Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang hampir bisa dipastikan pernah mengalami apa yang disebut rasa cemas,
gelisah, khawatir, dan panik. Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan merupakan hal yang wajar
terjadi pada setiap individu seperti reaksi seseorang jika sedang mengalami stress kerapkali disertai
dengan suatu kecemasan. Namun apabila suatu individu tidak dapat mengontrol ataupun meredam
rasa cemas tersebut dalam situasi dimana orang-orang pada umumnya mampu menangani
kecemasan tanpa adanya kesulitan yang dianggapnya begitu berarti maka dalam hal ini telah
dikatakan penyimpangan.
Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40
juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.
Gangguang kecemasan diperkirakan diderita oleh 1 dari 10 manusia.
Kecemasan pada individu dapat muncul pada situasi yang biasanya dianggap
sebagai moment yang berarti dalam hidupnya, seperti mahasiswa baru yang mengalami
kecemasan pada hari pertama kuliahnya, pada saat akan berbicara di depan umum seperti
persentasi atau diskusi besar, apabila akan melaksanakan ujian atau bahkan orang dewasa yang
cemas saat menanti hari pernikahannya, dan lain-lain. Gangguan kecemasan akan muncul apabila
rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, dan akan terjadi perubahan perilaku atau perubahan
metabolisme tubuh.
Pada makalah ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai anxiety disorder tersebut dengan
menggunakan analisis dari sebuah film yang berjudul “The Aviator” yang diharap akan dapat
membantu dalam memahami ciri-ciri maupun penyebab dari gangguan kecemasan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai gangguan kecemasan yang biasa dihadapi oleh individu.
Dalam hal ini memiliki rumusan masalah seperti:
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kecemasan (anxiety disorder)?
2. Mengapa bisa terjadi gangguan kecemasan?
3. Bagaimana karakteristik dari gangguan kecemasan?
4. Seperti apa cara yang digunakan dalam penanganan gangguan kecemasan?

C. Tujuan
Pada dasarnya makalah ini memiliki tujuan, yaitu:
1. Dapat memahami definisi dari gangguan kecemasan (anxiety disorder)
2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan kecemasan
3. Untuk memahami karakteristik dari gangguan kecemasan
4. Untuk mengetahui cara yang digunakan dalam gangguan kecemasan

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KECEMASAN

1. PENGERTIAN KECEMASAN
Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan
kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan
dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai “mengerikan”( Sivalitar, 2007 ).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan
kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung gejala- gejala lain dari berbagai gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
Kecemasan merupakan suatu “ tanda bahaya “ yang membuat orang yang bersangkutan
waspada dan bersiap diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak
jelas dan konfliktual.(Kartijo, 2002)
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan khawatir karena
ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id dan
super ego (Freund, 2002).
Kecemasan dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan seseorang untuk
memberikan perhatian (Perry & Potter, 2005). Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik
rasa takut adalah adanya obyek/sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasikan serta dapat
dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian
intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik
dan psikologis (Suliswati, 2005).
Kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan seseorang, akan adanya bahaya yang
akan mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman
tersebut. Secara subyektif, kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak
nyaman, sehingga perasaan tersebut inginnya secepatnya secepat-cepatnya dihalau. Secara
obyektif, kecemasan merupakan suatu pola psikobiologik yang mempunyai fungsi pemberitahuan
(alarm) akan adanya bahaya, sehingga membutuhkan perencanaan tindakan yang efektif dalam
bentuk usaha penyesuaian diri terhadap trauma psikik, psikis dan juga konflik (Ayub, Sani : OTC
DIGEST, 2006)

B. PENYEBAB KECEMASAN
1. Faktor predisposisi
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id, ego, dan super ego.
Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan
sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional
antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang
perlu diatasi.
b. Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini juga dihubungkan
dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah untuk mengalami kecemasan
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan
merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupanya
dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang
berat pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya
d. Teori Biologis
Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine reseptor ini
membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino butirikgamma neuro regulator juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan
sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang diduga mempunyai pengaruh
penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem
limbik. Fungsi dari sisteni aktivasi retikuler adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak
untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari otak yaitu viceral brain (otak
dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan
viceral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam
penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines Neurotransmitter tidak secara homogen tersebar
di seluruh otak akan tetapi berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan untuk mengalami
suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang
dialami dan diperhatikan tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter meningkat, dia akan merasakan suatu
emosi (menangis, tertawa, takut. dan cernas) dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang
dapat sebagai predisposisi kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi
a. Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor internal
meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung,
serta perubahan biologis.
b. Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal,
kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri
adalah kehilangan, dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.

