Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN WILAYAH AGRIBISNIS

Nama : Pipit Dwi Andini


NIRM : 04.1.15.0768
Tingkat :3C
PERENCANAAN PARTISIPATIF
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya
terdapat pada setiap jenis usaha manusia (Khairuddin,1992: 47). Perencanaan adalah
merupakan suatu upaya penyusunan program baik program yang sifatnya umum maupun
yangs pesifik, baik jangka pendek maupunjangkapanjang(Sa’id&Intan,2001:44).
Partisipasi sepadan dengan arti peran serta ,ikut serta, keterlibatan, atau proses belajar
bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh
sejumlah anggota masyarakat. Partisipasi adalah Proses dimana stakeholder mempengaruhi
dan membagi kewenangan dalam inisiatif pembangunan, pengambilan keputusan dan
penggunaan sumberdaya yang mempengaruhi mereka.
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996) adalah proses perencanaan yang
diwujudkan dalam musyawarah ini, dimana sebuah rancangan rencana dibahas dan
dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan
berasal dari semua aparat penyelenggara negara (eksekutif,legislatif, dan yudikatif),
masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional, organisasi-organisasi non-
pemerintah. Perencanaan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat
dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah mereka,
memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi
masalah, mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin
mereka atasi. Tujuan perencanaan agar masyarakat diharapkan mampu mengetahui
permasalahannya sendiri di lingkungannya, menilai potensi SDM dan SDA yang tersedia,
dan merumuskan solusi yang paling menguntungkan.
Prinsip-Prinsip Perencanaan Partisipatif
1. Ada identifikasi stakeholders yang relevan untuk dilibatkan dalam proses perumusan visi,
misi, dan agenda SKPD serta dalam proses pengambilan keputusan penyusunan renstra
SKPD;
2. Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholders dalam pengambilan
keputusan;
3. Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan;
4. Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum
perempuan dan kelompok marjinal;
5. Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra SKPD
6. Ada pelibatan media;
7. Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan
seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi, dan
kebijakan, dan prioritas program.
Manfaat Perencanaan Partisipatif
1. Sebagai pendorong masyarakat dalam merubah kebutuhan masyarakat dari keinginan
(felt need) menjadi nyata (real need), sehingga Pelaksanaan program lebih terfokus pada
kebutuhan masyarakat.
2. Perencanaan dapat menjadi stimulasi terhadap masyarakat, untuk merumuskan den
menyelesaikan masalahnya sendiri;
3. Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks sosial, ekonomi, dan
budaya serta kearifan lokal, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat;
4. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua pihak terkait dalam
merencanakan dan melaksanakan program, sehingga dampaknya dan begitu pula
program itu berkesinambungan;
Metode Perencanaan Partisipatif
1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
Teknik untuk menyusun dan mengembangkan program yang operasional dalam
pembangunan desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya manusia, alam
setempat, lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mampu pula melesetarikan sumber daya
setempat Teknik PRA antara lain: (1) Secondary Data Review (SDR)- Tinjau Data Sekuder;
(2) Direct Observation-Observasi Langsung; (3) Semi-Structured Interviewing (SSI)-
Wawancara Semi Tersruktur; (4) Focus Group Discussion (FGD)-Diskusi Kelompok
Terfokus; (5) Preference Ranking and Scoring; (6) Direct Matrix Ranking; (7) Peringkat
Kesejahteraan; (8) Pemetaan Sosial; (9) Transek (Penelusuran); (10) Kalender Musim; (11)
Alur Sejarah; (12) Analisa Mata Pencaharian; (13) Diagram Venn; (14) Kecenderungan dan
Perubahan.
2. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Pengumpulan informasi dari pihak luar (outsider), kemudian data dibawa pergi,
dianalisa dan peneliti tersebut membuat perencanaan tanpa menyertakan masyarakat. RRA
lebih bersifat “penggalian informasi”, sedangkan PRA dilaksanakan bersama-sama
masyarakat, mulai dari pengumpulan informasi, analisa, sampai perencanaan program.
3. Metode Kaji-Tindak Partisipatif
Esensinya menunjuk pada metodologi Participatory Learning and Action atau belajar
dari bertindak secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi refleksi partisipatif.
Penggunaan istilah PLA dimaksudkan untuk menekankan pengertian partisipatif pada proses
belajar bersama masyarakat untuk pengembangan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi
tindakan partisipatif. Jika dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan masalah,
maka kajian partisipatif diulang kembali untuk menemukan jalan keluar, demikian
seterusnya.

OTONOMI DAERAH
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah juga mendefinisikan
daerah otonom sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992), otonomi adalah pola
pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah, definisi otonomi daerah sebagai berikut: “Otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu
daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya
sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku (Hanif Nurcholis,
2007:30).
Prinsip-Prinsip Pemberian Otonomi Daerah
a. Prinsip Otonomi Luas
Yang dimaksud otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas, wewenang,
hak, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh
pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki
banyak ragam dan jenisnya. Di samping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk
menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan
tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri
terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi
dan karakteristik masing-masing daerah.
b. Prinsip Otonomi Nyata
Yang dimaksud prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan
kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan
berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik
daerah masing-masing.
c. Prinsip Otonomi yang Bertanggungjawab
Yang dimaksud dengan prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi
yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rozali Abdullah, 2007:5).
Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut Mardiasmo (2002:46)
adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.
Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu: (1)
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2)
menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3)
memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan.

PERENCANAAN PARTISIPATIF DI ERA OTONOMI DAERAH


Masyarakat bisa mengambil peran sebagai aktor utama pembangunan, sementara
pemerintah melakukan penguatan peran sebagai fasilitator, regulator, serta motivator dalam
ketersediaan prasarana publik. Seperti kata Azikin Solthan (2009 : ix), semua proses
perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah harus melibatkan partisipasi masyarakat.
Atau seperti ungkap B.C. Field (1994 : 482), hakikat otonomi daerah, selain
'kewenangan' mengatur dan mengurus daerah adalah mementingkan pemecahan masalah di
antara pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat dalam alokasi sumber-sumberdaya di daerah
Dalam otonomi daerah, secara teknis, proses pembangunan tidak lagi boleh bersifat top
down ataupun bottom up, atau dalam bahasa Gamawan Fauzi (2014 : vii), terkadang kepala
daerah yang dipilih langsung merasa bisa melakukan apa saja bak “raja-raja” kecil. Bagi
Wallis J. dan B. Dollery (2001 : 245 - 263), pembangunan seperti ini merupakan gejala state
incapacity.
Dengan memanfaatkan otonomi daerah yang desentralistik-partisipatorik, serta
memperhatikan aspek kewilayahan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam proses
perencanaan yang partisipatif, maka substansi kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah
akan dapat diwujudkan. Kesejahteraan yang dimaksud adalah seperti yang ungkap Rustiadi
dkk. (2011 : 448), bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tidak hanya
cukup dimaknai dengan tingkat pertumbuhan dan produktivitas ekonomi serta kemajuan-
kemajuan di bidang fisik saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kinerja sosial budaya
masyarakatnya.

PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)


Good governance adalah tindakan atau tingkah laku yang didasari pada nilai-nilai
yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai dalam tindakan dan keseharian. Untuk meralisasikan pemerintahan
yang professional dan akuntabel yang bersandar pada prinsip-prinsip good
governance Lembaga Administrasi Negara dan Masyarakat Transparansi Indonesia
merumuskan sembilan aspek fundamental (Asas) dalam good governance yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi (participation). Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga
masyarakat dalam pengambilan keputusan
2. Penegakan hukum (rule of law). Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah
yang profesional dan harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa
3. Transparansi (transparency keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah (Notodisoerjo,2002:129)
4. Responsive (responsiveness). pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat secara umum
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation). salah satu asas yang fundamental
yang harus di perhatikan oleh pemrintah dalam melaksanakan tuhas-tugasnya untuk
mencapai tujuan good governance
6. Kesetaraan (equite). kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.Asas ini
dikembankan berdasrkan senuah kenyataan bahnwa bangsa Indonesia ini tergolong
bangsa yang prural,baik dari segi etnik,agama dan budaya
7. Efiktivitas (effectivenness) dan Efisiensi (eficiency). berkaitan dengan penghematan
keuangan, sedangkan Efikktifitas berkaitan dengan ketepatan cara yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah (Handoko,1998:23).
8. Akuntabilitas (accountability). pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka
9. Visi strategis (strategic vision). pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang
Langkah-langkah perwujudan Good Governance
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan
2. Kemandirian Lembaga Peradilan
3. Aparatur Pemerintahan Yang Profesional dan penuh integritas
4. Masyarakat Madani yang kuat dan partisipatif
5. Penguatan upaya otonomi daerah

Sumber :
https://www.researchgate.net/profile/Munirah_Arifin/publication/42325030_Perencanaan_Pe
mbangunan_Partisipatif_Studi_Tentang_Penyusunan_Rencana_Pembangunan_Jangka_Mene
ngah_Daerah_Kota_Medan_Tahun_2006-
2010/links/56627e0d08ae418a78698193/Perencanaan-Pembangunan-Partisipatif-Studi-
Tentang-Penyusunan-Rencana-Pembangunan-Jangka-Menengah-Daerah-Kota-Medan-
Tahun-2006-2010.pdf
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/282380868?extension=docx&ft=15157
75748&lt=1515779358&user_id=200714224&uahk=P27L_jt5OtZC16Q3fXWpO4Dxo9c
https://student.uigm.ac.id/assets/file/Materi/Partisipatif_2.pdf
http://eprints.uny.ac.id/8631/3/BAB%202%20-%2008401241011.pdf

Anda mungkin juga menyukai