakan
pelanggaran yang sama.
Penataan kembali struktur dan lembaga-lembaga hukum yang ada, termasuk sumber daya
manusia yang melaksanakannya. Termasuk dalam lingkup ini adalah masalah manajemen
hukum, yang berkenaan dengan manajemen sumber daya, manajemen organisasi dan
manajemen operasional.
Perumusan kembali hukum yang demokratis dan berkeadilan. Bahwasanya hukum di masa
lalu (entah masa sekarang) telah menjadi Tools of The Rules telah disadari bersama. Oleh
karenanya yang perlu dilakukan adalah mengkaji kembali aturan-aturan yang ada dan
melakukan revokasi (penarikan kembali), revisi (pengubahan) serta pemberlakuan ketentuan
baru yang diperlukan. Kewajiban ini bukan hanya diletakkan pada lembaga legislatif, tapi juga
lembaga eksekutif yang pada dasarnya lebih banyak mengeluarkan peraturan implementatif.
Budaya, kebutuhan dan potensi lokal haruslah mendapat perhatian yang jauh lebih besar
daripada kepentingan pusat dalam rangka otonomi daerah.
Penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hukum. Upaya yang menjadi tugas utama lembaga
kepolisian harus pula ditunjang oleh aparat penegak hukum lainnya (jaksa, hakim) agar
perkara dituntaskan, dan tidak floating atau bahkan freezing, yang mencerminkan tidak
berdayanya hukum. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, tindakan penegak
hukum yang tidak diskriminatif dan menunjang equality before the law, bukan hanya terjadi
penjahat jalanan, tapi juga penjahat “gedongan” (mantan) pejabat bahkan mantan presiden
dan keluarganya. Persepsi masyarakat akan keberpihakan (penegak) hukum pada kelompok
tertentu hanya akan memperparah keadaan sekarang ini, karena sekelompok orang mungkin
berjustifikasi “ikan besar saja dibiarkan liwat, apalagi teri-teri seperti kami”.
Harus ditekankan agar tidak terjadi lagi “pembiaran” atas pelanggaran-pelanggaran hukum.
Upaya proaktif dan reaktif yang dilakukan meningkatkan kinerja lembaga-lembaga hukum,
utamanya dalam supporting equipments, karena keterbatasan sarana dan prasarana
mempunyai dampak yang cukup signifikan dalam produktivitas mereka.
Mengikutsertakan rakyat dalam berbagai tingkat pengambilan keputusan (demokratisasi).
Upaya ini dimaksudkan agar rakyat ditempatkan sebagai subyek, bukan obyek untuk diatur,
agar menimbulkan sense of belonging mereka dalam kehidupan bernegara. Tanpa adanya
partisipasi publik akan sangat sulit bagi masyarakat untuk melihat kesungguhan pemerintah
dalam penyelenggaraan tugasnya yang benar-benar menyuarakan kepentingan mereka.
Ketidak jelasan dan ketidak transparanan proses pengambilan keputusan membuat
masyarakat mempertanyakan : apakah kepentingan mereka diprioritaskan?
Pendidikan publik untuk meningkatkan pemahaman merkea tentang hukum dengan segala
atributnya, termasuk signifikan peran mereka dalam melakukan reformasi hukum.
7. Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap jati diri dan
lingkungannya dengan beribu pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dengan segala
aspek perbedaan yang ada. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan kepulauan yang masing-
masing memiliki ciri, sifat dan karaker tertentu dari masing-masing masyarakatnya dengan berbagai
suku, ras, agama, dan perbedaan lainnya. Untuk itu, diperlukan cara pandang bagaimana tetap
mempersatukan berbagai keragaman ini untuk dapat saling menghormati dan bertoleransi akan
perbedaan yang ada .
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai
negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara
sebagai geopolitik Indonesia adalah:
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta
aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan
wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud supra struktur politik dan wadah dalam
kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur politik.
Isi (Content).
Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional.
Tata laku (Conduct)
Hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara yang terdiri dari :
-Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia.
-Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air
sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.
Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang selalu utuh menyeluruh
dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.
Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara.
Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia(suku/golongan)
terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas wasantara terdiri dari:
Keadilan
Kejujuran
Solidaritas
Kerjasama
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan nusantara meliputi :
1. Ke dalam
Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor
penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya
persatuan dan kesatuan.
Tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional
baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Ke luar
Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus berusaha untuk mengamankan
kepentingan nasional dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan demi tercapainya tujuan nasional.
Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia.
Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan
tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan mewujudkan
tujuan nasional.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari hirarkhi paradigma nasional sbb:
Landasan Idiil
- Pancasila (dasar negara)
Landasan Konstitusional
-UUD 1945 (Konstitusi negara)
Landasan Visional
- Wasantara - (Visi bangsa)
Landasan Konsepsional
Landasan Operasional
- GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa)
8. Ketahanan Nasional
a. Pengertian
Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Ketahanan nasional diperlukan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara dari segala
gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari dalam negeri. Untuk itu bangsa Indonesia
harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan
berkelanjutan.
Srijanti, dkk (2009) menjelaskan tujuan, fungsi, dan sifat dari ketahanan nasional sebagai berikut:
Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti
tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran, terselenggaranya
pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya
kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.
(1). Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan nasional
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek: ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
(2). Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
(3). Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan
multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP yang dibuat oleh pemerintah yang
memuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional
mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Perwujudan Ketahanan Nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia meliputi (Bahan Penataran,
BP7 Pusat, 1996):
a) Ketahanan ideologi, adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berdasarkan keyakinan akan
kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara
persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta
nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
b) Ketahanan politik, adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang berlandaskan
demokrasi yang bertumpu pada pengembangan demokrasi Pancasila dan UUD 1945 yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan
menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
e) Ketahanan pertahanan keamanan, adalah kondisi daya tangkal bangsa Indonesia yang dilandasi
kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas
pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasilnya serta
kemampuan mempertahankan kedaulatan Negara dan menangkal semua bentuk ancaman.
Ketahanan nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia bertumpu pada budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sehingga berbagai cirri ketahanan nasional yang dikembangkan tidak dapat
dilepaskan dari tata kehidupan bangsa Indonesia (Suhady dan Sinaga, 2006).
(1). Ketahanan nasional merupakan prasyarat utama bagi bangsa yang sedang membangun menuju
bangsa yang maju dan mandiri dengan semangat tidak mengenal menyerah yang akan memberikan
dorongan dan rangsangan untuk berbuat dalam mengatasi tantangan, hambatan dan gangguan yang
timbul.
(2). Menuju mempertahankan kelangsungan hidup. Bangsa Indonesia yang baru membangun dirinya
tidak lepas dari pencapaian tujuan yang dicitacitakan.
(3). Ketahanan nasional diwujudkan sebagai kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan
dan ketangguhan bangsa untuk mengembangkan kekuatan dengan menjadikan ciri mengembangkan
ketahanan nasional berdasarkan rasa cinta tanah air, setia kepada perjuangan, ulet dalam usaha
yang didasarkan pada ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keuletan dan
ketangguhan sesuai dengan perubahan yang dihadapi sebagai akibat dinamika perjuangan, baik
dalam pergaulan antar bangsa maupun dalam rangka pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengembangan ketahanan nasional bangsa Indonesia didasari pada asasasas sebagai berikut:
(3). Kekeluargaan;
(MATERI 1 – 8)
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018