Anda di halaman 1dari 4

TUGAS COMPOUNDING dan DISPENSING

“ REVIEW DISKUSI IMUNOSUPRESAN”

Disusun Oleh :
Kelompok IV

AMMAR FAJAR 2017001156


CINDY AMELINDA D.C.P 2017001166
FADILAH NUR ANNISA 2017001176
DEVI ISLAMIATY 2017001235
FENNY PUTRI 2017001245
KELAS : A
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018

0
1. Pertanyaan dari Analiza (NPM : 2017001228)
Tanya : Harga obat dalam resep mahal, mengapa pada saat konseling tidak
diberika informasi harga kepada pasien ? Dan bagaimana tentang kerasionalan
resep tersebut ?
Jawab : Jika kegiatan konseling di rumah sakit biasanya pasien sudah setuju dan
mengetahui berapa biaya pengobatan yang harus dibayar. Informasi biaya
pengobatan terletak pada saat pasien menyerahkan resep kepada apotik.
Kegiatan konseling hanya berfokus kepada terapi pengobatan yang dijalani
oleh pasien (misalnya : kegunaan obat, cara pemakaian obat, dosis obat, efek
samping obat, kepatuhan pasien, cara penyimpanan obat dan terapi non
farmakologinya).
Resep rasional ialah tepat pasien, tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat dan
waspadai efek samping. Dalam contoh resep imunosupresan kelompok kami
dapat dinyatakan belum sepenuhnya rasional. Dalam resep didapatkan bahwa
pasien baru menjalani transplantasi ginjal dan mengalami batuk. Obat-obat
imunosupresan yang digunakan memang sudah tepat indikasi, tepat dosis, tepat
obat untuk pasien riwayat transplantasi ginjal. Tetapi pengunaan kortikosteroid
medrol (metilprednisolon) selama 1 bulan harus dimonitoring pemakaiannya,
terkait efek samping yang dihasilkan. Dapat dikonsultasikan kepada dokter
untuk pemberian terapi tambahan (profillaksis) untuk mengatasi hal tersebut.
Pemberian obat batuk yaitu codein (antitusif, bekerja secara langsung di
sistem saraf pusat) dan bisolvon (mukolitik, pengecer dahak) belum rasional,
karena keduanya memiliki indikasi dan mekanisme kerja yang berbeda. Jadi
seharusnya ditanyakan lagi ke pasien, batuk jenis apa yang diderita pasien,
kemudian tentukan pilihan obat batuknya yang sesuai dengan indikasi tersebut
sehingga tidak ada duplikasi pemberian obat batuk.

2. Pertanyaan dari Disa Akmariana (NPM : 2017001240)


Tanya : Bagaimana cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien karena dalam resep
tersebut obat yang digunakan banyak macamnya ?

Jawab : Ada beberapa cara yang dapat digunakan, diantaranya :

1
 Meningkatkan pemahaman pasien pada saat kegiatan berlangsung dengan
cara memastikan bahwa pasien paham mengenai cara pakai obat yang
digunakan.
 Membuat daftar dalam bentuk tabel yang berisi nama obat, waktu
pemakaian (hari dan tanggal), jam, cara pakainya. Apabila pasien minum
obat tersebut diberik tanda ceklist atau paraf. Pada saat konseling berikutnya
daftar tersebut dibawa untuk di cek oleh apoteker apakah pasien tersebut
minum obatnya teratur atau tidak.
 Membuat tempat obat yang kecil berbentuk kotak yang atasnya ditutup
transparan yang diberi tanda atau gambar misalnya matahari yang artinya
pagi hari, bulan sabit yang artinya malam. Jadi obatnya dimasukan ke dalam
kotak tersebut untuk memudahkan pasien mengingatnya.
 Apoteker menelepon pasien beberapa hari sebelum jadwal konseling
berikutnya untuk mengingatkan bahwa pasien tersebut sudah harus menebus
obat kedua kalinya dan bertanya untuk mengevaluasi bagaimana
penggunaan obat yang dikonsumsi pasien tersebut. Pada kasus transplantasi
ginjal obat yang digunakan obat yang harus diminum secara rutin.

3. Diskusi dengan bu Hesti


- Pengunaan kortikosteroid medrol (metilprednisolon) selama 1 bulan harus
dimonitoring pemakaiannya, terkait efek samping yang dihasilkan. Dapat
dikonsultasikan kepada dokter untuk pemberian terapi tambahan (profillaksis) untuk
mencegah hal tersebut.
- Beberapa terapi profilaksis untuk mencegah efek samping kortikosteroid, antara lain :
Osteoporosis :
 Terapi non farmakologi menggunakan suplemen kalsium misalnya : CDR dan
Redoxon
 Terapi farmakologis menggunakan obat golongan bifosfonat dan teriparatide.
Obat anti osteoporosis golongan bifosfonat bermanfaat untuk mencegah kehilangan
massa tulang dan meningkatkan nilai BMD. Berikut ini adalah contoh obat golongan
bifosfonat:
a. Alendronat, digunakan dengan dosis per oral 5 mg atau 10 mg sekali sehari, atau
70 mg sekali seminggu.
b. Risedronat, digunakan secara oral dengan dosis 5 mg per hari atau dapat pula 35
mg sekali seminggu.
c. Zoledronat, digunakan secara infusi intravena dengan dosis 5 mg sekali setahun.

2
Hiperglikemia :
 Terapi non farmakologi dengan diet makanan serta mengurangi konsumsi makanan
dan minuman yang mengandung gula dan karbohidrat yang tinggi.
 Terapi farmakologi dengan penggunaan obat diabetik oral, misalnya : metformin,
glibenklamid, glimepirid, acarbose, pioglitazone.

Tukak Lambung :
 Terapi non farmakologi : Jangan meminum obat kortikosteroid pada saat lambung
kosong, untuk mengurangi efek samping terhadap sistem pencernaan.
 Terapi farmakologi : Pengunaan obat antasida (aluminium hidroksida, magnesium
hidroksida), H2 bloker (ranitidin) dan proton pum inhibitor (lansoprazole,
omeprazole).

- Terdapat interaksi obat antara pengunaan prograf dan metilprednisolon yaitu terjadi
nya peningkatan konsentrasi imunosupresan dalam plasma. Hal ini perlu
dikonsultasikan kepada dokter. Apakah penggunaan kortikostreoid benar-benar
dibutuhkan dalam pengobatan tersebut, bila benar-benar dibutuhkan apakah bisa
diganti dengan obat lain yang memiliki interaksi lebih minor jika dibandingkan
dengan kortikosteroid yang lain, misalnya triamcinolone.

Anda mungkin juga menyukai