Anda di halaman 1dari 16

i

MAKALAH

REKAYASA PANTAI DAN PESISIR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. ULFA DIAN SAFITRI NPM. 13510076


2. IQBAL MARDIANSYAH NPM. 13510020
3. SEPTIAN PURNA IRAWAN NPM. 13510030
4. IRAWAN NPM. 13510060
5. HADI PRASETYO NPM. 13510049

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kami

percaya berkat kuasa dan anuhgerah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas perkuliahan dari mata kuliah pilihan Rekayasa Pantai dan Pesisir dalam

bentuk karya tulis seperti ini. Dan terimakasih berlimpah kepada semua aspek yang

telah mendukung dengan caranya masing-masing untuk kesuksesan dari

penyusunan karya tulis ini.

Pada dasarnya karya tulis ini dibuat sebagai konsep awal dalam perbekalan

ilmu untuk mahasiswa terhadap mata kuliah pilihan Rekayasa Pantai dan Pesisir

pada semester VIII ini. selain itu makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dan

setidaknya memberi sedikit bayangan mengenai materi kuliah yang diangkat dalam

makalah ini.

Pada kesempatan ini kami sadari bahwa makalah ini jauh dari

kesempurnaan dan harapan pembaca Nan budiman, untuk itu saran dan dan kritik

demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca

pada umumya.

Metro, 4 Mei 2018

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Muara Sungai ................................................................................................ 3

2.2 Morfologi Muara Sungai ............................................................................... 4

2.3 Pengelolaan Muara Sungai ........................................................................... 6

2.4 Alternatif pengelolaan muara sungai ............................................................ 6

2.5 Strategi Pengelolaan Sungai ......................................................................... 7

2.6 Dampak Lingkungan .................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
4

4
1

BAB I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 buah pulau.

Wilayah pesisir dan luas laut mencakup sekitar 3,1 juta km2 dan ZEE 5,8 juta km2.

Dan garis pantai memuat habitat yang sangat bervariasi (81.000 km2), kedua setelah

Kanada.

Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara lautan dan daratan. Wilayah ini

sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia. Pemanfaatan dan

pengelolaan wilayah pesisir yang baik menjadikan wilayah pesisir sebagai salah

satu komoditi Indonesia (devisa). Maka dari itu, dalam hal ini tentu diperhatikan

pula faktor – faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir, seperti :

sedimentasi, kegiatan manusia, pencemaran di perairan laut, dan over eksploitasi

SDA.

Sungai adalah salah suatu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai

(DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk

secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir.

Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil

menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian

menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama.

Di Indonesia, keberadaan sungai sangat mudah dijumpai di berbagai tempat

meski kelas dari sungai itu tidak sama tapi keberadaannya bukan menjadi objek

yang asing. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki sejarah yang dekat dengan
2

sungai. Pada masa lalu setiap aktifitas manusia dilakukan di sungai, namun seiring

perkembangan pemikiran manusia, fungsi sungai tidak lagi dimanfaatkan untuk

membantu kehidupan sehari hari manusia. Meski demikian,di sebagian wilayah

tertentu, sungai masih menjadi objek penting untuk beraktifitas, mulai dari

mencuci, mandi,hingga untuk mendukung aktifitas memasak mereka.

Namun,fenomena ini sudah sangat sulit dijumpai kecuali yang masih tinggal di

kawasan pedalaman.

Sungai menjadi salah satu sumber air, sehingga perannya sangat penting bagi

kehidupan masyarakat. Beberapa manfaat sungai bagi kehidupan kita diantaranya

sumber air rumah tangga, sumber air industri, irigasi, perikanan, transportasi,

rekreasi, sumber bahan bangunan (pasir dan batu) dan masih banyak lagi manfaat

sungai bagi kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana morfologi muara sungai ?

2. Bagaimana pengelolaan muara sungai dan strateginya?

3. Dampak lingkungan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mempelajari kawasan muara sungai

ini untuk mengetahui secara rinci tentang muara sungai. Sebagai bahan referensi

tentang studi kasus morfologi muara sungai, pengelolaan muara sungai, strategi

pengelolaan muara sungai dan dampak lingkungan.


3

BAB II

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Muara Sungai

Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut.

Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran/ pembuangan debit sungai ke laut,

terutama pada waktu banjir. Mulut sungai adalah bagian paling hilir yang langsung

bertemu dengan laut. Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang

berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat

bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967). Kombinasi pengaruh air laut dan air

tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi

lingkungan yang bervariasi, antara lain; tempat bertemunya arus sungai dengan arus

pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada

sedimentasi, pencampuran air, dan membawa pengaruh besar pada biotanya.

Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika

lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.

perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas

mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang surut air laut,

banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain.

Sirkulasi Aliran di Estuari Sirkulasi aliran di estuari dipengaruhi oleh sifat-sifat

morfologi estuari, pasang surut dan debit aliran dari hulu (debit sungai). Sirkulasi

tersebut meliputi penjalaran gelombang pasang surut, pencampuran (mixing) antara

air tawar dan air asin, gerak sedimen, polutan (biologis, kimiawi, dan fisis), dsb.

Pengaruh debit aliran lebih dominan di bagian hulu estuari daripada sebelah hilir.
4

Saat banjir debit sungai mendorong polutan ke laut sehingga batas intrusi air

asin dan kekeruhan terdorong lebih ke hilir, sedang pada debit kecil polutan

bergerak lebih ke hulu. Arus pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan

kekeruhan di sepanjang estuari. Pada saat titik balik (slack), dimana kecepatan

aliran kecil, sebagian besar sedimen mengendap. Saat setengah periode air surut

dan air pasang, dimana kecepatan aliran besar, sedimen yang tadinya mengendap

akan tererosi kembali.

2.2 Morfologi Muara Sungai

Morfologi muara sungai dibedakan dalam 3 kelompok yang tergantung pada

faktor dominan yang mempengaruhinya:

1. Muara yang didominasi gelombang laut.

Gelombang besar yang terjadi pada pantai berpasir dapat menimbulkan

angkutan (transpor) sedimen (pasir), baik dalam arah tegak lurus maupun

sejajar/sepanjang pantai. Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua

komponen yaitu transpor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai

dan transportasi sepanjang pantai di surf zone.

Gambar 2.1 Muara yang didominasi gelombang laut


5

2. Muara yang didominasi debit sungai.

Muara ini terjadi pada sungai dengan debit sepanjang tahun cukup besar

yang bermuara di laut dengan gelombang relatif kecil. Sungai tersebut

membawa angkutan sedimen dari hulu cukup besar. Saat air surut sedimen

terdorong ke muara dan menyebar di laut, sebagian suspensi mengendap.

Saat air pasang, kecepatan aliran bertambah besar dan sebagian suspensi

dari laut masuk kembali ke sungai bertemu sedimen yang berasal dari hulu.

Di alur sungai, saat surut sebagian sedimen yang telah diendapkan tererosi

kembali. Namun di depan muara, aliran kecil sehingga tidak mampu

mengerosi semua sedimen yang telah diendapkan, sehingga terjadi

pengendapan di depan mulut sungai. Proses tersebut terjadi terus menerus

sehingga muara sungai akan maju ke arah laut dan membentuk delta

Gambar 2.2 Muara yang didominasi debit sungai

3. Muara yang didominasi pasang surut.

Saat tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang yang masuk ke

sungai sangat besar dan berakumulasi dengan air hulu sungai. Pada saat

surut, volume air mengalir keluar dalam periode waktu tertentu. sehingga

kecepatan arus selama air surut dapat membentuk muara sungai. Muara ini

berbentuk corong atau lonceng.


6

Gambar 2.3 Muara yang didominasi pasang surut

2.3 Pengelolaan Muara Sungai

Pendangkalan mulut sungai banyak terjadi di sungai yang bermuara di pantai

berpasir dengan gelombang besar, terutama jika variasi debit musimannya

besar. Masalah akibat pendangkalan:

a. Ketidaklancaran pembuangan debit banjir ke laut sehingga terjadi

luapan air di daerah hulu.

b. Terganggunya kapal-kapal yang memanfaatkan mulut sungai sebagai

pelayaran.

2.4 Alternatif pengelolaan muara sungai

1. Mulut sungai selalu terbuka

Agar mulut sungai selalu terbuka diperlukan dua buah jetty panjang untuk

menghindari sedimentasi di dalam alur dan pembentukan sand bar. Jetty

dibuat panjang menjorok ke laut sampai ujungnya berada pada kedalaman

(diluar gelombang pecah) dimana tidak terjadi gerak sedimen.

2. Mulut sungai boleh tertutup

Pada alternatif ini terdapat dua pilihan yaitu mulut sungai tetap (tidak

berbelok) atau boleh berpindah.


7

Gambar 2.4 Pengelolaan muara sungai

2.5 Strategi Pengelolaan Muara Sungai

Pembelokan muara sungai dapat menyebabkan sungai bertambah panjang

sehingga dapat mengurangi kemampuannya untuk melewatkan debit. Selain itu

dapat mengerosi daerah yang berada pada alur sungai yang berbelok tersebut.

Untuk menahan pembelokan muara sungai perlu dibuat jetty sedang atau pendek,

bangunan di tebing mulut sungai, atau pengerukan rutin endapan menggunakan

alat berat.

