Anda di halaman 1dari 30

 Jelajah (current)
 Indepth
 Mild Report
 Current Issue

1. Home
2.
3. Kesehatan

Tips Berpuasa bagi Penyandang Diabetes


Ilustrasi diet diabetes. Getty Images/iStockphoto
Oleh: Aditya Widya Putri - 10 Juni 2018

Dibaca Normal 1 menit

Usahakan agar penyandang diabetes selalu mengontrol gula darah.

tirto.id - Puasa bagi orang-orang dengan diabetes memerlukan persiapan khusus, salah satunya memiliki
alat pengukur kadar gula untuk memantau kadar gula secara berkala. Jika kadar gula mengkhawatirkan,
jangan memaksakan puasa, segeralah berbuka.

Tubuh akan mengalami masa berpuasa ketika melewati delapan jam setelah makan terakhir. Saat itu,
mekanisme tubuh mulai menggunakan cadangan sumber glukosa. Lemak akan untuk digunakan sebagai
sumber energi berikutnya. Kondisi ini akan memicu penurunan berat badan dan kontrol glukosa darah,
tekanan darah, dan kadar kolesterol.

Namun, pada orang dengan diabetes, kondisi yang terjadi tak sepraktis itu. Mereka harus menjaga kadar
glukosa lebih ketat. Pada diabetes tipe 1, terdapat risiko kadar glukosa darah terlalu tinggi
(hiperglikemia). Kondisi ini akan menyebabkan penumpukan keton, yakni asam yang dibuat ketika tubuh
mulai menggunakan lemak.
Akibatnya berpotensi meningkatkan komplikasi serius karena tubuh kekurangan insulin dan
memproduksi keton dengan kadar sangat tinggi (ketoacidosis). Kondisi kotoacidosis dapat ditandai
dengan gejala haus berlebihan, mengeluarkan banyak urine, dan kelelahan ekstrim.

“Penderita diabetes harus menyadari gejala ketika merasa tidak nyaman,” kata dr. Sylviana Andinisari,
M.Sc, Kepala Seksi Gangguan Metabolik Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak
Menular Kemenkes, dalam acara “Diabetes dan Ramadan 2018” di Jakarta.

Kondisi lain yang juga membahayakan bagi orang dengan diabetes adalah kadar glukosa darah yang
turun drastis (hipoglikemia). Tekanan gula darah rendah disebabkan puasa jangka lama, makan besar di
malam hari, dan pengurangan aktivitas fisik. Kondisi ini ditandai dengan keringat berlebih, disorientasi,
tremor, limbung, bahkan pingsan.

Hipoglikemia umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 2. Menurut prediksi Kemenkes, hampir 80
persen muslim dengan penyakit diabetes tipe 2 memilih berpuasa selama Ramadan. Namun Sylviana
menyarankan bagi mereka yang merasakan kedua kondisi di atas, hiperglikemia aatau hipoglikemia
untuk segera berbuka.

“Hanya penderita diabetes dengan tingkat kadar gula terkontrol obat dan cenderung stabil yang
diperbolehkan menjalankan puasa,” tegasnya.

Baca juga:

 Waspada Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil


 Kurma sebagai Menu Buka Puasa, Amankah untuk Penderita Diabetes?
Tips Berpuasa

Data dari Federasi Diabetes Internasional (IDF) Atlas 2017 edisi ke-8 menampilkan jumlah penderita
diabetes di Indonesia telah mencapai angka 10,3 juta orang. Jumlah itu diperkirakan meningkat hingga
16,7 juta pada tahun 2045. Perlu penanganan khusus untuk mengelola dan menggunakan insulin guna
meminimalkan risiko penderita diabetes selama berpuasa, mengingat penderitanya berjumlah besar.

“Diabetes merupakan salah satu penyakit yang menyita perhatian pemerintah,” ungkap Sylviana.

Tantangan penderita diabetes saat berpuasa dimulai ketika mereka dituntut beradaptasi dengan pola
makan berbeda. Namun, di saat bersamaan mereka juga harus mengontrol gula darah, menjalankan
pola diet, serta menggunakan insulin secara tepat guna. Sylviana menyarankan, sebelum memilih
berpuasa, orang dengan diabetes harus terlebih dulu melakukan kontrol dan konsultasi ke dokter.

“Nanti dokter akan screening, memeriksa risiko dari tingkat kadar gula, dan menentukan pasien sanggup
atau tidak untuk berpuasa,” katanya.

Ia juga memberikan beberapa tips menjaga kadar gula darah bagi mereka yang lolos screening dan
diperbolehkan puasa. Pertama menakar kandungan makanan yang dikonsumsi, penderita diabetes
harus meminimalisir kandungan gula dalam makanan dan minumannya.

Disarankan konsumsi makanan rumahan karena jelas terkontrol. Kudapan atau minuman manis yang
dijual kebanyakan mengandung gula berlebih. Jangan lupa konsumsi makanan yang lambat diserap
(memiliki indeks glikemik rendah) seperti nasi basmati, roti safati, buah dengan kandungan air tinggi,
dan kacang-kacangan. Makanan ini membantu menjaga kadar gula darah lebih banyak selama puasa.

Kedua, perbanyak minum air putih, takarannya delapan gelas sehari. Dua saat sahur, berbuka, seusai
tarawih, dan sebelum tidur. Ketiga, sahur di waktu akhir untuk memperpendek waktu berpuasa.
Semakin panjang waktu puasa, maka kadar gula darah akan semakin mudah menurun. Terakhir, selalu
pantau gula darah secara berkala, Sylviana menganjurkan batal puasa ketika kadar gula darah di bawah
60 mg/dL.

“Cek kadar gula darah setelah berbuka, siang hari pada pukul 12, atau saat merasa tidak nyaman,”
sarannya.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2018 atau tulisan menarik lainnya Aditya Widya Putri
(tirto.id - Kesehatan)

Penulis: Aditya Widya Putri


Editor: Maulida Sri Handayani

Jumlah penderita diabetes Indonesia mencapai 10,3 juta orang, diperkirakan meningkat16,7 juta pada
tahun 2045.

#Ramadan 2018

Artikel Terkait
Polemik Rasa Khawatir kepada Mereka yang Berpuasa dan Bekerja
Syafii Antonio, dari Praktik Riba Hingga Bank Syariah
Hidup dan Mati Sang Ahli Hadis: Al-Bukhari
Sampah Ramadan Meningkat, Naim Tukang Sampah Harus Kerja Ekstra
Musdah Mulia Rela Jadi Martir Demi Membendung Intoleransi
Melanggengkan Tradisi dan Silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri

Infografik
Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Media Siber

Kontak Kami

Metodologi Riset

FAQ

© 2018 tirto.id. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai