BLOK GENITOURINARY-PERINATOLOGY
PERESEPAN OBAT
Oleh
Kelompok Tutorial 28:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................................. i
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
BAB IV ....................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 20
i
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pelayanan kesehatan,
baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi. Obat ialah suatu kondisi pokok yang harus terjaga
ketersediaanya. Penyediaan obat sesuai dengan tujuan pelayanan kesehatan yaitu
menjamin tersedianya obat dengan mutu terjamin dan tersedia merata dan teratur
sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
1
Dapat di jatuhi hukuman penjara yang terdapat dalam pasal 106 ayat (1)
sampai (3) Undang-UndangNo. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berbunyi:
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
menyesatkan.
penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah
1.2 Tujuan
penyakit pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
faktor-faktor farmakokinetik; kecepatan biotransformasi suatu obat
menunjukkan variasi yang terbesar. Variasi dalam berbagai factor
farmakokinetik dan farmakodinamik ini berasal dari perbedaan individual
dalam kondisi fisiologik, kondisi patologik, factor genetic, interaksi obat dan
toleransi. Fasefarmakokinetik berkaitannya dengan masuknya zat aktif ke
dalam tubuh. Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan
fenomena fisiko-kimia yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase
farmakokinetik ini merupakan salah satu unsur penting yang menentukan profil
keberadaan zat aktif pada tingkat biofase dan yang selanjutnya menentukan
aktivitas terapetik obat (Setiawati dan Armen, 2012).
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang
dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek
terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis
medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis
terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi
keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai
mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.
4
2.1.2 Jenis Dosis Obat
1. Dosis Terapi
Dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
orang sakit
2. Dosis Maksimum
Batas dosis yang relatif masih aman diberikan pada penderita
Dosis terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk
pemakaian sekali dan sehari membahayakan
3. Dosis Toksik
Dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keracunan obat
4. Dosis Lethalis (Lethal Dose),
Yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi.
Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis
(OD)
5. Initial Dose
Merupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan
tujuan agar konsentrasi / kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih
awal
6. Loading Dose
Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi
terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis
7. Maintanance Dose
Dosis obat yang diperlukan untuk memelihara-mempertahankan efek
klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis
regimen.Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat
yang dieliminasi dari dosis yang terdahulu. Penghitungan dosis
pemeliharaan yang tepat dapat mempertahankan suatu keadaan stabil di
dalam tubuh
a) Berdasarkan Umur
1) Formula Young
5
2) Formula Dilling
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karena sesuai
dengan kondisi pasien daripada umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat
badan.
Rumus Thermich
Dosis Terapeutik
a) Formula COWLING :
Da = n + 1 x Dd
24
6
n : umur anak (tahun)
Da : Dosis Anak
Contoh :
Anak A, 2 tahun, membutuhkan parasetamol untuk menurunkan
panasnya. Berat badan anak A 10 kg. Dalam kemasan obat tercantum dosis
untuk anak adalah 10 mg/kg berat badan.
jawab = misalkan anak A membutuhkan = a mg parasetamol
7
D x V = AH
D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)
H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien
Contoh :
Perintah :
ampisilin (polycililin) 0,5 g, PO, bid.
Tersedia (label Obat) : Polycillin
250mg/kapsul
Maka :
Konversi gram ke miligram (0,5 g = 500
mg)
500/250 x 1 Kapsul = 2 kapsul
2.3 Alergi
8
sehari-hari. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan
tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Ini substansi (serbuk sari, jamur, bulu binatang, dll) disebut alergen. Jika
seseorang terkena alergen dengan menghirup itu, menelan, atau mendapatkan
itu pada atau di bawah kulit mereka. Menurut beberapa ahli, alergi memiliki
pengertian:
b) Alergi merupakan respon system imun yang tidak tepat dan seringkali
membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi
antara antigen dan antibody (Subowo, 2010).
c) Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon prtahanan tubuh yang
menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya.
(Brokes et al., 2003)
9
Kehadiran sel amst dalam saluran udara dan saluran pencernaan membuat
daerah ini lebih rentan terhadap paparan allergen. Mengikat allergen ke IgE,
yang melekat pada sel mast. Hal ini menyebabkan sel mast melepaska berbagai
bahan kimia ke dalam darah. Histamine menyebabkan sebagain besar gejala
reaksi alergi (Baratawidjaja, 2006).
Gejala alergi timbul apabila reagin atau IgE yang melekat pada
permukaan mastosit atau basophil bereaksi dengan alergen yang sesuai.
Interaksi antara alergen dengan IgE yang menyebabkan ikat-silang antara 2
reseptor-Fc mengakibatkan degranulasi sel dan penglepasan substansi-
substansi tertentu misalnya histamin, vasoactive amine, prostaglandin,
tromboksan, bradikinin. Degranulasi dapat terjadi kalau terbentuk ikat-silang
akibat reaksi antara IgE pada permukaan sel dengan anti-IgE (Corwin E, 2009).
10
saluran nafas tersumbat, sehingga terjadi asma, sedangkan pada kulit, histamin
menimbulkan benjolan (urtikaria) yang berwarna merah (eritema) dan gatal
karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh
darah. Pada gastrointestinal, histamine menimbulkan reflek muntah dan diare.
Alergen
11
2.3.4 Faktor resiko dan etiologi alergi
a) Faktor genetis
Walaupun alergi dapat terjaid pada semua orang dan semua golongan
umur, resiko terbesar pada anak yang membawa bakat alergi yang diturunkan
oleh orang tuanya. Pada anak ini gejala alergi sering muncul. Jika salah satu
orang tua memiliki alergi, maka anak memiliki 19,8 % menderita alergi. Dan
jika kedua orang tua maka 48% menderita alergi.
b) Faktor psikis
Psikis seperti cemass, marah dan takut dapat memicu terjadinya alergi
berupa ruam kemerahan pada kulit. Pada orang yang memiliki bakat alergi, sifat
pemarah, pencuriga dan emosional dapat menyebabkan alergi akut pada kulit.
Pada anak- anak memang jarang terjadi alergi akibat faktor psikis.
c) Faktor lingkungan
d) Pajanan alergi
e) Faktor pencetus
12
1) Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan dengan bahan dasar
karet, debu, dan bulu binatang
2) Sengatan lebah, gigitan semut api, kacang-kacangan.
3) Suhu panas dan dingin, hujan
f) Imaturitas usus.
13
darah rendah, denyut jantung meningkat;
tangan hangat, kedinginan, tingling, redness or
blueness of hands; faintness;pseudo-heart
attack pain ; nyeri dada depan, tangan kiri,
bahu, leher, rahang hingga menjalar di
pergelangan tangan
Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara
parau/serak, batuk pendek
(berdehem),
14
Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh /
berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri
telinga dengan gendang telinga kemerahan
atau normal, gangguan pendengaran hilang
timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi
cairan di telinga tengah, pusing, gangguan
keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar
leher dan kepala belakang
bawah
15
lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama
sesaat, lemas (flu like symtomp)
8 Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher), kulit kering
(bawah leher), endometriosis, Premenstrual
Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic
Fatique Symptom (sering lemas), Gampang
marah, Mood swing, sering terasa kesepian,
rambut rontok
9 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue
(kelelahan), kelemahan otot, nyeri, bengkak,
kemerahan local pada sendi; stiffness, joint
deformity; arthritis soreness, nyeri dada, otot
bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum,
, limping gait, gerak terbatas
10 Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada
gigi (biasanya berlangsung dalam 3 atau 7
hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan.
Diujung mulut, mulut dan bibir sering kering,
sindrom oral dermatitis.
11 Mata nyeri di dalam atau samping mata, mata
berair,sekresi air mata berlebihan, warna
tampak lebih terang, kemerahan dan edema
palpebra,
Kadang mata kabur, diplopia, kadang
kehilangan kemampuan visus sementara,
hordeolum..
16
Prinsip tes ini adalah adanya reaksi kemerahan dan peradangan terhadap
alergen menunjukkan adanya antibody gabungan-sel-mast, yangutamanya
antibodi IgE. Antibodi IgE diproduksi di sel plasma dan
didistribusikanmelaalui sirkulasi ke seluruh tubuh sehingga terjadi
sensitisasi generalisata, oleh karena itu dapat di demonstrasikan melalui tes
kulit. Dengan adanya antibody IgE spesifik, selmast pada kulit melepaskan
histamin yang menyebabkan penampakan reaksi kemerahandan peradangan
pada kulit.Tes ini di lakukan dengan meletakkan satu tetes solusio alergen
yang kemudian ditusuk dengan jarum hipodermik. Dua jenis solusio kontrol
juga digunakan; diluen untuk mendeteksi reaksi positif palsu, dan positif
kontrol misalnya solusio histamin. Tes tusuk akan berespon dengan puncak
8-9 menit pada histamin dan 12-15 menit untuk allergen
b) Tes Intradermal
c) Food challenges
Satu keadaan dimana aplikasi langsung makanan pada kulit mungkin
bermanfaat, dan sebelum dilakukannya food challenge pada anak yang
dikhawatirkan mengalami reaks ianafilaktik. Sebagai contoh, anak dengan
riwayat alergi telur yang parah. Caranya dengan menggosokkan sedikit
17
putih telur mentah pada kulit dan obsevasi selama beberapa menit. Jika
terjadi urtikaria, dan respon ini kemudian berangsur-angsur berkurang dan
menghilang selama beberapa bulan atau tahun, ini mengindikasikan
intoleransi makanan.
18
BAB III
SKENARIO KASUS
Ketika melakukan perjalanan ke pulau Impian, An. N, 8 tahun, sedang menikmati menu
makan malam di hotel. An.N tidak mengetahui bahwa makanan yang ia santap
mengandung udang. Pada saat itu, 2 jam setelah makan timbul gatal, kemerahan, dan
bengkak pada jari manis dan bibirnya. An.N dibawa ke Rumah Sakit terdekat bersama
fisik terhadap An.N dan didapatkan hasil: kesadaran compos mentis, tampak sakit
ringan, BB: 25kg, TB: 127cm, TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,8oC, Frekuensi nadi:
19
BAB IV
PEMBAHASAN
dan kemerahan disertai bengkak diseluruh tubuh setelah makan cumi dan udang.
Kasus yang dialami Dinok terjadi akibat alergi cumi dan udang yang merupakan
dan alergi Dinok maka dapat diberikan antihistamin salah satunya adalah cetirizine
per oral dikarenakan gejalanya masih ringan dan keadaan Dinok compos mentis.
Perhitungan dosis untuk anak berbeda dari dewasa. Dinok berusia 8 tahun.
Oleh karena itu digunakan rumus Dilling untuk menghitung dosis tersebut.
Rumus Dilling :
𝑛
𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
20
8
𝑥 10𝑚𝑔 = 4𝑚𝑔
20
Dinok dapat diberikan Cetirizine 4mg selama kurang lebih 5 hari, diminum sampai
gejala hilang serta Dinok diedukasi untuk menghindari dan tidak memakan udang
20
4.2 Penulisan Resep Yang Sesuai dengan Skenario
21
DAFTAR PUSTAKA
Bakhriansyah, Yasmina Alfi, Biworo Agung, Isnaini, Jenah RA. 2009. Diktat
Penerbit FKUI.
Bazyka AP, Logunov VP. 1976. [Effect of allergens on the reaction of the central and
Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
FKUI.Jakarta.
Lestari, CS. 2001. Seni menulis resep teori dan praktek. Jakarta: PT Pertja.
Katzung BG. 2002. Farmakologi dasar dan klinik buku 2. Edisi 8. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
22
Menage P, Thibault G, Martineau J, Herault J, Muh JP, Barthelemy C, Lelord G,
Neal MJ. 2005. At a glance farmakologi medis. Edisi kelima. Erlangga Medical Series.
Jakarta.
23