Anda di halaman 1dari 43

BAB V

PENDEKATAN PERENCANAAN
KANTOR ARSIP KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

A. Titik Tolak Perencanaan

Acuan dasar perancangan yang dimaksud adalah merupakan tahapan analisa

perencanaan dan perancangan untuk melangkah kepada tahapan desain fisik, dengan

memperhatikan beberapa pendekatan-pendekatan. Adapun pendekatan acuan

perancangannya yaitu :

1. Pendekatann acuan tata ruang makro sebagai tahap penyelesaian dalam lingkup

kaitan wadah fisik terhadap kota atau wilayah pelayanan yang meliputi penentuan

lokasi.

2. Pendekatan acuan tata ruang mikro adalah sebagai tahapan penyelesaian dalam

lingkup kaitan wadah terhadap kegiatan-kegiatan yang di wadahi merupakan rincian

kebutuhan ruang, pengelompokan ruang, besaran ruang, hubunggan ruang, bentuk

ruang, lay-out dan pola sirkulasi dalam hubungannya dengan kegiatan yang akan

berlangsung di dalamnya.

3. Pendekatan acuan struktur adalah merupakan tahapan penyelesaian dalam lingkup

serta kaitan wadah terhadap sistem struktur yang di pengaruhi oleh fungsi dan

penggunaan material.

4. Pendekatan acuan sarana kelengkapan bangunan sebagai tahapan penyelesaian

dalam lingkup serta kaitan terhadap penyempurnaan penggunaan wadah “ Kantor

Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur”.

58
B. Pendekatan Makro

1. Pendekatan Acuan Lokasi


a. Lokasi

Lokasi Kantor Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan faktor yang

mendukung perwujudan wadah fisik, Kantor Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur.

Dasar pertimbangan dalam kriteria pemilihan lokasi Kantor Arsip Kabupaten Seram

Bagian Timur adalah sebagai berikut :

1) Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Seram Bagian Timur,

yaitu terletak pada BWK yang diperuntukan bagi area pemerintahan.

2) Letak site terletak pada area pengembangan kota sebagai pusat pelayanan

sosial sehingga memungkinkan pelayanan bagi masyarakat yang memadai.

3) Letak site/tapak berada pada jalur transportasi sehingga dapat dijangkau oleh

angkutan umum (angkot) dan kendaraan pribadi. Disamping itu tersedia

jaringan utilitas kota, berupa jaringan listrik, air bersih, jaringan telepon,

sanitasi serta saluran drainase.

4) Luas tapak cukup untuk pembangunan, maupun untuk rencana

pengembangannya (proyeksi tahun 2011 atau 2031) tahun terakhir

5) Topografinya lahan dengan kemiringan 30-50 % namun ada di beberapa

tempat yang kontur tanahnya rendah. dari segi geologinya, Kota Bula

merupakan daerah pesisir dengan jenis tanah alluvial dengan daya tekanan

yang cukup baik untuk mendukung bangunan, sehingga memudahkan secara

teknis. Berdasarkan dasar pertimbangan tersebut diatas, maka diajukan dua

alternatif lokasi :

59
a) Alternatif I

Lokasi berada di jalan wailola Desa limumir ini merupakan daerah

perkantoran dan pusat administrasi pemerintahan Kabupaten Seram

Bagian Timur,

Alternatif I

Gambar : Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Google Maps Juni 2016

Alternatif I

Gamabr : Denah Lokasi Site Plan Kantor Arsip


Sumber : Sketsa Pribadi Juni 2016

60
Alternatif I

Gambar : Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Dokomentasi Ptibadi Juni 2016

Alternatif I

Gambar : Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Dokomentasi Ptibadi Juni 2016

b) Alternatif II

Lokasi berada di jalan wailola Kelurahan ujung real ini merupakan

daerah pemukiman dan pusat perbelanjaan di kota bula,

61
Alternatif II

Gambar: Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Hasil Dokomentasi pribadi Juni 2016

Gambar: Denah Lokasi Site Plan Kantor Arsip


Sumber : Hasil Sketsa pribadi Juni 2016

62
Alternatif II

Gambar: Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Hasil Dokomentasi pribadi Juni 2016

Alternatif II

Gambar: Lokasi peruntukan Kantor Arsip Kabupaten SBT


Sumber : Hasil Dokomentasi pribadi Juni 2016

Dengan melihat potensi yang dimiliki oleh kedua alternatif diatas, maka

dilakukan pemelihan lokasi site plan/tapak yaitu :

b. Pemilihan site/tapak

Dalam menentukan tapak, faktor yang menjadi kriteria dasar pertimbangan untuk

menunjang fungsinya sebagai Kantor Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur

63
1) Kondisi lingkungan, di usahakan pada area pusat pekantoran dan

pemerintahan.

2) Luas tapak cukup untuk pembangunan maupun untuk rencana

pengembangannya.

3) View yang baik dan menunjang penampilan bangunan.

4) Merupakan daerah bebas banjir.

5) Topografi tanah datar, daya dukung tanah cukup baik untuk mendukung

bangunan, sehingga memudahkan secara teknis.

6) Tersedia jaringan utilitas kota.

Dari dasar pertimbangan tersebut di atas, maka di ajukan 2 alternatif tapak,

yakni tapak terletak di :

a) Jalan Wailola Bula.

Lokasi berada di Kecamatan Bula Desa Limumir, sesuai dengan Rencana

Umum Tata Ruang Kota, dan merupakan area yang mempunyai fungsi

sebagai pusat perkantoran, Beberapa potensi yang dimiliki oleh kecamatan

ini antara lain : merupakan area pengembangan, mempunyai lahan renda

yang sangat baik viewnya sehingga menambah focal point pada bangunan,

yang menjadi faktor pendukung untuk perencanaan Kantor Arsip, serta

telah terdapat prasarana dan sarana kota dan aksebilitas yang mudah.

b) Jalan Wailola Bula

Lokasi terletak di Kecamatan Bula, Kelurahan Ujung Real, merupakan area

perdagangan dan kawasan permukiman. Di kelurahan ini mempunyai

beberapa potensi anatara lain: Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang

64
Kota, pencapaian yang mudah, berada di pusat kota,

Dari kriteria tersebut di atas maka didapatkan berbagai alternatif Tapak yang

memungkinkan untuk Kantor Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur di

Bula. :

Berdasarkan kriteria pemilihan tapak yang telah ditentukan diatas, maka

lokasi tapak yang terpilih adalah alternatif I, yaitu lokasi tapak yang terletak

di Jalan Wailola Desa Lemumir Kecamatan Bula.