Gambar 2.5 Strategi pengelolaan sungai


8

2.6 Dampak Lingkungan

a. Pengaruh pembangunan jetty terhadap pantai sekitar Di pantai pesisir

pembuatan jetty yang menjorok jauh ke laut menyebabkan terhalangnya

transpor sedimen sepanjang pantai. Akibatnya sedimen yang bergerak

terhalang oleh jetty sehingga pengendapan akan terjadi di daerah tersebut.

Di daerah yang lain gelombang yang datang membentuk sudut terhadap

garis pantai menyebabkan terjadinya arus sepanjang pantai dengan

mengangkut sedimen. Akibatnya pantai mengalami erosi. Untuk

melindungi pantai tersebut dapat dibangun revetmen, groin, pemecah

gelombang sejajar pantai.

Gambar 2.6 Pangaruh pembangunan jetty

b. Pengaruh pembangunan jetty terhadap sungai bagian hulu Setelah dibangun

jetty, mulut sungai bebas endapan sehingga aliran menjadi lancar.

Kedalaman di sepanjang sungai berkurang dan kecepatan aliran semakin

besar sehingga terjadi degradasi dasar sungai akibat morfologi. Hal tersebut

membahayakan bangunan sepanjang sungai. Dengan demikian perlu

dilakukan antisipasi berupa pembuatan ground sill di dasar sungai untuk

mencegah erosi dasar.


9

Gambar 2.7 Pengaruh pembangunan jetty terhadap hulu

pasang surut dan debit aliran dari hulu (debit sungai). Sirkulasi tersebut

meliputi penjalaran gelombang pasang surut, pencampuran (mixing) antara

air tawar dan air asin, gerak sedimen, polutan (biologis, kimiawi, dan fisis),

dsb. Pengaruh debit aliran lebih dominan di bagian hulu estuari daripada

sebelah hilir. Saat banjir debit sungai mendorong polutan ke laut sehingga

batas intrusi air asin dan kekeruhan terdorong lebih ke hilir, sedang pada

debit kecil polutan bergerak lebih ke hulu. Pasang surut menyebabkan

gerakan periodik air dan menimbulkan debit aliran yang besar. Arus pasang

surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan di sepanjang

estuari. Pada saat titik balik (slack), dimana kecepatan aliran kecil, sebagian

besar sedimen mengendap. Saat setengah periode air surut dan air pasang,

dimana kecepatan aliran besar, sedimen yang tadinya mengendap akan

tererosi kembali.

Apabila debit air tawar besar dibandingkan dengan debit yang

ditimbulkan oleh pasang surut, air tawar dan air asin akan terpisah dengan

air tawar yang mengalir menuju laut berada di atas dan lapisan air asin

mengalir di bawah dengan membentuk sudut. Salinitas di lapisan bawah

sama dengan salinitas air, sedangkan lapis atas merupakan air tawar. Posisi
10

sudut asin dapat berubah, yang bisa bergerak ke hulu pada saat pasang dan

ke hilir pada waktu surut. Sebagian Apabila pasang surut lebih besar,

pencampuran yang lebih baik terjadi antara air asin dan air tawar. Salinitas

bervariasi dalam arah memanjang dan vertikal. Dalam arah memanjang

salinitas berkurang dari mullut sungai, sedang dalam arah vertikal

berkurang dari dasar ke permukaan.


11

BAB III

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sungai menjadi salah satu sumber air, sehingga perannya sangat penting bagi

kehidupan masyarakat. Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang

berhubungan dengan laut. Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran/

pembuangan debit sungai ke laut, terutama pada waktu banjir.

Di wilayah pesisir, muara sungai sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan

seperti aliran air tawar dan sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut,

gelombang, dan masuknya air asin ke darat. Bergantung pada lokasi dan kondisi

lingkungannya, muara dapat mengandung banyak relung ekologis dalam area kecil,

dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman. Muara sungai-sungai

besar dapat membentuk estuaria dan juga delta.

3.2 Saran

1. kita senantiasa harus menjaga kelestarian sungai, agar sungai dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

2. Pentingnya pemeliharaan rutin dan berkala pada sungai untuk mencegah

kerusakan pada sungai.


12

DAFTAR PUSTAKA

http://bejoslam.blogspot.com/2007/12/Pengelolaan-daerah-aliran-sungai.html
Diakses pada tanggal 3 Mei 2018

http://hendri-wd.blogspot.com/2011/07/Morfologi-daerah-Sungai.html Diakses
pada tanggal 3 Mei 2018

http://wahyuancol.wordpress.com/2008/06/06/sedimentasi/ Diunduh pada tanggal


3 Mei 2018

Slamet, Bejo. 2007. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu

Anda mungkin juga menyukai