Anda di halaman 1dari 12

LBM 4 HERBAL SGD 7

STEP 1

 Efek sitotoksik: sitotoksik menentukan bahan yg bahaya terhadap sel secara


biologis. Efek itu hasil. Maka efek yg bisa menyebabkan bahaya untuk sel
 Cell cyrcle arrest: menghambat apoptosis dari sel. Menghambat siklus sel pada fase
G1

STEP 2
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari invito dan in vivo? Beserta contohnya
2. Apa perbedaan dari invitro dan invivo?
3. Apa saja macam-macam metode penelitian invitro dan invivo?
4. Bagaimana prosedur pengujian invitro dan invivo?
5. Apa saja metode penelitian lain selain invitro dan invivo?
6. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode parameter yg akan diukur serta
analisisnya?
7. Bagaimana cara merancang desain penelitian?
8. Apa tujuan penelitian farmakologi?

STEP 3
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari invito dan in vivo? Beserta contohnya
Invivo
Kekurangan:
 kebutuhan sampel lebih banyak
 Mahal dan lama
 Tdk bisa untuk meneliti farmakokinetik
Kelebihan:
 Bisa meneliti keseluruhan
 Lingkungan terkendali
Contoh: efek antihipertensi, antiemetik, antidiabetik

In vitro
Kekurangan:
 Banyaak percobaan biologis diluar sel
 Dilakukan diluar organisme atau sel, karena kondisi pengujian tdk sesuai
seperti didlam organisme menyebakan hasil tidak sesuai sehingga hasil
invitro berbanding terbalik dengan invivo
 Hanya bisa melakukan 1 penelitian
 Hanya bisa untuk liat farmakodinamk
Kelebihan:
 Lebih fokus pada organ
 Lebih murah
 Kondisi bisa dikontrol dan dimodifikasi
 Sampel sedikit
 Lbh cocok mengamati efek keseluruhan dr subjek hidup
 Contoh: mengecek antifungi, antikanker, anti malaria

2. Apa perbedaan dari invitro dan invivo?


Invivo:
 Penggunaan model organisme seperti mencit, tikus, kera. Disuntikin langsung
ke tubuh (dalam hidup)
 Pengamatan total
 Menyakiti organisme
 Bisa diakukan pd spesies tertentu: rodent dan non rodent
In vitro:
 Percobaan kultur sel dalam cawan petri, atau dalam tabung reaksi. Di dalam
lab tapi terkontrol
 Pengamatan hanya parsial
 Tdk menyakiti organisme
 Dilakukan pd mikroorganisme. Tujuan untuk menjelaskan pengaruh veriabel
eksperimental, subset dari pokok organisme, hal ini cenderung untuk
memfokuskan pd organ, jaringan, protein atau komponen bomolekul
 Tingkat penyederhanaan sistem lbh besar sehngga peneliti bs lbh fokus pd
komponen
 Contoh: antibody
3. Apa saja macam-macam metode penelitian invitro dan invivo?
Metode eksperimental dibagi 3:
1. pre eksperimental design (blm melakukan sungguh2 percobaan karena ad
variabel luar yg berpengaruh,
macamnya
o one shot case study: satu kelompok diberi treatmen lalu di observasi
o one group prepost design: PREPOST
o intak group comparisen: satu kelompok untuk 2 penelitian, setengah
untuk perlakuan setengah untuk control)
2. true experimental: peneliti harus control semua dr luar
macam
– postest only control group design: random satu kelompok beri perlakuan yg
lain tidak
- prepost control group design: randomisasi pretest  ada beda atau tdk
- the solomon four group design: dibagi 4 kelompok 2 pretest 2 tidak
masing2 kelompok diambil 1 kelompok untuk diberi perlakuan  posttest
3. kuasi eksperimental: pengembangan true experimental
jenis:
- time series: tdk randompretest 4x lihat hasil apakah beda2 labil 
tunggu stabil  beri perlakuan
- non ekuivalent control: mirip prepost design tapi tdk dirandom
- counter balance design: semua kelompok menerima semua perlakuan dalam
urutan beda dan di random
4. factorial design: melibatkan 2 atau lebih variabel bebas
4. Bagaimana tahapan prosedur pengujian invitro dan invivo?
Contoh uji:
Penelitian untuk antifungi
In vitro: pembanding dari ekstrak madu, madu murni, residu. Untuk tau kadar
hambat minimal dan kadarbunuh minimal
In vivo: tikus ditumbuhkan jamur kulitnya lalu diberi ekstrak madu
5. Apa saja metode penelitian lain selain invitro dan invivo?
In situ
o Memasukan obat kedalam tubuh hewan lalu dilihat sistem. Contoh: antidiare
In silico
o Pengamatan berdasarkan ligan dan protein, dilihat ikatan ligan dan proteinnya.
o Lbh dipakai untuk menemukan obat baru
o Biasanya pakai komputer yg telah termodifikasi yg kemampuannya mirip
seperti sel
6. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode parameter yg akan diukur serta
analisisnya?
Sujek uji, invitro:
Sel:
o primer (diambil dari organisme hidup, masih bisa bawa sifat invivo, untuk uji
sitotoksik)
o kontinyu(jenis sel primer yg ditransformasi, lalu ditumbuhkan dimedia kultur,
jenis sel kontinyu tdk bisa pertahankan sifat in vivo)
invivo
mencit: kekurangan susah untuk ambil darahnya
untuk penelitian toksikologi pakai tikus krna berat 500gr mudah dipegang dan
dikendalikan
harus membedakan spesies yg akan digunakan: galur, usia, jenis kelamin(betina:
dara/tdk ,jantan: fertil/tdk)
metode:
o uji toksisitas metode sitotoksik
o metode bst (brain shrimp test)
syarat ideal untuk hewan invivo:
o bb < 1kg
o mudah diambil darah dan cukup banyak
o mudah dipegang dan dikendalikanpemberian materi mudah dgn berbagai
rute
o mudah dikembangbiakan dan dipelihara di lab
o lama hidup singkat
o fisiologi sesuai dengan manusia
o bebas penyakit
o disesuaikan tujuan penelitian. Antidiabetik: sapi/ babi, antiemetik:
merpati bs dirangsang muntah, antipiretik: kelinci krn mudah diukur
suhu, obat fertilitas: galur SD krna anak yg banyak.
Analisis farmakologi: menilai ed 50, toksisitas akur ld 50, di analisis dengan probit,
pd kurva probit vertikal untuk respon, horizontal untuk dosis. Dari hasil semuanya
didapatkan indeks terapi, semakin tinggi maka semakin aman

7. Apa tujuan penelitian farmakologi?


Untuk pembuktian efek dan pengaruh obat, untuk menghindari pemborosan hewan
uji lalu dikembangkan di uji invitro contohnya dari efektifitas enzim, antikanker
menggunakan sel line, uji antimikroba pd pembenihan mikroba. Tujuann juga bisa
melihat hasil positif dan memperkirakan efek pada manusia.

STEP 4
STEP 7
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari invito dan in vivo? Beserta contohnya!

In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
dilakukan mikroorganisme pada tidak hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol,
misalnya di dalam tabung reaksi atau cawan Petri
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel
eksperimental pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung
untuk memfokuskan pada organ , jaringan , sel , komponen sel, protein , dan / atau
biomolekul
tingkat penyederhanaan sistem yang diteliti lebih besar , sehingga peneliti dapat
fokus pada sejumlah komponen. Sebagai contoh , identitas protein dari sistem
kekebalan tubuh ( misalnya antibodi ) , dan mekanisme yang mengenali dan
mengikat antigen asing akan tetap sangat jelas jika tidak untuk penggunaan
ekstensif kerja in vitro untuk mengisolasi protein , mengidentifikasi sel-sel dan gen
yang memproduksi mereka , mempelajari fisik sifat interaksi mereka dengan
antigen , dan mengidentifikasi bagaimana interaksi mereka menyebabkan sinyal
seluler yang mengaktifkan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh
Respon seluler adalah spesies - spesifik , lintas analisis - bermasalah spesies .
Metode baru spesies - sasaran yang sama - , studi multi- organ yang tersedia untuk
memotong hidup , pengujian lintas-spesies