2. Pendekatan Perwujudan bentuk bangunan

Pendekatan perwujudan bangunan dapat di ungkapkan sebagai berikut:

a. Bentuk bangunan.

1) Kewibawaan, di dekati dengan bentuk sederhana, vertical dan simetris

2) Bangunan secara umum di tampilkan dengan bentuk arsitektur tropis. Hal

ini terkait pada anatomi/sturktur bangunan yang akan di bangun, bentuk

arsitektur tradisional Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur dapat di

wujudkan pada penampilan bangunan kantor arsip.

3) Pengaruh-pengaruh perkembangan teknologi, dan juga mempengaruhi

nilai filosofi.

b. Skala.

1) Bentuk monumental di capai dengan penggunaan skala monumental

2) Elemen-elemen fungsional di selesaikan dengan penggunaan skala

manusia.

3) Nilai-nilai tradisional akan memberikan skala yang mengarah pada

65
kewibawaan.

c. Space.

1) Adanya ruang-ruang yang memberikan kebebasan pandangan terhadap

kantor Arsip, yang mencerminkan sifat menerima dan terbuka.

2) Open space sebagai ruang-ruang perantara fasilitas umum, misalnya

parkir kendaraan dan pemgantar menuju bangunan.

d. Rithme/irama

1) Rithme atau irama tercermin pada bentuk-bentuk yang simetris baik

eksterior maupun interior.

2) Rithme dengan garis-garis vertikal dapat membantu ungkapan

kewibawaan pada bangunan.

e. Keseimbangan/balance

Keseimbangan di simbolkan dengan penggunaan garis-garis horisontal dan

verikal yang dominan, selain itu sejalan dengan ungkapan dinamis.

C. Pendekatan Perancangan Mikro

1. Kebutuhan ruang

a. Dasar pertimbangan

1) Pola hubungan kerja menurut struktur organisasi Dinas Arsip Kabupaten

Seram Bagian Timur

2) Pengelompokan ruang sesuai dengan fungsinya

3) Sistem pencapaian dan pola sirkulasi

b. Macam-macam kebutuhan ruang

66
1) Ruang kerja Kepala Kantor

2) Ruang kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha

3) Ruang kerja staf Sub Bagian Tata Usaha

4) Ruang kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip

5) Ruang kerja staf Seksi Pengelolaan Arsip

6) Perpustakaan

7) Ruang kerja Kepala Seksi Dokomentasi

8) Ruang kerja staf Seksi Dokomentasi

9) Loby/Hall

10) Ruang Informasi asumsi

11) Ruang Rapat

12) Ruang Oprator

13) Ruang arsip/Depo arsip

14) Ruang Penyimpanan/Gudang

15) Ruang Cetak/foto copy

16) Mushollah

17) Kantin/kafetaria

18) Ruang Koperasi

19) Ruang ME, asumsi

20) Lavatory

2. Pengelompokan ruang

Untuk penyusunan ruang-ruang dalam suatu bangunan, dianggap perlu untuk

mengadakan pengelompokan ruang yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan

67
efektifitas dalam koordinasi hubungan dan fungsi ruang.

Penyusunan kelompok ruang di dasarkan pada :

a. Pengelompokan ruang berdasarkan kegiatan yang di wadahi

b. Pengelompokan ruang berdasarkan pada sifat peruangannya

c. Pengelompokna ruang berdasrkan karakter dan fungsi ruang

1) Pengelompokan ruang berdasarkan kegiatan yang di wadahi di bedakan

menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu antara lain :

a) Kelompok kegiatan utama/pokok

(1) Ruang kerja Kepala Kantor

(2) Ruang kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha

(3) Ruang kerja staf Sub Bagian Tata Usaha

(4) Ruang kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip

(5) Ruang kerja staf Seksi Pengelolaan Arsip

(6) Perpustakaan

(7) Ruang kerja Kepala Seksi Dokomentasi

(8) Ruang kerja staf Seksi Dokomentasi

b) Kelompok kegiatan penunjang

(1) Loby/Hall, asumsi 20% dari luas lantai

(2) Ruang Informasi asumsi

(3) Ruang Rapat

(4) Ruang Oprator

(5) Ruang arsip/Depo arsip

(6) Ruang Penyimpanan/Gudang

68
(7) Ruang Cetak/foto copy

c) Kelompok kegiatan servis

(1) Mushollah

(2) Kantin/kafetaria

(3) Ruang Koperasi

(4) Ruang ME, asumsi

(5) Lavatory

d) Pengelompokan ruang berdasarkan sifat peruangannya.

Tabel V.1.
Acuan pengelompokan ruang

(Keterangan)
: Privat : Semi privat : Rg. publik

3. Organisasi dan hubungan ruang

a. Dasar pertimbangannya

69
1) Pola hubungan ruang kerja dalam struktur organisasi Kantor Dinas Arsip

Kabupaten Seram Bagian Timur

2) Pengadaan kebutuhan ruang berdasarkan sifat peruangannya

3) Pengelompokan ruang sesuai fungsinya

4) Sistem pencapaian yang di inginkan.

Tabel V.2.
Skema hubungan kerja

Sumber : Sub Bagian Tata Usaha Kantor Arsi SBT Juni 2016

b. Sistem pencapaian

 Sistem pencapaian dari luar berupa :

1) Staf/personil

2) Pengunjung/tamu-tamu

 Sistem pencapaian dalam bangunan berupa

1) Pencapaian horizontal antar ruang

2) Pencapaian vertical antar unit organisasi

70
1. Matriks hubungan ruang kerja pokok

NO KELOMPOK KEGIATAN
1 Rg Kerja Kepala Kantor
RUANG
2 Rg Kerja kep sub Bagian tata usaha
3 Rg Kerja staf sub Bagian tata usaha
4 Rg Kerja kep seksi pengolaan arsip
5 Rg Kerja staf seksi pengolaan arsip
6 Perpustakaan
7 Rg Kerja kep seksi dokomentasi
8 Rg Kerja staf seksi dokomentasi

2. Matriks hubungan ruang kerja penunjang

NO KELOMPOK KEGIATAN
1 Ruang tunggu/hall dan lobby
RUANG
2 Ruang informasi
3 Ruang rapat
4 Ruang oprator
5 Ruang arsip/Depo arsip
6 Ruang Guang
7 Ruang foto copy

1. Matriks hubungan ruang servis

NO KELOMPOK KEGIATAN
1 Musollah
RUANG
2 Kantin
3 Ruang koperasi
4 Ruang ME
5 Lavatory, km/wc/
6 Area parkir kendaraan pegawai
7 Area parkir kendaraan servis
8 Area parkir kendaraan tamu
9 Area terbuka/pelataran
Keterangan :
Hubungan erat
Hub. Kurang erat
Tidak ada hubungan

71
4. Pola peruangan

Berdasarkan pada pengelompokan fungsi dan jenis kegiatan, dengan

memperhitungkan efisiensi dan efektifitas ruang, maka faktor yang menjadi dasar

pertimbangan terhadap pola peruangan antara lain :

1) Pola hubungan kerja menurut struktur organisasi kantor dinas Arsip Kabupaten

Seram Bagian Timur.

2) Pengelompokkan ruang sesuai dengan fungsi.

3) Sistem pencapaian dan pola sirkulasi.

Berdasarkan pada kegiatan yang ada, maka pola peruangan di wujudkan dalam :

1) Pengaturan unit-unit ruang, sehingga di dapatkan pola sirkulasi dan lay-out

keseluruhan yang menunjang pencapaian dan sirkulasi yang jelas.

2) Sistem flow pelayanan umum dan khusus di pisahkan agar pelayanan lebih

teratur dan tidak menyulitkan.

3) Penyesuaian sifat dan karakter masing-masing kegiatan.

4) Kesederhanaan flow kegiatan pelayanan, sesuai dengan asas pelayanan

yang terbuka tanpa menghilangkan kegiatan kelembagaan. Kewibawaan

bukan berarti menjadikan masyarakat takut, akan tetapi hormat dan patuh

pada kekuasaan dan peraturan yang di buat oleh pemerintah.

5. Perhitungan Besaran ruang

Untuk mendapatkan besaran ruang dapat di peroleh melalui perhitungan ruang dan

variabel-variabel yang telah ada untuk menentukan besaran ruang adalah :

a. Besaran ruang di dasari dengan :

1) Macam dan fungsi ruang

72
2) Jumlah pelaku kegiatan

3) Studi perabot dan fasilitas peralatan yang di butuhkan

4) Pola gerak statis dan dinamis dari pelaku dan penunjang

5) Pola-pola pelaku dan bentuk pelayanan.

b. Standar ruang yang di pergunakan adalah :

1) Standar perkantoran, gedung-gedung pemerintahan (BAPPENAS)

2) Data Arsitek Neufert

3) Standar ruang dan ruang gerak.

Rincian perhitungan macam/besaran ruang adalah sebagai berikut :

a. Ruang kerja pokok

1) Ruang kerja Kepala Kantor

a) Area bekerja Kepala Kantor 3,60 x 4,50 = 16,20 m2

b) Area kursi tamu 3,80 x 3,10 = 11,78 m2

c) Area meja,kursi kerja 1,80 x 3,05 = 5,49 m2

d) Area lemari buku 1,40 x 1,75 = 2,45 m2

e) Area lemari arsip 0,40 x 1,87 = 0,75 m2

f) Lavatory 2,00 x 1,85 = 3,70 m2

Luas ruangan yang di butuhkan untuk ruang Kepala Kantor

16,20 + 11,78 + 5,49 + 2,45 + 0,75 + 3,70 = 40,37 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total yang di butuhkan ruang kerja Kepala Kantor = 46,62 m2

2) Ruang kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha

73
a). Area kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha 3,40 x 3,10 = 10,54 m2

b). Area kursi tamu 3,80 x 3,10 = 11,78 m2

c). Area meja,kursi kerja 1,80 x 3,05 = 5,49 m2

d). Area lemari buku 1,40 x 1,75 = 2,45 m2

e). Area lemari arsip 0,40 x 1,87 = 0,75 m2

f). Lavatory 2,00 x 1,85 = 3,70 m2

Luas ruangan yang di butuhkan untuk ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha

10,54 + 11,78 + 5,49 + 2,45 + 0,75 + 3,70 = 34,71 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha = 40,96 m2

3) Ruang kerja staf Sub Bagian Tata Usaha

a) Area kerja untuk 6 orang @1,80 x 2,00 = 3,60 m2

Untuk 6 orang 6,00 x 3,60 = 21,60 m2

b) Area lemari buku 2,40 x 1,40 = 3,36 m2

c) Area lemari arsip 0,40 x 1,55 = 0,62 m2

Luas ruang yang di butuhkan untuk Staf Sub Bagian Tata Usaha

21,60 + 3,36 + 0,62 = 25,58 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja staf Sub Bagian Tata Usaha = 31,83 m2

4) Ruang kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip

a). Area kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip 3,40 x 3,10 = 10,54 m2

b). Area kursi tamu 3,80 x 3,10 = 11,78 m2

74
c). Area meja,kursi kerja 1,80 x 3,05 = 5,49 m2

d). Area lemari buku 1,40 x 1,75 = 2,45 m2

e). Area lemari arsip 0,40 x 1,87 = 0,75 m2

f). Lavatory 2,00 x 1,85 = 3,70 m2

Luas ruangan yang di butuhkan untuk ruang Kepala Seksi Pengelolaan Arsip

10,54 + 11,78 + 5,49 + 2,45 + 0,75 + 3,70 = 34,71 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip = 40,96 m2

5) Ruang kerja staf Seksi Pengelolaan Arsip

a) Area kerja untuk 3 orang @1,80 x 2,00 = 3,60 m2

Untuk 3 orang 3,00 x 3,60 = 10,80 m2

a) Area lemari buku 2,40 x 1,40 = 3,36 m2

b) Area lemari arsip 0,40 x 1,55 = 0,62 m2

Luas ruang yang di butuhkan untuk Staf Seksi Pengelolaan Arsip

10,80 + 3,36 + 0,62 = 14,78 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja staf Seksi Pengelolaan Arsip = 21.03 m2

6) Perpustakaan

Dapat menampung 100 orang pengujung

a) Area rak buku 7500 judul @150 judul/ M2 untuk 7500 judul

7500/150 = 50,00 m2

b) Area pembaca untuk 100 orang 100 x 0,7 x 0,9 = 63,00 m2

75
c) Area titipan Asumsi = 6,00 m2

d) Lavatory perpustakan

(1) Lavatory/Wc Pria 3,00 x 3,00 = 9,00 m2

(2) Lavatory/Wc Wanita 3,00 x 3,00 = 9,00 m2

e) Area personil pengelola 3 orang 3 x 3,60 = 10,80 m2

f) Area kerja Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan 3,40 x 3,10 = 10,54 m2

g) Area kursi tamu 3,80 x 3,10 = 11,78 m2

h) Area meja,kursi kerja 1,80 x3,05 = 5,49 m2

i) Area lemari buku 1,40 x 1,75 = 2,45 m2

j) Area lemari arsip 0,40 x 1,87 = 0,75 m2

k) Lavatory Kepala Seksi 2,00 x 1,85 = 3,70 m2

Luas ruangan yang di butuhkan untuk Perpustakan dan seksi Pengelolaan Perpus

50,00 + 63,00 + 6,00 + 9,00+ 9,00 + 10,80 + 10,54 + 11,78 + 5,49 + 2,45+ 0,75

+ 3,70 = 182,48 m2

Sirkulasi 30% = 37,86 m2

Total ruang untuk perpustakan dan ruang kepala Seksi = 220,34 m2

7) Ruang kerja Kepala Seksi Dokomentasi

a) Area kerja Kepala Seksi Dokomentasi 3,40 x 3,10 = 10,54 m2

b) Area kursi tamu 3,80 x 3,10 = 11,78 m2

c) Area meja,kursi kerja 1,80 x 3,05 = 5,49 m2

d) Area lemari buku 1,40 x 1,75 = 2,45 m2

e) Area lemari arsip 0,40 x 1,87 = 0,75 m2

f) Lavatory 2,00 x 1,85 = 3,70 m2

76
Luas ruangan yang di butuhkan untuk ruang Kepala Seksi Dokomentasi

10,54 + 11,78 + 5,49 + 2,45 + 0,75 + 3,70 = 34,71 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja Kepala Seksi Dokomentasi = 40,96 m2

8) Ruang kerja staf Seksi Dokomentasi

a) Area kerja untuk 4 orang @1,80 x 2,00 = 3,60 m2

Untuk 4 orang 4,00 x 3,60 = 14,40 m2

c) Area lemari buku 2,40 x 1,40 = 3,36 m2

d) Area lemari arsip 0,40 x 1,55 = 0,62 m2

Luas ruang yang di butuhkan untuk Staf Seksi Dokomentasi

14,40 + 3,36 + 0,62 = 14,78 m2

Sirkulasi 30% = 6,25 m2

Total ruang kerja staf Seksi Dokomentasi = 24.63 m2

Total Ruang Pokok yang dibutuhkan

a) Ruang kerja Kepala Kantor = 46,62 m2

b) Ruang kerja Kepala Sub Bagian Tata Usaha = 40,96 m2

c) Ruang kerja staf Sub Bagian Tata Usaha = 31,83 m2

d) Ruang kerja Kepala Seksi Pengelolaan Arsip = 40,96 m2

e) Ruang kerja staf Seksi Pengelolaan Arsip = 21.03 m2

f) Perpustakaan = 220,34 m2

g) Ruang kerja Kepala Seksi Dokomentasi = 40,96 m2

h) Ruang kerja staf Seksi Dokomentasi = 24.63 m2

Total ruang kerja pokok yang dibutuhkan = 467,330

77
b. Ruang Kerja Penunjang

1) Lobby/ruang tunggu

2) Informasi

Asumsi 20% dari total luas lantai bagunan = 12,00 m2

3) Ruang rapat

a). Studi kapasitas melibatkan :

-Aparat perangkat kerja terdiri dari semua pegawai kantor arsip dan

ditambah dengan undangan yang terdiri dari kepala-kepala perpustakaan

binaan.

-Aprata perangkat kerja 20 orang di tamba dengan kepala-kepala

perpustakaan binaan 15 di bulatkan menjadi 35 orang peserta.

b). Lobby kapasitas 20% dari luas bangunan

a) Kebutuhan ruang gerak/orang = 0,72 m2

b) Luas area rapat 35,0 x 0,72 = 25,20 m2

c) Area meja rapat dan kursi arapat 1/3 kali

(1) Luas terpakai =18,52 m2

(2) Sirkulasi 30% =19,25 m2

Total rapat ruang yang dibutuhkan =62,97 m2

4) Ruang Oprator

a) Area kerja operator 2 orang 2 x 3,24 = 6,48 m2

b) Area lemari arsip 0,90 x 1,40 = 1,26 m2

c) Area lemari 1 x 1,68 = 1,68 m2

d) Sirkulasi 30% area kerja operator = 6,25 m2

78
Total ruang yang dibutuhkan = 15,67 m2

5) Ruang arsip/Depo arsip

a) Area personil pengelola 2 orang 2 x 3,60 = 7,20 m2

b) Ruang arsip rahasia asumsi = 24,00 m2

c) Ruang arsip aktif & statis asumsi = 29,00 m2

Sirkulasi asumsi 30% area kerja operator = 9,72 m2

Total ruangan yang dibutuhkan untuk rg. Arsip = 69.92 m2

6) Ruang penyimpanan/gudang

a) Area personil pengelola 2 orang 2 x 3,60 = 7,20 m2

b) Ruang simpan peralatan baru asumsi = 24,00 m2

c) Ruang simpan peralatan bekas asumsi = 24,00 m2

Total ruang yang dibutuhkan untuk gudang = 55,20 m2

1) Ruang cetak/foto copy = 20,00 m2

Total kebutuhan Ruang Penunjang

1) Loby/Hall, asumsi 20% dari luas lantai =±

2) Ruang Informasi asumsi = 12,00 m2

3) Ruang Rapat =62,97 m2

4) Ruang Oprator = 15,67 m2

5) Ruang arsip/Depo arsip = 69.92 m2

6) Ruang Penyimpanan/Gudang = 55,20 m2

7) Ruang Cetak/foto copy = 20,00 m2

Total Ruang Penunjang belum termasuk Hall/lobby = 235,760m2

79
c. Ruang Kerja Servis

1) Mushollah

a) Area sholat asumsi 30 orang 30,00x1,50 = 45,00m2

b) Area wudhu, asumsi 15 orang 15,00 x1,27 = 19,05m2

c) Ruang Imam = 12,00 m2

Total ruang yang dibutuhkan = 76,05 m2

2) Kantin/kafetaria

a) Area pengjung asumsi 45orang 45,00x 0,72 = 32,40 m2

b) Area etalase dan peracikan, asumsi = 6,00 m2

c) Pantry dan ruang cuci = 9,00 m2

d) Gudang bahan = 12,00 m2

Total ruang yang dibutuhkan = 59,40 m2

3) Ruang Koperasi

a) Area karyawan 2 orang 2 x360 = 7,20 m2

b) Area pengunjung, asumsi = 9,00 m2

c) Gudang bahan = 12,00 m2

Total ruang yang dibutuhkan = 28,20 m2

1) Ruang ME asumsi = 10,00 m2

2) Lavatory/Wc umum untuk pegawai dan pengujung

a) Lavatory/Wc wanita 3,00x3,00 = 9,00 m2

b) Lavatory/Wc pria 4,00x3,00 = 12,00 m2

Kebutuhan ruang untuk lavatory =21,00 m2

Flow sirkulasi 20% = 6,87 m2

80
Total kebutuhan ruang untuk lavatory = 27,87 m2

Total kebutuhan Ruang Servis

a) Mushollah = 76,05 m2

b) Kantin/kafetaria = 59,40 m2

c) Ruang Koperasi = 28,20 m2

d) Ruang ME, asumsi = 10,00 m2

e) Lavatory = 27,87 m2

Total kebutuhan untuk Ruang Servis = 201,520 m2

Rekapitulasi Total Kebutuhan Ruang

a) Las Ruang kerja pokok = 467,330 m2

b) Luas Ruang Penunjang = 235,760 m2

c) Luas Ruang Servis = 201,520 m2

Total = 904,610 m2

Flow sirkulasi 30% = 1.020,04 m2

Total luas lantai banguan = 1006.614 m2

4) Perhitungan luasan ruang luar

a) Area parkir kendaraan roda empat

Standar parker kendaraan mobil dan motor

Parkir mobil : 5,5 x 24 = 13,2 M2/mobil

Parkir motor : 0,6 x 2,0 = 1,2 M2/motor

(1) Mobil Pegawai

 100% Pimpinan kantor, (Kepala Kantor,+ Kepala-Kepala

81
Sub Bagian) = 5 buah

 20% Staf = 6 buah

Luas parkir mobil pegawai 11x 13,2 = 145,2 m2

(2) Mobil Pengunjung

 Diasumsikan 50 orang pengunjung/hari dan 50% dari jumlah

pengunjung yang menggunakan mobil dan mobil pribadi 30% maka :

50% x 50 = 25 orang

30% x 25 = 7 buah

Maka luas parkir mobil pengunjung 7 buah x 13,2

7 x 13,2 = 92,40 m2

b) Area parkir kendaraan roda dua

(1) Motor pegawai

Diasumsikan 70% yang menggunakan kendaraan roda dua

70% x 15 = 10 buah

Luas parkir motor 10 x 1,2 = 12,00m2

(2) Motor Pengunjung

Diasumsikan 50% yang menggunakan kendaraan roda dua

50% x 50 orang =25 buah

Luas parkir motor pengunjung 25 x 1,2 = 30.00 m2

Total area parkir kendaraan

a) Area parkir mobil 145,2 + 92,40 = 237,6 m2

b) Area parkir motor 12,00+ 30.00 = 42,00 m2

Total luas ruang parkir kendaraan = 279,6 m2

82
Maka luas parkir mobil pengunjung 7 buah x 13,2

7x 13,2 = 92.40 m2

Perhitungan luas site

1) Luas lantai bangunan = 1006.614 m2

2) Dibulatkan menjadi = 1006.600 m2

3) Ditambah dengan Hall, selasar dan tangga 20% = 884,00 m2

4) Total = 1890.600 m2

Luas total bangunan kantor = 1890,600 m2

Perhitungan area yang dibutuhkan :

1) Perbandingan area terbangun :

40 % area terbangun

60 % area tidak terbangun, tidak termasuk area parkir terbuka.

2) Luas area peruntukkan tanah

Building Coverange (BC) diambil 40%, open space 60%

Luas site : 60 / 40 x 1890,600m2 = 2835,900 m2

Luas parkir = 2448,00 m2

Jumlah = 5283,900 m2

6. Bentuk ruang, lay out pola sirkulasi

a. Pendekatan bentuk ruang

Untuk mendapatkan bentuk dan susunan ruang yang sesuai dengan karakter

bangunan yang diinginkan, maka acuan bentuk ruang di dasarkan pada

pertimbangan berikut :

83
1) Sesuai dengan bentuk karakter dan fungsi kegiatannya.

