Anda di halaman 1dari 5

Majalah Farmaseutik Vol. 17 No.

1: 77-81
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063

Analisis Perencanaan Obat di RSUD Kelas C Kabupaten


Banyuwangi

Analisys of Drug Planning in Class C Hospital Banyuwangi Regency

Ida Rosita Musyarofah NS1*, Satibi2, Tri Murti Andayani2


1 Magister Manajemen Farmasi, Program Pascasarjana, Program Sudi Ilmu Farmasi, Fakulltas

Famasi, Universitas Gadjah Mada


2 Fakulltas Famasi, Universitas Gadjah Mada

Corresponding author: Ida Rosita Musyarofah NS: Email: idarosita1874@gmail.com


Submitted: 20-12-2019 Revised: 30-12-2019 Accepted: 30-12-2019

ABSTRAK
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat di instalasi farmasi rumah
sakit. Tujuan penelitian adalah mengetahui efisiensi tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSUD
Kelas C Kabupaten Banyuwangi. Rancangan penelitian termasuk penelitian deskriptif, pengumpulan
data kuantitatif diambil secara retrospektif untuk menganalisis efisiensi pengelolaan obat tahap
perencanaan tahun 2018 dengan mengambil data Rencana Kebutuhan Obat tahun 2018. Pengelolaan
obat tahap perencanaan diukur efisiensi dengan menggunakan indikator standar pengelolaan obat
tahap perencanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesesuaian dengan 10
penyakit terbesar 100%, persentase item dan jumlah obat yang diminta dengan yang diterima 100%,
ketepatan perencanaan 70,43%±65,19%, kesesuaian item yang diminta dengan yang direncanakan
121,5 %, kesesuaian jumlah yang diminta dengan yang direncanakan 270 %±1027,29%. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi tahap perencanaan dikaitkan
dengan indikator kesesuaian dengan 10 penyakit terbesar dan kesesuain penerimaan sudah efisien,
dikaitkan dengan indikator ketepatan perencanaan dan kesesuaian item dan jumlah permintaan di
RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi belum efisien,
Kata kunci: Efisiensi; Perencanaan; Rumah Sakit

ABSTRACT
Planning is an important stage in the procurement of drugs in hospital pharmaceutical
departement. The purpose of this study was to determine the efficiency of the planning stage in the
Pharmacy Departement of Class C Hospital Banyuwangi Regency. The study design included
descriptive research, quantitative data collection was taken retrospectively to analyze the efficiency
of drug management in the planning stages in 2018 by taking data on the Drug Needs Plan for 2018.
Drug management in the planning stages were measured for efficiency using standard indicators of
drug management in the planning stages. The results showed that the percentage of suitability with
the 10 largest diseases 100%, the percentage of items and the number of drugs requested by those
received 100%, the accuracy of planning 70.43%±65,19%, the suitability of the requested items with
the planned 121.5%, the suitability of the quantities requested with planned 270%±1027,29%. The
conclusion is that in the Class C Hospital of Banyuwangi Regency the planning stage is associated
with indicators of suitability with the 10 biggest diseases and suitability of acceptance is efficient,
associated with indicators of planning accuracy and suitability item and number of requests in the
Class C Hospital of Banyuwangi Regency is not efficient
Keywords: Efficiency; Planning; Hospital

PENDAHULUAN dapat memberikan pelayanan yang terbaik.


Pada pengelolaan obat, proses Disamping itu, karena biaya yang besar
perencanaan dan pengadaan sangat dikeluarkan oleh rumah sakit pada pengelolaan
berpengaruh pada ketersediaan obat maupun obat terutama pada tahap perencanaan dan
segi ekonomi rumah sakit. Terjaminnya item pengadaan, maka perlu diadakan evaluasi
dan jumlah obat yang mencukupi menjadi salah terhadap tahap tersebut. (Ulfah et al., 2018)
satu aspek terpenting dari rumah sakit untuk Hasil penelitian sebelumnya menyampaikan

MF Vol 17 No 1, 2021 | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.52736 77