Kelebihan :
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
Dalam penelitian in vitro yang lebih cocok dibandingkan in vivo untuk
menyimpulkan tindakan mekanisme biologis. Dengan variabel yang lebih sedikit
dan perseptual diperkuat menyebabkan reaksi halus, hasil yang umumnya lebih
jelas.
in vitro lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan percobaan pada subjek
hidup

kekurangan :
- Banyak percobaan biologi seluler dilakukan di luar organisme atau sel ; karena
kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme, ini
dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul dalam
organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen tersebut sering dijelaskan dengan
in vitro, bertentangan dengan in vivo.
- Namun, kondisi yang terkendali hadir dalam sistem in vitro berbeda secara
signifikan dari yang in vivo, dan dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Oleh
karena itu, dalam studi in vitro biasanya diikuti oleh studi vivo.
Contohnya termasuk:

- Dalam biokimia, fisiologis stoikiometri konsentrasi non-aktif dapat mengakibatkan


enzim dalam arah terbalik, misalnya beberapa enzim dalam siklus Krebs mungkin
tampak memiliki tata-nama, salah.
- DNA dapat mengadopsi konfigurasi lainnya, seperti A DNA .
- Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein lain
dan ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang
bergerombol dan tidak membantu.

In vivo :

Terletak di dalam tubuh manusia  digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik
sadar atau teranestesi) dalam lingkungan yang terkendali
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas harus
dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan
(mempengaruhi dosis)
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan
perpaduan antara rodent dan non rodent.

kekurangan :
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama

Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang menghasilkan 50%
efek maksimum.

Vignais, Paulette M.; Pierre Vignais (2010). Discovering Life, Manufacturing Life:
How the experimental method shaped life sciences. Berlin: Springer. ISBN 90-481-
3766-7 .

Jacqueline Nairn; Price, Nicholas C. (2009). Exploring proteins: a student's guide to


experimental skills and methods. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University
Press. ISBN 0-19-920570-1 .

Sunshine, Geoffrey; Coico, Richard (2009). Immunology: a short course. Wiley-


Blackwell. ISBN 0-470-08158-9 .

"Existing Non-animal Alternatives" . Source: AltTox.org . 8 September 2011.

2. Apa perbedaan dari invitro dan invivo?


In vitro In vivo
Di luar tubuh Di dalam tubuh
Cawan petri Hewan coba
Amati parsial Total
Sedikit sample Banyak sample
Tidak menyakiti hewan coba Menyakiti hewan coba
Pada media yang sudah terkontrol Lebih pada manusia
Lebih terjangkau Mahal, lama
Vignais, Paulette M.; Pierre Vignais (2010). Discovering Life, Manufacturing Life:
How the experimental method shaped life sciences. Berlin: Springer. ISBN 90-481-
3766-7 .
3. Apa saja macam-macam metode penelitian invitro dan invivo?
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun
2010, beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-
experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.

1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna
untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian.
Bentuk Pre-
Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :
a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel
independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini
subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul)
karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas
pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true
experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi
cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random.
Desain true experimental terbagi atas :
a. Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang
tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c. The Solomon Four-Group Design.
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara
random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen,
setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.
3. Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini
lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena
pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak
mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian
tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian,
maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini
diantarnya sebagai berikut:
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali
dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak
konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka
baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu
kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol
dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan
terakhir diberikan postes.
c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
4. Factorial Design
• Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-
kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar
menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan
penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam
interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah
efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari
suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut
khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan
untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain
eksperimental variabel tunggal.
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta
4. Bagaimana tahapan prosedur pengujian invitro dan invivo?
5. Apa saja metode penelitian lain selain invitro dan invivo?
6. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode parameter yg akan diukur serta
analisisnya?
Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteria-kriteria sebagai
berikut:
 Berat badan lebih kecil dari 1 kg
 Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
 Mudah dipegang dan dikendalikan
 Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)
 Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
 Lama hidup relative singkat
 Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press)
Prosedur pengujian dapat dibagi menjadi 4 tahapan kegiatan, yaitu pemilihan hewan
uji, pemberian perlakuan, pengamatan dan pelaporan.
1. Pemilihan Hewan Uji.
Paling tidak hal yang harus diperhatikan dalam memilih hewan uji, yaitu :
a. species dan strain hewan yang akan digunakan,
b. usia,
c. jenis kelamin dan
d. jumlahnya.
2. Pemberian Perlakuan.
 Dosis tertinggi sebaiknya lebih kecil dari angka LD-50 dan 2 kelompok dosis
berikutnya ditata dengan interval sama di bawah dosis tertinggi tadi
(misalnya LD-50, 2/3 LD-50, 1/3 LD-50, dan kontrol).
3. Pengamatan.
 Induk hewan coba diamati kondisi kesehatannya setiap hari dan hal-hal
khusus seperti adanya gejala keracunan atau kematian dicatat. Berat badan
ditimbang paling tidak sekali 3 hari.
Cara pemilihan:
Mencit
Bila dibutuhkan hewan coba dalam jumlah banyak, misalnya pada evaluasi terhadap
toksisitas akut dan kemampuan karsinogenik, maka hewan yang paling sesuai untuk
itu adalah mencit. Kekurangannya adalah kesulitan memperoleh darah dalam jumlah
yang cukup untuk rangkaian pemeriksaan hematologi.
Tikus
Tikus tampaknya merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat badannya
dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang, dikendalikan atau dapt
diambil darahnya dalam jumlah yang relative besar.

Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki :


berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm,
kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih
dari 20-23 mm (Depkes 2011).
Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lainnya, yaitu
tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim pada tempat
bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga mempermudah proses pencekokan
perlakuan menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung empedu
(Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus menjadi
bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh. Mekanisme
perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan menutupi
bulunya dengan ludah tersebut (Sirois 2005).
Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang biasa
digunakan sebagai hewan percobaan yaitu (Malole dan Pramono 1989) :
- galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih
panjang dari badannya,
- galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan
- galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam
pada kepala dan tubuh bagian depan.

Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley berjenis kelamin
jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague Dawley dengan jenis kelamin
betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat
mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang
berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian (Kesenja 2005). Tikus putih galur
ini mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan
galur lainnya (Harkness dan Wagner 1983).
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press)
7. Apa tujuan penelitian farmakologi?
Salah satu syarat agar suatu calon obat dapat dipakai dalam praktek kedokteran dan pelayanan
kesehatan formal (fitofarmaka) adalah jika bahan baku tersebut terbukti aman dan memberikan
manfaat klinik. Untuk membuktikan keamanan dan manfaat ini, maka telah dikembangkan
perangkat pengujian secara ilmiah yang mencakup :

1. Uji farmakologi (pembuktian efek atau pengaruh obat),


2. Uji toksikologi (pembuktian syarat keamanan obat secara formal), dan
3. Uji klinik (manfaat pencegahan dan penyembuhan penyakit atau gejala penyakit).
Pengujian bahan obat dimaksud agar obat-obat yang dipakai dalam praktek klinik pada manusia
dapat dipertanggung jawabkan khasiat, manfaat, serta keamanannya secara ilmiah.
Uji Farmakologi
Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan uji untuk calon obat yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi) dan profil farmakokinetik (meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat) calon obat.
Uji ini dilakukan secara invivo dan invitro. Invivo dengan menggunakan hewan coba. Hewan
yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing
atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan
obat.
Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada
manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan
formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada manusia.
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah
dikembangkan pula berbagai uji in vitrountuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas
enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji
antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi
belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro.
Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi
(Editor).1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta

Uji preklinik terhadap tanaman obat untuk mengetahui khasiat obat


Uji untuk mengetahui dan memastikan efek obat yang diinginkan

Efek farmakologi: Interaksi obat dengan tubuh dalam system biologi dan terbagi atas efek
farmakokinetik dan farmakodinamik.
Bagian Farmakologi dan Terapuetik FK UNDIP
Tujuan uji farmokologi
 Menilai keamanan obat, obat tradisional bahan kimia sebagai makanan atau suplemen.
Menilai potensi suatu obat, obat tradisional untuk efektifitas farmakologi tertentu.
 Untuk mengetahui khasiat obat
 untuk mengetahui dan memastikan efek obat
 untuk mengetahui ED50
 untuk mengehamat biaya agar tidak dilakukan uji-uji yang lainnya karena efek obatnya
sudah diketahui
 Penapisan efek farmakologik fitofarmaka ditujukan untuk melihat adanya kerja
farmakologik pada system biologic yang dapat merupakan petunjuk terhadap adanya
khasiat terapetik.
 Menghindari pemborosan dalam tahap uji lebih lanjut.
 Mengetahui hasil positif yang dapat digunakan untuk perkiraan kemungkinan efek pada
manusia.
Fitofarmaka dan Pedoman Fitofarmaka
Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh
informasi tentang efikasi (efek farmakologi) dan profil farmakokinetik (meliputi absorpsi,
distribusi, metabolisme dan eliminasi obat) calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah
galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji
menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat.
Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada
manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan
formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada manusia.
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah
dikembangkan pula berbagai uji in vitrountuk menentukan khasiat obat contohnya uji
aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan
mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada
hewan tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro.
a) Uji Farmakodinamika

Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek farmakologik seperti yang
diharapkan atau tidak, titik tangkap, dan mekanisme kerjanya. Dapat dilakukan secara in
vivo dan in vitro.

b) Uji Farmakokinetik

- Untuk mengetahui ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Eliminasi)


- Merancang dosis dan aturan pakai.
Jenis – jenis uji farmakologi :
 Uji farmakokinetik : Untuk mengetahui Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan
Ekskresi Obat di tubuh .
 Uji farmakodinamik : Untuk mengetahui mekanisme kerja OT dalam menimbulkan
efek, titik tangkap dan mekanisme kerja obat atau bahan obat sesuai atau tidak. Dapat
dilakukan secara in vitro dan in vivo.

Anda mungkin juga menyukai

  • MenghadapiHidup
    MenghadapiHidup
    Dokumen3 halaman
    MenghadapiHidup
    Dewi Alwi
    Belum ada peringkat
  • Refkas Heg
    Refkas Heg
    Dokumen17 halaman
    Refkas Heg
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    Dokumen6 halaman
    Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    hanif
    Belum ada peringkat
  • Joko LI LBM 5 SKN
    Joko LI LBM 5 SKN
    Dokumen12 halaman
    Joko LI LBM 5 SKN
    nanda
    Belum ada peringkat
  • SDQ
    SDQ
    Dokumen14 halaman
    SDQ
    Devy Yahya
    Belum ada peringkat
  • Ca Chusna
    Ca Chusna
    Dokumen29 halaman
    Ca Chusna
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Analisa
    Analisa
    Dokumen2 halaman
    Analisa
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • MenghadapiHidup
    MenghadapiHidup
    Dokumen3 halaman
    MenghadapiHidup
    Dewi Alwi
    Belum ada peringkat
  • Analisa Sistem Pneumonia
    Analisa Sistem Pneumonia
    Dokumen2 halaman
    Analisa Sistem Pneumonia
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen4 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Nisrina Imtiyaza
    Belum ada peringkat
  • Bab I Askep Turp Presentasi
    Bab I Askep Turp Presentasi
    Dokumen10 halaman
    Bab I Askep Turp Presentasi
    Sandy Vj Taneo
    Belum ada peringkat
  • CA Rufaida
    CA Rufaida
    Dokumen44 halaman
    CA Rufaida
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Jamu
    Jamu
    Dokumen31 halaman
    Jamu
    L Aulia Risma
    Belum ada peringkat
  • CA Azif
    CA Azif
    Dokumen1 halaman
    CA Azif
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Carl
    Carl
    Dokumen1 halaman
    Carl
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Skill
    Skill
    Dokumen1 halaman
    Skill
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen17 halaman
    Jurnal
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Acne
    Acne
    Dokumen6 halaman
    Acne
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Chole
    Chole
    Dokumen33 halaman
    Chole
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen16 halaman
    Jurnal
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen4 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Nisrina Imtiyaza
    Belum ada peringkat
  • LBM 6 SKN
    LBM 6 SKN
    Dokumen10 halaman
    LBM 6 SKN
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    Dokumen6 halaman
    Ayo Kita Ciptakan Kawasan Bebas Rokok
    hanif
    Belum ada peringkat
  • SGD 3 SKN
    SGD 3 SKN
    Dokumen5 halaman
    SGD 3 SKN
    tralalili
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen4 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Nisrina Imtiyaza
    Belum ada peringkat
  • Niken Parain
    Niken Parain
    Dokumen13 halaman
    Niken Parain
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 SGD 13
    LBM 2 SGD 13
    Dokumen4 halaman
    LBM 2 SGD 13
    Nisrina Imtiyaza
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 SGD 16
    Bab 5 SGD 16
    Dokumen2 halaman
    Bab 5 SGD 16
    AdhiSwasono
    Belum ada peringkat
  • Fadhila LBM 3 Herbal
    Fadhila LBM 3 Herbal
    Dokumen13 halaman
    Fadhila LBM 3 Herbal
    Yunitia Anjani
    Belum ada peringkat