2) Bentuk ruang yang mendorong tercapainya kesan kompak serta kesatuan

dan formil (disiplin).

3) Penggunaan ruang di sesuaikan dengan pola lay-out dan sirkulasi.

4) Efektif terhadap perletakan perabot.

5) Pola sirkulasi yang terwujud dalam sirkulasi dan distribusi.

6) Kebutuhan space-space penerima dan pencapaian ke ruang lainnya.

7) Kemungkinan pembangunan secara bertahap dan pengembangan.

Untuk mendapatkan bentuk ruang yang di inginkan maka perlu dilakukan analisa

bentuk lay-out ruang, seperti yang terlihat pada tabel analisa bentuk dan lay out

berikut :

Tabel V.6.
Analisa Bentuk Lay-out Ruang

Sumber : Hazbullah Skripsi Kantor Bupati Kabupaten Kepulauan Sula

84
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka ditetapkan menggunakan segi empat

dan bentuk Segi tiga, yang mana pola tersebut dianggap paling optimal untuk di

pakai sebagai modul bentuk ruang.

a. Pemilihan pola lay out dan sirkulasi didasarkan pada :

1) Pencapaian mudah dengan jarak terpendek

2) Kelancaran kegiatan

3) Koordinasi hubungan ruang

Pemilihan alternative didasarkan pada :

1) Pemanfaatan potensi alam (pencahayaan dan penghawaan)

2) Efektifitas penggunaan area tanah

3) Kekompakan massa yang formal

4) Bentangan bangunan yang relative lebar

5) Segi ekonomis

6) Kemungkinan pengembangan, baik vertikal maupun horizontal.

7. Persyaratan lingkungan

Hal yang sangat mendalam pada prinsip dari kualitas ruang adalah bagaimana

menciptakan suatu persyaratan lingkungan yang mendukung bangunan secara

umum dan ruang yang ada di dalamnya secara khusus, baik untuk penghawaan,

yaitu sirkulasi udara yang cukup, kelembaban yang relative serta efek suasana yang

nyaman dalam ruang :

a. Penghawaan alami

Faktor penentu dalam penghawaan alam adalah :

85
1) Pertimbangan akan temperatur udara menyangkut bukaan yang di inginkan.

2) Pertimbangan akan kecepatan angin menyangkut perletakaan bukaan pada

dinding.

3) Pertimbangan akan kelembaban yaitu menyangkut material yang digunakan

pada bukaan dinding.

Gambr: Penghawaan alami

Dasar perencanaan penghawaan alami adalah memanfaatkan potensi alamiah

dengan menggunakan pohon-pohon untuk menanggulangi panas serta kecepatan

angin yang dapat ditahan sebaik mungkin.

b. Penghawaan buatan

Penggunaan penghawaan buatan dimaksudkan untuk :

1) Menanggulangi temperature dan kelembaban udara yang tidak menentu

2) Orientasi bangunan meliputi lokasi yang akan dikondisikan dengan

memperhatikan :

a) Arah pergeseran matahari

b) Letak struktur yang terus menerus terkena sinar matahari maupun

86
c) Jumlah penghuni dalam ruang

Berdasarkan aktifitas yang menuntut fleksibilitas, berdasarkan hal tersebut

maka penggunaan penghawaan buatan pada ruang-ruang kantor yang memakai

AC unit dengan pertimbangan :

1) Kesenangan, kenikmatan penghuni

2) Daya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ruang.

Gambar : Sistem penghawaan Buatan

c. Pencahayaan alami :

Sistem pencahayaan ini digunakan pada siang hari. Pencahayaan alami

dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam ruang sesuai kebutuhan dengan

pertimbangan jangkauan sinar matahari.

Gambar : Sistem Pencahayaan Alami

87
Pencahayaan yang terlalu banyak akan berpengaruh kurang baik terhadap

manusia serta barang dan peralatan bangunan, untuk itu perlu diperhatikan luas

bungunan yaitu

1) Ruang umum : 1/8 – 1/6 luas lantai

2) Ruang administrasi : 1/6 – 1/5 luas lantai

3) Ruang rapat : 1/5 – 1/3 luas lantai

4) Ruang gudang : 1/10 – 1/5 luas lantai

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk menanggulangi masalah yang ada

pada bangunan dengan cara :

Penggunaan sunscreen sebagai alat untuk mereduksi cahaya yaitu dengan

menggunakan level overstek.

d. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan digunakan apabila :

1) Keadaan cuaca buruk sehingga pemenuhan kebutuhan dalam ruang

berkurang.

2) Pada malam hari dimana aktifitas dalam ruang sedang atau akan berlangsung.

Gambar: Sistem pencahayaan buatan

88
Sistem pencahayaan buatan digunakan atas pertimbangan :

a) Sifat dan macam aktifitas dalam ruang

b) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni bergerak secara

mudah dan aman.

Kebutuhan cahaya dalam setiap ruangan berbeda-beda, lampu yang digunakan

adalah lampu TL yang tertanam dalam plafon, hal ini dimaksudkan agar :

a. Efek pencahayaan seminimal mungkin

b. Kesan sederhana, disiplin dan teratur

e. Akustik

Sebagai suatu pendekatan dasar, akustikal di peruntukan bagi ruang-ruang yang

melakukan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi atau perhatian yang tinggi

seperti pada ruang kerja kepala kantor dan staf, ruang rapat, penanggulangan

noise (kebisingan) dapat diantisipasi melalui :

1. Penzoningan yang sesuai dengan kegiatan

2. Pengaturan sumber bunyi

3. Untuk mereduksi sumber bunyi dengan bahan bangunan dan mengoptimalkan

potensi sumber daya yang ada misalnya :

a) Bahan-bahan yang ada disekitar bangunan

b) Rumput

c) Bukit buatan

d) Bahan kedap udara

Unsur-unsur penting atau ada pendukung lain yang perlu di perhatikan untuk

mengoptimalkan akustik ruang adalah :

89
1. Besar atau dimensi ruang dan bentuk ruang dapat mengurangi gema atau

pantulan suara

2. Penggunanaan perabot dan bahan finising sesuai dengan daya serap bunyi

serta kebutuhan fungsi ruang yang ada.

f. Landscape

Pendekatan pada landscape agar dapat memperoleh suasana yang selaras

dengan lingkungan sekitar bangunan dan memberikan dorongan terhadap fungsi

atau kegiatan yang sedang berlangsung dengan pengaturan landscape dapat

diperoleh :

1. Tenang dan bersih, penanaman rumput dan tanaman yang rendah selain

sebagai vegetasi, juga berfungsi sebagai tanaman pengarah

2. Sejuk, nyaman dan lingkungan bangunan, serta dalam ruangan melalui

penempatan pohon-pohan atau tanaman, bunga-bungaan yang rendah agar

tidak mengganggu aktifitas kegiatan dan sirkulasi ruang yang ada.