Ida Rosita Musyarofah NS, et al

Tabel I. Hasil Penelitian Kesesuaian item obat dengan 10 penyakit terbesar dan ketepatan
perencanaan di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi
Nilai RSUD Kelas C Kab
Tahapan Indikator
Standar Banyuwangi
Perencanaan % kesesuaian obat dengan 10 penyakit 100 % 100 %
terbesar
Rata rata persentase ketepatan 100 %
perencanaan (perencanaan dengan 70,43%±65.19%
kenyataan pakai)±SD

bahwa tidak terdapat anggaran khusus untuk perencanaan tahun 2018 dengan mengambil
perencanaan kebutuhan obat. Standar data Rencana Kebutuhan Obat tahun 2018.
operasional prosedur yang belum tersedia Pengelolaan obat tahap perencanaan diukur
karena masih dalam proses penyusunan. efisiensinya dengan menggunakan indikator
Seluruh kegiatan kefarmasian yang berjalan standar pengelolaan obat tahap perencanaan.
tidak didasarkan pada standar prosedur, (Satibi et al., 2019)
sehingga masih terdapat kendala yang
ditemukan dalam kegiatan perencanaan HASIL DAN PEMBAHASAN
maupun pengendalian obat. Salah satu informan Hasil penelitian tahap perencanaan
mengatakan bahwa perencanaan dibuat setiap dilakukan menggunakan indikator kesesuaian
hari senin satu minggu sekali. Untuk terhadap 10 penyakit terbesar dan ketepatan
menentukan jumlah obat yang dibutuhkan perencanaan. Hasil penelitian ditunjukkan pada
dengan menggunakan metode konsumsi satu tabel I.
minggu yang lalu. (Mendrofa et al., 2016) Tahap perencanaan dianalisis dengan
Penelitian lainnya ketepatan perencanaan di menggunakan indkator kesesuaian dengan 10
Instalasi Farmasi Kota Banda Aceh 18,68% dan penyakit terbesar dan ketepatan perencanaan.
Kabupaten Aceh Besar 17,14%. (Ubit et al., Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2009) Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit persentase kesesuaian dengan 10 penyakit
Muhammadiyah Gresik, hasil pada jumlah item terbesar di RSUD Kelas C Kabupaten
obat yang direncanakan dengan item obat yang Banyuwangi adalah 100 %, ini berarti dari 10
digunakan sebesar 102,91%. (Madania et al., pola penyakit terbesar yang ada di RSUD Kelas
2009) Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi C Kabupaten Banyuwangi ketersediaan obatnya
RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi saat ini 100 % terpenuhi. Tetapi dari sisi ketepatan
mengalami beberapa masalah yaitu belum perencanaan di RSUD Kelas C Kabupaten
adanya perencanaan obat yang tetap, masih Banyuwangi nilainya 70,43% dengan standar
adanya kekosongan obat pada waktu tertentu deviasi 65,19%. Hal ini bisa terjadi karena
dan juga kelebihan stok obat. Berdasarkan adanya layanan kesehatan baru yang
permasalahan yang berkaitan dengan membutuhkan obat baru yang belum ada
perencanaan seperti diatas maka dirumuskan perencanaannya dan adanya pola peresepan
masalah bagaimana efisiensi pengelolaan obat dokter yang berubah. Dalam penelitian
tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSUD sebelumnya disampaikan bahwa user atau
Kelas C Kabupaten Banyuwangi?. Tujuan dokter yang membuat resep obat diluar dari
penelitian ini untuk mengetahui efisiensi daftar yang ada dalam formularium rumah sakit
pengelolaan obat tahap perencanaan di mengakibatkan pengadaan obat dan barang
Instalasi Farmasi RSUD Kelas C Kabupaten farmasi tidak dapat direncanakan dan diadakan
Banyuwangi sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. (Suciati
et al., 2006) Maka diperlukan perhitungan safety
METODE stock obat dan menentukan lead time dalam
Rancangan penelitian termasuk perhitungan usulan perencanaan obat sehingga
penelitian deskriptif, pengumpulan data bisa didapatkan perhitungan perencanaan obat
kuantitatif diambil secara retrospektif untuk yang lebih akurat. (Rosmania, 2015) Rencana
menganalisis efisiensi pengelolaan obat tahap Kebutuhan Obat juga dibuat hanya berdasarkan

78 MF Vol 17 No 1, 2021
Analisis Perencanaan Obat di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi

Tabel II. Kesesuaian item dan jumlah obat yang diminta dengan perencanaan
Nilai RSUD Kelas C Kab
Tahapan Indikator
Standar Banyuwangi
Perencanaan % kesesuaian item permintaan 100 % 121,5 %
Rata rata persentase jumlah yang diminta 100 %
dengan perencanaan±SD 270,77%±1027.29%

metode konsumsi tahun yang lalu tanpa rujukan berjenjang sehingga obat yang harus
memperhatikan faktor yang lain. Seharusnya disediakan juga meningkat, adanya layanan
perencanaan obat di puskesmas atau pelayanan kesehatan baru (pelayanan hemodialisa) yang
kesehatan lainnya mempertimbangkan sebelumnya tidak ada dan belum dilakukan
standarisasi obat atau formularium, anggaran, perencanaan terkait kebutuhan obatnya. Proses
pemakaian periode sebelumnya, stok akhir, pemesanan obat yang dilakukan di RSUD Kelas
kapasitas gudang, lead time, stok pengaman dan C Kabupaten Banyuwangi dengan mendasarkan
jumlah kunjungan dan pola penyakit. pada jumlah persediaan obat digudang yang
(Purwaningsih et al., 2019) hampir habis tanpa memperhitungkan
Analisis tahap permintaan dan komponen biaya yang akan mempengaruhi total
penerimaan dilakukan dengan menggunakan biaya persediaan, juga proses pembayaran
indikator kesesuaian item permintaan dengan faktur pembelian yang tidak memiliki periode
perencanaan. Hasil penelitiannya ditunjukkan yang tetap yang bisa berdampak terjadinya
pada tabel II. overdue sehingga distributor akan menolak
Hasil penelitian persentase kesesuaian pesanan, ketika distributor membuka peluang
item permintaan di RSUD kelas C Kabupaten bisa repeat order rumah sakit akan melakukan
Banyuwangi adalah 121,5%. Nilai ini bisa pemesanan yang jumlahnya berlebih.
disebabkan karena adanya item obat yang tidak Dalam penelitian sebelumnya, rumah
direncanakan tetapi dipesan pada tahun 2018, sakit AMC belum melakukan penetapan
sehingga terjadi penyimpangan perencanaan. prioritas penanganan terhadap obat-obat yang
Idealnya nilai persentase penyimpangan ada di instalasi farmasi dan penentuan jumlah
perencanaan sebesar 0%. (Kemenkes, 2010) cadangan pengaman yang harus disediakan
dari penelitian sebelumnya disampaikan bahwa pada lead time yang telah ditentukan supplier.
ketidaktepatan perencanaan diakibatkan oleh Ketidakmampuan merencanakan dengan baik
proses peresepan oleh dokter selalu berubah- persediaan ini membuat rumah sakit mengalami
ubah, pola penyakit yang berubah-ubah, serta terjadinya persediaan yang berlebih (over stock)
adanya ketidaksesuaian proses perencanaan sehingga berpengaruh terhadap total biaya
obat. Dari hasil penelitian sebelumnya, menurut persediaan obat. Kelebihan obat tersebut
hasil wawancara dengan pegawai Instalasi dikarenakan jumlah permintaan dan persediaan
Farmasi RSUD Kabupaten Muna, penyimpangan yang tidak seimbang akibat dari kurang
ini tidak begitu mempengaruhi proses tepatnya dalam penentuan jumlah persediaan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan
kefarmasian. Adanya kesenjangan rencana dan rumah sakit cukup besar. Untuk mengatasi
realisasi obat yang terpakai mengurangi permasalahan tersebut, rumah sakit AMC perlu
kelancaran pelayanan kesehatan di Rumah melakukan pengendalian persediaan. Tujuan
Sakit. (Ihsan et al., 2015) Jika dibandingkan dari pengendalian persediaan tersebut untuk
dengan indikator maka di RSUD Kelas C menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat
Kabupaten Banyuwangi belum efisien. Terkait optimal agar produksi dapat berjalan dengan
kesesuaian jumlah yang diminta dengan yang lancar dengan biaya persediaan yang minimal.
direncanakan hasil penelitiannya 270% dengan (Verawaty et al., 2015) Dalam penelitian lainnya
standar deviasi yang sangat besar yaitu 1027,29 disampaikan bahwa pelaksanaan permintaan
%. untuk RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi. atau pemesanan obat yang menggunakan
Nilai ini sangat jauh dari nilai standar 100%, hal e - purchasing yang mengalami beberapa
ini terjadi karena peningkatan kunjungan pasien kendala juga berpengaruh pada masalah
terutama JKN karena aturan BPJS tentang ketersediaan obat. (Kusmini et al., 2016)

