Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH MENENGAH PEMBANGUNAN PERSIAPAN (SMPP)

Dipublikasikan oleh LenteraK Kategori Pendidikan | - dibaca 941 kali

Sejarah Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP). Pada masa Orde Baru,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan periode Kabinet Pembangunan I pernah mengadakan
proyek perintis sekolah komprehensif yaitu Sekolah Pembangunan. Orientasi sekolah pembangunan
adalah komprehensif yaitu dapat menampung semua siswa dari semua lapisan masyarakat dan
membimbing mereka untuk dapat mencapai perkembangan diri sendiri secara maksimal sesuai
dengan kecerdasan, bakat, dan minat masing-masing.
Berbeda dengan sekolah dengan orientasi kejuruan maka sistem komprehensif pada dasarnya hanya
mengenai sistem tunggal yang melayani semua anak didik, baik yang akan segera terjun ke dunia
kerja maupun yang mempunyai bakat, sikap, dan kemampuan untuk melanjutkan studinya. Dengan
demikian diharapkan mereka dapat menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang seimbang dan
warga negara yang berjiwa makarya, yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.

SMPP Banyuwangi (SMA 1 Giri)

Dasar dan Tujuan Sekolah Menengah Pembangunan


Persiapan (SMPP)
Pengukuhan secara eksplisit Sekolah Menengah Pembangunan ditetapkan secara yuridis melalui
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0l 72/1971, tentang sekolah pembangunan.
Sebagaimana tercantum di dalam surat keputusan itu maka dasar dan tujuan sekolah pembangunan
ditetapkan sebagai berikut:
a) Dasar pembangunan adalah: pertama, pengakuan harga diri manusia sebagai makhluk Tuhan,
kedua, kesamaan hak dalam memperoleh kesempatan pendidikan; ketiga, orientasi pada prinsip-
prinsip perkembangan yang menyeluruh; keempat, pengakuan adanya perbedaan-perbedaan
individu; kelima, orientasi pada prinsip integritas dalam segala usaha; keenam, integrasi dengan
masyarakat dan pembangunan; ketujuh, orientasi pada produktivitas dan efisiensi kerja.
b). Tujuan Sekolah Pembangunan adalah mengembangkan dan membina nilai dan sikap,
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan anak didik, serta kemampuan berkomunikasi dan kesadaran
ekologi dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia modern.
Pokok-pokok Sekolah Pembangunan
Sekolah Pembangunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup (life long education) sekolah hendaknya mempunyai
dwifungsi, yaitu mampu memberikan pendidikan formal dan latihan informal, baik untuk para
pemuda maupun untuk orang dewasa pria maupun wanita.

b. Sekolah Pembangunan hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat sekitar dan
berorientasi pada pembangunan dan kemajuan.

c) Sekolah hendaknya mempunyai kurikulum, metode mengajar, dan evaluasi, serta program yang
menyenangkan, merangsang, dan cocok dengan tujuan pendidikan. Di samping itu dari segi nilai
sikap, kecerdasan, keterampilan dan komunikasi serta ekologi pembinaan anak didik harus
seimbang. Tidak ada perbedaan antara tekanan akademis dan tekanan kejuruan semata-mata
berdasarkan sikap, bakat, dan minat para anak didik. Mereka dibina secara individual atau kelompok
jurusan-jurusan dengan tekanan yang berbeda, misalnya prateknologi, pertanian, perdagangan,
kesejahteraan keluarga, persiapan pendidikan tinggi, dan sebagainya.

Pelaksanaan Sekolah Menengah Pembangunan


Persiapan (SMPP)
Secara berencana dan bertahap proyek-proyek perintis yang mencakup sekolah-sekolah berada di
bawah pengawasan dan asuhan 8 buah IKIP Negeri Padang, IKIP Negeri Jakarta, IKIP Negeri
Bandung, IKIP Negeri Semarang, IKIP Negeri Jogjakarta, IKIP Negeri Surabaya, IKIP Negeri Malang,
dan IKIP Negeri Ujung Pandang yang dimulai sejak tahun 1972.

Selama tahun-tahun 1972-1973 dicari langkah-langkah penanggulangan masa transisi yang akan
datang mengenai berbagai hal. Proyek itu pada saatnya akan menjadi penggerak. Oleh karena itu,
Kepala Perwakilan Departemen P & K di propinsi-propinsi bersama dengan para Rektor IKIP Negeri
merencanakan penyebarluasannya secara bertahap untuk periode Pelita II (1974-1979) dan Pelita
III (1979-1984) di wilayah masing-masing.

Dalam kaitannya dengan persiapan pendirian sekolah menengah pembangunan, Bachtiar Rifai
sebagai Direktur Jendral Pendidikan waktu itu mengatakan bahwa ada hal-hal yang perlu diteliti dan
dicoba di tempat masing-masing.
o Pertama, tekanan-tekanan pada kurikulum untuk kota-kota industri dan pusat-pusat
perdagangan, kota-kota nonindustri, dan daerah-daerah pedesaan, baik pantai maupun
pedalaman.
o Kedua, organisasi pengajaran, korps guru, kepemimpinan sekolah, prasarana serta sarana
pendidikan.
o Ketiga, fungsi sekolah untuk memberikan pendidikan informal.
o Keempat, penanggulangan masalah transisi baik struktural maupun administratif, perundang-
undangan dan sebagainya.
Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0236/0/1973 terhitung
mulai tahun ajaran 1974, membuka Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) di:

1. Cempara Putih (Daerah Khusus Ibukota Jakarta )


2. Sukabumi (Propinsi Jawa Barat)
3. Sumedang (Propinsi Jawa Barat)
4. Subang (Propinsi Jawa Barat)
5. Cirebon (Propinsi Jawa Barat)
6. Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)
7. Rembang (Propinsi Jawa Tengah)
8. Brebes (Propinsi Jawa Tengah)
9. Purwokerto (Propinsi Jawa Tengah)
10. Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta)
11. Banyuwangi (Propinsi Jawa Timur)
12. Kediri (Propinsi Jawa Timur)
13. Jombang (Propinsi Jawa Timur)
14. Lamongan (Propinsi Jawa Timur)
15. Pasuruan (Propinsi Jawa Timur)
16. Bondowoso (Propinsi Jawa Timur)
17. Tulungagung (Propinsi Jawa Timur)
18. Mojokerto (Propinsi Jawa Timur)
19. Pamekasan (Propinsi Jawa Timur)
20. Nganjuk (Propinsi Jawa Timur)
21. Bojonegoro (Propinsi Jawa Timur)
22. Blitar (Propinsi Jawa Timur)
23. Banda Aceh (Daerah Istimewa Aceh)
24. Medan (Propinsi Sumatera Timur)
25. Payakumbuh (Propinsi Sumatera Barat)
26. Palembang (Propinsi Sumatera Selatan)
27. Pontianak (Propinsi Kalimantan Barat)
28. Banjarmasin (Propinsi Kalimantan Selatan)
29. Menado (Propinsi Sulawesi Utara)
30. Watampone (Propinsi Sulawesi Selatan)
31. Ambon (Propinsi Maluku)
32. Denpasar (Propinsi Bali)
33. Mataram (Propinsi Nusa Tenggara Barat)
34. Kupang (Propinsi Nusa Tenggara Timur)
Sambil diadakan uji coba sistem Sekolah Pembangunan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef pada tahun 1978 mulai mengambil langkah-langkah baru dalam usaha menciptakan satu
sistem pendidikan nasional yang baru. Pendidikan nasional itu harus bersifat semesta, menyeluruh,
dan terpadu. Untuk itu, dibentuk Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional yang dipimpin oleh
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso. Laporan komisi ini telah selesai disusun tahun 1980.

Mulai tahun 1985-1986 Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) tidak ada kelanjutan
dan mulai berganti nama menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA).

Referensi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan Pendidikan,


Evaluasi program sekolah menengah pembangunan persiapan (SMPP), Jakarta, 1974.

Anda mungkin juga menyukai