8. Sistem struktur dan material

a. Sistem struktur

Perwujudan ungkapan fisik dan bangunan didukung oleh struktur, sehingga

dapat pertimbangan dalam pemilihan sistem struktur adalah sebagai berikut :

1) Sistem struktur

2) Modul struktur

3) Material yang digunakan

4) Biaya yang tersedia

90
5) Teknologi yang digunakan

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka penentuan bentuk struktur

yang akan digunakan pada Kantor Arsip Kabupaten Seram Bagian Timur

didasarkan pada criteria sebagai berikut :

a). Mendukung ungkapan fisik bangunan yang digunakan sesuai dengan

karakter, sifat dan fungsi bangunannya.

b). Stabil, aman dan mampu mendukung semua beban yang ada

c). Tahan terhadap pengaruh alam (gempa, iklim dan angin)

d). Mendukung kesatuan bentuk antara kelompok fungsi ruang dan mudah

dalam pelaksanaan serta pengembangan di masa mendatang.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas, maka sistem struktur yang

digunakan adalah :

1) Upper struktur

Pemilihan struktur atap, yakni cenderung memilih struktur rangka kayu dan

baja.

Rangka Baja Rangka Baja

Gambar : Sistem Upper struktur

91
2) Super struktur

Rangka kaku, bereaksi terhadap beban lateral yang disebabkan oleh

tekanan angin terutama melalui lentur balok dan kolom. digunakan

pada bangunan berlantai dengan bentangan dan yang berfungsi untuk

menyebarkan gaya yang bekerja.

Gambar : Sistem Super Struktur

1) Sub struktur

Sub-struktur adalah bagian bawah dari bangunan yang berfungsi menerima

segala beban dari atas baik secara horizontal maupun beban vertikal, serta

kemungkinan lain akibat gejala alam. Sebagai penyesuaian dengan super

struktur maka penggunaan sub struktur adalah dengan menggunakan pondasi

titik dan pondasi garis. Pondasi


1. 2. 3.Pondasi 4.
1. 2. 3. 4.

Pondasi
Pondasi
Pondasi
Pondasi Sumuran
Sumuran
GarisGaris

Gambar : Sistem pondasii

92
b. Modul struktur

Modul struktur dipergunakan untuk mempercepat dan mempermudah

pelaksanaan pembangunan, memperkecil kemungkinan ruang terbuang/ efisiensi

ruang dan menekan pembiayaan bangunan.

Dasar pertimbangan diselaraskan dengan modul yang menjadi pendukung, yaitu :

1) Bahan

2) Konstruksi

3) Perabot dan pola-pola sirkulasi

Sebagai penentu dari modul dasar adalah dimensi gerak manusia, yakni 30

cm dengan Pada Kantor Dinas Arsip ini digunakan sistem struktur rangka

dimana pada sistem struktur rangka ini, jarak kolom yang efektif berkisar

antara 6,00 – 7,20 m. Oleh karena itu dari modul perancangan horizontal yang

dipakai yaitu 180 cm maka diambil modul struktur 360 sebagai interval tetap

dimana kelipatan selanjutnya yang diambil adalah 720 cm yang merupakan

ukuran jarak kolom yang efektif untuk sistem struktur rangka.

c. Material struktur

a). Untuk konstruksi kap/kuda-kuda digunakan bahan kayu untuk bangunan

tambahan (bentangan pendek) dan bahan baja untuk bangunan utama.

b). Untuk bahan penutup atap digunakan seng

c). Untuk konstruksi dinding pengisi digunakan batu bata dan dinding partisi.

d). Untuk Untuk struktur pendukung diguunakan bahan beton

e) Untuk struktur pondasi digunakan beton dan batu gunung untuk pondasi garis

93
9. Kelengkapan bangunan dan sistem utilitas

Kelengkapan bangunan terbagi atas beberapa bagian yaitu :

1) Jaringan komunikasi

Jaringan komunikasi sangat memegang peranan penting dalam menentukan

kelancaran pada suatu bangunan perkantoran. Dengan adanya sistem komunikasi

yang baik dan cepat dapat memberikan efisiensi waktu dan optimalisasi hasil

kerja yang baik pula.

a). Telepon

Merupakan alat komunikasi secara percakapan, baik percakapan dalam

kota (lokal) maupun percakapan antar kota (interlokal) melalui pesawat

telepon yang diselenggarakan oleh PT. Telkom.

b). Interkom/Intercomunication

Sistem ini bisa dengan cara :

1) Melalui pesawat telepon cabang dalam bangunan itu sendiri

(extension)

2) Melalui pesawat intercom dimana pesawat itu tidak dapat dihubung

kan dengan telepon dari komunikasi.

Telepon Umum
Unit kegiatan

Telkom

Massa Panel Unit kegiatan


Bangunan distribus
i

Gambar: Skema jaringan telekomunikasi Unit kegiatan

94
1) Sistem elektrikal

Sistem elektrikal yang digunakan yaitu :

a) Perusahaan Listrik Negara (PLN)………………………………………

Sumber listrik yang berasal dari PLN, dalam keadaan biasa listrik ini

dapat diandalkan kontinuitas pelayanannya, sehingga PLN dipakai

sebagai sumber tenaga utama.

b) Genset merupakan tenaga cadangan yang berfungsi secara otomatis bila

terjadi pemadaman listrik dari sumber utama yaitu PLN. Sumber tenaga

cadangan ini berasal dari mesin pembangkit/Generator.

Unit kegiatan
PLN Gard M
u
Equipment
Panel Panel
ATS Trav Utam Cabang
oo a Pompa
GENSET
Unit kegiatan
Keterangan : M : Meteran; ATS : Automatic Transfer Switch

Gambar : Skema sistem jaringan listrik

Listrik tersebut di distribusikan melalui suatu terminal utama dengan

pertimbangan bahwa apabila salah satu tabung mengalami kemacetan, tidak

akan mengganggu yang lain. Penjaringan listrik selanjutnya diatur secara

sentral dari terminal utama, tapi pada tiap lantai digunakan terminal lokal untuk

masing-masing unit yang kemudian dihubungkannya dengan fuse box, hal ini

untuk mencegah kemungkinan terjadinya pemadaman total.

95
2) Sistem penanggulangan kebakaran, bertujuan untuk keselamatan manusia,

inventaris dan dokumen kantor serta keselamatan bangunan itu sendiri

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan cara :

a) Pencegahan

 Menggunakan bahan dan struktur bangunan yang tahan api

 Mengisolir daerah sumber api atau bahan yang mudah terbakar

 Menlakukan pengawasan pemakaian alat-alat listrik.

b) Pemadaman

 Penggunaan fire extinguiser yang berisi gas CO2 pada ruang-ruang

kegiatan utama maupun servis

 Menempatkan water spinkler dalam ruangan kegiatan utama yang di

tempatkan dengan jarak 20-30 m, dengan persediaan air untuk 30

menit.

 Menempatkan hydran halaman dengan jarak antara hydrant maksimal

90 m dan pemasangan hydrant dengan jarak maksimal 150 m, agar

dapat dengan mudah dijangkau oleh unit mobil pemadam kebakaran.

Reservoir

Water suplay Reservoir Pump Spinklr Hydrant

Gambar: Skema pemadam kebakaran Hydrant Pilar


out door

96
3) Sistem penangkal petir

Penangkal petir bertujuan untuk mengeliminir kekuatan arus yang terjadi

akibat adanya petir, sehingga bangunan terhindar dari kebakaran yang

berkekuatan sangat tinggi. Prinsipnya menyalurkan kekuatan arus akibat

sambaran petir ketitik yang dapat diamankan untuk diredam ke dalam tanah.

a) Sistem tongkat franklin

Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan beratap datar. Sistem ini

memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

 Konduktor horizontal

 Tinggi antenna 25 – 90 cm

 Jarak masing-masing antenna maksimum 7,5 m

 Sudut perlindungan untuk bangunan 450

Elektroda
Pentanahan

Anten
aa

Daerah
Perlindungan
450


Terminal
Tanah

Gambar : Sistem Penangkal Petir Tongkat Franklin

97
4) Sistem utilitas

Sistem utilitas dapat di klasifikasi atas beberapa bagian yaitu :

a) Jaringan air bersih

Pengadaan air bersih bersumber dari PAM dan sumur bor/sumur artesis

(deep well) sebagai cadangan. Air yang ditampung direservoir bawah

langsung disuplay dengan pompa otomatis ke lantai paling atas dan

ditampung di reservoir atas. Selanjutnya air dialirkan secara down feed riser

dengan menggunakan pompa untuk didistribusikan ke tiap unit lantai.

Distribusi

Reservoir Atas

PAM Control Room Pompa

Meteran Pompa Ground Reservoir

Treatmen WTP

Deep Well

Gambar : Skema pengadaan dan distribusi Air Bersih

98
b) Jaringan air kotor

Air kotor yang berasal dari air hujan maupun dari lavatory (disposal cair)

dialirkan melalui pipa pembuangan (plumbing shaft) langsung dialirkan ke

riol kota. Sedangkan pembuangan kotoran / disposal padat yang berasal dari

lavatory dialirkan melalui pipa pembuangan langsung menuju ke bak

kontrol, septictank kemudian ke bak peresapan.

Air Kotor Air Hujan

Bak Penampungan Bak Kontrol

Pilar Hidrant STP Taman

Riol Kota

Gambar : Skema sistem pembuangan Air Kotor

c) Sistem pembuangan sampah

Sampah adalah sisa-sisa buangan yang sudah tidak dipakai atau sisa kegiatan

manusia yang akan di buang, hal ini diatur oleh suatu sistem pembuangan

sampah. Pembuangan sampah basah melalui shaf yang antara lain dari

kantin, pantry dan juga lavatory/KM/WC, sedangkan sampah kering yang

berasal dari ruang kerja/administrasi serta ruang pola/sidang memiliki sistem

pembuangan sebagai berikut :

99
1) Sumber sampah dari lantai atas ke lantai dasar melalui shaf sampah

yang diletakkan pada daerah servis

2) Sampah yang berasal dari ruang-ruang kerja administrasi ditampung di

kantong-kantong sampah yang telah disediakan, kemudian di buang

ketempat sampah sementara yang berada di luar bangunan.

3) Dari tempat penampungan yang terletak diluar bangunan, sampah-

sampah ini kemudian diangkut oleh petugas dinas kebersihan ke tempat

pembuangan akhir (TPA) atau biasa juga di bakar.

Dari penjelasan diatas, dapat di simpulkann bahwa sistem pembuangan

sampah dengan cara distribusi vertikal dapt melalui shaft-shaft sampah

yang ada pada tiap lantai sampai ke bak penampungan sementara yang

ada di lantai dasar, Sedangkan distribusi horizontal adalah melalui

penampungan sementara, sebelum diteruskan, ke bak penampungan dan

kemudian di angkut menggunakan mobil sampah oleh petugas dinas

kebersihan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Berikut skema

pembuangan sampah yaitu :

Sampah Tempat
Kering Sampah

Waste Penampungan Mobil


Shaft Sementara Sampah TPA

Sampah Tempat
Basah Sampah

Gambar : Skema Pembuangan Sampah

100

Anda mungkin juga menyukai