a. Secara Individual
Setiap individu peserta didik mempunyai kebutuhan yang tidak perlu sama dalam suatu
kelompok. Tiap-tiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda, pendekatan belajar,
dan penyelesaian tugas.
mengatur jadwal,
self assessment.
Para peserta didik dapat memberikan kontribusi terhadap proyek yang berbeda secara simultan.
b. Di dalam Kelornpok
Ketika seseorang bekerja di dalam kelompok, para peserta didik harus bekerja sama. Kerja sama
berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti:
brainstorming,
diskusi,
task scheduling,
peer ossessment.
Sebagian dari aktifitas ini dapat dilakukan bersama kelompok omcampus tanpa perangkat
spesifik. Sedangkan para peserta didik dalam kelompok off-compus didukung oleh perangkat yang
memadai.
r
c. Antar Kelompok
Di dalam PBL, para peserta didik menyelesaikan aktifitas lain dalam bentuk berbagi
informasi dan pengetahuan dengan kelompok lain. Contoh aktifitas ini adalah:
presentasi,
peer reviews,
Keuntungan PBL
PBL adalah suatu pendekatan komprehensif yang memberikan petunjuk bagi peserta didik,
bekerja secara individu atau kelompok, dan berhubungan dengan topik di dunia nyata. Penerapan PBL
yang baik dapat memberikan kemampuan yang
Keberhasilan PBL terjadi ketika peserta didik mendapatkan motivasi yang tinggi, merasa
aktif dalam pembelajarannya, dan menghasilkan hasil kerja berkualitas tinggi.
PBL menyediakan peluang unik karena pengajar membangun hubungan dengan peserta didik,
sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
PBL menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang besar.
r
4) Proktis (Efisiensi)
Kurikulum praktis dikatakan baik jika memenuhi prinsip efisiensi yang berhubungan dengan tenaga,
waktu, sarana, dan biaya yang dikeluarkan semurah mungkin dan hasil yang diperoleh dapat maksimal.
Karena sehebat dan seideal-idealnya kurikulum namun jika peralatan, sarana dan prasarana sangat mahal
harganya, maka kurikulum tidaklah praktis dan akan sulit untuk di implementiiskan oleh karenanya
kurikulum meskinya harus dirancang untuk dapat digunakan dalan situasi apapun (keadaan terbatas).
5) Efektifitas
Kurikulum disamping harus murah dan sederhana, bukan lantas mengindahkan faktok keberhasilan yang
ingin dicapai dari kurikulum itu sendiri baik secara kualitas maupun kuantitas. Karena pengembangan
kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Menurut Wina (2008) Prinsip efektivitas
berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas
berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam
kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
dalam tiga periode, yakni: pendidikan tradisional, pendidikan progresíf,dan pendidikan modern.
1. Pendidikan Tradisional
Pendidikan tradisional senantiasa bertitik tolak pada pemikiran bahwa tujuan pendidikan semata-mata
untuk mengembangkan kualitas intelektual anak/siswa. Mata-mata ajaran dengan buku sebagai satu-
satunya ,sumber serta penggunaan metode formal step sebagai satu-satunya metode mengajar. Sekolah-
sekolah kita telah mengalami masa jayanya system pendidikan tradisional pada masa pemerintahan
colonial. Pendidikan pada pada zaman penjajahan dulu, sedikit banyak meninggalkan bekas. Dalam bentuk
adanya kesadaran bahwa pendidikan praktis tampaknya perlu dilaksanakan. Hal itu telah diterapakan pula
dalam system pendidikan dewasa ini, dalam bentuk teori dan praktek, yang tercermin dalam kurukulum
1975.
r
2. Pendidikan Progresif
Dikatakan progresif karena orientasinya telah berbalik 180“ dari orientasi sebelumnya. Pendidikan
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengembangkan pribadi anak. Kebebasan mutlak dan pengakuan
sepenuhnya terhadap sang anak akan menimbulkan akibat bahwa sang anak sesungguhnya masih perlu
bimbingan secara sistematik dari guru. Akibat kebebasan yang mutlak yang diberikan pada sang anak, maka
guru melupakan tanggung jawabnya selaku pendidik, anak-anak diperkenankan sepenuhnya mencari
sendiri apa yang dia inginkan yang sesuai dengan minatnya, jadi sejak awal anak telah mendidik dirinya
sendidiri. Pengabdian ini menimbulkan anarki yang tak perlu dan kegagalan total dalam pembentukan
generasi muda. Untuk system pendidikan tak pernah menganut system pendidikan seperti itu.