PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009). Prevalensi
BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di
negara-negara berkembang (Pantiawati, 2010). Asia Tenggara mempunyai
insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat
badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian
BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka
rata-rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% (UNICEF, 2011). Angka kejadian
BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi
masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah. Di Jawa Timur
terdapat peningkatan angka kejadian BBLR yaitu 10% pada tahun 2010
menjadi 11% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Angka kejadian BBLR di
Kota/Kabupaten Malang yaitu sebesar 2,65% dari seluruh BBLR di Jawa
Timur (Dinkes, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti
lakukan di RSUD Dr. Saifu Anwar periode Januari 2012 sampai Desember
2013, jumlah balita usia 1-3 tahun yang mengalami masalah perkembangan
motorik berjumlah 32 anak.
Bayi dengan BBLR memiliki risiko kematian 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram
(Pantiawati, 2010). BBLR juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan
(Depkes RI, 2005). Menurut Tom Lissauer dan Avroy A. Fanaroff (2008), bayi
BBLR meningkatkan risiko terjadinya cerebral palsy yaitu gangguan
perkembangan motorik yang berhubungan dengan kemampuan berjalan,
serta jika dibandingkan dengan bayi aterm, bayi BBLR lemah dalam
keterampilan motorik halus seperti mengurai benang. Penelitian oleh Martika
(2012) di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan
lahir rendah (BBLR) dengan perkembangan motorik anak, anak dengan
riwayat BBLR memiliki suspect untuk terjadinya keterlambatan
1
perkembangan motorik halus 27,6 kali dan perkembangan motorik kasar 8,18
kali lebih besar dibandingkan anak normal.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan motorik
adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada
dasarnya, perkembangan ini sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak.
Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh anak, contoh sederhananya adalah merangkak, berdiri, berjalan, berlari
dan lain sebagainya. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-
otot kecil pada tangan dan jari yang terkoordinasi dengan penglihatan.
Perkembangan motorik halus saat usia 1-3 tahun merupakan suatu hal yang
penting bagi perkembangan anak berikutnya (Soetjiningsih, 1998).
Tiga tahun pertama merupakan periode kritis perkembangan anak
(Georgief, 2007). Penelitian dalam bidang ilmu psikologi menunjukkan bahwa
tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak merupakan masa yang
sangat penting karena akan mempengaruhi fase perkembangan selanjutnya
(Berk, 2005). Usia 1-3 tahun merupakan masa awal perkembangan anak,
dimana mereka sudah siap untuk belajar berjalan, berbicara, memecahkan
masalah sederhana, dan berhubungan dengan orang disekitarnya (Aditya,
2012). Perkembangan mental bayi sampai usia 18 bulan tergantung pada
kemampuan bergerak secara normal. Gangguan sensorimotor menyebabkan
ketidakmampuan seseorang mengenali lingkungannya. Setelah usia 1-1,5
tahun, keterlambatan motorik lebih jelas terlihat, gangguan fungsi sistem
saraf lebih spesifik (Ermellina, 1994).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada By. S dengan diagnosa BBLR di
Ruang Bayi RSUD ULIN BANJARMASIN?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit BBLR secara komprehensif
2
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian penyakit BBLR?
2. Mengetahui penyebab penyakit BBLR?
3. Mengetahui klasifikasi dari BBLR?
4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit BBLR?
5. Mengetahui patofisiologi penyakit BBLR?
6. Mengetahui komplikasi penyakit BBLR?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit BBLR?
8. Mengetahui penatalaksaan penyakit BBLR?
9. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit BBLR?
10. Mengetahui Implementasi keperawatan penyakit BBLR?
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan tentang
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
BBLR. Memberi ilmu pengetahuan khususnya mengenai asuhan
keperawatan sebagai bahan kajian bagi penulis selanjutnya, sehingga
hasilnya akan lebih luas dan makin mendalam.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
referinsi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pada pasien dengan BBLR. Serta akan
membentuk citra rumah sakit khususnya untuk ruangan bayi di
masyarakat karena pasien dan keluarga akan merasa diperhatikan
dan kebutuhan rasa nyaman pasien akan terpenuhi sehingga
keluarga dan pasien merasa puas.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
yang dapat digunakan dalam belajar mengajar bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan BBLR.
3. Bagi Penulis
Kegunaan bagi penulis selanjutnya sebagai bahan masukkan
pertimbangkan dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat
3
pada pasien dengan BBLR untuk menghindari risiko terkena
komplikasi penyakit lain.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Sebagai sarana untuk pengetahuan bagi pasien dan keluarga
bgaimana cara perawatan pasien dengan BBLR dan melakukan
pencegahan dini terhadap penyakit tersebut agar tidak terjadi
penularan