Haryono Ismail
haryonoismail.hi@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
1
dengan anti turunan. Dengan mengetahui fungsi anti turunan F (x) dari
integran f (x), integral tentu dari f (x) pada interval [a, b] dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Newton-Leibniz
∫ b
f (x) dx = F (b) − F (a).
a
f (x) ≈ Pn (x).
Untuk menginterpolasi dua titik digunakan interpolasi linear. Sedangkan
untuk menginterpolasi tiga titik digunakan interpolasi kuadratik. Secara umum
untuk menginterpolasi n + 1 titik dapat digunakan interpolasi polinomial
Lagrange yang diberikan oleh rumus
∑
n
Pn (x) = f (xk )Ln,k (x), k = 0, 1, . . . , n,
k=0
dengan
∏n
x − xi
Ln,k (x) = .
i=0
xk − xi
i̸=k
dengan ∫ b
wi = Ln,k (x)dx, i = 0, 1, . . . , n.
a
Jika titik-titik integrasi terdistribusi seragam pada interval [a, b], maka
b−a
xi = a + ih dengan h = .
n
2
Aturan integrasi numerik yang paling banyak digunakan dari tipe ini adalah
metode Newton-Cotes. Burden dan Faires [2] menjelaskan bahwa metode
Newton-Cotes terbagi dua, yaitu metode Newton-Cotes terbuka dan metode
Newton-Cotes tertutup. Terdapat beberapa aturan dalam metode Newton-
Cotes tertutup diantaranya aturan Trapesium, aturan Simpson, aturan
Simpson 3/8 dan aturan Boole.
Metode Newton-Cotes banyak dikembangkan untuk mendapatkan tingkat
ketelitian yang lebih tinggi, diantaranya diusulkan oleh Dehghan et al. [5]
yaitu perbaikan aturan kuadratur dari metode Newton-Cotes tertutup. Metode
ini diaplikasikan oleh Babolian et al. [3] ke dalam Gauss-Legendre kuadratur.
Selanjutnya Burg [4] mengusulkan Newton-Cotes tertutup berdasarkan turunan
yang menggunakan nilai-nilai fungsi yang berjarak sama dan dua nilai turunan
pada titik akhir. Ketelitian metode dalam [4] lebih tinggi dari Newton-Cotes
tertutup biasa.
Pada artikel ini dibagian dua dibahas metode baru yang merupakan
modifikasi dari metode Newton-Cotes tertutup yaitu dengan menambahkan
nilai turunan fungsi pada titik tengah [9] yang bertujuan untuk memperoleh
aproksimasi integral tentu yang memiliki ketelitian tinggi. Selanjutnya di
bagian tiga dijelaskan tentang analisis error untuk mengetahui keakuratan dari
rumus yang diperoleh dari nilai error yang didapatkan, kemudian dilanjutkan
dibagian keempat dengan melakukan komputasi numerik terhadap dua contoh
fungsi uji.
3
untuk n genap, dengan wi merupakan bobot fungsi f , q0 bobot untuk turunan
titik tengah fungsi f dan n banyaknya subinterval.
Nilai bobot dapat dihitung dengan menyelesaikan sistem persamaan yang
diperoleh dengan mengganti nilai f (x) dengan monomial xk dengan
k = 0, 1, . . . , n + 1 untuk n ganjil dan k = 0, 1, . . . , n + 2 untuk n genap.
4
berdasarkan turunan pada titik tengah berikut:
∫ ( ∑ ) ( )
(h)3 ∑ ′′ xj−1 + xj
xn n−1 n
h
f (x)dx ≈ f (x0 ) + 2 f (xi ) + f (xn ) − f .
x0 2 i=1
12 j=1
2
5
matriks X dapat dihitung dengan menggunakan sifat matriks yaitu
A · X =B
A · A · X =AT · B
T
−1
X =(AT · A) · AT · B, (11)
−1
dimana AT merupakan matriks transpose dari A dan (AT · A) merupakan
matriks invers dari (AT · A).
Selanjutnya, dengan menyelesaikan persamaan (10) menggunakan sifat
h
matriks pada persamaan (11), diperoleh nilai bobot w0 = w2 = ,
3
4h h5
w1 = dan q0 = − . Kemudian nilai bobot yang diperoleh disubstitusikan
3 90
ke persamaan (8) sehingga untuk nilai n = 2 diperoleh persamaan
∫ x2 ( ) ( )
h h5 (4) x0 + x2
f (x)dx ≈ f (x0 ) + 4f (x1 ) + f (x2 ) − f . (12)
x0 3 90 2
6
diperoleh
∫ x3 ( )
3h
f (x)dx ≈ f (x0 ) + 3f (x1 ) + 3f (x2 ) + f (xn )
8
x0
( )
3h5 (4) x0 + xn
− f .
