Anda di halaman 1dari 4

REVIEW DISKUSI

MATA KULIAH COMPOUNDING DAN DISPENSING

Kelas A
Kelompok 9
Disusun Oleh:
Avilla Tan Brylianto 2017001161
Donna Fransiska L.F 2017001171
Ariep Aulia Rakhim 2017001230
Disa Akmarina 2017001240

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
1. Pertanyaan dari : Benny (2017001163 - Kelompok 1)
Pertanyaan : Sebagai orang awam, banyak yang masih tidak mengetahui apakah pilek
dan influenza itu sama. Sebenarnya, apakah perbedaan antara pilek dan
influenza?
Dijawab oleh : Avilla Tan Brylianto (2017001161 - Kelompok 9)
Jawaban :
Pilek (atau dikenal juga dengan sebutan selesma) berbeda dengan influenza (atau sering
disebut dengan flu). Perbedaan antara pilek dan influenza dapat dilihat pada tabel berikut:
Perbedaan Pilek Influenza
Penyebab penyakit Biasanya disebabkan oleh Disebabkan oleh Virus
alergi Influenza tipe A, B atau C
Gejala yang dialami:
Demam Tidak ada / tidak tinggi Sering dan tinggi (38 – 40oC)
Nyeri kepala Tidak ada / ringan Hampir selalu ada
Nyeri otot dan persendian Ringan jika ada Sering terjadi, berat
Lesu, lemah Ringan jika ada Sering terjadi, berat
Bersin Sering Kadang-kadang
Lama penyakit Kurang dari 3 hari Sampai 7 hari
Pengobatan Dekongestan dan anti- Antivirus dan pengobatan
inflamasi simptomatik

2. Pertanyaan dari : Eka Anugrah O (2017001242 - Kelompok 1)


Pertanyaan : Pada resep tidak terdapat peresepan obat tetes hidung. Jika pasien
diresepkan obat tetes hidung, apa yang perlu dijelaskan kepada pasien?
serta apa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat tetes hidung?
Dijawab oleh : Disa Akmarina (2017001240 - Kelompok 9)
Jawaban :
a. Jika pasien diresepkan obat tetes hidung, maka apoteker harus menjelaskan bagaimana
penggunaan obat tetes hidung. Pemakaian obat tetes hidung sebagai berikut;
 Hidung dibersihkan terlebih dahulu
 Jika dalam posisi duduk atau berdiri, kepala ditengadahkan atau dapat dengan
berbaring saja
 Cuci tangan terlebih dahulu, kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan
selama beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung

 Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha

 Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan
tissue bersih.

b. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat tetes hidung yaitu;


 Hindari dosis melebihi yang dianjurkan
 Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung, dosis tepat dan masuknya ke lubang hidung
harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan
 Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari
 Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat yang
tertelan
 Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai.

c. Contoh obat tetes hidung yaitu oksimetazolin

3. Pertanyaan dari : Endah Asa A (2017001173 - Kelompok 1)


Pertanyaan : Pada pasien yang terinfeksi influenza, apakah ada yang menggunakan
terapi antibiotik sebagai salah satu regimen pengobatannya?
Dijawab oleh : Donna Fransiska L.F (2017001171 - Kelompok 9)
Jawaban :
Ada beberapa pasien yang terinfeksi influenza juga menggunakan antibiotik bila, pasien
mengalami infeksi lain yang diakibatkan oleh bakteri seperti pasien yang terkena influenza
juga terkena pneumonia. Antibiotik yang digunakan pada penderita influenza disertai infeksi
bakteri adalah antibiotik terapeutik, tidak digunakan untuk profilaksi dengan regimen
pengobatan sesuai dengan tatalaksana atau evidence based infeksi bakteri yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat atau inslasi kesehatan. Sebagai contoh antibiotik yang digunakan adalah
antibiotik golongan beta laktam, sefalosporin generasi III, aminoglikosida atau fluorokuinolon
respirasi.

4. Pertanyaan dari : Christina Dwi A (2017001232 - Kelompok 1)


Pertanyaan : Bagaimana cara untuk mengetahui jenis virus yg menginfeksi penderita
influenza?
Dijawab oleh : Ariep Aulia R (2017001230 - Kelompok 9)
Jawaban :
Isolasi Virus
a. Virus dapat diisolasi dari spesimen usap rongga hidung, tenggorok, bilasan rongga hidung,
maupun sputum. Sampel ditempatkan pada wadah tertutup dengan medium transpor virus
dan segera dikirim ke laboratorium rujukan. Spesimen kemudian diinokulasi pada biakan
sel ginjal hewan tertentu untuk melihat efek sitopatik/hemadsorpsi. Dari efek tersebut akan
didapat hasil spesifik untuk menentukan jenis virus yang menginfeksi pasien.
b. 90% kultur menunjukkan hasil positif setelah 3 hari sejak inokulasi, atau maksimal 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai