Anda di halaman 1dari 17

MASTOIDITIS

LATAR BELAKANG
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal.
Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadahi bagi kesejaghteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan
kesehatan.pelayanan dirumah sakit di upayakan menuju stsndsr mutu yang telah
ditetapkan. Demakian halnya ntuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya
adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi
kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit.
Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bias disrbut mastoiditis
kronis.
Pengobatan biaanya diawali dengan pemberian suntikan atibiotik lalu disambung dengan
antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak
memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengsngkatan
sebagian tulang dan pembuangan nanah).
A. PENGERTIAN
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis
adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika
tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal.
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum
timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat
menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan
terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan
pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar.
Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses
superiosteum.

B. ETIOLOGI
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain
itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi. Menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1. Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut
yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcus aureus ,streptococcus aureus. Bakteri yang
biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus
pnemonieae.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
1. Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media
akut suppurative.
2. Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga
kronis.
3. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
4. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ
tubuh yang lain.

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak
ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang
akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat kestruktur
telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan
menyebabkan paralisis nervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau
gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik,
peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus
adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk
ganas (maligna). Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam tulang
tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses otak,
tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus.
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang
menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan
virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama
dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus hemlytiens, pneumococcus,
sthapilococcus aureus lalbus, streptococcusviridans. Bakteri ini menyerang telinga
bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami
peradangan. Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid,
mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I
yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan
kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik .
Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin
meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat
selanjutnya eksudat dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini
menyebabkan nekrosis dan granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa
mengalami peradangan (osteitis). Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian
dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya
abses subperiosteum.

E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah
pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi
dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak
bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga
tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika
demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi
mastoid lebih besar.
4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga,
dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

Mastoiditis Koalesens Akut


Pada kasus mastoiditis yang tidak terobati, terdapat demam, nyeri, dan
gangguan pendengaran menyertai ottitis media akut. Membrana timpani menonjol
keluar; dinding posterior kanalis menggantung, pembengkakakn postaurikula mendorong
pinna keluar dan kedepan, dan nyeri tekan mastoid terutama di posterior dan sedikit
diatas liang telinga (segitiga Macewen). Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis
koalesens menunjukkan adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan
hilangnya trabekulasi normal dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur dari masing-masing
sel, membedakannya dengan hasil radiologis otitis media serosa dimana kontur sel tetap
utuh.
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien imunosupresi atau penderita yang tidak
mengobati otitis media akut yang dideritanya.Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari
organisme penyebab. Organisme yang lazim menyebabkan mastoiditis sama halnya
dengan penyebab otitis media akut.
Penatalaksanaan awal berupa miringotomi yang cukup lebar, biakan dan
antibiotik yang sesuai diberikan secara intravena. Bila gambaran radiologis menunjukkan
hilangnya pola trabekuler atau adanya progresi penyakit, harus dilakukan mastoidektomi
lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti petrositis, labirintitis,
meningitis dan abses otak.
Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah dan Mastoid
Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik
seringkali disertai dengan mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dapat dianggap aktif
dan inaktif.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang
telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf)
biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang
semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga
tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial
wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat
ke arah samping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-
olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo,
meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis
besar, karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus β-hemoliticus atau
Pneumococcus. H .influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan
hasil resistensi.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika
tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari.
Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan
tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani
sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang
terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.
a. Mastoidektomi
1) Mastoidektomi Sederhana
Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah
permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang
atau jaringan lunak, menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila
tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang seluruh sel-sel
mastoid termasuk yang di sudut sinodura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan
sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk
OMSK, jarang sekali dibutuhkan mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya
membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat,
sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.
Mastoidektomi dibedakan menjadi :
a) Operasi pada jaringan lunak
Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah
enaural atau retroartikuler.
b) Operasi pada bagian tulang
Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan
tetap memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.
2) Mastoidektomi Superfisial
Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis,
spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang
dipakai adalah mata bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan
tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga
berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan
tulang.
3) Mastoidektomi dalam
- Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap
mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad
antrum yang menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan
melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang telinga dengan menjaga
dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan
pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di
sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.
- Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior
pertemuan dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.
- Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus
zigomatikus yang menutupi antrum.
4) Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh
Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical
mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari
mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan
membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding
belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-
dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang
seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud
tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan
meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau kavum
timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang
rentan terhadap peradangan.
Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka
diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum
timpani dan sisa tulang-tulang pendengaran dipertahankan setelah proses
patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan,
bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis. Kemudian
kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia
graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi
tulang-tulang pendengaran.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan, bila
diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan anaerobic,
Gram staining, dan asam-cepat staining.Jika selaput anak telinga yang sudah
berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan
diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan
eksternal kanal. Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu
memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk
kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi.
a. Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.
b. Darah budaya harus diperoleh.
c. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi.
d. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan
proses diduga.
2. CT Scan dan MRI
Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu
sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan
intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang
dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau
kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari sel
udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan
kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu dalam
mendeteksi osteolytic perubahan.
Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di
belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain
radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan
kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi
untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari
penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.
Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis
akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
a. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir.
Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan
cairan.
b. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization,
atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa
c. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat
dari tegmen atau mastoid bozonty
d. Peningkatan bidang formasi abscess
e. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung
dgn tengkorak
f. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis
g. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan
yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan
untuk mengevaluasi mastoid.
h. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya
struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan
vascular yang terkait masalah.
i. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.
3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan,
diikuti dengan terapi antibiotik.
4. Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.
Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang secara khusus dan sedotan
perangkap memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum
tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu.
5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali, aspirate cairan
dari anterior setengah dari selaput anak telinga.
6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika intracranial
perpanjangan dari infeksi diduga.
a. Pemeriksaan Darah
b. Foto Mastoid
c. Kultur Bakteri Telinga
d. MRI dan CT Scan untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid
e. Radiologi
f. Tympanocintesis & myringotomi

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
pengkajian yang dilakukan antara lain:
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan
yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau
keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang
timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid
c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender
d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
5. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan NOC NIC
Nyeri akut yang Pain Level Manajemen Nyeri :
berhubungan Pain control
dengan bedah Kriteria hasil: - Lakukan pengkajian
- Mampu mengontrol nyeri nyeri secara
mastoid. (tahu penyebab nyeri, mampu komprehensif termasuk
menggunakan tehnik lokasi, karakteristik,
nonfarmakologi untuk durasi, frekuensi, kualitas
mengurangi nyeri, mencari dan faktor presipitasi
bantuan) - Observasi reaksi
- Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari
berkurang dengan ketidaknyamanan
menggunakan manajemen - Bantu pasien dan
nyeri keluarga untuk mencari
- Mampu mengenali nyeri dan menemukan
(skala, intensitas, frekuensi dukungan
dan tanda nyeri) - Kurangi faktor
- Menyatakan rasa nyaman presipitasi nyeri
setelah nyeri berkurang - Kaji tipe dan sumber
- Tanda vital dalam rentang nyeri untuk menentukan
normal intervensi
- Tidak mengalami - Ajarkan tentang
gangguan tidur teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
- Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur

- Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Gangguan Persepsi Auditory (Cognitive orientation. Communication
sensori Communicative receptiveability enhancement : speech deficit
berhubungan (Komunikasi perangkat
Distorted thought control ) tambahan: defisit
dengan efek (kognitif orientasikemampuan pendengaran utama)
kehilangan reseptif Komunikatif,. Kontrol - Memfasilitasi penggunaan
pendengaran atau pikiran yangmenyimpang) alat bantu dengar, yang
kelainan pada Kriteria hasil : sesuai
telinga. - Mengajarkan pasien bahwa
- Menunjukkan pemahaman suara akan dialami berbeda
verbal, tulis atau sinyal respon dengan penggunaan alat
- Menunjukkan pergerakan dan bantu dengar
ekspresi wajah yang rileks - Menjaga alat bantu dengar
- Menjelaskan rencana bersih
memodifikasi gaya hidup - Menahan diri dari berteriak
untuk mengakomodasi pada pasien dengan
kerusakan visual dan gangguan komunikasi
pendengaran - Pindah dekat dengan
- Bebas dari bahaya fisik karena telinga kurang terpengaruh
penurunan - Menghadapi klien secara
keseimbanganpendengaran, langsung, berbicara
penglihatan dan sensasi perlahan, jelas, dan ringkas
- Memelihara kontak dengan - Menggunakan kata
sumber komunitas yang tepat sederhana dan kalimat
pendek, yang sesuai
- Meningkatkan volume
suara, yang sesuai
- Mendapatkan perhatian
pasien melalui sentuhan
- Memvalidasi pemahaman
pesan dengan meminta
pasien untuk mengulangi
apa yang dikatakan
menggunakan kertas atau
pensil
- Memfasilitasi lokasi
sumber daya untuk alat
bantu dengar

Communication
enhancement: hearing defisit
(Komunikasiperangkat
tambahan: defisit
pendengaran)

Resiko infeksi Immune Status Kontrol Infeksi :


berhubungan Knowledge : Infection control - Pertahankan teknik
dengan Risk control aseptif
Kriteria hasil: - Batasi pengunjung
mastoidektomi, - Klien bebas dari tanda dan bila perlu
pemasangan graft, gejala infeksi - Cuci tangan setiap
dan trauma bedah - Menunjukkan kemampuan sebelum dan sesudah
terhadap jaringan untuk mencegah timbulnya tindakan keperawatan
dan struktur infeksi - Gunakan baju, sarung
- Jumlah leukosit dalam batas tangan sebagai alat
disekitarnya. normal pelindung
- Menunjukkan perilaku hidup - Ganti letak IV perifer
sehat dan dressing sesuai
- Status imun, gastrointestinal, dengan petunjuk umum
genitourinaria dalam batas - Gunakan kateter
normal intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
antibiotikMonitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi

- Kaji suhu badan pada


pasien neutropenia setiap
4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Suddarth, Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Francis, Mary moorhouse, dkk. 1996. Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.
www.wikipedia.com
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN DENGAN MASTOIDITIS
DIRUANGAN LONTARA III ATAS DEPAN
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

Disusun Oleh:
Nini Nikmawati S.

17.04.078

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2018

Anda mungkin juga menyukai