c. Faktor Lain Menurut Model Integritas


Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari stimulus yang
mengancam adalah dengan cara menghindar.Individu lahir mempunyai sistem saraf otonom yang
lebih peka terhadap ancaman atau stressor.Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari
pengalaman mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada dasarnya akan
menimbulkan kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi situasi berbaya dengan adaptif bisa menimbulkan
kecenderungan untuk berespon terhadap kecemasan.Fungsi kognitif dapat berkesinambungan
yang berfokus pada kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisipasi untuk menahan
stimulus yang menimbulkan kecemasan.Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya
terutama trauma intelegensi dan mawas diri.
C. TINGKAT KECEMASAN
Menurut Stuart and Sundeen, 1991, tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seseorang jadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta
menghasilkan kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang
lain, sehingg seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah

3. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu
yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan . Panik
melibatkan disorganisasi keprihadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.

D. KARAKTERISTIK TINGKAT KECEMASAN


1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
 Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan berkeringat, muka
berkerut dan bibir berkeringat.
 Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah aktual.
 Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-
kadang meninggi.

2. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan
pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
 Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia,
diare atau kontipasi,gelisah
 Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi, berfokus pada apa
yang menjadi perhatianya
 Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih banyak dan
cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman

3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal
yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
 Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur dan ketegangan.
 Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
 Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

4. Kecemasan Panik
 Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah.
 Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir logis.
 Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan
kontrol diri, persepsi datar.

a. Respon Fisiologis
 Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun
 Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik
 Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare
 Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum,
ketakutan, tremor
 Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil
 Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat
setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal
 Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut
kehilangan kontrol, obyektifitas hilang
 Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah,
kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya.

Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi antara respon
adaptif dan maladaptive seperti :
Rentang respon kecemasan :
b. Respon Psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi
akan mempengaruhi koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu
hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan
katerlibatan dengan orang lain.(Suliswati, 2005).
c. Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses pikir maupun isi pikir,
diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung. (Suliswati, 2005).
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga terhadap
kecemasan. (Suliswati, 2005).

E. UKURAN SKALA KECEMASAN


Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang
ada dengan menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan skala
HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
1. Perasaan Cemas meliputi Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk
2. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan mudah
menangis
3. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian
lalulintas, kerumunan orang banyak
4. Gangguan Tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu, sering
mimpi buruk, dan mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk
6. Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesenangan
pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari
7. Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak stabil
8. Gejala Sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas,
perasaan di tusuk – tusuk
9. Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras,
rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap
10. Gejala Pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau
sesak, sering menarik napas panjang
11. Gejala Saluran Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi, perut
melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa
panas di perut, berat badan menurun, perut terasa panas atau kembung
12. Gejala Urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing
13. Gejala Vegetatif atau Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah berkeringat , sering
pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah

Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem scoring yaitu :


Nilai 0 = Tidak ada gejala
Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari gejala yang ada)
Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari separo gejala yang ada)
Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua gejala ada)
Bila :
Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali

F. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN


Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang
bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut
Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :

1. Faktor Internal
a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta
bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.
b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya
cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai masalah yang
bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman
dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk
menghalau stres yang datang mengganggu.

2. Faktor Eksternal
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang
ada.

c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami
stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya
terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat
berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi
kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti
ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan
sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan
tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi
stres yang akan datang.
Berikut contoh penelitian tentang cemas :

1. GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN, STRES DAN DEPRESI PADA PASIEN KANKER


YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI SALAH SATU RS DI KOTA BANDUNG

ABSTRAK
Kanker menyerang siapa saja dan membahayakan kesehatan seseorang dimana sel-sel membelah
secara abnormal tanpa kontrol dan menyerang jaringan di sekitarnya yang dapat menyebabkan
kematian. Salah satu penanganan kanker adalah dengan menjalani pengobatan kemoterapi dimana
pasien tersebut akan mengalami masalah psikologis sebagai efek dari perjalanan kanker atau efek
samping dari kemoterapi yang dapat memperkecil peluang kesembuhan dan juga mengakibatkan
pasien tersebut ingin menghentikan pengobatan kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat kecemasan, stres dan depresi pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode pengambilan sampel dengan
cara purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah pasien kanker yang menjalani kemoterapi
rawat jalan dengan jumlah 70 pasien. Instrumen yang digunakan adalah DASS 42. Hasil penelitian
ini menunjukkan sebanyak 34,28% mengalami kecemasan sedang ; 12,86% mengalami kecemasan
berat ; 4,28% mengalami kecemasan sangat berat ; 10% mengalami stres sedang ; 2,86%
mengalami stres berat ; 11,43% mengalami depresi sedang ; 8,57% mengalami depresi berat dan
2,86% mengalami depresi sangat berat. Dari penjelasan di atas maka perawat dapat melakukan
pemeriksaan psikologis dengan mengukur tingkat cemas, stres dan depresi pada pasien kanker
yang menjalani pengobatan kemoterapi tanpa ada penundaan jalannya proses kemoterapi secara
siklit. Selain itu perawat juga dapat melakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit serta
pengobatan kemoterapi.
Kata kunci : kecemasan, stres, depresi, kanker, kemoterapi
2. SUMBER IDE PENELITIAN KESEHATAN MASYARAKAT, PENELITIAN PSIKOLOGI,
PENELITIAN FARMASI, PENELITIAN KEBIDANAN, PENELITIAN FISIOTERAPI,
PENELITIAN KEPERAWATAN DAN PENELITIAN KEDOKTERAN.
MEKANISME KOPING TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN KANKER LEHER
RAHIM

ABSTRAK
Gangguan sistem reproduksi yang paling menakutkan bagi kaum wanita adalah kanker leher
rahim. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menuntaskan penyakit tersebut sehingga bisa
menyebabkan kematian. Menurut laporan Rumah Sakit xxx (2007) jumlah pasien kanker leher
rahim mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 terdapat 297 kasus, tahun
2005 terdapat 350 kasus dan tahun 2006 terdapat 492 kasus. Penyakit kanker leher rahim ini
menimbulkan kecemasan pada penderitanya. Untuk mengatasi kecemasan tersebut, ada banyak
cara (mekanisme koping) yang digunakan oleh individu. Untuk mengetahui secara lengkap cara-
cara (mekanisme koping) tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai mekanisme koping
terhadap kecemasan pada penderita kanker leher rahim.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dari fenomena mekanisme koping terhadap kecemasan pada penderita
kanker leher rahim. Data diperoleh melalui indept interview dan fokus group discussion. Data yang
diperoleh dilakukan tirangulasi sumber dan triangulasi metode. Variabel yang digali informasinya
yaitu kecemasan, sumber koping, mekanisme koping dan rentang respon koping. Informan
penelitian ini adalah penderita, keluarga penderita dan perawat yang merawat penderita.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa seluruh pasien merasa cemas terhadap penyakit yang
dideritanya. Sumber koping yang digunakan meliputi kemampuan personal, dukungan sosial dan
keluarga, adanya sumber pembiayaan diantaranya yaitu askeskin dan penderita memiliki
keyakinan bahwa kecemasan itu dapat teratasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan ruang
khusus bagi penderita kanker leher rahim. Kepada perawat agar meningkatkan intensitas
komunkasi kepada para penderita, perlu juga menyediakan pelayanan konsultasi psikiater atau
psikolog. Kepada klien agar meningkatkan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing
penderita.

3. EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI


SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMACAN MENGHADAPI UJIAN.

ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari masalah kecemasan menghadapi ujian yang dihadapi oleh siswa.
Kecemasan tersebut disebabkan karena tidak terkendalinya manifestasi kognitif, afektif dan
perilaku motorik dalam menghadapi ujian. Penelitian ini bertujuan menguji konseling behavioral
dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian,
menggunakan pendekatan kuantitatif melalui rancangan quasi eksperimen (pretest-posttest control
group design). Pengumpulan data menggunakan kuesioner kecemasan menghadapi ujian. Hasil
studi pendahuluan menunjukkan bahwa kecemasan menghadapi ujian pada siswa berada pada
kategori sangat cemas. Setelah diberikan perlakuan konseling behavioral dengan teknik
desensitisasi sistematis, kecemasan siswa menjadi turun baik secara umum maupun dilihat dari
aspek-aspeknya, sehingga siswa dapat mengukuti ujian tanpa rasa cemas yang berlebihan. Uji
efektivitas menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga konseling behavioral dengan teknik
desensitisasi sistematis terbukti efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa.
Konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis ini direkomendasikan untuk
dipertimbangkan sebagai salah satu kerangka kerja bimbingan dan konseling dalam upaya
mereduksi kecemasan menghadapi ujian.
4. GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU
KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK KLINIK
DI RUMAHSAKIT JIWA.

ABSTRAK
Cemas adalah suatu perasaan tidak nyaman yang merupakan respons terhadap ketakutan atau
kehilangan sesuatu yang bernilai (Cook dan Fountaine, 1987). Cemas berbeda dengan takut. Takut
adalah penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas, sehingga individu
tersebut dapat menggambarkan sumber dari rasa takutnya (Herawaty, 1996). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa cemas dapat terjadi bila ada ancaman, ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
persaaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi
dan takut mati (Hudak dan Gallo, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik di rumah sakit jiwa (RSJ).
Janis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain `cross sectional'. Sampel terdiri
dari 41 orang mahasiswa yang praktek di RSJ dan 34 orang mahasiswa yang praktek di Panti
Werdha (non RSJ). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 30
pernyataan tentang tanda dan gejala kecemasan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik
univariat untuk penilaian distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling banyak mengalami cemas berat adalah
mahasiswa yang praktek klinik di RSJ (64.3%). Sedangkan berdasarkan data sosio demografi
mahasiswayang praktek di RSJ, cemas berat paling banyak dialami oleh mahasiswa yang berusia
15-25 tahun (100.0%), mahasiswa yang beragama Kristen (100%), mahasiswa yang duda/janda
(100%), dan mahasiswa yang pengalaman kerjanya 10-20 tahun (66.6%).

5. GAMBARAN SUMBER UTAMA KECEMASAN PRA-OPERASI PADA PASIEN YANG


AKANMENJALANI OPERASI BERENCANA.