MF Vol 17 No 1, 2021 79
Ida Rosita Musyarofah NS, et al

Tabel III. Kesesuaian item dan jumlah obat yang diminta dengan yang diterima
Nilai RSUD Kelas C Kab
Tahapan Indikator
Standar Banyuwangi
Perencanaan % kesesuaian item yang diminta dan 100 % 100 %
diterima
% kesesuaian jumlah yang diminta dan 100 % 100 %
diterima

Aspek perencanaan di RSUD Kelas C antara rumah sakit dengan penyedia obat
Kabupaten Banyuwangi memang harus dikaji sangat dibutuhkan agar tercapai tujuan
ulang, tidak hanya menggunakan metode perencanaan obat yaitu mendapatkan jenis dan
konsumsi saja tetapi mengkombinasi dengan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan,
metode epidemiologi, mempertimbangkan menghindari kekosongan obat, meningkatkan
anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, penggunaan obat secara rasional dan
sisa persediaan, data pemakaian periode yang meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
lalu, waktu tunggu pemesanan dan rencana (Satibi, 2014)
pengembangan. (Kemenkes, 2016) Harus
ditekankan pengendalian persediaan dengan KESIMPULAN
analisa ABC. Berdasarkan analisa ABC, maka Dari hasil penelitian yang dilakukan di
aktivitas pengadaan persediaan obat dapat RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi diperoleh
dikendalikan dengan menentukan pesanan, kesimpulan bahwa pada tahap perencanaan
yaitu A dipesan harus hati hati, lebih sering dan dikaitkan dengan indikator kesesuaian dengan
jumlah yang lebih sedikit untuk meminimalkan 10 penyakit terbesar dan kesesuaian
biaya pengadaan, persediaan pengaman yang penerimaan sudah efisien, dikaitkan dengan
rendah. Item B dikendalikan dengan frekuensi indikator ketepatan perencanaan dan
dan jumlah pengadaan yang optimal dan item C kesesuaian item dan jumlah permintaan di
usaha pengendaliannya minimum. (Satibi, RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi belum
2014) Persediaan yang efektif harus dapat efisien.
menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa
yang akan menjadi prioritas untuk UCAPAN TERIMA KASIH
dikendalikan, berapa banyak yang harus Disampaikan ucapan terimakasih kepada
dipesan dan kapan seharusnya dilakukan PPSDMK atas bantuan dana yang telah diberikan
pemesanan kembali. Dengan demikian untuk penelitian ini.
kekosongan obat dapat dihindari apabila
dilakukan koordinasi yang baik dan tepat antar DAFTAR PUSTAKA
faskes pada bagian perencanaan/penentuan Ulfah M, Wiedyaningsih C, Endarti D. Evaluasi
kebutuhan obat publik yang dituangkan dalam Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan
RKO sehingga industri farmasi dapat membuat dan Pengadaan di RSUD Muntilan
perencanaan produksi yang akurat dan Kabupaten Magelang Tahun 2015-
menghasilkan obat publik yang tepat jumlah, 2016.Jmpf.2018;8(1):24-31.
tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan. Mendrofa DE, Suryawati C. Analisis Pengelolaan
(Kemenkes, 2010) Obat Pasien BPJS di Instalasi Farmasi
Hasil penelitian tahap perencanaan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
dengan indikator kesesuaian item dan jumlah Semarang. J Manaj Kesehat Indones.
yang diminta dengan yang diterima disajikan 2016;4(3).
dalam tabel III. Ubit TMU. Analisis pengelolaan obat pada era
Persentase kesesuaian item dan jumlah JKN di Instalasi Farmasi Kota Banda
permintaan dengan yang diterima di RSUD Aceh dan Instalasi Farmasi Kabupaten
Kelas C Kabupaten Banyuwangi nilainya 100%. Aceh Besar tahun 2008,. 2009.
Ini berarti sudah efisien karena pihak Madania, Hamik L. Analisis Pengelolaan Obat di
distributor sudah berupaya memenuhi Instalasi Farmasi Ruma Sakit
permintaan rumah sakit. Koordinasi yang baik Muhammadiyah Gresik Tahun 2008.

80 MF Vol 17 No 1, 2021
Analisis Perencanaan Obat di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi

2009. Continous Perencanaan Persediaan


Satibi S, Rifqi Rokhman M, Aditama H. Obat dengan Review(s,S) system pada
Developing consensus indicators to Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
assess pharmacy service quality at AMC. e-Proceeding Eng. 2015;2(1):966.
primary health centres in Yogyakarta, Kusmini K, Satibi S, Suryawati S. Evaluasi
Indonesia. Malaysian J Med Sci. Pelaksanaan E-Purchasing Obat Pada
2019;26(4):110-121. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Di
Suciati S, Adisasmito W. Analisis Perencanaan Jawa Tengah Tahun 2015. J Manaj DAN
Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis Di PELAYANAN Farm (Journal Manag
Instalai Farmasi. J Manaj Pelayanan Pharm Pract. 2016;6(4):277.
Kesehat. 2006;9. Kemenkes P no 72 tahun 2016. Standar
Rosmania F. Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.;
Dasar Pengendalian Safety Stock pada 2016.
Stagnant dan Stock Out Obat. J Adm Satibi. Manajemen Obat Di Rumah Sakit.; 2014.
Kesehat Indones. 2015;3 no 1:1-10. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Tahun
Purwaningsih E dan S. Alternatif kebijakan 2010 Tentang Kewajiban Menggunakan
Perencanaan Kebutuhan Obat Dengan Obat Generik Di Fasilitas Kesehatan
Menggunakan Metode Arima Box- Pemerintah. Indonesia.; 2010.
Jenkins untuk Mengatasi Kelbihan Stok. J Rachmawati, E., 2018. 'Evaluasi Peran Tenaga
Kebijak Kesehat Indones. 2019;8:10-17. Kefarmasian Dalam Pelayanan dan
Kemenkes. Materi Pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat, BMHP dan Alkes
Kefarmasian d Instalasi Farmasi Program PONED di Puskesmas Kota
Kabupaten / Kota.; 2010. Semarang', Tesis, . Universitas Gadjah
Ihsan S, Amir SA, Sahid M. Evaluasi Pengelolaan Mada, Yogyakarta.
Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rahma, A., Arso, S.P., dan Suparwati, A., 2015.
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan
2014. Pharmauho Maj Farm Sains, dan Primer Puskesmas Sebagai Gatekeeper
Kesehat. 2015;1(2):23-28. Dalam Program JKN (Studi Di Puskesmas
Verawaty DM, Damayanti DD, Santoso B. Juwana Kabupaten Pati). Jurnal
Menggunakan Metode Probabilistik Kesehatan Masyarakat, 3: 11.

MF Vol 17 No 1, 2021 81

Anda mungkin juga menyukai