80 2
∑
(n/4)−1
∑
(n/4)−1 )
+ 12 f (x4i+2 ) + 32 f (x4i+3 ) + 7f (xn )
i=0 i=0
( )
8h7 ∑ (6) x4j−4 + x4j
n/4
− f .
945 j=1 2
3. ANALISIS ERROR
7
berdasarkan turunan pada titik tengah. Bentuk error diperoleh dengan
menggunakan konsep dari ketelitian terkait perbedaan antara rumus kuadratur
xp+1 1 ∫ b p+1 (bp+2 − ap+2 )
untuk monomial dan nilai eksak x dx =
(p + 1)! (p + 1)! a (p + 2)!
dimana p merupakan ketelitian dari rumus kuadratur.
dengan ξ ∈ (a, b). Jadi aturan ini mempunyai keakuratan pada orde kelima
(b − a)5 (4)
dengan bentuk error R1 (f ) = − f (ξ) dan pada bentuk kompositnya
480
mempunyai keakuratan pada orde keempat.
Bukti. Dapat dilihat pada Zhao dan Li [9].
dengan ξ ∈ (a, b). Jadi aturan ini mempunyai keakuratan pada orde ketujuh
yang lebih tinggi dari metode Simpson dan bentuk kompositnya mempunyai
23(b − a)7 (6)
keakuratan pada orde keenam dengan bentuk error R3 (f ) = − f (ξ).
9797760
Bukti. Dapat dilihat pada Zhao dan Li [9].
8
Teorema 4 Bentuk error dari aturan Boole (n = 4) dengan turunan pada
titik tengah adalah
∫ b ( ( ) ( ) ( )
b−a 3a + b a+b a + 3b
f (x)dx = 7f (a) + 32f + 12f + 32f
90 4 2 4
a
) ( )
(b − a) (6) a + b
7
17(b − a) (8)
9
+ 7f (b) − f − f (ξ),
1935360 2 45 · 211 · 8!
dengan ξ ∈ (a, b). Jadi aturan ini mempunyai keakuratan pada orde
kesembilan yang lebih tinggi dari metode Simpson 3/8 dan bentuk
kompositnya mempunyai keakuratan pada orde kedelapan dengan bentuk
17(b − a)9 (8)
error R4 (f ) = − f (ξ).
45.211 .8!
Bukti. Dapat dilihat pada Zhao dan Li [9].
4. UJI KOMPUTASI
Hasil komputasi dari dua contoh yang digunakan diberikan pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 terdapat notasi yang digunakan yaitu n merupakan jumlah
subinterval, Tn merupakan aturan Trapesium, M Tn merupakan aturan
Trapesium dengan turunan pada titik tengah, Sn merupakan aturan Simpson,
M Sn merupakan aturan Simpson dengan turunan pada titik tengah, Sn3/8
merupakan aturan Simpson 3/8, M Sn3/8 merupakan aturan Simpson 3/8
dengan turunan pada titik tengah, Bn merupakan aturan Boole, M Bn
merupakan aturan Boole dengan turunan pada titik tengah.
9
Tabel 1: Perbandingan hasil komputasi metode Newton-Cotes tertutup dan
metode Newton-Cotes tertutup berdasarkan turunan pada titik tengah
∫b
a
f (x)dx Aturan n Hasil Komputasi Error
Tn 20 6.394379425188750 5.32e − 003
M Tn 20 6.389057429548362 1.33e − 006
Sn 40 6.389056320706871 2.22e − 007
∫2
0
ex dx M Sn 40 6.389056098957052 2.64e − 011
Sn3/8 60 6.389056197501120 9.86e − 008
M Sn3/8 60 6.389056098945646 1.50e − 011
Bn 80 6.389056098933951 3.30e − 012
M Bn 80 6.389056098930651 8.88e − 016
Tn 20 0.693303381792694 1.56e − 004
M Tn 20 0.693147253676607 7.31e − 008
Sn 40 0.693147192747956 1.22e − 008
∫2 1
1 x
dx M Sn 40 0.693147180567545 7.60e − 012
Sn3/8 60 0.693147185977777 5.42e − 009
M Sn3/8 60 0.693147180564262 4.32e − 012
Bn 80 0.693147180560896 9.50e − 013
M Bn 80 0.693147180559946 8.88e − 016
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. G. Bartle dan D. R. Shebert, Introduction to Real Analysis, Fourth
Edition, John Wiley & Sons., New York, 2011.
10
[3] E. Babolian, M. Masjed-Jamei dan M. R. Eslahci, On numerical
improvement of Gauss-Legendre quadrature rules, Applied Mathematics
and Computation, 160 (2005), 779-789.
11