ABSTRAK
Menjalani operasi adalah suatu pengalaman yang menimbulkan stres karena melibatkan ancaman
terbadap integritas tubuh dan kadang ancaman kematian (dalam Uddin et al., 2002). Dalam
rnengbadapi operasi diperlukan kesiapen fisik dan kesiapan psikologis dari pasien. Kesiapan
psikologis untuk menjalani operasi berpengaruh pada kesembuhan pasien di mana semakin cemas
pasien sebelum operasi, semakin sullt penyesuaian dan pernulihan pasca operasi (Aderson, Masur,
& Johnson, dalam Sarafino, 1998). Kecemasan adalah respon dasar manusia terhadap bahaya yang
tidak dapat dihindarkan dan salah satu reaksi paling umurn terhadap penyakit (dalam Grieve,
2002). Penelitian Uddin et at (2002) mengenai kecemasan pra-operasi mendapatkan bahwa 55
persen pasien pra-operasi memgekspresikan ketakutan merek. Pasien dari kelompok usia yang
lebih muda ( di bawah 38 talmn) merasa lebih tegang namun tidak ditemukan perbedaan yang
berkaitan dengan jenis kelamin maupun tingkat pendidikan Berdasarkan penelitian Egber (dalam
Uddin et at, 2002) dan Epczyk, Raleigh, Rowley (dalam Wieru;, 1998) diperoleh basil pasien
perempuan lebih cernas dihandingkan pasien laki-laki. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapaftkan hasil pasien Iaki-laki lebih cemas (Friedlander et at, dalam Wiens, 1998). Pada
umurnnya kebanyakan pasien pra-operasi merasa cemas namun mereka tidak dapat menyebutkan
secara spesifik hal yang dicemaskan (dalam Long, 1996; dalam Moennan & Van Dam,1995).
Seeara teoritis dikatakan bahwa hila penyebab kecemasan dapat diketahui, maka penanganan yang
spesifik dapat diberikan Oleh karena itu penelitian ini bermaksud meng-identifiaksi surnber utama
kecemasan pra operasi yang dirasakan pasien yang akan menjalani operasi berencana, yaitu operasi
yang telah dijadwalkan pelaksanaannya. Penelitian ini adalah penelitian eksploratif dan deskriptif
dengan menggunakan pandekatan kuantitatif. Subyek diambil berdasarkan tekuikpurposive
sampling. Subyek penelitian (N~30) adalah pasien yang akan menjalani operasi berencana di
rumah sakit Krakatau Medika. Alat nkur yang dipakai untnk mengambil data adalah inventori
surnber kecemasan pra operasi yang dikembangan untuk penelihan ini, yang terdiri dan 10 domain
yaitu persiapan operasi, anestesi~ operasi, rasa sakit pasca-operasi, penampilan fisik, ekonomi,
keluarga, pekerjaan, kisah buruk seputar operasi, dan hambatan aktivitas.
Data yang didapat diolah dengan metode analisis coefficient alpha Cronbach, statistik deskriptif
dan t-test. Penghitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS 11. Hasil penelitian
mendapatkan sumber utama kecernasan pra-Qperasi berbeda-beda pada tiap pasien. Kebanyakan
subyek dalam penelitian ini memilih aspek persiapan operasi sebagai sumber utama kecemasan
mereka. Dalam penelitian ini didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan pada aspek pekeijaan
dan hambatan aktivitas berdasarkan jenis kelamin subyek. Hal ini berkaitan dengan staus pekeljaan
subyek di mana sebagian besar subyek perempuan adalah ibu rumah tangga Selain itu persepsi
mengenai peran gender dianggap mempengaruhi perbedaan ini. Aspek hambatan aktivitas
berkeitan pula dengan aspek pekerjaan sebah bila seseorang tidak dapat beraktivitas maka ia akan
kesulitan melaksanakan pekerjaannya. Hal baru yang muncul dalam penelitian ini yang tidak
dijumpai dalam penelitian sebelumnya adalah sumber kecemasan ekonomi. Saran yang
dianjurkanan untuk perbaikan penelitian ini adalah pengayaan behan pustaka, mempertimbangkan
lagi keseimbangan jumlah pemyataan dan sejauh mana mereke mewakili aspek yang akan diukur,
memperbenyak jumlah dan variasi sampet, dan penelitian pra operasi sebaiknya diikuti deng:an
penelitian pasca-operasi agar basil yang didapat lebih komprehensiff' Selain itu penelitian
mengenai sumber kecemasan pra operasi dapat juga dilengkapi dengan pengukuran tingkat
kecemasan agar dapat dilakukan perhltungan statistik untuk meng-identifikasi sumber kecemasan
pra-operasi mana yang paling berpengaruh terhadap kecemasan pra-oPerasi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau perasaan takut yang menyeluruh,
dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada setiap individu, akan tetapi bila hal ini
terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Anxiety disorder berupa gangguan
fobia, gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan anxietas menyeluruh,
dan gangguan stres pasca trauma. Kecemasan muncul karena individu memikirkan atau
membayangkan suatu tindakan atau peristiwa yang dilakukan secara berlebihan, sehingga pada
saat melakukan kegiatan tersebut individu cenderung merasa tertekan akan tindakan yang pernah
dibayangkannya secara berlebihan. Gangguan kecemasan ini merupakan salah satu bentuk dari
penyakit mental. Penyebabnya bisa apa saja, seperti ketidakseimbangan kimia dalam tubuh,
perubahan struktur otak, stres lingkungan, trauma dan phobia, dan lain-lain.
B. SARAN
Dalam hal ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, karena penulis sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Semoga saran dan kritik yang ada dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tentang Komunikasi Dalam Keperawatan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.


Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas
dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta :
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai